Edisi Pertama
Cetakan Pertama, 2010
ISBN: 978-979-756-644-9
S
ejalan dengan dilaksanakannya Kurikulum Berbasis Kom
petensi yang mengacu pada standar kompetensi, maka di
perlukan berbagai buku pendukung yang dapat menunjang
pelaksanaan Kurikulum tersebut di lapangan.
Buku ini ditujukan kepada para pembaca untuk melaksanakan
aktivitas pembelajaran sebagaimana tuntutan Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Buku tersebut dapat dikembangkan sesuai dengan filosofi
kurikulum yang menekankan pembelajaran siswa aktif.
Buku strategi pembelajaran ini merupakan salah satu referensi,
untuk memberikan pemahaman yang lebih baik dalam melaksanakan
Kurikulum Berbasis Kompetensi, yang pada dasarnya memberi ke
leluasaan dalam mengembangkan kurikulum dan proses pembelajaran
sebagaimana diatur dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi.
Terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah
terlibat di dalam penyusunan buku ini, baik para akademisi dari
berbagai perguruan tinggi yang telah mereview buku ini maupun para
guru mata pelajaran dari berbagai daerah dan sekolah yang sedang
menempuh program magister pendidikan kimia.
Semoga buku pedoman ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
pihak-pihak yang membutuhkannya.
Medan, April 2010
Penulis
Dr.Retno Dwi Suyanti MSi
Daftar Isi ix
dAFTAR gAMBAR
ANALISIS INSTRUKSIONAL
K
eterampilan melakukan analisis instruksional sangat penting
artinya bagi kegiatan instruksional karena pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang harus diberikan lebih dahulu
dari yang lain dapat ditentukan dari hasil analisis instruksional. ��������
Hal ini
sesuai dengan filosofi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
tentang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang sekurang-kurangnya
tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar,
dan penilaian hasil belajar (SNP pasal 20). Sebelum menulis indikator,
pengembang instruksional harus melakukan tiga langkah yaitu:
melakukan analisis instruksional, mengidentifikasi perilaku awal siswa,
dan merumuskan kompetensi dasar.
Analisis instruksional adalah proses menjabarkan perilaku umum
menjadi perilaku khusus yang tersusun secara logis dan sistematik.
Dengan melakukan analisis instruksional, akan tergambar susunan
perilaku khusus dari yang paling awal sampai yang paling akhir.
Dengan perkataan lain, melalui tahap-tahap perilaku khusus tertentu
pembaca akan mencapai perilaku umum. Perilaku khusus yang telah
tersusun secara sistematik menuju perilaku umum itu laksana jalan
yang singkat yang harus dilalui pembaca untuk mencapai tujuannya
dengan baik.
B. Struktur Perilaku
Bila perilaku umum diuraikan menjadi perilaku khusus menurut
Supratman (1997) akan terdapat empat macam susunan, yaitu
hierarkikal, prosedural, pengelompokan, dan kombinasi.
1. Struktur Hierarkikal
Struktur perilaku yang hierarkikal adalah kedudukan dua perilaku
yang menunjukkan bahwa salah satu perilaku hanya dapat dilakukan
bila telah dikuasai perilaku yang lain. Dalam kurikulum kimia, mata
kuliah kimia dasar biasa disebut mata kuliah prasyarat untuk mengikuti
mata kuliah lanjutan seperti Kimia Fisika.
2. Struktur Prosedural
Struktur perilaku prosedural adalah kedudukan beberapa perilaku
yang menunjukkan satu seri urutan penampilan perilaku, tetapi
tidak ada yang menjadi prasyarat untuk yang lain. Walaupun ke dua
perilaku khusus itu harus dilakukan berurutan untuk dapat melakukan
suatu perilaku umum, tetapi setiap perilaku itu dapat dipelajari secara
terpisah.
Berikut ini terdapat contoh perilaku yang terstruktur secara
prosedural.
3. Struktur Pengelompokan
Struktur pengelompokan ditandai dengan perilaku-perilaku
khusus yang yang tidak mempunyai ketergantungan antara satu dengan
yang lain, walaupun semuanya berhubungan. Dalam struktur ini, garis
penghubung antara perilaku khusus yang satu dengan yang lain tidak
diperlukan. Sebagai contoh perilaku pada penjelasan campuran
Analisis Instruksional
4. Struktur Kombinasi
Struktur kombinasi terbentuk apabila suatu perilaku umum
diuraikan menjadi perilaku khusus secara kombinasi antara struktur
hierarkikal, prosedural, dan pengelompokan. Berikut adalah
contohnya.
Analisis Instruksional
ANALISIS INSTRUKSIONAL
INSTRUKSIONAL
Materi Pokok: Larutan Elektrolit danANALISIS
Non Elektrolit
Materi Pokok : Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit
Mengetahui dan memahami kegunaan
larutan elektrolit dan non elektrolit
dalam kehidupan sehari-hari
Mengenal jenis larutan Mengetahui jenis larutan Merangkai alat untuk pengujian larutan
elektrolit berdasarkan elektrolit berdasarkan sifat elektrolit dan non elektrolit
ikatannya hantaran listriknya
MENJELASKAN MENGELOMPOKKA
PENYEBAB N ZAT YANG
TERJADINYA ASAM BERSIFAT ASAM
DAN BASA DAN BASA
MENGAMATI
MENGENAL CIRI
PERUBAHAN YANG
CIRI ASAM BASA
TERJADI
MENYUSUN
MENGENAL ASAM MENGENAL BASA
PROSEDUR KERJA
KUAT DAN ASAM KUAT DAN BASA
PENGUJIAN ASAM
LEMAH LEMAH
DAN BASA
MELAKUKAN
MENGENAL JENIS-
PERCOBAAN
JENIS ASAM DAN
PENGUJIAN ASAM
BASA
DAN BASA
MEMBACA DAN
MENCARI
MENGENAL ASAM
INFORMASI
DAN BASA
TENTANG ASAM
DAN BASA
Analisis Instruksional
13
Deskripsi Analisis Instruksional Asam-Basa
Analisis instruksional adalah proses menjabarkan perilaku umum
menjadi khusus yang tersusun secara logis dan sistematis. Dengan
melakukan analisis instruksional, akan tergambar susunan perilaku
khusus dari awal sampai akhir. Proses penjabaran perilaku tersebut
tidak berorientasi terhadap taksonomi perilaku tertentu. Analisis in
struksional materi asam basa adalah menjabarkan perilaku yang umum
ke perilaku yang khusus dimulai dengan membaca dan mencari infor
masi tentang asam basa, sehingga kita dapat mengenal asam dan basa,
mengenal jenis-jenis asam basa serta pembagiannya yang dikenal den
gan asam kuat dan basa kuat serta asam lemah dan basa lemah dan me
ngetahui reaksi yang terjadi, mengenal cirri-ciri asam basa dan dapat
menjelaskan penyebab terjadinya asam basa. Dan dapat melakukan
percobaan pengujian asam basa dengan menggunakan kertas lakmus,
dan mampu memperhatikan perubahan yang terjadi serta dapat meng
klasifikasikan mana asam dan mana basa. Sehingga kita dapat menge
tahui dan memahami fungsi asam basa dalam kehidupan sehari-hari.
Rangkuman
Pengembangan instruksional sebagai suatu proses yang sistematik
untuk menghasilkan sistem instruksional yang siap digunakan meru
pakan proses yang panjang, tidak identik dengan teknologi instruk
sional. Langkah ke dua dalam Model Pengembangan Instruksional
adalah melakukan analisis instruksional, yaitu kegiatan menjabarkan
perilaku umum menjadi perilaku yang lebih kecil atau spesifik ser
ta mengidentifikasi hubungan antara perilaku spesifik yang satu dan
perilaku spesifik yang lain. Konsep yang digunakan Model Pengem
bangan Instruksional dalam proses penjabaran perilaku umum men
jadi perilaku khusus tidak berorientasi terhadap suatu taksonomi
perilaku tertentu, seperti taksonomi yang disusun oleh Gagne atau
Bloom. Proses menganalisis instruksional yang digunakan oleh Model
Pengembangan Instruksional (MPI) didasarkan kepada berpikir logis,
analitik, dan sistematik.
-oo0oo-
PENGEMBANGAN MODEL
PEMBELAJARAN AKTIF
S
rategi Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) dapat
dipandang sebagai suatu pendekatan dalam pembelajaran
yang menekankan kepada aktivitas siswa secara optimal untuk
memperoleh hasil belajar berupa panduan antara aspek kognitif,
afektif, dan psikomotor secara seimbang. Dari konsep tersebut ada dua
hal yang dipahami. Pertama, dipandang dari sisi proses pembelajaran,
PBAS menekankan kepada aktivitas siswa secara optimal, artinya
PBAS menghendaki keseimbangan antara aktivitas fisik, mental,
termasuk emosional dan aktivitas intelektual. Ke dua, dipandang dari
sisi hasil belajar, PBAS menghendaki hasil belajar yang seimbang dan
terpadu antara kemampuan intelektual (kognitif), sikap (afektif), dan
keterampilan (psikomotorik). Artinya dalam PBAS pembentukan siswa
secara utuh merupakan tujuan utama dalam proses pembelajaran.
Dalam standar proses pendidikan, pembelajaran didesain untuk
membelajarakn siswa. Artinya, sistem pembelajaran menempatkan
siswa sebagai subjek belajar. Dengan kata lain, pembelajaran
ditekankan atau berorientasi pada aktivitas siswa (PBAS).
Ada beberapa asumsi perlunya pembelajaran berorientasi
pada aktivitas siswa. Pertama, asumsi filosofis tentang pendidikan.
Pendidikan merupakan usaha sadar mengembangkan manusia
menuju kedewasaan, baik kedewasaan intelektual, sosial, maupun
kedewasaan moral. Oleh karena itu, proses pendidikan bukan hanya
mengembangkan intelektual saja, tetapi mencakup seluruh potensi
yang dimiliki anak didik. Dengan demikian, hakikat pendidikan pada
dasarnya adalah: interaksi manusia, pembinaan dan pengembangan
potensi manusia, berlangsung sepanjang hayat, kesesuaian dengan
kemampuan dan tingkat perkembangan siswa, keseimbangan antara
kebebsan subjek didik dan kewibawaan guru, dan peningkatan kualitas
manusia.
Ke dua, asumsi tentang siswa sebagai subjek pendidikan, yaitu:
siswa bukanlah manusia dalam ukuran mini akan tetapi manusia
yang sedang dalam tahap perkembangan, setiap manusia mempunyai
kemampuan yang berbeda, anak didik pada dasarnya adalah insan
yang aktif, kreatif, dan dinamis dalam menghadapi lingkungannya,
anak didik memiliki motivasi untuk memenuhi kebutuhannya. Asumsi
tersebut menggambarkan bahwa anak didik bukanlah objek yang
harus dijejali dengan informasi, tetapi mereka adalah subjek yang
memiliki potensi dan proses pembelajaran seharusnya diarahkan
untuk mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki anak didik itu.
Ke tiga, asumsi tentang guru adalah: guru bertanggung jawab atas
tercapainya hasil belajar peserta didik, guru memiliki kemampuan
professional dalam mengajar, guru mempunyai kode etik keguruan,
guru memiliki peran sebagai sumber belajar, pemimpin dalam belajar
yang memungkinkan terciptanya kondisi yang baik bagi siswa dalam
belajar.
Ke empat, asumsi yang berkaitan dengan proses pengajaran
adalah: bahwa proses pengajaran direncanakan dan dilaksanakan
sebagai suatu sistem, peristiwa belajar akan terjadi manakala anak
didik berinteraksi dengan lingkungan yang diatur oleh guru, proses
pengajaran akan lebih aktif apabila menggunakan metode dan tekhnik
yang tepat dan berdaya guna, pengajaran memberi tekanan kepada
proses dan produk secara berimbang, inti proses dan produk secara
Kemampuan guru
Kemampuan guru merupakan faktor utama yang dapat mempe
ngaruhi keberhasilan pembelajaran dengan pendekatan PBAS. Guru
yang memiliki kemampuan yang tinggi akan bersikap kreatif dan ino
vatif yang selamanya akan mencoba dan mencoba menerapkan berb
agai penemuan baru yang dianggap lebih baik untuk membelajarkan
siswa.
b. Sarana Belajar
Keberhasilan implementasi PBAS juga dapat dipengaruhi oleh
ketersediaan sarana belajar. Ketersediaan sarana itu meliputi ruang
kelas dan seting tempat duduk siswa, media, dan sumber belajar.
