Anda di halaman 1dari 47

Nilai

Tanggal Revisi

Tanggal Terima

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

TETAPAN PEGAS

Disusun Oleh:

Nama Praktikan : Yohanes Juan Bagus S.


NIM : 3331200042
Jurusan : Teknik Mesin
Grup :E2
Rekan : Dimas Satrio, Alwan Habibie,
dan Raihan Rabby
Tgl. Percobaan : Sabtu, 10 Oktober 2020
Asisten : Amalia Anugerah Mahallany

LABORATORIUM FISIKA TERAPAN FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
CILEGON – BANTEN
2020

Jl. Jenderal Sudirman Km. 03 Cilegon 42435 Telp. (0254) 385502, 376712
Fax. (0254) 395540 Website: http://fisdas.untirta.ac.id Email:
lab.fisikaterapan@untirta.ac.id
ABSTRAK

Pegas adalah suatu komponen yang berfungsi untuk menerima beban


dinamis. Berbicara mengenai pegas maka kita akan membahas mengenai sifat
kelastisitasan. Elastisitas adalah sifat dari benda untuk kembali ke bentuk semula
setelah mengalami perubahan bentuk karena diberi gaya. Sedangkan sifat
plastisitas adalah sifat dari benda yang tidak dapat kembali ke bentuk semula
setelah mengalami perubahan bentuk karena diberi gaya. Seluruh benda di dunia
memiliki sifat elastisitas dan plastisitas. Namun, nilainya berbeda-beda seperti
kertas dengan karet. Tujuan percobaan kali ini antara lain: menentukan nilai
tetapan pegas, menentukan hubungan antara gaya dengan perpanjangan pegas,
mengetahui hubungan antara periode dan massa pegas pada osilasi pegas, dan
memeriksa pengaruh besar simpangan awal pada periode osilasi serta nilai tetapan
pegas pipih. Dalam kehidupan sehari-hari pegas sudah umum digunakan, seperti
dalam springbed, jam tangan, dan sepeda motor. Percobaan kali ini dibagi
menjadi tiga metode yaitu: metode pembebanan, metode osilasi, dan metode
osilasi pada pegas pipih. Metode pembebanan disebut juga cara statis sedangkan
metode osilasi dan osilasi pegas pipih disebut cara dinamis. Dari percobaan ini
diketahui bahwa hubungan antara massa beban dengan pertambahan panjang
pegas dan dengan kuadrat periode adalah berbanding lurus.

Kata kunci : Pegas, elastisitas, plastisitas, cara statis, cara dinamis, pertambahan
panjang dan periode

ii
DAFTAR ISI

Halaman
Halamaan Judul ................................................................................................... i

ABSTRAK ............................................................................................................ ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii

DAFTAR TABEL ............................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... vi

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................vii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................1
1.2 Tujuan percobaan....................................................................1
1.3 Batasan Masalah.....................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian Pegas dan Kegunaannya.......................................2
2.2 Hubungan Pegas dan Hukum Hooke......................................3
2.3 Penurunan Rumus Hukum Hooke..........................................3
2.4 Osilasi pada Pegas..................................................................4
2.5 Modulus Elastisitas………………………………………….5
2.6 Hukum Newton II…………………………………………...7
2.7 Tetapan Pegas……………………………………………….8
BAB III METODE PERCOBAAN
3.1 Diagram Alir Percobaan.........................................................9
3.2 Prosedur Percobaan................................................................14
3.3 Alat yang Digunakan.............................................................15

iii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Percobaan......................................................................16

4.2 Pembahasan............................................................................21

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan..........................................................................26
5.2 Saran....................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
LAMPIRAN A. PERHITUNGAN.......................................................................28
LAMPIRAN B. JAWABAN PERTANYAAN DAN TUGAS KHUSUS...........30
LAMPIRAN C. ALAT YANG DIGUNAKAN...................................................35
LAMPIRAN D. BLANKO PERCOBAAN...........................................................37

iv
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 4.1 Data Percobaan Metode Pembebanan....................................................16


Tabel 4.2 Data Percobaan Metode Osilasi............................................................16
Tabel 4.3 Data Percobaan Metode Osilasi............................................................16
Tabel 4.4 Data Percobaan Metode Osilasi.............................................................17
Tabel 4.5 Data Massa Beban dan Panjang Pegas Pipih.........................................17
Tabel 4.6 Data Periode Pada Osilasi Pegas Pipih..................................................17
Tabel 4.7 Data Percobaan Pada Osilasi Pegas Pipih..............................................17
Tabel 4.8 Ralat Langsung Metode Pembebanan...................................................18.
Tabel 4.9 Ralat Langsung Metode Pembebanan...................................................18
Tabel 4.10 Ralat Langsung Metode Pembebanan .................................................18
Tabel 4.11 Ralat Langsung Metode Osilasi..........................................................19
Tabel 4.12 Ralat Langsung Metode Osilasi........................................................ .19
Tabel 4.13 Ralat Langsung Metode Osilasi...........................................................19
Tabel 4.14 Ralat Langsung Osilasi pegas Pipih.....................................................20

