BASARIAH
NIM 15730251030
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2016
i
LEMBAR PERSETUJUAN
BASARIAH
NIM 15730251030
ii
KATA PENGANTAR
Penulis,
Basariah
15730251030
iii
DAFTAR ISI
PROPOSAL ............................................................................................................. i
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL .................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................................. 9
C. Pembatasan Masalah ............................................................................... 10
D. Rumusan Masalah ................................................................................... 11
E. Tujuan Penelitian .................................................................................... 12
F. Manfaat Penelitian .................................................................................. 12
BAB II LANDASAN TEORI .............................................................................. 14
A. Kajian Teori ............................................................................................ 14
1. Model Problem Based Learning ........................................................ 14
2. Tahapan Model Problem Based Learning ........................................ 20
3. Model Project Citizen ........................................................................ 23
4. Tahapan Model Project Citizen.......................................................... 29
5. Kelebihan dan Kekurangan Model Problem Based Learning dan
Project Citizen .................................................................................... 35
6. Pembelajaran Pendidikan Keawarganegaraan ................................... 37
7. Kemampuan Berpikir Kritis ............................................................... 42
8. Karakter Disiplin ................................................................................ 47
B. Kajian Penelitian yang Relevan ............................................................. 56
C. Kerangka Pikir ........................................................................................ 60
D. Hipotesis Penelitian ................................................................................ 63
BAB III METODE PENELITIAN....................................................................... 64
A. Jenis atau Desain Penelitian .................................................................... 64
iv
B. Tempat dan Waktu Penelitan .................................................................. 66
C. Populasi dan Sampel Penelitian .............................................................. 66
D. Variabel Penelitian .................................................................................. 66
1. Variabel Bebas ................................................................................... 67
2. Variabel Terikat.................................................................................. 67
E. Definisi Operasional Variabel................................................................. 68
F. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data .............................................. 69
1. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 69
2. Instrumen Pengumpulan Data ............................................................ 69
G. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ....................................................... 71
1. Validitas Instrumen ............................................................................ 72
2. Reliabilitas Instrumen ........................................................................ 72
H. Teknik Analisis Data............................................................................... 72
1. Uji prasyarat ....................................................................................... 72
2. Analisis Data ...................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 74
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
BAB I
PENDAHULUAN
yang cerdas seperti diamanatkan dalam UUD 1945. Hal ini diperkuat oleh visi
tantangan zaman. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, salah satu jalan yang bisa
dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Menurut Arnie Fajar (2004:15)
2006 tentang Standar Isi untuk Satuan pendidikan Dasar dan Menengah diuraikan
1
Pendidikan kewarganegaraan agar siswa memiliki kemampuan berpikir secara
dengan orang lain dan memikul tanggung jawab atas peran atau kewajibannya
kemampuan mengubah gaya hidup dan pola makanan pokok yang sudah biasa
mempertahankan hak asasi manusia seperti hak kaum wanita, minoritas, dan lain-
Kewarganegaraan.
2
secara konvensional dengan mengandalkan metode ceramah dan hafalan tanpa ada
ceramah dan sesekali mencatat apa yang dikatakan oleh guru akan membuat siswa
jenuh. Jika siswa merasa jenuh maka tujuan pembelajaran tidak dapat
disampaikan dengan baik. Pembelajaran bersifat kognitif ini masih banyak terjadi
konvensional sebagai jam pelajaran tatap muka di kelas yang sangat dominan,
sehingga guru tidak bisa berimprovisasi secara kreatif untuk melakukan aktivitas
lainnya selain pembelajaran rutin tatap muka yang terjadwal dengan ketat; 2)
rendah dalam menjawab soal-soal hafalan dan tidak dapat menjawab soal-soal
yang memerlukan nalar atau keterampilan proses. Proses pembelajaran yang baik
3
seharusnya menghasilkan nilai tes yang baik. Paradigma yang hanya
(Daryanto & Muljo Rahardjo, 2012: 37-39). Hal tersebut terjadi karena proses
pembelajaran di dalam kelas kurang mendapat perhatian dari orang tua dan dari
kurikulum kepada siswa. Pada umumnya guru tidak memberi inspirasi kepada
siswa untuk berkreasi dan tidak melatih siswa untuk hidup mandiri. Pelajaran
yang disajikan guru kurang menantang siswa untuk berpikir, akibatnya siswa
Seorang siswa yang berpikir kritis akan berusaha menemukan masalah dan
menyelesaikannya. Selain itu siswa bisa mengembangkan ide atau gagasan yang
yang semakin tinggi seperti saat ini sangatlah penting untuk memberikan bekal
kemampuan berpikir kritis kepada siswa. Kemampuan berpikir kritis akan dapat
pembelajaran PKn di kelas masih banyak yang belum mampu membuat siswa
untuk lebih berpikir kritis. Hal tersebut disebabkan karena siswa lebih banyak
4
disuruh menghafal materi dan konsep PKn itu sendiri sehingga siswa menjadi
mental, dan fisik yang memengaruhi perilaku dan kemampuan belajar mereka.
diri mereka sendiri dan orang lain dengan sangat tidak hormat. Guru dituntut
untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Sementara itu dalam kaitannya dengan
caranya memberikan motivasi kepada siswa memilih alat media dan sarana yang
Menurut Akhmad Muhaimin Azzet (2011: 2), kasus contek masal yang
beberapa tahun lalu terkuak di media massa seperti menampar wajah pendidikan
bangsa ini. Seorang guru yang seharusnya memberi contoh yang baik justru
menyuruh murid yang paling pintar dikelas untuk memberikan contekan kepada
tersebut.
diajarkan dan dijadikan teladan. Siswa tidak hanya harus dicerdaskan secara
intelektual dan emosional, namun juga karakternya perlu dibangun agar tercipta
pribadi yang unggul dan berakhlak mulia. Dalam konteks pendidikan, pendidikan
5
karakter adalah usaha sadar yang dilakukan untuk membentuk siswa menjadi
pribadi positif dan berakhlak mulia sesuai dengan standar kompetensi kelulusan
yang ingin dicapai. Pendidikan karakter dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari. Guru dan komponen yang bertanggung jawab harus ikut serta memberikan
contoh yang baik agar pendidikan karakter yang dilaksanakan dapat berjalan
Salah satu faktor yang berasal dari siswa yaitu disiplin belajar yang
rendah, yakni perilaku siswa yang tidak mematuhi peraturan dan kurang tanggung
jawab dalam kegiatan belajar mengajar. Salah satu cara untuk mencapai tujuan
karakter sangat diperlukan untuk menanamkan sikap disiplin kepada anak didik.