STRATEGI PEMBELAJARAN
PENINGKATAN KEMAMPUAN
BERPIKIR
P
ada era sertifikasi guru sekarang ini, muara yang ingin dituju
sebenarnya adalah guru yang profesional. “Banyak orang
meragukan apakah jabatan guru bisa disebut profesional.
Bahkan banyak dari kalangan guru sendiri meragukan hal tersebut.
Pertanyaan selanjutnya adalah apakah semua orang dapat menjadi
guru? Bila seseorang memahami materi dengan baik kemudian dapat
menyampaikannya tentunya ia bisa disebut guru yang profesional?
Jawabannya benar jika mengajar hanya dianggap sebagai proses
penyampaian materi pelajaran. Konsep mengajar yang demikian
tentulah sangat sederhana. Mengajar bukanlah hanya sekedar
menyampaikan materi pelajaran, akan tetapi merupakan suatu proses
pengubahan tingkah laku siswa sesuai tujuan yang diinginkan. Oleh
karena itu dalam mengajar ada kegiatan membimbing siswa agar
dapat berkembang sesuai dengan tahap-tahap perkembangannya. Di
samping itu juga melatih keterampilan baik keterampilan intelektual
maupun keterampilam motorik sehingga siswa dapat dan berani hidup
di masyarakat yang cepat berubah dan penuh persaingan, memotivasi
siswa agar dapat memecahkan persoalan hidup dalam masyarakat
yang penuh tantangan dan rintangan, membentuk siswa yang penuh
kreatif dan inovatif dan lain sebagainya. Oleh sebab itu guru perlu
memiliki kemampuan merancang dan mengimplementasikan berbagai
strategi pembelajaran yang dianggap cocok dengan minat dan bakat
serta sesuai dengan taraf perkembangan siswa termasuk didalamnya
memanfaatkan berbagai sumber pembelajaran dan media pembelajaran
untuk menjamin efektivitas pembelajaran. Dengan demikian seorang
guru perlu memiliki kemampuan khusus, kemampuan yang tidak
mungkin dimiliki oleh orang yang bukan guru. Karena itu juga
sebabnya guru merupakan pekerjaan profesional yang membutuhkan
kemampuan khusus hasil proses pendidikan yang dilaksanakan oleh
lembaga pendidikan keguruan“ (Sanjaya, 2006; 14-15).
Guru sebagai pekerja profesional harus memfasilitasi dirinya
dengan seperangkat pengalaman, keterampilan, dan pengetahuan
tentang keguruan, selain harus menguasai substansi keilmuan yang
ditekuninya. Banyak guru yang dalam mengajar masih terkesan hanya
menggugurkan kewajiban. Guru semacam ini relatif tidak memerlukan
strategi, kiat, dan berbagai metode tertentu dalam mengajar (Mukhtar,
2007; 2).
Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknlogi
yang demikian pesatnya peran guru dalam mengajar juga mengalami
perkembangan, dari hanya sekedar menyampaikan pelajaran menjadi
peran yang lebih kompleks dalam menciptakan suasana pembelajaran
yang penuh inovatif dan kreatif, sehingga tujuan pembelajaran dapat
dicapai (Danim, 2002;7)
Dengan, demikian seorang guru dalam mengajar harus bisa
mengatur strategi pembelajaran yang tepat agar semua tujuan
pembelajaran tersebut dapat tercapai. Srategi pembelajaran Peningkatan
Kemampuan Berpikir (SPPKB) sebagai salah satu strategi pembelajaran
diharapkan mampu mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan
tersebut. Dalam SPPKB materi pelajaran tidak disajikan begitu saja
kepada siswa. Akan tetapi siswa dibimbing untuk menemukan sendiri
B. Karakteristik SPPKB
Karakteristik SPPKB dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Pada proses pembelajaran SPPKB tidak hanya menuntut siswa
untuk mendengar dan mencatat, tetapi menghendaki aktivitas
siswa dalam proses berpikir.
b. SPPKB dibangun dalam nuansa dialogis dan proses tanya
jawab secara terus menerus. Proses tanya jawab dan dialog itu
diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan
berpikir siswa, yang pada gilirannya kemampuan berpikir tersebut
dapat membantu siswa memperoleh pengetahuan yang mereka
konstruksi sendiri.
c. SPPKB adalah model pembelajaran yang menyandarkan pada dua
sisi yang sama pentingnya, yaitu dua sisi proses dan hasil belajar.
Proses belajar diarahkan untuk meningkatkan kemampuan
berpikir, sedangkan hasil belajar diarahkan untuk mengonstruksi
pengetahuan atau penguasaan materi pembelajaran.
1. Peserta didik sebagai subjek belajar. Peserta didik sebagai objek belajar
2. Pembelajaran dikaitkan dengan Pembelajaran bersifat teoritis.
kehidupan nyata melalui penggalian
pengalaman siswa.
3. Perilaku dibangun atas kesadaran Perilaku dibangun atas proses
sendiri. kebiasaan.
4. Kemampuan didasarkan atas Kemampuan diperoleh melalui
penggalian pengalaman. latihan-latihan.
5. Tujuan akhir dari proses pembelajaran Tujuan akhir adalah penguasaan
adalah kemampuan berpikir melalui materi pembelajaran.
proses menghubungkan antara
pengalaman dengan kenyataan.
6. Tindakan perilaku siswa dalam Tindakan perilaku didorong dari
pembelajaran merupakan kesadaran faktor luar dirinya seperti rasa
yang didorong dari dalam diri siswa. takut hukuman.
7. Pengetahuan yang dimiliki setiap siswa Pengetahuan yang dimiliki bersifat
selalu berkembang sesuai dengan absolut karena pegetahuan
pengalaman yang dialaminya. tersebut dikonstruksi orang lain.
8. Tujuan yang ingin dicapai kemampuan Keberhasilan pembelajaran
siswa dalam proses berpikir untuk biasanya diukur oleh tes.
memperoleh pengetahuan dan
ditentukan oleh proses dan hasil
belajar.
b. Tahapan Pelacakan
Pada tahapan ini yang disebut juga tahapan penjajakan adalah
untuk memahami pengalaman dan kemampuan dasar siswa sesuai
dengan tema atau pokok persoalan yang akan dibicarakan. Melalui
tahapan ini guru mengembangkan dialog dan tanya jawab untuk meng
ungkap pengalaman apa saja yang telah dimiliki siswa yang dianggap
relevan dengan tema yang akan dikaji. Dengan berbekal pemahaman
itulah selanjutnya guru menentukan bagaimana ia harus mengem
bangkan dialog dan tanya jawab pada tahapan-tahapan selanjutnya.
c. Tahap Konfrontasi
Tahap konfrontasi adalah tahapan penyajian persoalan yang
harus dipecahkan sesuai dengan tingkat kemampuan dan pengalaman
siswa. Untuk merangsang peningkatan kemampuan siswa pada
tahapan ini guru dapat memberikan persoalan-persoalan dilematis
yang memerlukan jawaban atau jalan keluar. Persoalan yang diberikan
sesuai dengan tema atau topik dan juga sesuai dengan kemampuan
dasar atau pengalaman siswa seperti yang diperoleh pada tahap ke
dua. Pada tahap ini guru dapat mengembangkan dialog agar siswa
benar-benar memahami persoalan yang harus dipecahkan, karena
pemahaman terhadap masalah akan mendorong siswa untuk berpikir.
Jadi keberhasilan tahap ini menjadi penentu untuk tahap selanjutnya.
e. Tahap Akomodasi
Adalah tahap pembentukan pengetahuan baru melalui proses
penyimpulan. Pada tahap ini siswa dituntut untuk dapat menemukan
kata-kata kunci sesuai dengan topik atau tema pembelajaran. Guru
membimbing siswa agar dapat menyimpulkan apa yang mereka
temukan dan mereka pahami sekitar topik yang dipermasalahkan.
Tahap ini disebut juga sebagai tahap pemantapan hasil belajar, karena
pada tahap ini siswa diarahkan untuk mampu mengungkap kembali
pembahasan yang dianggap penting dalam proses pembelajaran.
f. Tahap Transfer
Pada tahap ini disajikan suatu masalah baru yang sepadan dengan
masalah semula. Tahap transfer ini dimaksudkan sebagai tahapan
agar siswa mampu mentransfer kemampuan berpikir setiap siswa
untuk memecahkan masalah-masalah baru. Pada tahapan ini guru
memberikan tugas-tugas yang sesuai dengan topik pembahasan.
C. Rangkuman
Dari penjelasan mengenai SPPKB di atas dapat disimpulkan
bahwa:
1. Srategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir (SPPKB)
adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan pada suatu
29
32
30
(a)Sekarang perhatikan persamaan reaksi berikut ini :
CH3COOH(aq) + H2O(aq) CH3COO-(aq) + H3O+ (aq)
CH3COONa(aq) CH3COO-(aq) + Na+ (aq). Ingat kembali pengertian asam
Bronsted-Lowry. Dalam reaksi tersebut CH3COOH merupakan apa? dan
konjugasinya yaitu CHeCOO- merupakan apa? Dalam pembentukan larutan
penyangga ini, ion CHeCOO- dapat berasal dari? coba sebutkan garam apa saja? Jadi 3. Menjawab pertanyaan dari guru setelah dilakukan
3.Konfrontasi
kalau begitu komponen larutan penyangga asam, terdiri atas apa? Sebutkan praktikum. Yaitu :
contohnya?Bagaimana jika asamnya termasuk asam kuat? Dapatkah terbentuk larutan Campuran asam lemah; Campuran konjugasinya
penyangga? Kenapa (garamnya); …………..;……………; ……..
4. Mengawasi siswa yang sedang melakukan praktikum.
Setelah dilakukan praktikum maka guru memberikan pertanyaan yang belum bisa
dijawab oleh siswa pada tahap tiga.
Dalam pembentukan larutan penyangga ini, ion CHeCOO- dapat berasal dari? coba
33
6.Memberikan pertanyaan yang berhubungan dengan materi pelajaran hari itu sebagai CH3COOH(aq) dan CH3COO-(aq) , dll ;campuran tidak
berikut : membentuk larutan penyangga; Tidak; karma terdiri
(a)Sekarang perhatikan persamaan reaksi berikut ini : dari asam kuat yang akan menyebabkan terjadinya
NH3(aq) + H2O(aq) NH4+aq) + OH- (aq) hidrolisis pada asam kuat tersebut.
NH4CI(aq) NH4+aq) + CI- (aq). Ingat kembali pengertian asam Bronsted- 5. Membuat kesimpulan dari materi pembelajaran hari
5.Akomodasi
Lowry. Dalam reaksi tersebut NH3(aq) merupakan apa? dan asam konjugasinya yaitu ini.
+
NH4+aq) merupakan apa? Dalam pembentukan larutan penyangga ini, ion NH4 aq) Berdasarkan materi pelajaran hari ini dapat
dapat berasal dari? coba sebutkan garam apa saja? Jadi kalau begitu komponen disimpulkan bahwa, larutan penyangga adalah larutan
larutan penyangga asam, terdiri atas apa? Sebutkan contohnya?Bagaimana jika yang dapat mempertahankan nilai pH sehingga tidak
asamnya termasuk asam kuat? Dapatkah terbentuk larutan penyangga? Kenapa mengalami perubahan nilai pH akibat penambahan
sedikit asam, , maupun pengenceran.
4. Memberikan pertanyaan pada siswa. 6. Menjawab pertanyaan dari guru. Yaitu :
Pada pembahasan sebelumnya, kalian telah mempelajari bahwa pH larutan Campuran lemah; Campuran asam konjugasinya 6. Transfer
penyangga tidak berubah dengan penambahan sedikit asam , maupun pengenceran. (garamnya). Garam NH4CI(aq), NH4Br (aq)dll; Terdiri
Hal apa yang meyebabkan ini semua ini? atas campuran asam lemah dan konjugasinya atau
Jika kedalam larutan penyangga asam ditambahkan sedikit asam, maka asam tersebut campuran asam lemah dan garamnya; NH3(aq) dan
akan bereaksi dengan zat yang bersifat apa? Begitu juga sebaliknya jika ditambah NH4+aq), dll ;campuran tidak membentuk larutan
sedikit maka akan bereaksi dengan zat yang bersifat apa? penyangga; Tidak; karna terdiri dari kuat yang akan
Perhatikan larutan penyangga yang bersifat asam (CH3COOH(aq) dan CH3COO-(aq) menyebabkan terjadinya hidrolisis pada kuat tersebut.