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
Gambar 2.1 Osilasi Beban yang Digantung pada
Pegas…………………………………...................................................................4
Gambar 3.1 Diagram Alir Perobaan Metode Pembebanan ...................................9
Gambar 3.2 Diagram Alir Percobaan Metode Osilasi .........................................10
Gambar 3.3 Diagram Alir Percobaan Metode Pegas Pipih..................................12

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

LAMPIRAN A. PERHITUNGAN.......................................................................28
LAMPIRAN B. JAWABAN PERTANYAAN DAN TUGAS KHUSUS...........30
B.1 Jawaban Pertanyaan..........................................................................31
B.2 Tugas Khusus....................................................................................32
LAMPIRAN C. ALAT YANG DIGUNAKAN...................................................35
LAMPIRAN D. BLANKO PERCOBAAN...........................................................37

vii
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Percobaan ini dilakukan karena sebagai seorang sarjana teknik penting


untuk melihat secara langsung permasalahan fisika dan menemukan solusinya.
Jadi tidak hanya mendapat teori-teori yang ada dikelas tetapi juga menerapkan
pada percobaan kali ini. Penerapan dari percobaan tetapan pegas dapat kita lihat
dikehidupan sehari-hari, seperti pegas pada sepeda motor, tempat tidur, dan juga
jam tangan. Selain itu juga percobaan ini dilakukan untuk menentukan nilai
tetapan pegas melalui cara statis dan dinamis.

1.2 Tujuan Percobaan


1. Menentukan nilai tetapan pegas.
2. Menentukan hubungan antara gaya yang bekerja pada pegas dan
perpanjangan pegas.
3. Mengetahui hubungan periode dan massa beban pada osilasi pegas.
4. Memeriksa pengaruh besar simpangan awal pada peiode osilasi dan nilai
tetapan pegas pipih.
1.3 Batasan Masalah

Pada percobaan ini terdapat varibel bebas dan variabel terikat. Variabel
terikat diantaranya: peubahan panjang serta gaya berat ( untuk metode
pembebanan ) dan waktu serta jumlah osilasi ( untuk metode osilasi ). Varibel
bebas antaralain: massa benda ( metode pembebanan ) dan simpangan awal (
metode osilasi ).
2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pegas dan Kegunaannya

Pegas atau per adalah benda elastis yang digunakan untuk menyimpan
energi mekanis. Biasanya pegas terbuat dari baja. Pegas juga merupakan
komponen yang digunakan dalam industry seperti otomotif, tranportasi, dan
industri lainnya. Saat ini didunia otomotif penggunaan pegas banyak digunakan.

Berdasarkan Studi Ipsos Busines Consulting yang dirilis tahun 2016 lalu,
menunjukan pasar otomotif nasional masih tergolong aktraktif atau memiliki
banyak peminat ([1] Fakultas Teknik Universitas Tidar, 2018). Masyarkat
Indonesia mempunyai karakteristik menjadikan kendaraan dengan segmen mobil
penumpang dan low cost green car (LCGC) sebagai kendaraan favorit.

Pertumbuhan pasar otomotif nasional hingga 2020 mendatang diprediksi


mencapai angka 6,8 %. Merujuk pada data gabungan industri kendaraan bermotor
Indonesia (Gaikindo), kuartal pertama 2017 pejualan mobil di Indonesia akan
meningkat sebesar 6 %.

Kondisi ini menunjukan bahwa pasar domestis masih mempunyai potensi


pasar yang baik. Industri otomotif sangat berkembang pesat saat ini, sehingga
mempunyai kebutuhan pegas yang banyak. Hal ini berimbas pada peningkatan
jumlah produksi pegas.

Elastis adalah kemampuan benda untuk kembali ke bentuk semula setelah


gaya yang bekerja padanya dihilangkan. Ketika pegas ditarik yang berarti ada
gaya luar yang bekerja maka ia akan molor atau memannjang. Ketika gaya luar itu
dihilangkan ia akan kembali ke bentuk semula[2] (Hatimah, 2013).

Selain elastisitas ada juga yang dinamakan plastisitas. Secara sederhana


plastis adalah lawan kata dari elastis. Sementara pengertian plastis sendiri adalah
3

kemampuan benda untuk tidak Kembali ke bentuk semula setelah gaya dari luar
yang diberikan kepadanya dihilangkan. Setiap benda memiliki nilai elastisitas dan
plastisitas tetapi nilainya berbeda-beda.

2.2 Hubungan Pegas dan Hukum Hooke

Hukum Hooke menyatakan bahwa besar gaya berbanding lurus dengan


pertambahan panjang. Semakin besar gaya yang bekerja pada pegas, semakin
besar pertambahan panjang pegas. Perbandingan antara besar gaya terhadap
pertambahan panjang pegas bernilai koonstan.