Disiplin merupakan bekal siswa untuk menjadi manusia yang baik. Setelah siswa
lulus dan bekerja diperusahaan, sangat dibutuhkannya disiplin, baik disiplin dalam
hal waktu ataupun disiplin dalam bekerja. Oleh karna itu, banyak sekali
terhadap pelajaran PKn. Hasil observasi di SMK Diponegoro Depok, guru PKn
berceramah di depan kelas membuat siswa merasa ngantuk dan tidak tertarik
6
dalam proses pembelajaran. Siswa kurang aktif dalam memberikan pendapat atau
masih sangat kurang dilihat dengan cara siswa menjawab pertanyaan yang
diberikan gurunya. Sikap disiplin siswa di dalam kelas masih rendah dengan siswa
berbicara sendiri atau posisi duduk yang mengangkat kaki saat penjelasan
berlangsung.
kritis dan memiliki karakter disiplin. Oleh karena itu, ditawarkan model
Panen (Rusmono, 2012: 74) bahwa dalam model Problem Based Learning siswa
7
Problem Based Learning dengan menggunakan VCD dapat meningkatkan
menyatakan,
dalamnya terdapat portofolio hasil belajar siswa. Project Citizen merupakan satu
8
Dalam melakukan Project Citizen, siswa diharuskan peka terhadap permasalahan
yang terjadi di lingkungan sekitar. Selain itu, siswa juga dituntut untuk
memberikan solusi untuk maslaah yang ditemukan. Selain itu, penelitian yang
dilakukan Eti Miftah Faridli (2015) menyatakan bahwa model Project Citizen
mampu meningkatkan penanaman nilai-nilai anti korupsi pada siswa dan siswa
Model Problem Based Learning dan Project Citizen dalam Pembelajaran PKn
B. Identifikasi Masalah
1. Pada umumnya guru tidak memberi inspirasi kepada siswa untuk berkreasi
9
2. Pelajaran yang disajikan guru kurang menantang siswa untuk berpikir,
4. Minat siswa pada mata pelajaran PKn masih sangat rendah sehingga siswa
Project Citizen.
berlangsung
C. Pembatasan Masalah
berikut.
berlangsung.
10
D. Rumusan Masalah
sebelumnya, maka masalah yang menjadi pusat perhatian dalam penelitian ini
adalah adakah pengaruh model Problem Based Learning dan Project Citizen
disiplin siswa?. Masalah penelitian ini dapat dirumuskan secara rinci sebagai
berikut.
11
E. Tujuan Penelitian
untuk mengetahui pengaruh model Problem Based Learning dan Project Citizen
disiplin siswa. Secara khusus, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
F. Manfaat Penelitian
12
1. Manfaat Teoretis
pula dengan pemanfaatan model Problem Based Learning dan Project Citizen
2. Manfaat Praktis
berpikir kritis dan karakter disiplin siswa. Bagi siswa, penelitian ini dapat
siswa. Bagi kepala sekolah, penelitian ini sebagai kontribusi dan masukan agar
13
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
Teori yang dikaji dalam kajian teori ini mengenai model Problem Based
yang berbasis masalah. Siswa dituntut berpikir agar mampu menyelesaikan suatu
pengetahuan konten untuk masalah dunia nyata dan isu-isu. Proses berpikir dalam
tersebut maka dapat merangsang proses berpikir siswa yang lebih tinggi dalam
memecahkan permasalahan.
14
Problem based learnig (PBL) merupakan sebuah pendekatan instruksi
yang dianggap berpusat pada siswa dan menginspirasi siswa untuk menggunakan
berpikir kritis melalui simulasi masalah-masalah untuk dikaji dari berbagai segi
dan masalah rumit praktis yang mungkin memiliki atau tidak memiliki jawaban
standar (Huang & Wang, 2012: 123). Menurut pandangan Nurhadi (2004: 109),
nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis
konsep yang esensial dari materi pelajaran. Pendapat tersebut sejalan dengan
pendapat Hong (2007: 4) yang menjelaskan bahwa dalam pembelajaran PBL guru
bersama. Pada saat membahas dan menjawab masalah, siswa harus terlibat dalam
untuk dipecahkan dan diatasi. Tugas siswa adalah untuk mencari penyelesaian
guru. Setelah tamat pendidikan sekolah, siswa masih akan dihadapkan pada
15
Uraian tersebut sesuai dengan pernyataan Arends (1997: 156), yaitu The model
one of the student centered approaches and has been considered by a number og
delivery”. PBL menjadi salah satu pendekatan berpusat pada siswa yang telah
dunia sebagai metode penyampaian. Model pembelajaran ini membuat siswa dari
menerima informasi secara pasif untuk menjadi lebih aktif, belajar bebas sendiri,
dan pemecah masalah. Hal tersebut merupkan penekanan dari program pendidikan
secara terbuka. Intinya, siswa dihadapkan pada situasi masalah yang otentik dan
16
PBL merupakan simulasi masalah yang dapat digunakan untuk
sehingga siswa mampu berpikir secara kritis serta mampu untuk mendapatkan dan
pembelajaran.
yaitu:
penyelesaian tugas
17
memahami, mempelajari kebutuhan pembalajaran serta menggunakan
sumber belajar.