).Jika kedalam larutan tersebut ditambahkan HCI Maka reaksi apa yang terjadi?
Konsentrasi Zat mana yang akan bertambah dan yang akan berkurang?apakah terjadi
perubahan pH? kenapa?
5. Mendengarkan kesimpulan dari siswa.
31
32
4. Inquiry
larutan tersebut ditambahkan HCI Maka reaksi apa yang terjadi? Konsentrasi Zat Konsentrasi konjugasi akan menurun dan konsentrasi
mana yang akan bertambah dan yang akan berkurang bila ditambah sedikit asam atau asam lemah akan meningkat; tidak terjadi perubahan
basa?apakah terjadi perubahan pH? kenapa? pH.; disebabkan karena ketika asam kuat ditambahkan
35
Sistem larutan penyangga banyak digunakan dalam bidang reaksi-reaksi kimia?reaksi Reaksi yang terjadi adalah :
ini dalam bidang apa saja? pH yang bagaimana diperlukan dalam reaksi ini?sebutkan NH4CI(aq)+ HCL NH4+(aq) + CI- (aq)+
+
fungsi larutan penyangga dalam dalam berbagai bidang? Na (aq)
33
34
3. Menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh guru,
Yaitu:
Reaksi enzimatis; katalsator; ……………..
2.Penjajakan
;……………
37
Yaitu sebelum memulai pembelajaran disekolah, setiap siswa diwajibkan untuk (H2CO3 dan HCO32-) (3) Sistem larutan penyangga
mencari informasi dari berbagai sumber mengenai pembelajaran yang akan dipelajari dalam darah contohnya (HhBb dan HbO2-); Sel darah
4. Inquiry
sehingga ketika pembelajaran berlangsung siswa dapat menjawab setiap pertanyaan merah bekerja dalam dua system yang berfungsi untuk
yang diberikan oleh guru, dimana pertanyaan akan terjawab setelah dilakukan diskusi mengatur pH darah normal (7.35 – 7.45). jika pH darah
dengan teman sebangku, yang diperkuat dengan keterangan dari buku dan kurang dari 7.35 maka akan terjadi asidosis, dan bila
pengalaman yang mereka miliki dalam mengerjakan soal hitungan. pH darah lebih besar 7.45 maka akan terjadi alkalosis.
2. Memberikan pertanyaan awal (apersepsi) untuk memotivasi siswa dalam Kematian akan terjadi jika pH darah dibawah 7.0 dan
melakukan proses pembelajaran. Yaitu: diatas 7.8. Berbagai zat yang masuk kedalam tubuh
Larutan penyangga merupakan campuran antara asam lemah dengan garamnya atau manusia maupun hasil metabolisme akan diserap
basa lemah dengan garamnya. Sehinggga diketahui bahwa larutan penyangga dapat dalam darah yang sangat mempengaruhi harga pH
dibuat antara campuran larutan yang bersifat apa dengan larutan yang bersifat darah. Dengan adanya system larutan penyangga
bagaimana?untuk mengetahui apakah suatu larutan penyangga bersifat asam atau penurunan atau kenaikan pH secara drastis dapat
bersifat basa maka kita bisa ketahui dalam hal apanya?bagaimana dicegah.
kriterianya?Bagaimana rumus yang digunakan? Dan bagaimana bila dilakukan 5. Membuat kesimpulan hasil dari pembelajaran hari
penambahan sedikit asam, basa, ataupun pengenceran apakah pH nya akan ini, yaitu:
berpengaruh? ¾ Dalam tubuh manusia larutan penyangga
terdapat dalam cairan sel, antar sel dan luar
3.Memberi pertanyaan kepada siswa, yaitu: sel (cairan darah).
Sebutkan contoh larutan penyangga asam, terdiri dari komponen apa saja? Ion ¾ Salah satu contoh larutan penyangga yang
-
CH3COO berasal dari mana?dan reaksi apa yang terjadi? Tuliskan reaksinya?Dalam berpengaruh dalam bidang kesehatan adalah
penentuan ion [H+], mengapa ion [H+] berasal dari ion yang digunakan?bagaimana obat tetes mata, cairan impus. Yang mana pH
reaksi yang terjadi?tentukan bagaimana persamaan tetapan kesetimbangan (Ka) tersebut harus disesuaikan dengan pH cairan
sehingga didapat persamaan penentuan [H+], tuliskan? Kedalam 1L air ditambahkan tubuh sehingga tidak menyebabkan alkalosis,
CH3COOH (aq) dan CH3COONa (aq) sehingga konsentrasi CH3COOH 0.1 M dan dan asidosispada darah.
35
38
36
sesuai dengan tujuan materi pembelajaran hari ini,
4. mengawasi siswa yang sedang melakukan diskusi. yaitu :
Larutan penyangga terdapat juga dalam dalam cairan
Memberikan pertanyaan yang belum bisa dijawab oleh siswa pada tahap ketiga, luar sel atau dalam darah, contohnya Hhb dan HbO2-
yaitu: Dalam cairan ekstraseluler, termasuk plasma darah,
Dalam penentuan ion [H+], mengapa ion [H+] berasal dari ion yang terlarut H2CO3 dan HCO3- . reaksi-reaksi metabolisme
digunakan?bagaimana reaksi yang terjadi?tentukan bagaimana persamaan tetapan dalam tubuh banyak menghasilkan gas CO2. Sebagian
III 4. Perhitungan pH +
kesetimbangan (Ka) sehingga didapat persamaan penentuan [H ], tuliskan? Kedalam besar gas CO2 dibuang keatmosfer dan sebagian lagi
larutan penyangga.
1L air ditambahkan CH3COOH (aq) dan CH3COONa (aq) sehingga konsentrasi larut dalam plasma darah dan cairan tubuh.
CH3COOH 0.1 M dan konsentrasi CH3COONa 0.2 M. Tentukan pH campuran Konsentrasi ion HCO3- sepuluh kali lebih besar dari
larutan penyangga tersebut ? ion H2CO3. demikianlah berkat adanya larutan 6. Transfer
1. Orientasi
2. Menjawab setiap pertanyaan yang diberikan oleh
guru. Yaitu :
39
Yang bersifat asam dengan larutan yang bersifat basa;
6. . Memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan tujuan materi pelajaran hari ini, kita bisa lihat melalui pH, dimana untuk mengetahui
yaitu : pH maka harus kta ketahui terlebih dahulu nilai [OH-]
Sebutkan contoh larutan penyangga basa, terdiri dari komponen apa saja? Ion NH4+ dan nilai [H+] melalui suatu persamaan;
berasal dari mana?dan reaksi apa yang terjadi? Tuliskan reaksinya?Dalam penentuan ………………. ;…………..
ion [OH-], mengapa ion [OH-] berasal dari ion yang digunakan?bagaimana reaksi
yang terjadi?tentukan bagaimana persamaan tetapan kesetimbangan (Kb) sehingga
didapat persamaan penentuan [OH-], tuliskan?
Terdapat larutan NH4OH dan (NH4)2SO4 yang masing masing berkonsentrasi
0.1mol/L. Jika volume larutan NH4OH dan (NH4)2SO4 yang dicampurkan masing –
masing 40 mL dan 80 mL, tentukan pH campuran tersebut.?
40
4. Inquiry
5. Membuat kesimpulan hasil pembelajaran hari ini,
yaitu :
Rumus [H+] = Ka x [a] pH = - Log [H+]
[g]
Dimana :
41
4. Melakukan diskusi dengan teman sebangku.
4. Inquiry
5. Membuat kesimpulan hasil pembelajaran hari ini,
yaitu :
Rumus [H+] = Ka x [a] pH = - Log [H+]
[g]
Dimana :
39
[H+] = konsentrasi asam
40
5.Akomodasi
[a] = Mol asam
[g] = Mol garam 6. Transfer
6. Menjawab pertanyaan yang diberkan oleh guru yang
berkaitan dengan materi pelajaran har ini, yaitu :
Ion CH3COO- akan menggeser kesetimbangan asetat
kekiri
NH3(aq) + H2O(aq) NH4+aq) + OH- (aq)
42
-oo0oo-
BAB IV
STRATEGI PEMBELAJARAN
INKUIRI
S
alah satu permasalahan dalam dunia pendidikan adalah masalah
lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran,
siswa didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir.
Kenyataan yang terjadi bahwa dalam proses pembelajaran di kelas,
siswa diarahkan kepada kemampuan untuk menghafal informasi. Siswa
dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa
dituntut untuk memahami informasi dan mengaplikasikan informasi
tersebut dalam kehidupan sehari-hari. �����������������������������
Hal ini mengakibatkan ketika
anak lulus sekolah, mereka hanya pintar secara teoretis tetapi sangat
miskin aplikasi.
Dalam implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP), guru merupakan komponen yang sangat penting, sebab
keberhasilan pelaksanaan proses pendidikan sangat tergantung
pada guru. Oleh karena itu upaya peningkatan kualitas pendidikan
seharusnya dimulai dari pembenahan kemampuan guru. Salah satu
kemampuan yang harus dimiliki guru adalah bagaimana merancang
suatu strategi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan atau kompetensi
yang akan dicapai, karena tidak semua tujuan dapat tercapai hanya
dengan satu strategi tertentu. Kemajuan teknologi informasi di era
globalisasi saat ini menuntut guru untuk mengubah paradigma tentang
mengajar yaitu dari sekedar menyampaikan materi pelajaran menjadi
aktivitas menyampaikan materi pelajaran menjadi aktivitas mengatur
lingkungan agar siswa belajar.
Banyaknya konsep kimia yang bersifat abstrak yang harus diserap
siswa dalam waktu relatif terbatas menjadikan ilmu kimia merupakan
salah satu mata pelajaran sulit bagi siswa sehingga banyak siswa gagal
dalam belajar kimia. Pada umumnya siswa cenderung belajar dengan
hafalan daripada secara aktif mencari untuk membangun pemahaman
mereka sendiri terhadap konsep kimia (Pandley dkk, www.depdiknas.
go.id). Ada juga sebagian siswa yang sangat paham pada konsep-konsep
kimia, namun tidak mampu mengaplikasikan konsep tersebut dalam
kehidupan sehari-hari. Untuk menjadikan materi kimia menjadi lebih
menarik, maka guru harus mampu mengambil suatu kebijakan yaitu
dengan perbaikan metode mengajar sehingga kompetensi belajar yang
diharapkan akan tercapai dengan baik, sebab dengan menggunakan
metode pembelajaran yang tepat akan dapat meningkatkan efektivitas
pembelajaran di kelas.
Salah satu strategi pembelajaran yang dapat diterapkan dalam
pembelajaran kimia adalah strategi pembelajaran inkuiri. Strategi
pembelajaran inkuiri cocok digunakan pada materi-materi yang dekat
dengan kehidupan sehari-hari misalnya pokok bahasan larutan asam
basa. Strategi pembelajaran inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan
belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa
untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, dan
analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya
dengan penuh percaya diri (Gulo, 2002:80). Metode inkuiri dapat
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan
situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan materi
A. Pengertian Inkuiri
Inkuiri berasal dari bahasa Inggris inquiry yang dapat diartikan
sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan
ilmiah yang diajukannya. Pertanyaan ilmiah adalah pertanyaan yang
dapat mengarahkan pada kegiatan penyelidikan terhadap objek
pertanyaan. Dengan kata lain, inkuiri adalah suatu proses untuk
memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi
dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan
masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan bertanya
dan mencari tahu.
Secara umum, inkuiri merupakan proses yang bervariasi dan
meliputi kegiatan-kegiatan mengobservasi, merumuskan pertanyaan
yang relevan, mengevaluasi buku dan sumber-sumber informasi lain
secara kritis, merencanakan penyelidikan atau investigasi, mereview
apa yang telah diketahui, melaksanakan percobaan atau eksperimen
dengan menggunakan alat untuk memperoleh data, menganalisis
dan menginterpretasi data, serta membuat prediksi dan mengko-
munikasikan hasilnya (Depdikbud, 1997). Menurut Hacket, (1998)
di dalam Standar Nasional Pendidikan Sains di Amerika Serikat,
inkuiri digunakan dalam dua terminologi yaitu sebagai pendekatan
pembelajaran (scientific inquiri) oleh guru dan sebagai materi pelajaran
sains (science as inquiry) yang harus dipahami dan mampu dilakukan
oleh siswa (www.kpicenter.com).
C. �������������������������������������������������
Langkah Pelaksanaan Strategi Pembelajaran Inkuiri
Dalam proses pembelajaran melalui kegiatan inkuiri siswa perlu
dimotivasi untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan inkuiri
atau keterampilan proses sehingga pada akhirnya dapat menghasilkan
sikap ilmiah seperti menghargai gagasan orang lain, terbuka terhadap
gagasan baru, berpikir kritis, jujur dan kreatif (Prayitno, 2004).
Secara umum proses pembelajaran dengan menggunakan strategi
pembelajaran Inkuiri dapat mengikuti langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Orientasi
Langkah orientasi merupakan langkah membina suasana atau
iklim pembelajaran yang responsif. Guru merangsang dan mengajak
siswa untuk berpikir memecahkan masalah. Beberapa hal yang dapat
dilakukan dalam tahapan orientasi adalah (1) menjelaskan topik, tujuan
dan hasil belajar yang diharapkan akan dicapai siswa, (2) menjelaskan
pokok-pokok kegiatan untuk mencapai tujuan, (3) menjelaskan
pentingnya topik dan kegiatan belajar sebagai motivasi bagi siswa.
3. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan
yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji
kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk
mengembangkan kemampuan berhipotesis pada siswa adalah dengan
mengajukan pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat
merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu
permasalahan.
4. Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi
yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Proses
pengumpulan data membutuhkan motivasi yang kuat dalam belajar,
ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. Tugas
guru dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan yang dapat
mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.
5. Menguji Hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang
dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh
berdasarkan pengumpulan data sehingga guru dapat mengembangkan
kemampuan berpikir rasional siswa. Artinya, kebenaran jawaban
bukan hanya berdasarkan argumentasi tetapi didukung oleh data yang
ditemukan dan dapat dipertanggung jawabkan.
D. Tingkatan-tingkatan Inkuiri
Berdasarkan komponen-komponen dalam proses inkuiri yang
meliputi topik masalah, sumber masalah atau pertanyaan, bahan,
prosedur atau rancangan kegiatan, pengumpulan dan analisis data
serta pengambilan kesimpulan Bonnstetter (2000) membedakan
inkuiri menjadi lima tingkat yaitu praktikum (tradisional hands-on),
pengalaman sains terstruktur (structured science experiences ), inkuiri
terbimbing (guided inkuiri), inkuiri siswa mandiri (student directed
inquiry), dan penelitian siswa (student research). Klasifikasi inkuiri
menurut Bonnstetter (2000) didasarkan pada tingkat kesederhanaan
kegiatan siswa dan dinyatakan sebaiknya penerapan inkuiri merupakan
suatu kontinum yaitu dimulai dari yang paling sederhana terlebih
dahulu.
a. Traditional hands-on Praktikum (tradisional hands-on) adalah tipe
inkuiri yang paling sederhana. Dalam praktikum guru menyediakan
seluruh keperluan mulai dari topik sampai kesimpulan yang harus
ditemukan siswa dalam bentuk buku petunjuk yang lengkap.
b. Pengalaman sains yang terstruktur. Tipe inkuiri berikutnya ialah
pengalaman sains terstruktur (structured science experiences),
yaitu kegiatan inkuiri di mana guru menentukan topik, pertanyaan,
bahan dan prosedur sedangkan analisis hasil dan kesimpulan
dilakukan oleh siswa. Jenis yang ke tiga ialah inkuiri terbimbing
(guided inquiry), di mana siswa diberikan kesempatan untuk
bekerja merumuskan prosedur, menganalisis hasil dan mengambil
kesimpulan secara mandiri, sedangkan dalam hal menentukan
topik, pertanyaan dan bahan penunjang, guru hanya berperan
sebagai fasilitator.
1. Orientasi
Pokok Bahasan: Perubahan Fisis dan Kimia
Kompetensi Dasar: Mengamati, mengklasifikasi, dan meng
analisis hasil percobaan tentang perubahan fisis dan kimia yang
terdapat di sekitarnya.
Indikator:
1. Mengamati gejala-gejala yang terjadi pada perubahan fisis
dan perubahan kimia.
2. Membandingkan hasil pengamatan perubahan fisis dan
perubahan kimia.
3. Mengklasifikasi perubahan fisis dan perubahan kimia yang
terdapat pada gambar.
2. Merumuskan Masalah
Dalam langkah ini guru memberikan sejumlah gambar yang
dapat menantang siswa untuk berpikir, kira-kira apa permasalahan
yang muncul di dalam sejumlah gambar yang diberikan sebagai
berikut:
Kelompok I
3. Merumuskan Hipotesis
Untuk memudahkan siswa dalam merumuskan hipotesis atau
yang merupakan jawaban sementara atas rumusan permasalahan
yang telah diperoleh sebelumnya, maka guru memberikan pertanyaan
sebagai berikut:
4. Mengumpulkan Data
Tahap berikutnya adalah mengumpulkan data. Dalam hal ini
siswa diminta mengumpulkan sejumlah informasi atau hal yang dapat
diamatinya berdasarkan gambar-gambar yang telah diberikan yang
akan berguna dalam hal menguji hipotesis.
Dalam tahap ini kiranya data yang dapat dikumpulkan masing-
masing siswa yang diharapkan adalah:
Kelompok I
Gambar 4.1 Pakaian yang dijemur di bawah terik matahari
menyebabkan terjadinya perubahan wujud air dari
cairan menjadi gas yang tidak menghasilkan zat yang
baru.
Gambar 4.2 Ketika air mendidih maka uap air keluar dari lubang
ketel, ketika memanaskan margarin terjadi perubahan
wujud dari padatan menjadi cairan.
Gambar 4.3 Kertas yang berukuran besar diubah menjadi potongan-
potongan kecil kertas.
Gambar 4.4 Emas batangan menjadi perhiasan emas.
Gambar 4.5 Gula dalam air kopi menghasilkan kopi rasa manis.
Kelompok II
Gambar 4.6 Pada proses fotosintesis, air dan karbon diubah menjadi
glukosa dan oksigen dengan bantuan sinar matahari.
5. Menguji Hipotesis
Rumusan Permasalahan: �����������������������������������
Apa yang dimaksud dengan perubahan
fisis dan kimia? Apa ciri-ciri perubahan
fisis dan kimia?
Hipotesa: Perubahan Fisis adalah perubahan yang tidak
menghasilkan zat yang baru sedangkan perubahan
kimia adalah perubahan yang menghasilkan zat yang
baru.
Maka siswa dapat menyatakan bahwa tepatlah gambar 4.1–4.5
kelompok I tepat dikelompokkan pada perubahan fisis. Karena tidak
menghasilkan zat yang baru akan tetapi hanya terjadi: perubahan
wujud, bentuk, ukuran dan terjadinya pelarutan serta gambar 1–5
pada perubahan kimia.
Sedangkan gambar 4.6–4.10 pada gambar kelompok II tepat
dikelompokkan sebagai perubaan kimia karena menghasilkan zat yang
baru yang ditandai dengan adanya: Perubahan Warna, penyerapan
atau pelepasan energi yang intinya adalah menghasilkan zat yang
baru.
6. Merumuskan Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang dilakukan oleh siswa
dari data yang telah dikumpulkan maka, kesimpulan yang diharapkan
diperoleh siswa adalah:
Strategi Pembelajaran Inkuiri 57
1. Perubahan Fisis adalah perubahan yang tidak menghasilkan zat
yang baru yang ditandai dengan terjadinya perubahan wujud,
bentuk, ukuran, dan pelarutan serta guru menambahkan terjadinya
perubahan volume serta bentuk energi.
2. Perubahan Kimia adalah perubahan yang menghasilkan zat
yang baru yang ditandai dengan terjadinya perubahan warna,
penyerapan atau pelepasan energi.
STRATEGI PEMBELAJARAN
EKSPOSITORI
S
trategi ini bertolak dari pandangan bahwa tingkah laku siswa dan
penyebaran pengetahuan dikontrol dan ditentukan oleh guru
atau pengajar. Hakikat mengajar menurut pandangan ini adalah
menyampaikan ilmu pengetahuan kepada siswa. Siswa dipandang
sebagai objek yang menerima apa yang diberikan oleh guru. Dalam
pendekatan ini siswa diharapkan dapat menangkap dan mengingat
informasi yang telah diberikan oleh guru, serta mengungkapkan
kembali apa yang dimilikinya melalui respons yang ia berikan pada
saat diberikan pertanyaan oleh guru.
Komunikasi yang digunakan guru dalam interaksinya dengan
siswa, menggunakan komunikasi searah atau komunikasi sebagai
aksi. Guru yang kreatif biasanya dalam memberikan informasi dan
penjelasan kepada siswa menggunakan alat bantu seperti gambar,
bagan, grafik dan lain-lain di samping memberi kesempatan kepada
siswa untuk mengajukan pertanyaan.
Pendekatan ini menunjukkan bahwa guru berperan aktif, lebih
bayak melakukan aktivitas dibandingkan siswanya, karena guru telah
mengelola dan mempersiapkan bahan ajaran secara tuntas, sedangkan
siswanya berperan lebih pasif tanpa banyak melakukan pengolahan
bahan, karena menerima bahan ajaran yang disampaikan guru. Strategi
ekspositori disebut juga mengajar secara konvensional seperti metode
ceramah maupun demonstrasi. Makmun (2003:233), mengemukakan
bahwa guru menyajikan bahan dalam bentuk yang telah disiapkan
secara rapi, sistematik, dan lengkap sehingga siswa tinggal menyimak
dan mencernanya secara teratur dan tertib.
Secara garis besar prosedurnya ialah: (1) persiapan (preperation)
yaitu guru menyiapkan bahan selengkapnya secara sitematik dan rapi;
(2) pertautan (aperception) bahan terdahulu yaitu guru bertanya atau
memberikan uraian singkat untuk mengarahkan perhatian siswa kepada
materi yang telah diajarkan; (3) penyajian (presentation) terhadap bahan
yang baru, yaitu guru menyajikan dengan memberikan ceramah atau
menyuruh siswa membaca bahan yang telah dipersiapkan diambil dari
buku teks tertentu atau ditulis oleh guru; dan (4)evaluasi (resitation)
yaitu guru bertanya dan siswa menjawab sesuai dengan bahan.
Rangkuman
Strategi ekspositori bertolak dari pandangan bahwa tingkah laku
kelas dan penyebaran pengetahuan dikontrol dan ditentukan oleh
guru atau pengajar.
Standar Kompetensi:
- Mendeskripsikan kemungkinan terjadinya Ikatan Kimia
Indikator:
- Menjelaskan kecenderungan suatu unsur untuk mencapai
kestabilan dengan cara berikatan dengan unsur lain.
- Menggambarkan susunan elektron valensi
- Menjelaskan proses terbentuknya ikatan kovalen tunggal, rangkap
dua dan rangkap tiga.
- Menyelidiki kepolaran beberapa senyawa
- Mendeskripsikan proses terjadinya ikatan kimia
- Memprediksikan ikatan kimia yang terjadi
Alokasi Waktu : 10 x 45 menit (2 kali pertemuan)
A. Tujuan Pembelajaran:
- Siswa dapat mendeskripsikan kecenderungan suatu unsur
untuk mencapai kestabilannya.
- Siswa dapat menggambarkan susunan elektron valensi
- Siswa dapat mendeskripsikan proses terjadinya ikatan kovalen,
ikatan logam dan ikatan koordinasi
B. Materi Standar:
1. Ikatan Kimia
2. Susunan elektron valensi
3. Senyawa polar dan non polar
4. Ikatan kovalen
5. Ikatan logam
C. Metode Pembelajaran:
1. Diskusi
2. Tanya jawab
3. Eksperimen
B
erdasarkan Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 Bab I
Pasal 1 Ayat 6, Standar Proses Pendidikan (SPP) adalah standar
nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan
pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar
kompetensi lulusan. Dari pengertian ini, ada beberapa hal yang perlu
digaris bawahi, yaitu:
1. Standar proses pendidikan adalah standar nasional pendidikan,
yang berarti standar proses pendidikan dimaksud berlaku untuk
setiap lembaga pendidikan formal pada jenjang pendidikan tertentu
dimanapun lembaga pendidikan itu berada secara nasional.