Arends (2001: 350), menyatakan bahwa tujuan pertama dari PBL adalah
terdapat berbagai macam ide yang digunakan untuk menggambarkan cara orang
berpikir, menjelaskan proses berpikir dan berpikir tingkat tinggi. Tujuan kedua
adalah pemodelan orang dewasa. Maksud dari tujuan ini adalah PBL dapat
pentingnya peran orang dewasa. Tujuan yang ketiga adalah membuat siswa
menjadi pembelajar yang otonom dan mandiri. Siswa dituntut untuk lebih aktif
jawaban terhadap masalah nyata oleh siswa sendiri sehingga siswa dapat belajar
masalah yang dihadapi, serta diarahkan untuk tidak bergantung sepenuhnya pada
guru sehingga akan terbentuk siswa yang mandiri dan kreatif. Pada pembelajaran
PBL, siswa dihadapkan pada masalah dan mencoba untuk diselesaikan dengan
bekal pengetahuan yang dimiliki siswa serta dapat bekerjasama dalam kelompok
18
Menurut Arends (1997: 157), ciri khusus Problem Based Learning ada 5
hal, yaitu:
19
5) Collaboration, PBL dicirikan oleh kerja dengan orang lain yang
sehingga siswa memperoleh pengetahuan baru (Ajai, Imoko, & O’kwu, 2013:
132). Model ini terdiri dari lima tahapan utama. Tahapan pertama dimulai dengan
guru mengenalkan masalah kepada siswa dan diakhiri dengan penyajian dan
analisis hasil kerja siswa (Nurhadi, 2004: 111). Tahapan tersebut dapat dilihat
20
dengan
teman.
5 Tahap 5 Guru membantu siswa melakukan
Menganalisis dan mengevaluasi refleksi atau evaluasi terhadap
proses pemecahan masalah penyelidikan dan proses-proses yang
mereka gunakan.
(Sumber: Nurhadi, 2004:111)
aktif belajar mandiri bersama kelompok dalam pemecahan masalah yang disajikan
oleh guru. Kegiatan guru tidak lagi mendominasi pelajaran, tetapi dalam hal ini
guru lebih berperan sebagai motivator, organisator, fasilitator dan evaluator. Guru,
siswa, dan masalah berada dalam satu lingkungan pembelajaran dan memiliki
Menurut Tan (Tan, Teo, & Chye, 2009: 9) PBL pada dasarnya terdiri dari
1) Menemukan masalah
mungkin akan mengalaminya di masa depan. Siswa di kelas PBL bekerja dalam
kelompok curah pendapat isu yang berkaitan dengan pemahaman masalah dan
21
independen untuk mencari informasi yang berkaitan dengan masalah sebelum
Utara, proses PBL pada umumnya melibatkan 7 langkah (Ramsay & Sorrell,
ketahui? (fakta-fakta dari kasus), (2) apa yang perlu kita ketahui?
(fakta lain yang hilang pada saat ini), (3) apa yang perlu kita pelajari
lanjut)
22
6) Final product or performance: setiap kelompok melaporkan hasilnya
kegiatan siswa dan menentukan arah apa yang dilakukan oleh siswa.
belajar bagi siswa, memerlukan waktu yang cukup, serta kemampuan guru
seperti berpikir kritis (Şendag˘ & Odabaşi, 2009: 133). Oleh sebab itu,
sebelum model ini digunakan harus dipersiapkan secara matang oleh guru,
pada tahun 1992 dan kemudian dikembangkan menjadi program nasional oleh
Center for Civic Education (CCE ) dan Konferensi Nasional Badan Pembuat
Undang – Undang Negara pada tahun 1995. Project Citizen adalah satu
23
pengetahuan, kecakapan, dan watak kewarganegaraan demokratis yang
masyarakat sipil. Program ini mendorong para siswa untuk terlibat secara aktif
jawab.
pembelajaran yang menuntut siswa untuk bekerja sama dalam kelompok untuk
memilih studi dan merekomendasikan resolusi dari isu-isu publik saat ini di
sekolah atau komunitas mereka. Project citizen melibatkan siswa dalam aplikasi
Sementara itu, Vontz dan Nixon (1999: 149), menyatakan “Project Citizen
24
masalah dengan harapan dapat menumbuhkan sikap demokrasi dan tanggung
daerah. Tyler (Liou, 2003: 3) tujuan dari project citizen adalah untuk membantu
yang diperlukan bagi warga negara supaya berpartisipasi cerdas dalam tanggung
model ini para siswa bukan hanya diajak untuk memahami konsep dan prinsip
25
Tujuan dari project citizen seperti yang diungkapkan oleh Vontz dan
Nixon (1999: 149-150) adalah “to motivate and enable early adolescents to enjoy
bertanggung jawab
pembelajaran PKn, yaitu sebagai bentuk pembelajaran aktif dan suatu peluang
bagi para siswa untuk bertanggung jawab atas proses pembelajaran mereka sendiri
(Citizenship foundation, 2006: 114). Manfaat model proyek bagi para siswa dalam
26
membuat kuisioner, melakukan wawancara dan survey, penggunaan perpustakaan,
tertuis, pidato publik, pembuatan handouts, penyiapan sajian OHP dan powerpoint
27
Ciri-ciri model pembelajaran project citizen menurut A. Kosasih Djahiri
5) Student based, seluruh kemampuan siswa fisik dan non fisik serta
sampai penilaian.
28
6) Factual base, pembelajarannya menggunakan multi sumber, media
Tolo (Vontz & Nixon, 1999: 150) menjelaskan bahwa langkah pertama
dari Project citizen, yakni memilih masalah untuk dikaji menjadi hal paling sulit
bagi siswa. Sering kali siswa melakukan curahan pendapat mengenai masalah di
diskriminatif bisnis lokal). Namun, siswa kesulitan untuk memilih suatu masalah
untuk dipelajari. Oleh karena itu, dalam Project Citizen siswa diminta untuk
mencari informasi dari berbagai media. Masalah yang akan dikaji oleh kelas harus
sesuai dengan materi yang dibahas dan itu menjadi tugas guru untuk memberikan
arahan.
Setelah memilih isu penting, kelas dibagi menjadi tim peneliti untuk
29
sumber-sumber elektronik). Kelas dibagi lagi menjadi tim yang fokus mendalami
pada salah satu tahap penyelidikan dan terlibat dalam proses pembuatan kebijakan
ini juga harus menjelaskan mengapa masalah ini penting dan mengapa
tersebut
utama dari Project Citizen adalah untuk mengajar siswa di kelas 5-12 bagaimana
30
1) Mengidentifikasi masalah kebijakan publik di sekolah atau
dengan tahapannya.
perhatian legislatif.
masyarakat
31
diselesaikan melalui wawancara, mencari informasi di media cetak
yang sudah diketahui oleh para siswa kepada teman lainnya yang
tepat dari beberapa masalah yang ada sebagai bahan kajian kelas.
maka pemilihan masalah yang akan menjadi bahan kajian kelas harus
dan pakar, ahli hukum dan hakim, organisasi masyarakat, dll. Tujuan
tahap ini adalah agar kelas dapat memperoleh informasi yang akurat
dan komprehensif.
a) Spesifikasi portofolio
32
Portofolio dibagi dalam dua bagian yaitu; bagian penayangan
portofolio adalah:
33
warga negara dapat mempengaruhi pemerintah untuk
salah satu cara untuk belajar, untuk menghindari agar tidak terjadi
dimiliki siswa.
dirancang untuk siswa-siswa di sekolah menengah dari kelas enam hingga kelas
publik. Selain itu, PKn sebagai pendidikan demokrasi membuat siswa belajar
peran dan tanggung jawab mereka sebagai warga negara dalam proses pembuatan
dan implementasi kebijakan publik tersebut (Haas, 2001: 168). Project Citizen
34
seperti yang dirasakan oleh guru dan sebagain besar siswa menjadi model yang
lain adalah siswa memperoleh pengalaman praktis, kegiatan belajar lebih menarik
sehingga tidak membosankan, bahan pengajaran lebih dihayati dan dipahami oleh
siswa, siswa dapat belajar dari berbagai sumber, interaksi sosial antar peserta
lebih berkembang, siswa belajar melakukan analisis dan sintesis secara simultan
dan membiasakan siswa berpikir logis dan sistematis dalam pemecahan masalah.
yang kaya akan informasi. Siswa dapat membangun solusi sendiri yang
menuntut sumber-sumber dan sarana belajar yang cukup, kegiatan belajar siswa
bisa membawa resiko yang merugikan jika tidak dikendalikan oleh guru, dan
siswa cenderung untuk menerima jawaban atau dugaan sementara apabila masalah
masalah membutuhkan kekuatan memori untuk bekerja lebih berat. Beban kerja
jangka panjang karena memori bekerja digunakan untuk mencari solusi masalah
sehingga tidak dapat digunakan untuk belajar. Siswa yang dilatih dalam PBL tidak
35
dapat pengarahan untuk memperoleh penalaran maju tetapi diarahkan untuk
perkembangan pola penalaran maju (Sudjana, 1996: 93; Birgili, 2015: 75-76).
pemecahan suatu masalah yang terkait dengan kegiatan pembelajaran yang sedang
berlangsung. Siswa dihadapkan pada masalah dunia nyata dan dituntut untuk
dapat mencari pemecahan masalah tersebut. Hal tersebut akan menimbulkan rasa
nyata
terkait
36
5) Memungkinkan siswa mengevaluasi kemajuan mereka sendiri melalui
penilaian diri
kegiatan pembelajaran
2) Membutuhkan biaya
warganegaranya agar sesuai dengan ideologi serta politik bangsanya. Hal ini
bangsa menjadi warga negara yang baik, selain itu pendidikan kewarganegaraan
Ellis (1998: 225) menguraikan bahwa kata kunci pembelajaran PKn adalah
37
model community service (pelayanan masyarakat), model konflik, model
Standar Isi untuk Satuan pendidikan Dasar dan Menengah dielaskan bahwa Mata
sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945. Melihat dari pengertian mata pelajaran
(2008: 11) adalah untuk membentuk warga negara yang baik (a good citizen).
38
kepada masyarakat agar dapat berperan serta secara aktif dalam system
No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
kewarganegaraan.
bernegara.
negara agar dapat menjadi warga negara yang baik, mempunyai sikap dan
pengetahuan yang positif terhadap nilai pancasila dan menjadi warga negara yang
memiliki jiwa nasionalis. Seperti yang diuraikan oleh Kirschenbaum (1995: 24)
39
membedakan fakta dari opini, mengenali kesalahan logis, memahami teknik
standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, meliputi aspek-aspek
sebagai berikut.
peradilan Internasional.
3) Kebutuhan warga Negara meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan
40
mengeluarkan pendapat, Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri,
demokrasi.
globalisasi.
Standar isi di atas digunakan sebagai acuan dan patokan guru dalam
41
menyampaikan materi tidak salah kaprah dan sesuai dengan ketentuan dalam
standar isi.
Kemampuan berpikir kritis tidak dapat diketahui secara kasat mata namun
dapat dilihat dari ciri-ciri sesuai konsep berpikir kritis. Berpikir kritis adalah cara
berpikir tentang subjek, isi atau masalah di mana pemikir meningkatkan kualitas
berpikir reflektif yang berfokus pada memutuskan apa yang harus percaya atau
lakukan. Berpikir kritis dianggap penting sebagai jalan untuk mencari pernyataan
42
dari keseluruhan kompleks, peka terhadap perasaan, tingkat pengetahuan, dan
memutuskan apa yang harus percaya atau lakukan. Berpikir kritis merupakan
sebuah proses yang bermuara pada penarikan kesimpulan tentang apa yang harus
kita percayai dan tindakan apa yang akan kita lakukan. Tindakan yang dilakukan
bukan untuk mencari jawaban semata, tetapi yang terlebih utama adalah
Untuk mengetahui apakah seseorang tersebut telah berpikir secara kritis ataupun
belum, sebenarnya hal tersebut sangatlah sulit untuk diketahui karena berpikir
kritis merupakan fenomena yang abstrak. Namun demikian, Fahrudin Faiz (2012:
4) telah menyusun ciri-ciri orang yang berpikir kritis dalam hal pengetahuan,
kemampuan, sikap, dan kebiasaan adalah sebagai berikut: (1) menggunakan fakta-
fakta secara tepat dan jujur; (2) mengorganisasi pikiran dan mengungkapkannya
43
dengan jelas, logis atau masuk akal; (3) membedakan antara kesimpulan yang
didasarkan pada logika yang valid dengan logika yang tidak valid; (4)
kemungkinan keliru dari suatu pendapat dan kemungkinan bias dalam pendapat.