Dengan demikian, seluruh sekolah seharusnya melaksanakan
proses pembelajaran seperti yang dirumuskan dalam standar
proses pendidikan.
2. Standar proses pendidikan berkaitan dengan pelaksanaan
pembelajaran, yang berarti dalam standar proses pendidikan berisi
tentang bagaimana seharusnya proses pembelajaran berlangsung.
Dengan demikian, standar proses pendidikan dimaksud dapat
dijadikan pedoman bagi guru dalam pengelolaan pembelajaran.
3. Standar proses pendidikan diarahkan untuk mencapai standar
kompetensi lulusan. Dengan demikian, standar kompetensi
lulusan merupakan sumber atau rujukan utama dalam menentukan
standar proses pendidikan.
A. Metode Ceramah
Metode ceramah dapat diartikan sebagai cara menyajikan
pelajaran melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung
kepada sekelompok siswa. Metode ceramah merupakan metode yang
sampai saat ini sering digunakan oleh setiap guru atau instruktor.
Hal ini selain disebabkan oleh beberapa pertimbangan tertentu, juga
adanya faktor kebiasaan baik dari guru ataupun siswa. Guru biasanya
belum merasa puas manakala dalam proses pengelolaan pembelajaran
tidak melakukan ceramah. Demikian juga dengan siswa, mereka akan
belajar manakala ada guru yang memberikan materi pelajaran melalui
ceramah, sehingga ada guru yng berceramah berarti ada prses belajar
dan tidak ada guru berarti tidak ada belajar.
Ada beberapa yang merupakan keunggulan metode ceramah,
yaitu:
1. Ceramah merupakan metode yang murah (tidak memerlukan
peralatan yang lengkap) dan mudah (hanya mengandalkan suara
guru) untuk dilakukan.
2. Ceramah dapat menyajikan materi yang luas dalam waktu yang
singkat.
3. Ceramah dapat memberi pokok-pokok materi yang perlu
ditonjolkan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang ingin
dicapai.
Agar metode ceramah berhasil, ada beberapa hal yang harus di
lakukan, baik pada tahap persiapan maupun pada tahap pelaksanaan.
Pada tahap persiapan, harus:
1. Merumuskan tujuan yang ingin dicapai, yaitu apa yang harus
dikuasai siswa setelah proses pembelajaran dengan ceramah
berakhir.
2. Menentukan pokok-pokok materi yang akan diceramahkan sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang harus dicapai.
3. Mempersiapkan alat bantu, seperti transparansi atau media grafis
untuk meningkatkan kualitas ceramah dan untuk menghindari
kesalahan persepsi dari siswa.
B. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan
memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu
proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya maupun sekedar
tiruan. Dalam strategi pembelajaran, demonstrasi dapt digunakan
untuk mendukung keberhasilan strategi pembelajaran ekspostori dan
inkuiri.
Metode demonstrasi mempunyai keunggulan dan kelemahan.
Sebagai suatu metode pembelajaran, demonstrasi memiliki
beberapa keunggulan diantaranya:
1. Menghindari verbalisme
2. Proses pembelajaran akan lebih menarik
3. Siswa dapat membandingkan antara teori dan kenyataan.
Dan kelemahannnya, adalah:
1. Memerlukan persiapan yang matang
2. Memerlukan pembiayaan yang besar
3. Guru memerlukan kemampuan dan keterampilan khusus.
C. Metode Diskusi
Metode Diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan
siswa pada suatu permasalahan. Tujuan utama metode ini ialah untuk
memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menembah
dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu
keputusan. Karena itu, diskusi bukanlah debat yang bersifat mengadu
argumentasi. Diskusi lebih bersifat bertukar pengalaman untuk
menentukan keputusan tertentu secara bersama-sama.
Metode diskusi mempunyai keunggulan dan kelemahan. Beberapa
keunggulannya adalah:
D. Metode Simulasi
Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya berpura-pura atau
berbuat seakan-akan. Sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan
cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan
untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu.
Simulasi dapat digunakan sebagai metode mengajar dengan asumsi
tidak semua proses pembelajaran dapat dilakukan secara langsung
pada objek yang sebenarnya. Demikian juga untuk mengembangkan
pemahaman dan penghayatan terhadap suatu peristiwa, penggunaan
simulasi akan sangat bermanfaat.
Sumber Belajar
Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan
oleh siswa untuk mempelajari bahan dan pengalaman belajar sesuai
dengan tujuan yang hendak dicapai.
Dalam proses penyusunan perencanaan program pembelajaran,
guru perlu menetapkan sumber apa yang dapat digunakan oleh siswa
agar mereka dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Dalam pengajaran tradisional, guru sering hanya menetapkan
buku sebagai sumber belajar. Itu pun biasanya terbatas hanya dari salah
satu buku tertentu saja. Dalam proses pembelajaran yang dianggap
modern sesuai tuntutan standar proses pendidikan dan sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi
informasi, maka sebaiknya guru memanfaatkan sumber-sumber lain
selain buku. Hal ini penting, sebab penggunaan salah satu sumber
tertentu saja, akan membuat pengetahuan siswa terbatas dari satu
sumber yang ditetapkan itu.
Beberapa sumber belajar yang bisa dimanfaatkan oleh guru
khususnya dalam setting proses pembelajaran di dalam kelas di
antaranya.
a. Manusia Sumber
Manusia merupakan sumber utama dalam proses pembelajaran.
Dalam usaha pencapaian tujuan pembelajaran, guru dapat
memanfaatkannya dalam setting proses belajar mengajar.
Misalkan untuk mempelajari undang-undang lalu lintas, guru
bisa menggunakan polisi lalu lintas sebagai sumber belajar
utama siswa. Demikian juga untuk mempelajari topik-topik
Rangkuman
Keberhasilan implementasi strategi pembelajaran sangat
tergantung pada cara guru menggunakan metode pembelajaran, karena
suatu strategi pembelajaran hanya mungkin dapat diimplementasikan
melalui penggunaan metode pembelajaran. Ada beberapa metode
pembelajaran yang bisa digunakan untuk mengimplementasikan
strategi pembelajaran, yaitu: Metode Ceramah, Metode Demonstrasi,
Metode Diskusi, dan Metode Simulasi. Dalam proses pembelajaran
terjadi kegagalan komunikasi. Artinya, materi pelajaran atau pesan
yang disampaikan guru tidak dapat diterima oleh siswa dengan optimal,
atau tidak seluruh materi pelajaran dapat dipahami dengan baik oleh
siswa; lebih parah lagi siswa sebagai penerima pesan salah menangkap
isi pesan yang disampaikan. Untuk menghindari semua itu, maka
guru dapat menyusun strategi pembelajaran dengan memanfaatkan
berbagai media dan sumber belajar.
-oo0oo-
STRATEGI PEMBELAJARAN
KOOPERATIF
D
alam konteks pengajaran, strategi dimaksudkan sebagai daya
upaya guru dalam menciptakan suatu sistem lingkungan
yang memungkinkan terjadinya proses mengajar agar tujuan
pembelajaran yang telah dirumuskan dapat tercapai dan berhasil
guna. Karena itu seorang guru dituntut untuk memiliki kemampuan
untuk mengatur secara umum komponen-komponen pembelajaran,
sehingga terjadi keterkaitan fungsi antarkomponen pembelajaran
dimaksud. Strategi berarti pola kegiatan belajar mengajar yang diambil
untuk mencapai tujuan secara efektif. Untuk melaksanakan tugas
secara profesional, guru memerlukan wawasan yang mantap tentang
kemungkinan-kemungkinan strategi belajar mengajar yang sesuai
dengan tujuan belajar yang telah dirumuskan, baik dalam arti efek
instruksional, tujuan belajar yang dirumuskan secara eksplisit dalam
proses belajar mengajar, maupun dalam arti efek pengiring misalnya
kemampuan berpikir kritis, kreatif, sikap terbuka setelah siswa
mengikuti diskusi kelompok kecil dalam proses belajarnya.
Menurut Newman dan Logan sebagaimana dikutip Abu Ahmadi,
strategi meliputi empat masalah yaitu:
1. Mengidentifikasikan serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi
perubahan tingkah laku dan kepribadian peserta didik sesuai
dengan tujuan yang diharapkan.
2. Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi
dan pandangan hidup masyarakat.
3. Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik
pembelajaran yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga
dapat dijadikan pegangan dalam kegiatan pembelajaran.
4. Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan
atau kriteria dan standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan
pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan
pembelajaran.
d. Keterampilan Bekerjasama
Kemampuan untuk bekerjasama itu kemudian dipraktikkan
melalui aktivitas dan kegiatan yang tergambar dalam keterampilan
bekerja sama. Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk mau
dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain.
Siswa perlu dibantu mengatasi berbagai hambatan dalam berinteraksi
dan berkomunikasi, sehingga setiap siswa dapat menyampaikan ide,
mengemukakan pendapat dan memberi kontribusi kepada keberhasilan
kelompok.
(3) Penilaian
Penilaian dalam strategi pembelajaran kooperatif bisa dilakukan
dengan tes atau kuis dilakukan baik secara individual maupun secara
kelompok. Tes individual nantinya akan memberikan informasi
kemampuan tiap siswa; dan tes kelompok akan memberikan informasi
kemampuan setiap kelompok. Hasil akhir setiap siswa adalah
b. Kegiatan inti
a. Pengorganisasian Materi/ Kelompok
• Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok, sesuai dengan
jumlah siswa. Jumlah siswa sebanyak 40 orang, siswa
c. Kegiatan penutup
• Guru melakukan umpan balik terhadap kompetensi yang
telah dipelajari siswa dengan memberikan kuis pada siswa.
-oo0oo-
STRATEGI PEMBELAJARAN
BERBASIS MASALAH (SPBM)
S
trategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM) merupakan salah
satu pembelajaran yang didasarkan kepada psikologi kognitif yang
berangkat dari asumsi bahwa belajar adalah proses perubahan
tingkah laku berkat adanya pengalaman. Belajar bukan semata-mata
proses menghafal sejumlah fakta, tetapi suatu proses interaksi secara
sadar antara individu dan lingkungannya. Melalui proses ini siswa akan
berkembang secara utuh. Artinya perkembangan siswa tidak hanya
terjadi pada aspek kognitif, tetapi juga aspek apektif dan psikomotor
melalui penghayatan secara internal akan problema yang dihadapi.
Dilihat dari aspek filosofis tentang fungsi sekolah sebagai arena
atau wadah untuk mempersiapkan anak didik agar dapat hidup di
masyarakat, maka SPBM merupakan strategi yang memungkinkan
dan sangat penting dikembangkan. Hal ini sebabkan pada kenyata
annya setiap manusia akan selalu dihadapkan kepada masalah. Dari
mulai masalah yang sederhana sampai kepada masalah yang kom
pleks, dari masalah yang pribadi sampai kepada masalah keluarga,
masalah sosial kemasyarakatan, masalah negara sampai kepada
masalah dunia. SPBM inilah diharapkan dapat memberikan latihan
dan kemampuan setiap individu untuk dapat menyelesaikan masalah
yang dihadapinya.
Dilihat dari konteks perbaikan kualitas pendidikan, maka SPBM
merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat digunakan
untuk memperbaiki sistem pembelajaran. Kita menyadari selama
ini kemampuan siswa untuk dapat menyelesaikan masalah kurang
diperhatikan oleh setiap guru. Akibatnya, manakala siswa menghadapi
masalah, walaupun masalah itu dianggap sepele, banyak siswa tidak
dapat menyelesaikan masalahnya dengan baik. Tidak sedikit siswa
yang mengambil jalan pintas, misalnya dengan mengonsumsi obat-
obatan terlarang atau bahkan bunuh diri hanya gara-gara tidak sanggup
memecahkan masalah.
Kegiatan kelompok
1. Mendefinisikan masalah, yaitu merumuskan masalah dari peristiwa
tertentu yang mengadung isu konflik, hingga siswa menjadi jelas
masalah apa yang akan dikaji. Dalam kehidupan ini guru bisa
meminta pendapat dan menjelaskan siswa tentang isu-isu hangat
yang menarik untuk dipecahkan.
Rangkuman
Strategi pembelajaran berbasiskan masalah (SPBM) dapat diartikan
rangkaian aktivitas pembelajaran yang dihadapi secara ilmiah. Untuk
mengimplementasikan SPBM, guru perlu memilih bahan pelajaran
yang memiliki permasalahan yang dapat dipecahkan.