Pendapat yang hampir serupa yang dijabarkan oleh Eti Nurhayati (2011:
69) yaitu ciri-ciri orang yang mampu berpikir kritis adalah: (1) memiliki
memiliki motivasi kuat untuk mencari dan memecahkan masalah; (3) bersikap
skeptik yakni tidak mudah menerima idea atau gagasan kecuali ia dapat
pengukuran kemampuan berfikir kritis karena seperti yang telah disebutkan diatas
bahwa mengukur kemampuan berpikir kritis sangat susah karena hal tersebut
44
4) Melihat pengalaman tanpa prasangka
5) Berpikiran terbuka
6) Berpikir analitis
7) Memperhatikan rincian
Keuntungan dari berpikir kritis menurut Demirel (Birgili, 2015: 74) adalah
sebagai berikut.
dengan pendapat di atas yang dirumuskan oleh Fahrudin Faiz (2012: 3) dalam
45
4) Mampu mendeteksi bias berdasarkan sudut pandang yang berbeda,
permasalahan
pernyataan
sederhana yaitu untuk menjamin, sejauh mungkin, bahwa pemikiran itu valid dan
benar. Berpikir kritis dapat mendorong siswa untuk mengeluarkan pendapat atau
ide baru. Sedangkan, tujuan berpikir kritis yang dikemukakan oleh Supriya (2009:
144) adalah untuk menilai suatu pemikiran, menaksir nilai bahkan mengevaluasi
pelaksanaan atau praktik dari suatu pemikiran dan praktik tersebut. Selain itu,
46
berpikir kritis meliputi aktivitas mempertimbangkan berdasarkan pada pendapat
berpikir kritis adalah untuk menguji mutu pendapat atau ide melalui evaluasi dan
praktik yang dapat dipertanggung jawabkan hasilnya. Siswa dituntut untuk lebih
memahami dan mengerti apa yang mereka pelajari. Selain itu, siswa juga harus
lebih banyak mencari sumber-sumber atau informasi yang sesuai dan akurat. Hal
tersebut bertujuan agar siswa dapat bertanggung jawab dengan apa yang telah
keinginan.
8. Karakter Disiplin
Konsep karakter disiplin mencakup mengenai karakter dan disiplin yang diuraikan
sebagai berikut.
a. Karakter
perilaku manusia yang berhubungan dengan tuhan yang maha esa, diri sendiri,
47
Thomas Lickona (1991: 51) menyatakan bahwa karakter adalah “a reliable
knowing, moral feeling, and moral behavior”. Menurutnya, karakter yang baik
norma agama, hukum, tata karma, budaya, dan adat istiadat. Dari konsep karakter
karakter dimasukkan dalam materi yang harus diajarkan dan dikuasai serta
direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari oleh siswa (Agus Wibowo, 2012: 62).
48
perasaan (moral feeling), dan perilaku moral ( moral behavior) yang hasilnya
terlihat dalam tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah laku yang baik, jujur,
bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras. Metode pembinaan
karakter melalui Pembiasaan, pemberian nasihat, adanya pahala dan sanksi, serta
keteladanan dari guru, merupakan metode pembinaan karaker mandiri dan disiplin
dipelajari, satu set kualitas dan kebajikan moral (misalnya, kejujuran, keberanian,
yang bukan menekankan pada proses penalaran moral dan nilai seleksi.
penerimaan nilai-nilai yang relevan dan menekankan motivasi, aspek relatif stabil
Para pendidik moral dan karakter yang bekerja dari perspektif filosofis
nilai-nilai dasar dengan mudah, dan pendekatan kontrol pada manajemen kelas
49
Pendidikan karakter di sekolah membutuhkan situasi sekolah yang
wibowo (2012: 71) memberikan gambaran hal-hal yang harus dibenahi sekolah
50
mata pelajaran saja. Dalam pelaksanaannya, pendidikan karakter harus
sifat manusia mulia sebagai kode etik profesi mereka. Sifat mulia
Allah
51
beberapa model pengintegrasian pendidikan karakter di sekolah
seperti:
b. Disiplin
hukuman, karena selama ini mereka diajari hanya pada satu sisi dari kata
yang lebih positif, karena para personil militer memahami bahwa disiplin
memberikan mereka cara agar dapat berfungsi sebagai tim yang efisien. Mereka
tahu bahwa disiplin akan membantu mereka mengambangkan kontrol diri dan
Kata disiplin mempunyai akar pada kata “disciple” yang berarti “mengajar
atau melatih”. Salah satu definisnya adalah “melatih melalui pengajaran atau
52
pelatihan”. Disiplin merupakan bagian dari proses berkelanjutan pengajaran atau
pendidikan. Tidak hanya satu metode yang dilakukan untuk mendidik siswa.
karakter. Jika tidak ada penghargaan terhadap aturan-aturan, otoritas, dan hak-hak
orang lain, maka tidak ada lingkungan yang baik untuk belajar mengajar. Banyak
kemunduran yang mereka lihat pada sikap hormat dan tanggung jawab murid.
itu.
diperlukan perubahan dimulai dari dalam diri siswa. Disiplin harus mengubah
sikap mereka, cara mereka berpikir dan merasa. Disiplin harus menyebabkan
mereka ingin berperilaku secara berbeda. Disiplin dibagi dalam dua kategori yaitu
pribadi guru yang disiplin, arif, dan berwibawa. Guru harus mampu
mendisiplinkan peserta didik dengan kasih sayang terutama disiplin diri (Moh.