Strategi pembelajaran berbasiskan masalah (SPBM) merupakan
salah satu strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk
memperbaiki sistem pembelajaran. Dalam strategi pembelajaran
berbasis masalah (SPBM) mempunyai enam langkah. Langkah-
langkahnya yaitu menyadari masalah, merumuskan masalah,
merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan
menentukan pilihan penyelesaian.
Dengan menggunakan strategi pembelajaran berbasis masalah
di harapkan siswa lebih berpikir kritis. Dengan strategi pembelajaran
berbasis masalah siswa lebih dapat mengembangkan pengetahuannya
tentang masalah-masalah yang ada dilingkungannya baik itu di
lingkungan rumah maupun di lingkungan masyarakat tempat
tinggalnya.Dalam pembelajaran berbasis masalah siswa diharapkan
lebih dapat kesempatan untuk mengaplikasikan pengetahuan yang
mereka miliki dalam dunia nyata, sehingga di dalam kehidupannya
nanti dapat menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya.
1. Merumuskan masalah
* kepada siswa diberikan bahan-bahan kimia, dan mereka
diminta untuk mereaksikan zat-zat kimia tersebut, dan
memperhatikan hasil reaksi-reaksi kimia yang mereka peroleh,
kemudian mencari masalah dari praktikum yang mereka
lakukan tersebut.
* Kepada siswa itu diberikan:
a. Bahan-bahan kimia yang mengandung kalium klorat, besi,
kalsium, stronsium, litium, tembaga barium, dan kalium
yang dicampurkan dalam tabung yang terbuat dari kertas,
kemudian dibakar.
b. Pita magnesium direaksikan dengan larutan asam klorida
(HCL 0,1 M) Pita magnesium direaksikan dengan larutan
asam klorida (HCL 0,5 M).
c. Kristal kalsium karbonat (CaCO3) direaksikan dengan
asam klorida (HCL 0,5 M) Serbuk kalsium karbonat
(CaCO3) direaksikan dengan asam klorida (HCL 0,5 M).
d. Larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3) 0,1 M dipanaskan
sampai dengan suhu 500C kemudian direaksikankan
dengan larutan asam klorida (HCL 0,1 M). Larutan
natrium tiosulfat (Na2S2O3) 0,1 M suhu kamar kemudian
Direaksikan dengan larutan asam klorida (HCL 0,1 M).
2. Menganalisis masalah
Dari hasil pengamatan di atas siswa dapat mencari masalah-
masalah yang ada pada hasil reaksi-reaksi kimia di atas, contohnya
3. Merumuskan hipotesis
Siswa merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan masalah
dari hasil pengamatannya di atas, hipotesisnya antara lain adalah:
- Siswa memprediksikan bahwa reaksi-reaksi kimia yang terjadi
pada reaksi pita magnesium dengan larutan asam klorida karena
perbedaan konsentrasi.
- Pada reaksi kristal CaCO3 dan serbuk CaCO3 dengan larutan asam
klorida karena pengaruh konsentrasi dan bentuk kristalnya.
- Pada reaksi natrium tiosulfat (Na2S2O3) dengan larutan asam
klorida (HCL) karena pengaruh konsentrasi dan pemanasan.
4. Mengumpulkan data
Siswa mencatat hasil pengamatan praktikum dalam bentuk tabel.
5. Pengujian hipotesis
Siswa mencoba menguji hipotesis yang diperoleh dari
hasil pengamatan di atas dengan kajian-kajian teoritis dari buku
teks, kemudian sekaligus melakukan diskusi antara mereka agar
mendapatkan suatu hipotesa yang benar-benar tepat.
Kesimpulan
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah: semakin
tinggi konsentrasi maka laju reaksi semakin cepat. Luas bidang
permukaan (ukuran partikel) memperluas bidang permukaan berarti
memperkecil ukuran partikel, semakin kecil ukuran partikel maka laju
reaksi semakin cepat.
Semakin tinggi suhu maka laju semakin cepat. Sifat zat ada tiga:
mudah larut sukar larut dan tidak bisa larut. Pengadukan dan katalis
berpengaruh terhadap laju reaksi.
-oo0oo-
PENDEKATAN PEMBELAJARAN
KONTEKSTUAL
A
da kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran
bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan
alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami
apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pembelajaran
yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam
kompetisi mengingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali
anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang
Pendekatan kontektual (Contextual Teaching and Learning/CTL)
merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga
dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan
lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung
alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan
mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran
lebih dipentingkan daripada hasil.
Dalam kelas kontektual, tugas guru adalah membantu siswa
mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan
strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas
sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu
yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru datang dari
menemukan sendiri bukan dari apa kata guru. Begitulah peran guru di
kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual.
3. Siswa terlibat secara aktif dalam proses Siswa secara pasif menerima informasi
pembelajaran
10 Hadiah dari perilaku baik adalah Hadiah dari perilaku baik adalah pujian
kepuasan diri atau nilai (angka) rapor
11 Siswa tidak melakukan hal yang buruk Siswa tidak melakukan sesuatu yang buruk
karena sadar hal tersebut keliru dan karena takut akan hukuman
merugikan
14 Hasil belajar diukur melalui penerapan Hasil belajar diukur melalui kegiatan
penilaian autentik. akademik dalam bentuk tes/ujian/ulangan.
2. INQUIRY
a. Proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman.
b. Siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis.
3. QUESTIONING (BERTANYA)
a. Kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai
kemampuan berpikir siswa.
b. Bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam
pembelajaran yang berbasis inquiry.
5. MODELING (PEMODELAN)
a. Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir,
bekerja dan belajar.
b. Mengerjakan apa yang guru inginkan agar siswa
mengerjakannya.
6. REFLECTION ( REFLEKSI)
a. Cara berpikir tentang apa yang telah kita pelajari.
b. Mencatat apa yang telah dipelajari.
c. Membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok.
Lampiran 2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
DENGAN CTL
Satuan Pendidikan : SMA
Mata Pelajaran : KIMIA
Kelas Semester : XI/2
Alokasi Waktu : 4 × 45 menit (2 pertemuan)
Standar Kompetensi : Menjelaskan sistem dan sifat koloid serta
penerapannya������������������������
dalam kehidupan sehari-
hari.
Kompetensi Dasar : Mengelompokkan sifat-sifat koloid dan
penerapannya dalam kehidupan sehari-
hari.
Indikator
1. Mengklasifikasikan suspensi kasar, larutan sejati, dan koloid
berdasarkan data hasil pengamatan (efek Tyndall, homogen/
heterogen, dan penyaringan)
2. Mengelompokkan jenis koloid berdasarkan fase terdispersi dan
fase pendispersi.
Materi Pembelajaran
1. Perbedaan larutan sejati, koloid, dan suspensi.
2. Kelompok yang tergolong larutan sejati, koloid, dan suspensi
dalam kehidupan sehari-hari.
3. Pengelompokkan sistem koloid berdasarkan fase terdispersi dan
medium pendispersi.
Metode Pembelajaran
1. Diskusi
2. Tanya jawab
3. Ceramah
Kegiatan Akhir
l Memberikan tugas untuk mencari produk yang menunjukkan
contoh-contoh koloid yang ada di lingkungan dan media cetak.
Pertemuan 2
Kegiatan Awal
l Memberikan motivasi tentang kegunaan percobaan yang akan
dilakukan.
Kegiatan Akhir
l Memberikan tugas untuk membuat laporan hasil percobaan
secara individu.
l Memberikan penghargaan kepada kelompok peserta didik yang
kinerjanya baik.
Keterangan:
Cetak miring : Menemukan (inkuiri)
Cetak tebal : Bertanya (questioning)
Garis bawah : Penilaian sebenarnya (authentic assesment)
Sumber Belajar
1. Alat : Peralatan laboratorium
2. Sumber :
l Buku kimia penerbit Erlangga untuk SMA kelas XI
l Buku kimia penerbit Grafindo untuk SMA kelas XI
l Buku kimia penerbit Grasindo untuk SMA kelas XI
l Buku kerja ilmiah penerbit Erlangga
-oo0oo-
STRATEGI PEMBELAJARAN
AFEKTIF
D
alam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 dijelaskan
bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik, agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berahklak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Rumusan masalah pendidikan di atas, sarat dengan pembentukan
sikap. Dengan demikian, tidaklah lengkap manakala dalam strategi
pembelajaran yang berhubungan dengan pembentukan nilai dan
sikap.
Ada orang yang beranggapan bahwa sikap bukanlah untuk
diajarkan, seperti halnya matematika, fisika, ilmu sosial, dan lain
sebagainya, akan tetapi untuk dibentuk. Oleh karna itu, yang lebih tepat
dalam bidang afektif bukanlah istilah pengajaran, namun pendidikan.
Namun, oleh karna itu strategi pembelajaran yang dibicarakan dalam
buku ini untuk mencapai tujuan pendidikan yang bukan hanya dimensi
kognitif tetapi juga dimensi lainnya, yaitu sikap dan keterampilan,
melalui proses pembelajaran yang menekankan kepada aktivitas siswa
sebagai subjek belajar.
Strategi pembelajaran afektif memang berbeda dengan strategi
pembelajaran kognitif dan keterampilan. Afektif berhubungan
nilai (value), yang sulit diukur, oleh karena menyangkut kesadaran
seseorang yang tumbuh dari dalam. Dalam batas tertentu memang
afeksi dapat muncul dalam kejadian behavior, akan tetapi penilaiannya
untuk sampai pada kesimpulan yang bisa dipertanggung jawabkan
membutuhkan ketelitian dan observasi yang terus menerus, dan hal ini
tidaklah mudah untuk dilakukan, apalagi menilai perubahan sikap.
Sebagai akibat dari proses pembelajaran yang dilakukan guru
di sekolah. Kita tidak bisa menyimpulkan bahwa sikap anak itu baik,
misalnya dilihat dari segi kebiasaan berbahasa atau sopan santun yang
bersangkutan, sebagai akibat dari proses pembelajaran yang dilakukan
guru. Mungkin sikap itu termasuk oleh kebiasaan dalam keluarga dan
lingkungan sekitar.
A. Penilaian Sikap
Sikap berangkat dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait
dengan kecenderungan bertindak seseorang dalam merespon sesuatu/
objek. Sikap juga sebagai ekspresi dari nilai-nilai pandangan hidup yang
dimiliki oleh seseorang. Sikap dapat dibentuk untuk terjadinya perilaku
atau tindakan yang diinginkan. Sikap terdiri dari 3 komponen. Yakni:
komponen afektif, komponen kognitif, komponen konatif. Komponen
afektif adalah perasaan yang dimiliki seseorang atau penilaiannya
terhadap satu objek. Komponen kognitif adalah kepercayaan atau
keyakinan seseorang terhadap suatu objek. Komponen konatif adalah
kecenderungan untuk berperilaku atau berbuat dengan cara-cara
tertentu berkenaan dengan kehadiran objek sikap.
Secara umum, objek yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran
berbagai mata pelajaran adalah sebagai berikut:
1. Model Konsiderasi
Model Konsiderasi (the consideration model) dikembangkan oeh
Mc Paul, seorang humanis. Paul menganggap bahwa pembentukan
moral tidak sama dengan pengembangan kognitif yang rasional.
-oo0oo-
A
nalisis konsep dimaksudkan untuk mengidentifikasi konsep-
konsep esensial dalam topik-topik yang diajarkan, menyusun
konsep secara hierarki serta mengenali sifat, atribut, kedudukan
konsep, contoh dan non contoh. Konsep-konsep esensial yang sudah
teridentifikasi dalam satu pokok bahasan, dapat dilihat keterkaitannya
melalui peta konsep.
Konsep-konsep kimia dapat dikelompokkan berdasarkan atribut-
atribut konsep menjadi 6 kelompok (Herron dalam Liliasari (1996)).
yaitu:
a. Konsep konkrit, yaitu konsep yang contohnya dapat dilihat
misalnya spektrum.
b. Konsep abstrak, yaitu konsep yang contohnya tidak dapat dilihat,
misalnya atom,molekul.
c. Konsep dengan atribut kritis yang abstrak tetapi contohnya dapat
dilihat misalnya unsur, senyawa.
d. Konsep yang berdasarkan prinsip, misalnya mol, campuran,
larutan.
e. Konsep yang melibatkan penggambaran simbol, misalnya
lambang unsur, rumus kimia.
f. Konsep yang menyatakan suatu sifat, misalnya elektropositif,
elektronegatif, dan
g. Konsep yang menunjukkan atribut ukuran meliputi kg, g (ukuran
massa), M, m, pH (ukuran konsentrasi), C (ukuran muatan
listrik).