Roqib dan Nurfuadi, 2009: 14). Selain itu, kebiasaan disiplin yang diterapkan dari
53
sekolah, seperti norma-norma dan aturan-aturan sekolah dapat mempengaruhi
disiplin siswa baik di kelas maupun di luar kelas (Chiu & Chow, 2011: 517).
semua terkait dengan disiplin diri. Hampir semua pendekatan pada pendidikan
orang yang disiplin, maka kita harus menunjukkan perilaku yang disiplin pada
mereka. Ketika contoh sudah diberikan secara kontinu secara otomatis siswa juga
akan menirunya. Dalam hal ini, contoh dari guru menjadi produk samping yang
tak terelakkan dari dalam pembelajaran (Nucci & Narvez, 2008: 247;
54
Indikator tersebut tentunya masih sangat umum jika dilaksanakan
guru dan pihak sekolah. Indikator yang dipaparkan di atas memberikan gambaran
standar dari disiplin yang dapat diterapkan di sekolah. Indikator karakter disiplin
Nilai Indikator
Selalu tertib dalam melaksanakan
Disiplin: tugas-tugas kebersihan di sekolah
Tindakan yang menunjukkan Tertib dalam berbahasa lisan dan
perilaku tertib dan patuh pada tulisan
berbagai ketentuan Patuh dalam menjalankan ketetapan-
ketetapan organisasi peserta didik
Menaati aturan berbicara yang
ditentukan dalam sebuah diskusi kelas
Tertib dalam menerapkan aturan
penilisan untuk karya ilmiah
(Sumber: Kemendiknas, 2010: 27)
yang telah diuraikan sebelumnya dapat dijadikan ukuran disiplin siswa selama di
55
B. Kajian Penelitian yang Relevan
sebagai berikut.
Learning terhadap hasil belajar ditinjau dari motivasi belajar PLC di SMK”,
siswa yang diajar dengan metode PBL dengan yang diajar dengan metode
dan demonstrasi dengan motivasi belajar terhadap hasil belajar, dan terdapat
perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar dengan metode PBL dengan
yang diajar dengan metode demonstrasi ditinjau dari motivasi tinggi dan
rendah.
56
3. Penelitian Du Gyu Kim (2014) dengan judul “A study on Improving
persen, dan dari 74 persen menjadi 96 persen. Hal ini mungkin karena
foto, gambar, tabel, dan grafik dalam laporan mereka terbantu dalam
dalam Jurnal Ilmiah Cisoc: Kajian kampus pendidikan ilmu sosial, volume
Citizen, tingkat berpikir kritis dan konsep demokrasi siswa mencapai 84,5%.
57
5. Penelitian Show-Mann Liou (2003) dengan judul “The effect of “we the
Project Citizen kemampuan siswa dalam suatu kelompok terkait civic skills,
dari Project Citizen pada civic skills dan karakter siswa adalah iklim kelas
dan informasi dari berbagai sumber. Namun, dari hasil analisis kualitatif
menunjukkan ada respon positif dari guru dan siswa. Mereka menunjukkan
6. Penelitian Eti Miftah Faridli (2015) dengan judul “Pengaruh model Project
penanaman nilai-nilai anti korupsi siswa SMA pada konsep sistem hukum
siswa pada konsep sistem hukum dan peradilan nasional di kelas X SMA
penanaman nilai-nilai anti korupsi terhadap siswa karena dengan metode ini
58
sehingga dapat diterima dan dirasakan langung oleh siswa, baik di kelas
perilaku yang diperlukan. Hal itu dapat disebabkan oleh calon guru enggan
belajar hal-hal baru tanpa harapan mengenai manfaat, dan perilaku yang
dipaparkan di atas adalah dalam pengaruh PBL dan Project Citizen dalam
siswa. Penelitian ini akan melihat pengaruh kedua model tersebut terhadap
meneliti pengaruh model PBL atau Project Citizen terhadap kemampuan berpikir
59
terhadap kemampuan berpikir kritis yang diikuti dengan karakter disiplin siswa.
Penelitian ini akan menguraikan hubungan berpikir kritis siswa (kognitif) dengan
karakter disiplin (afektif) siswa. Kemampuan kognitif yang baik sejatinya diikuti
C. Kerangka Pikir
berfokus pada penyampaian konsep belaka dengan tujuan agar siswa dapat
Selain kemampuan berpikir kritis, siswa juga harus dibekali dengan karakter yang
baik terutama disiplin. Untuk mampu bersaing di dunia global, siswa harus
mampu disiplin apalagi melihat pesaing dari luar dengan disiplin yang tinggi.
Namun, disiplin tidaklah diperoleh dengan mudah. Pendidikan menjadi salah satu
60
Kemampuan berpikir kritis dan karakter disiplin siswa tidak luput dari
memiliki efek terhadap sikap dan perilaku mereka. Sebagai seorang guru tentunya
tidak hanya menyampaikan materi dan menuntut siswa agar mampu berpikir,
namun harus juga memiliki karakter. Dalam penelitian ini, karakter yang akan
diteliti adalah karakter disiplin siswa. Kemampuan berpikir kritis siswa akan
Based Learning dan model Project Citizen. Kedua model ini berbasis masalah dan
mereka. Kegiatan dimulai dengan mencari masalah yang penting dan menemukan
solusi yang tepat untuk masalah tersebut. Model pembelajaran tersebut dapat
Citizen. Pelaksanaan model Problem Based Learning dan Project Citizen dalam
61
Kemampuan berpikir kritis siswa akan sejalan dengan karakter disiplin siswa.
Pembelajaran konvensional
Pembelajaran Pkn
62
D. Hipotesis Penelitian
kritis siswa.
siswa.