1. Sistem Despersi Penyebaran merata zat Konsep Zat terdispersi, Jenis larutan Koloid Larutan Campuran Gula, pasir, susu NaOH atau HCl
terdispersi ke medium abstrak medium pendispersi bubuk ditambahkan ditambahkan air.
pendispersi ke dalam air.
2. Koloid Campuran heterogen Konsep Campuran heterogen, Jenis fase Pengelompok- Suspensi, Campuran Susu, santan, Lumpur.
yang terdiri dari fase abstrak Fase pendispersi, fase pendispersi. an sistem larutan mentega.
pendispersi dan fase dengan terdispersi. koloid. sejati.
terdispersi. contoh
konkrit
3. Pengelompokan Kombinasi campuran Konsep Campuran, fase zat. Jenis pendispersi, Sifat-sifat Campuran Sol, aerosol, emulsi, Mentega, hairspray,
sistem koloid fase zat. konkrit. jenis terdispersi koloid Larutan. busa buih
4. Sifat-sifat koloid Kekhasan yang dimiliki Konsep Sistem koloid Proses pembuatan, Pembuatan Pengelompokan Gerak brown, efek Penggunaan
sistem koloid abstrak jenis koloid. koloid. Penerapan sistem koloid tyndal, adsorpsi arang aktif,
dengan koloid dalam penggumpalan,
contoh kehidupan desinfeksi.
konkrit
5. Pembuatan koloid Cara membuat koloid Konsep Membuat koloid Jenis koloid. Penerapan Pengelompokan Cara kondensasi,
konkrit koloid. Jenis koloid sistem cara dispersi. Reaksi
koloid penggaraman, cara
mekanik, peptiasi,
6. Penerapan koloid Aplikasi koloid dalam Konsep Aplikasi koloid Jenis koloid Pembuatan Perebusan telur, hidrolisis
kehidupan konkrit - Pembuatan koloid penjernihan air, cuci
koloid darah. Dialisis, adsorpsi.
1. Perubahan kimia Pada perubahan kimia Konsep yang − Perubahan kimia Jenis materi Perubahan fisika Perubahan _ Besi berkarat Lilin meleleh
terjadi perubahan materi menyangkut − Perahan materi materi
yang menghasilkan zat baru prinsip − Zat baru
2. Perubahan fisika Pada perubahan fisika tidak Konsep yang − Perubahan fisika Jenis materi Perubahan Kimia Perubahan _ Es mencair Kayu dibakar
menghasilkan zat baru, menyangkut − Tidak menghasilkan materi
hanya mengubah sifat prinsip zat baru
3. Sifat intensif Pada sifat intensif sifat materi Konsep yang − Sifat intensif Sifat materi Sifat ekstensif Perubahan - sifat kimia Rasa Panjang
tidak bergantung pada menyangkut − Sifat materi materi - sifat fisika
ukuran dan jumlah zat prinsip − Tidak bergantung
ukuran dan jumlah
zat
4. Sifat ekstensif Pada sifat ekstensif Konsep yang − Sifat ekstensif Sifat materi Sifat intensif perubahan - sifat kimia Volume Bau
Sifat materi bergantung pada menyangkut − Sifat materi materi sifat fisika
jumlah dan ukuran prinsip − Bergantung pada
jumlah dan ukuran
5 Sifat fisika Pada sifat fisika terkait pada Konsep yang − Sifat fisika Sifat materi Sifat kimia peubahan _ Titik didih Dapat terbakar
keadaan fisika materi menyangkut − Keadaan fisika materi
prinsip
6 Sifat kimia Pada sifat kimia terkait pada Konsep yang − Sifat kimia Sifat materi Sifat fisika perubahan _ Dapat Titik leleh
keadaan kimia menyangkut − Keadaan kimia materi berkarat
prinsip
Analisis Konsep dan Peta Konsep 157
Peta Konsep
ANALISIS KONSEP KELAS X SEMESTER 2
MATERI POKOK: SENYAWA HIDROKARBON
NO LABEL KONSEP DEFINISI KONSEP JENIS ATRIBUT KONSEP KEDUDUKAN KONSEP CONTOH NON
KONSEP CONTOH
ATRIBUT KRITIS ATRIBUT VARIABEL SUB KOORDINAT SUPERORDINAT
ORDINAT
1 Senyawa Karbon Senyawa yang Konsep yang - Unsur Karbon Jenis senyawa Atom Atom karbon Senyawa Karbon CH4 H3PO4
mengandung unsur menyangkut Karbon karbon primer, Organik dan
Karbon prinsip sekunder, senyawa Karbon An
tertier dan Organik
kuartener
3 Struktur molekul Senyawa yang Konsep yang - Rantai Karbon Jenis rantai senyawa Atom Senyawa Kejenuhan CH2=CH2 C2H5OH
Hidrokarbon terdiri dari rantai menyangkut terbuka hidrokarbon Karbon Karbon ikatan senyawa
Karbon terbuka prinsip - Rantai Karbon hidrokarbon
dan rantai Karbon tertutup
tertutup
4 Kejenuhan Kejenuhan Konsep yang - Ikatan Jenuh Jenis kejenuhan Senyawa Struktur Keisomeran Siklo Butanal
ikatan senyawa ikatan senyawa menyangkut senyawa Hidro- ikatan senyawa Karbon Molekul Hidrokarbon Propana
Hidrokarbon Hidrokarbon terdiri prinsip karbon Hidrokarbon senyawa
dari ikatan jenuh - Ikatan Tak jenuh Hidrokarbon
atau Ikatan tak senyawa Hidro
Jenuh karbon
5 Keisomeran Keisomeran Konsep yang - Isomer Fungsi Jenis senyawa Struktur Ikatan senyawa Reaksi hidrokarbon CH3- C= CH = CH
Hidrokarbon Hidrokarbon menyangkut - Isomer Posisi Hidrokarbon molekul Hidrokarbon C-CH3 -CH3
terdiri dari: isomer prinsip - Isomer Geometri senyawa
Fungsi, isomer - Isomer rangka Hidrokarbon
posisi, isomer
Geometri, Isomer
rangka
ATRIBUT KONSEP KEDUDUKAN KONSEP
DEFENISI JENIS
NO LABEL KONSEP CONTOH NON CONTOH
KONSEP KONSEP ATRIBUT SUB
ATRIBUT KRITIS KOORDINAT SUPER ORDINAT
VARIABEL ORDINAT
1 Pengertian laju Konsentrasi zat Konsep yang 1. konsentrasi zat Konsentrasi entalpi Penentuan Kesetimbangan Apakah sama pengertian Apakah yang
reaksi hasil reaksi per menyangkut hasil reaksi dan koefisien laju reaksi kimia laju reaksi sama dengan dimaksud dengan teori
satuan waktu proses 2. satuan waktu reaksi laju kendaraan atau tumbukan
benda yang bergerak
2 Penentuan laju Cara fisika dan Konsep yang 1. Konsentrasi Koefisien Pengertian Hukum laju Kesetimbangan Jika pada suhu
reaksi cara kimia menyangkut 2. waktu zat-zat hasil laju reaksi reaksi kimia tertentu, kecepatan
proses 3. tetapan laju reaksi penguraian N2O5
reaksi menjadi NO2 dan
O2 = 2.5 x 10-6 mol
L-1s-1 maka kecepatan
pembentukan NO2 =
…mol L-1 s-1
Reaksi Redoks
Cara Mekanik
Kondensasi Dispersi
Reaksi Penggaraman Cara Peptisasi
Larutan Sejati
Menunjukkan Dan Suspensi
Efek Tyndall dan
Gerak Brown KOLOID
Bentuk Campuran
Bermuatan Listrik
Kestabilan
Pengamatan Mikroskop
Jumlah Fase
Sistem Dispersi
Cara Pemisahan
Ukuran Partikel
Sol emas Asap, Aloi Kabut, Susu, Keju, Busa, Karet busa,
agar-agar debu awan santan mentega sabun batu apung
1. Reaksi redoks Transfer elektron dari zat Konsep abstrak Reaksi oksidasi dan Penyetaraan reaksi, Sel volta Reaksi asam Elektrokimia Korosi Cu/
pereduksi ke zat pengoksidasi dengan contoh reaksi reduksi redoks metode basah Cu2+//Ag+/Ag
merupakan reaksi redoks konkrit biloks, metode
setengah reaksi
2. Selvolta Sel yang menghasilkan energi Konsep abstrak Anode, katode, Kespontanan reaksi Korosi Sel elektrolisis Reaksi redoks Baterai
listrik dari energi kimia merupa- dengan contoh voltmeter, larutan redoks (deret volta
3. Korosi Reaksi elektro kimia antara Konsep abstrak Logam, oksigen air, Faktor-faktor Pencegahan - Sel volta Besi berkarat
logam dengan lingkungannya dengan contoh pengotor, dan karat. mempercepat korosi korosi
merupakan korosi konkrit
4. Pencegahan Usaha menghambat (mem- Konsep konkrit Faktor-faktor Cara mencegah Korosi Sel volta - Besi di cat
Korosi perlambat) terjadinya korosi penyebab korosi korosi: penge-catan, - Pelapisan
merupakan pencegahan korosi pelapisan logam, logam
perlin-dungan - Isolasi logam
katodik
Sel Elektrolisis Sel yang menghasilkan energi Konsep abstrak Katoda Sel elektrolit lelehan Reaksi kimia Reaksi redoks Aplikasi dalam
5 Sel volta
kimia dari energi listrik dengan contoh Anoda dan sel elektrolit sel pemurnian
konkrit Voltmeter larutan logam,
penyepuhan
Larutan elektrolit
logam, isolasi
logam
Atribut Konsep Kedudukan Konsep
No Label Konsep Definisi Konsep Jenis Konsep Contoh
Atribut Kritis Atribut Variabel Sub Ordinat koordinat Super Ordinat
6. Reaksi kimia Reaksi kimia Konsep abstrak Katoda Ketentuan Hukum - Sel elektrolisis Zn/Zn2+//Cu2+/
sel yang terjadi di contoh konkrit Anoda reaksi di katoda Faraday Cu
katoda dan anoda Oksidasi dan anoda, jenis
merupakan reaksi Reduksi elektroda
kimia sel
7. Hukum
faraday Hubungan jumlah
listrik yang Konsep abstrak
digu-nakan pada dengan contoh Massa zat, Hukum Faraday - Reaksi kimia Sel elektrolisis
elektrolisis dengan konkrit Arus listrik I dan hukum sel Menghitung
massa produk yang Berat ekvivalen, Faraday II massa logam
dihasil-kan di elek- dan yang diendap-
trode meru-pakan waktu kan, atau orus
hukum Faraday yang mengalir
4 Faktor- Hal-hal yang Konsep yang Teori tumbukan, Energi aktivasi, – Pengertian Kesetimbangan Katalis sering digunakan Tentukanlah orde
faktor yang mempengaruhi menyangkut konsentrasi, koefisien zat laju reaksi kimia pada reaksi-reaksi reaksi jika diketahui:
mempengaruhi cepat lambatnya proses luas permukaan hasil reaksi, kimia yang berlangsung a. satuan k = M-3s-
laju reaksi laju reaksi sentuhan, suhu, besar kecilnya di industri, apa 1
katalisator suatu zat keuntungan penggunaan b. satuan k = M-1s-
katalis, dan bagaimana 1
mekanisme kerja katalis
-oo0oo-
MISKONSEPSI KIMIA
K
esalahan-kesalahan dalam pemahaman konsep (miskonsepsi)
kimia akan memberikan penyesatan lebih jauh jika tidak
dilakukan pembenahan. Anehnya miskonsepsi itu sering sekali
tidak disadari oleh pengajar kimia. Bahasan mengenai miskonsepsi
tentang pelajaran kimia sudah sangat banyak diteliti oleh para guru,
mahasiswa, peneliti-peneliti di Indonesia. Namun dari apa yang mereka
hasilkan itu sangat sedikit yang dipublikasikan. Entah alasannya apa,
mungkin takut dijiplak. Padahal jika hasilnya dipublikasikan tentu
akan sangat berguna bagi praktisi pengajar untuk mata pelajaran yang
menjadi fokus penelitiannya. Penjelajahan dengan search engine
dengan menggunakan bahasa Inggris maka kita bisa jumpai banyak
hal terkait miskonsepsi dalam pelajaran kimia ini. Miskonsepsi siswa
sebelum dan sesudah pengajaran formal menjadi suatu perhatian
utama di antara para peneliti di Pendidikan Sains karena mereka
mempengaruhi bagaimana siswa mempelajari ilmu pengetahuan baru.