63
BAB III
METODE PENELITIAN
membuktikan teori terhadap fakta-fakta yang ada di lapangan. Jenis penilitian ini
semu dipilih karena kelompok subjek pada penelitian tidak dipilih secara acak
adanya.
group pretest-posttest design (Isaac & Michael, 1981: 66). Dalam penelitian ini
desain yang digunakan telah dimodifikasi dan terdapat tiga kelompok yang
dipilih secara random, yaitu dua kelompok eksperimen dan satu kelompok
E1 (R) O1 X1 O2
E2 (R) O1 X2 O2
K (R) O1 - O2
64
Keterangan:
K = Kelas kontrol
kelompok eksperimen dan satu kelompok kontrol yang dipilih secara acak atau
dengan cara diundi. Kedua kelompok eksperimen dan kelompok kontrol akan
diberikan tes awal (pretes) kemampuan berpikir kritis dan angket disiplin,
awal yang sama. Diberikan perlakuan pada masing-masing kelompok. Pada akhir
perlakuan akan dilihat pencapaian pretes dan postes kelompok eksperimen dan
perbedaan pretes dan postes kelompok kontrol. Kemudian postes pada kelompok
eksperimen yang diberi perlakuan model Problem Based Learning dan Project
lebih berpengaruh pada kemampuan berpikir kritis dan karakter disiplin siswa.
65
B. Tempat dan Waktu Penelitan
Problem Based Learning dan Project Citizen dalam pembelajaran PKn. SMK
pada bulan Agustus 2016. Kegiatan pengumpulan data akan dilaksanakan pada
masing kelas pada Kompetensi Dasar Menampilkan peran serta dalam upaya
SMK Diponegoro Depok sebanyak empat kelas dengan jumlah 108 siswa.
D. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini, terdapat tiga variabel penelitian yaitu dua model
66
1. Variabel Bebas
(X1) dan Project Citizen (X2). Model pembelajaran tersebut dijadikan perlakuan
2. Variabel Terikat
(Y1) dan karakter disiplin (Y2). Variabel terikat dapat dilihat dari skor jawaban
siswa. Skor ini diukur menggunakan tes dengan kompetensi dasar sebagaimana
penilaian antar teman. Hubungan antar variabel dapat dilihat pada gambar berikut.
67
E. Definisi Operasional Variabel
pembelajaran.
penarikan kesimpulan tentang apa yang harus kita percayai dan tindakan apa
yang akan kita lakukan. Tindakan yang dilakukan bukan untuk mencari
melakukan disiplin atas dasar keinginan sendiri tanpa paksaan atau tekanan
dalam bertutur kata maupun tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan
68
F. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan metode tes dan nontes berupa angket.
Hal yang diukur dalam penilitian ini adalah kemampuan berpikir kritis dan
pembelajaran problem based learning dan project citizen. Data yang diteliti
berupa hasil tes, angket penilaian diri, observasi, dan angket penilaian antar
sesuai.
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar tes,
uraian. Kisi-kisi tes kemampuan berpikir siswa dapat dilihat pada lampiran.
diri dan penilaian antar teman bentuk rating scale (skala bertingkat). Skala
4 nilai tertinggi dan 1 nilai terendah. Kriteria skala likert yang digunakan
yaitu;
69
1) Selalu (4): Apabila selalu melakukan sesuai pernyataan
melakukan
Kriteria karakter disiplin siswa yang dapat dilihat pada tabel berikut.
c. Instrumen Observasi
70
Project Citizen untuk mengamati kemampuan berpikir kritis siswa dan
karakter disiplin siswa. Untuk kisi-kisi karakter disiplin siswa dapat diamati
60)
agar dapat dikatakan instrumen yang baik. Instrumen yang baik harus valid dan
71
persyaratan pokok, yaitu validitas dan reliabilitas instrumen. Berikut uraian
1. Validitas Instrumen
diukur. Validasi yang dimaksud adalah ketepatan dan kecermatan tes dan angket
karakter disiplin siswa kelas X SMK diponegoro depok. Untuk menguji validitas
2. Reliabilitas Instrumen
1. Uji prasyarat
dengan program SPSS 16.0. sebelum mengui hipotesis terlebih dahulu melakukan
sebaran baku normal atau tidak. Uji normalitas menggunakan SPSS 16.0
nilai p > 0,05 maka variabel dinyatakan normal (Imam Ghozali, 2011: 29).
72
b. Uji homogenitas, bertujuan untuk menentukan kesamaan antara variabel
didasarkan atas asumsi bahwa apabila varians yang dimiliki oleh sampel-
cukup homogen.
2. Analisis Data
73
DAFTAR PUSTAKA
Ajai, J.T., Imoko, B.J., O’kwu, E.I. (2013). Comparison of the learning
effectiveness of Problem-Based Learning (PBL) and conventional
method of teaching algebra. Journal of education and practice. 4, 1, 131-
136.
Akhmad Muhaimin Azzet. (2011). Urgensi pendidikan karakter di Indonesia.
Yogyakarta: Ar-ruzz media.
Akınoğlu, O. & Tandoğan, R. O. (2007). The effects of problem based learning in
science education on student,s academic achievement, attitude, and
concept learning. Eurasia Journal of Mathematics, Science, and
Technology Education. 3, 1, 71-81.
Anis Yuliastutik. (2010). Penerapan model pembelajaran problem based learnig
dengan media Video Campact Disk (VCD) dalam upaya meningkatkan
motivasi belajar dan kemampuan berpikir kritis mahasiswa (studi kasus
di akper rusida banyuwangi). Tesis Magister, tidak diterbitkan,
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Arends, R.I. (1997). Classroom instruction and management. USA: the Mc.Graw-
Hill Companies.
_________. (2001). Learning to teach fifth edition. New York: Mc. Graw Hill
Company.
Arnie Fajar. (2005). Portofolio dalam pembelajaran IPS. Bandung: Rosda.
74
http://litbang.kemdikbud.go.id/index.php/index-berita-
bulanan/2013/home2-2/47-ipm-indonesia-naik-peringkat.
Bekti Wulandari. (2013). Pengaruh problem based learning terhadap hasil belajar
ditinjau dari motivasi belajar PLC di SMK. Jurnal Pendidikan Vokasi, 3,
178-191.
Birgili, B. (2015). Creative and critical thinking skills in problem based learning
environments. Journal of gifted education and creativity, 2, 71-80,
Istanbul.
Center for Civic Education. (2007). Project citizen: evaluation report. Denver:
RMC Research corporation.
Citizenship Foundation. (2006). CPD handbook, section 3 citizenship in
secondary schools. London: Citizenship Foundation.
Chiu, M.M., & Chow, B.W.Y. (2011). Classroom discipline across forty-one
countries: school, economic, and cultural differences. Journal of Cross-
Cultural Psychology, 42, 3, 516– 533.
Cogan, J.J. dan Derricott, R. (1998). Citizenship for the 21st century: An
international perspective on education. London: Kogan Page.
Çubukcu, Z. 2006. Critical thinking dispositions of the turkish teacher Candidates.
The Turkish Online Journal of Educational Technology – TOJET. 5, 4
Darmiyati Zuchdi. (2011). Pendidikan karakter dalam perspektif teori dan
praktik. Yogyakarta: UNY Press.
Daryanto & Muljo Rahardjo. (2012). Model pembelajaran inovatif. Yogyakarta:
Gava Media.
Dasim Budimansyah. (2009). Inovasi pembelajaran project citizen. Bandung:
Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan. SPs UPI.
Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Kurikulum tingkat satuan pendidikan.
Jakarta: Dharma Bhakti.
Du Gyu, K. (2014). A study on improving information processing abilities based
on PBL. Turkish Online Journal of Distance Education-TOJDE, 15, 2,
3.
Eka Jayadiputra. (2015). Model project citizen dalam meningkatkan keterampilan
berpikir kritis siswa. Jurnal ilmiah Cisoc: Kajian kampus pendidikan
ilmu sosial , 2.
Efi Miftah Faridli. (2015). Pengaruh model project citizen dalam pembelajaran
pendidikan kewarganegaraan terhadap penanaman nilai-nilai anti korupsi
75
siswa SMA pada konsep sistem hukum dan peradilan nasional. Diambil
pada tanggal 20 April 2016, dari
http://khazanah.ump.ac.id/index.php/khazanah/article/download/36/28
Ellis, A.K. (1998). Teaching and learning elementary social studies. Boston: Ally
and Bacon.
Eti Nurhayati. (2011). Psikologi pendidikan inovatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Huang, K.S. & Wang, T.P. (2012). Applying Problem-based Learning (PBL) in
University English Translation Classes. The Journal of International
Management Studies, 7 (1), pp. 121-127.
Isaac, S. & Michael, W.B. (1981). Handbook in research and evaluation: For
education and the behavioral sciences. Calfornia: EdITS publishers
Imam Ghozali. (2011). Aplikasi analisis multivariate dengan program IBM SPSS
19 (edisi-5). Semarang. Universitas Diponegoro.
Johnson, L. (2005). Teaching outside the box: how to grab your student by their
brains. USA.
76
Hartati Widiastuti). California: Corwin Press (Buku asli diterbitkan tahun
2007).
Kirschenbaum, H. (1995). 100 Ways to enchance values and morality in school
and youth settings. Boston, London, Toronto, Sydney, Tokyo, Singapore:
Allyn & Bacon.
Levin, B.B. (2001). Energizing teacher education and professional development
with problem based learnig. Beauregard St. Alexandria (USA):
Association for Supervision and Curriculum Development.
Lickona, T. (2012). Character matters. (terjemahan Saut Pasaribu). New york:
touchstone. (Buku asli diterbitkan tahun 2004).
_________. (1997). The teacher's role in character education. The Journal of
Education, 179, 2, 63-80.
_________. 1991. Educating for character: How our school can teach respect
and responsibility. New York, Toronto, London, Sydney, Aucland:
Bantam books.
Liou, S.M. (2003). The effect of “we the people... Project citizen” on the civic
skills and dispositions of Taiwanese adolescent students. Paper presented
at the Annual meeting of the American educational research association.
EDRS.
Moh. Roqib dan Nurfuadi. (2009). Kepribadian guru. Purwokerto: STAIN
Purwokerto Press.
Nucci, L.P. & Narvaez, D. (2015). Handbook pendidikan moral dan karakter
(terjemahan Imam Baehaqie & Derta Sri Widowatie). New York:
Routledge. (Buku asli diterbitkan tahun 2008).
Nurhadi. (2004). Kurikulum 2004 pertanyaan dan jawaban. Malang: Grasindo.
77
Pritchard, I. (1988). Character education: Research prospects and problems dalam
jurnal American Journal of Education, 96, 4, 469-495. University of
chicago press.
Ramsay, J. & Sorrel, E. (2006). Problem based learning: A novel approach to
teaching safety. Health, and environmental course. The journal of SH &
E Reserch. 3, 2, 1-8.
Rusmono. (2012). Pembelajaran dengan problem based learning itu perlu.
Jakarta: Ghaila Indonesia.
Sapriya. (2009). Pendidikan IPS. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Şendağ, S. & Odabaşi, H.F. (2009). Effects of an online problem based learning
course on content knowledge acquisition and critical thinking skills.
Computers & Education. 53, 132-141.
Tan, O.S., Teo C.T., & Chye, S. (2009). Problem and creativity. Dalam Oon-Seng
Tan. Problem-Based Learning and Creativity (pp. 1-14). Singapura:
Cengage learning Asia Pte Ltd.
Udin S. Winataputra. (2007). Civic education. Universitas Indonesia, Bandung.
Vontz, T.S. & Nixon, W.A. (1999). Reconsidering issue-centered civic education
among early adolescents: Project citizen in the United States and abroard.
Dalam Charles F. Bahmueller & John J. Patrick (Eds.), Principles and
Practices of Education for Democratic Citizenship: International
Perspectives and Projects (pp.150-151). Bloomington, IN: ERIC
Clearinghouse for Social Studies/Social Science Education, ERIC
Clearinghouse for International Civic Education, and Civitas.
78
79
LAMPIRAN-LAMPIRAN
80