Memainkan sebuah peranan penting pada pembelajaran berikutnya
dan menjadi sebuah halangan dalam memperoleh tubuh yang benar
dari pengetahuan. Pada tulisan ini beberapa miskonsepsi siswa tentang
ikatan kimia diberikan dalam sebuah literatur yang telah diselidiki
dan disajikan. Untuk tujuan ini, suatu literatur yang diperinci melihat
tentang ikatan kimia dari data yang telah dikumpulkan dan disajikan
menurut masa lalu.
Miskonsepsi kimia adalah sebuah hasil dari Royal Society dari
program kimia untuk mendukung pendidikan pada sains kimia.
Keith Taber adalah seorang ahli di sekolah RSC pada tahun 2000-
2001. Dia mengembangkan materi ini untuk membantu para guru
dalam menggunakan ’konsep alternatif’ yang membawa siswa dalam
pembelajaran kimia mereka. Dia menyatakan hampir 100 guru
pada sekolah tingkat elementry hingga universitas yang membantu
mengembangkan dan menilai pendekatan ini pada pembelajaran
konsep. Dia merekomendasikan pada bagian I bahwa guru kimia
menyelidiki apa yang dipikirkan siswa tentang ide-ide sains sama
sebelum latihan dimulai dan mengekplorasi persepsi siswa dari konsep
kimia pada sebuah dasar yang berkelanjutan sebagai sebuah bagian
penting dari proses belajar mengajar.
Pada sains, sering ada banyak gagasan yang seringkali
disalahtafsirkan. Hal ini dapat menyebabkan pelajar meniru dengan
membuat pengertian dari konsep abstrak. Juga karena sains terus
menerus mengalami perubahan untuk beradaptasi dengan penemuan
dan metode baru. Beberapa miskonsepsi mungkin seharusnya pada
ide-ide atau tulisan lama. Karena bentuk dari konsep baru berdasarkan
pada bangunan dasar dari sesuatu yang telah lama. Berikut ini
dimaksudkan untuk menghasilkan sebuah kesadaran dari beberapa
miskonsepsi yang ditemukan pada kelas 9 Sains. Terutama pada atom
dan model molekul.
Pasangan Ion, seperti Na+ Ion-ion tidak dianggap molekul, yang mengandung
dan Cl- adalah molekul. ikatan kovalen. Sebuah kata yang lebih baik untuk
memakai pasangan ion dalam senyawa-senyawa
ionik mungkin satuan rumus.
Ikatan kimia dibentuk dari Ikatan-ikatan kimia tidak dibuat dari bentuk yang
sebuah materi fisik. terpisah dari zat, tetapi elektron-elektron yang
bersama-sama dan gaya-gaya tarik menarik.
Pasangan elektron sama- Pasangan elektron tidak dibagi sama pada semua
sama terbagi dalam ikatan ikatan kovalen. Pada sebagian, satu atom menarik
kovalen. pasangan elektron lebih dari atom lain (contohnya
perbedaan keelektronegativan) dan menyebabkan
pasangan elektron menjadi lebih dekat padanya dari-
pada atom lain.
Kekuatan ikatan kovalen Kekuatan dari ikatan kovalen, sebuah gaya antar
dan gaya antar molekul molekul (dalam molekul seperti diantara atom-atom).
sama. Lebih besar dari gaya antar molekulnya (diantara
molekul-molekul). Karena itu, molekul-molekul
dapat dipisahkan dengan mudah dari pemutusan
molekul mereka sendiri.
2. Atom sering dianggap Atom tidak hidup, hanya bisa bergetar jika
sebagai benda hidup diberi energi. Tidak bisa disebut benda
hidup karena ciri-ciri makhluk hidup seperti
berkembang biak, tumbuh, bernafas dan
sebagainya tidak dimiliki.
3. Molekul adalah bagian Molekul terdiri dari dua atom atau lebih yang
terkecil dari senyawa dapat diuraikan kembali.
yang tidak bisa diuraikan
4. Molekul dari zat padat Molekul zat yang sama tidak berubah meskipun
keras, sedang molekul zat fisiknya berubah, seperti molekul air dalam
cair dan gas lembut bentuk padat, cair dan gas, yang berbeda
adalah jarak antaratom penyusunnya.
Perubahan fisika adalah bolak Sebuah miskonsepsi yang sangat umum. Perubahan
balik (kembali kekeadaan kimia juga reversibel. Reaksi kesetimbangan
semula) sedangkan perubahan ditentukan dengan adanya reaksi yang masuk
kimia tidak. dan keluar yang terjadi di antara ke dua-duanya
pada waktu tertentu, seperti prinsip Lechatalier’s.
beberapa perubahan fisika juga susah balik kembali,
sebagai contoh penghancuran batu.
Zat semula akan hilang Zat semula dapat dihasilkan jika reaksi dapat kembali
“komplit dan selamanya” pada ke keadaan semula di bawah kondisi yang penting.
reaksi kimia
Massa adalah tetap, tetapi Atom tidak dihasilkan atau dihilangkan pada reaksi
nomor atau jenis atom tidak kimia standar. Meskipun begitu nomor dan jenis
tetap atom tidak berubah, dan sebab itu massa juga
tetap.
Reaksi yang prosesnya lebih Ini dibuktikan sebuah ketidak sesuaian antara
cepat juga prosesnya lebih konsep dari kecepatan dan kelengkapan. Sebuah
lanjut (lebih lengkap) reaksi dapat mencapai kesetimbangan sebelum
reaksinya lengkap, tanpa menghiraukan bagaimana
proses-proses reaksinya.
Sebuah lilin yang dibakar Panas diperlukan pada permulaan untuk inisiasi, atau
adalah proses endotermik, aktivasi reaksi. Ketika aktivasi proses reaksi tanpa
karena panas diperlukan untuk pemasukan energi lebih lanjut, dan pembebasan
memulai reaksi, energi dalam bentuk cahaya, oleh karena itu ini
adalah reaksi eksoterm. Contoh yang lain adalah
pemanasan sekeping logam magnesium pada
pembakaran bunsen, yang mana menyebabkan
bergabungnya dengan oksigen di udara, hubungan
sebuah cahaya dan membentuk magnesium oksida.
Energi digunakan pada reaksi Energi tidak digunakan/dihasilkan pada reaksi kimia.
kimia. Energi dihasilkan pada Bahkan energi dibebaskan atau disimpan dalam
reaksi kimia bentuk ikatan kimia di antara atom.
-oo0oo-
IMPLEMENTASI TEORI-TEORI
BELAJAR PADA SAINS
S
ains merupakan bagian dari kehidupan kita dan kehidupan kita
merupakan bagian dari pembelajaran sains. Kimia sebagai bagian
yang terintegrasi dengan pembelajaran sains mengembangkan
kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami konsep-
konsep kimia secara sistematis melalui pengalaman belajar yang lebih
mendalam. Hal ini sesuai dengan hakikat tujuan pendidikan sains
yaitu untuk mengantarkan siswa menguasai konsep-konsep sains
untuk dapat memecahkan masalah-masalah terkait dengan kehidupan
siswa sehari-hari.
Kimia merupakan mata pelajaran yang sulit bagi kebanyakan
siswa, karena sebelumnya kimia terintegrasi pada pelajaran sains di
SD. Sebagai mata pelajaran sulit, guru harus berusaha lebih keras untuk
memotivasi siswa mempelajari konsep-konsep kimia. Tanpa minat dan
motivasi belajar yang tinggi, maka konsep-konsep kimia sulit untuk
dipahami oleh siswa dengan baik sehingga tujuan pembelajaran tidak
tercapai. Sehingga guru harus berupaya untuk mendesain pembelajaran
kimia yang menarik melalui teori-teori yang dikembangkan oleh para
ahli, diantaranya: Teori Gagne, Ausubel, dan teori Piaget.
Dalam pandangan Piaget (1971), pengetahuan datang dari
tindakan, perkembangan kognitif sebagian besar bergantung kepada
seberapa jauh anak aktif memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan
lingkungannya. Dalam hal ini peran guru adalah sebagai fasilitator dan
buku sebagai pemberi informasi. Menurut Gagne(1979) bahwa dalam
pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian
diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar.
Menurut Ausubel(dalam Dahar 1989), belajar bermakna merupakan
suatu proses mengkaitkan informasi baru dengan konsep-konsep
relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang.
Dalam kurikulum kimia, siswa kelas XI SMA dituntut untuk
mampu menguasai dan memahami berbagai jenis, sifat suatu larutan
apabila terjadi reaksi terhadap zat lain. Sehingga siswa mampu
mengamati peristiwa yang terjadi, dengan demikian siswa mampu
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Materi larutan merupakan materi yang sulit bagi kebanyakan
siswa, sehingga konsep - konsep pada materi ini mutlak harus dipahami
siswa secara menyeluruh karena akan terus diimplementasikan pada
konsep – konsep kimia berikutnya maupun dalam kehidupan sehari-
hari. Sehingga peran guru sebagai indikator harus mampu menganalisis
konsep materi kimia sehingga ketika terjadi proses belajar mengajar
guru mengerti dan paham bagaimana menyampaikan materi yang sulit
dipahami dan dimengerti oleh siswa.
Konsep larutan merupakan konsep yang abstrak, terutama pada
pokok bahasan larutan buffer. Guru harus bisa memvisualisasikan konsep
ini agar bisa dipahami siswa secara menyeluruh dan tidak sepotong-
potong sekaligus juga memotivasi siswa untuk mempelajarinya lebih
mendalam. Sehingga guru harus mampu menganalisis konsep kimia
SMU. Di sini penulis, tertarik membahas mengenai teori-teori belajar
yang dikembangkan oleh Gagne, Ausubel dan Piaget agar mampu
mengimplementasikannya dalam pembelajaran Kimia SMU pada
pokok bahasan Larutan Buffer.
1. Sifat-sifat larutan Fase motivasi Siswa memanfaatkan alat dan bahan praktikum
Buffer (harapan) untuk mengetahui dan mengamati sifat-sifat larutan
buffer.
I. Standar Kompetensi:
Memahami struktur atom, sifat-sifat periodik unsur, dan
ikatan kimia.
III. Indikator:
1. Menjelaskan kecenderungan suatu unsur untuk mencapai
kestabilannya.
2. Menggambarkan susunan elektron valensi gas mulia (duplet
dan oktet) dan elektron valensi bukan gas mulia (struktur
Lewis).
3. Menjelaskan proses terbentuknya ikatan ion.
4. Menjelaskan proses terbentuknya ikatan kovalen tunggal,
rangkap dua, dan rangkap tiga.
5. Menjelaskan sifat-sifat senyawa ion dan sifat senyawa
kovalen.
6. Menjelaskan terbentuknya ikatan kovalen koordinasi pada
beberapa senyawa.
7. Menyelidiki kepolaran beberapa senyawa dan hubungannya
dengan keelektronegatifan melalui percobaan.
8. Mendeskripsikan proses pembentukan ikatan logam dan
hubungannya dengan sifat fisik logam.
9. Menghubungkan sifat fisik materi dengan jenis ikatannya.
V. Materi Standar:
1. Kestabilan Unsur
2. Struktur Lewis
3. Ikatan ion
4. Ikatan kovalen tunggal, rangkap dua, dan rangkap tiga
5. Kepolaran senyawa kovalen
6. Ikatan logam
1. Pertemuan I:
Kegiatan/ Konsep
Fase Kegiatan Aktivitas kegiatan Belajar Kimia
yang diajarkan
IX. Penilaian:
1. Tes Lisan: tanya jawab sesuai dengan indikator yang akan
dicapai
Soal:
o Mengapa unsur logam melepaskan elektron? Apa
hubungan dengan konfigusari elektron?
o Ikatan apa antara MgCl2, dan N2O5?
o Mengapa minyak tidak larut dalam air?
-oo0oo-
Daftar Pustaka
-oo0oo-
-oo0oo-