Hukum Hooke berlaku ketika gaya tidak melampaui batas elastisitas. Pada
saat pegas ditarik atau ditekan (pada pegs bekerja gaya F) pegas bertambah
panjang atau mungkin bertambah pendek. Pegas tersebut juga memeberikan gaya
perlawanan terhadap gaya yang bekerja pada pegas yang dinamakan gaya lenting
pulih (Fp).

Besarnya gaya lenting pulih sama dengan gaya penyebabnya tetapi


arahnya berlawan dengan penyebabnya. Sehingga hukum hooke disebut
keelastisitasan suatu benda. Bila pegas ditarik melebihi batas tertentu maka benda
itu tidak akan elastis lagi[3] (Krodkiewski, 2009).

2.3 Penurunan Rumus Hukum Hooke

Asas ini dapat dirumuskan dalam bentuk persamaan 2.1. Pada persamaan
tersebut, k adalah tetapan pegas yang diselidiki. Grafik antara F dan ∆𝑋 akan
membentuk garis lurus. Dimana F adalah gaya yang diberika pada pegas sehingga
mengalami perubahan panjang sebesar ∆𝑋.

𝐹 = −𝐾 × ∆𝑋………………………………….(2.1)

Dimana tetapan pegas setiap benda berbeda-beda seperti tetapan pegas dari
baja dengan karet tentu berbeda. Jika nilai tetapan pegas dari suatu benda semakin
besar maka keelastisitasan dari benda tersebut semakin kecil. Suhu juga
mempengaruhi nilai tetapan pegas. Apabila suhunya semakin panas maka nilai
tetapan pegas semakin kecil dan benda tersebut semakin elastis.
4

2.4 Osilasi Pada Pegas

Gerak osilasi merupakan gerak periodik suatu benda atau sistem


mekanik melalui suatu titik kesetimbangan. Sistem mekanik dapat bergerak
secara periodik yang diakibatkan oleh bekerjanya gaya pemulih pada sistem
tersebut[4] (Budi, 2020).

Gambar 2.1 Osilasi Beban yang Digantung pada Pegas


(5 Rahmah, 2020)

Sebagai contoh apabila sebuah benda bermassa M digantung pada ujung


bawah sebuah pegas, ujung atas pegas dipasang pada titik yang tetap seperti pada
Gambar 2.1, massa menarik pegas ke bawah dengan gaya berat Mg yang
menyebabkan pegas teregang sehingga beban berada pada posisi O(dimana O
adalah titik setimbang).

Jika beban ditarik ke bawah oleh gaya tambahan, pegas akan mulur sejauh
x sehingga berada pada titik A. Jika massa M dilepaskan, massa akan berosilasi
harmonik ke atas dan ke bawah di antara dua kedudukan ekstrim A dan -A (titik O
adalah titik kesetimbangan beban M) dengan periode tetap.

Massa tersebut dikatakan melakukan satu osilasi jika beban bergerak dari
titik A kembali ke titik A, dari titik -A kembali ke titik -A, atau dari O kembali ke
titik O setelah melewati titik A dan -A. waktu yang diperlukan untuk melakukan
satu osilasi disebut periode osilasi T. Jika waktu untuk n osilasi adalah t, maka
periodenya adalah t/n.

Apabila beban dilepaskan maka gaya pemulih menurut hukum Hooke


( F = -KX ) menghasilkan percepatan sesuai hukum newton kedua.
5

−𝑘 × ∆𝑥 = 𝑚 × 𝑎…………………………………(2.2)

−𝑘×∆𝑥
𝑎= ………………………………...(2.3)
𝑚

Persamaan 2.3 merupakan persamaan dasar untuk gerak harmonic


sederhana dengan percepatan a sebanding dengan simpangan x, dan periodenya
seperti persamaan 2.4 dan 2.5.

𝑚
𝑇 = 2𝜋√ 𝑘 ………………………………...(2.4)

4𝜋2
𝑇2 = × 𝑚………………………………(2.5)
𝑘

2.5 Modulus Elastisitas

Modulus elastisitas merupakan rasio tegangan dengan regangan.


Nilai modulus elastisitas ini digunakan sebagai ukuran ketahanan suatu material
untuk mengalami deformasi elastis ketika gaya diterapkan pada material tersebut,
di mana deformasi adalah perubahan bentuk, posisi, dan dimensi dari suatu
objek. Modulus elastisitas didefiniskan sebagai kemiringan dari kurva tegangan-
regangan pada daerah deformasi elastis[5] (Zenius Tim, 2020).
Bahan yang lebih kaku akan memiliki modulus elastisitas yang lebih
tinggi. Secara matematis, modulus elastisitas dirumuskan dengan:
𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
𝜆= ……………………………...(2.6)
𝑅𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
dengan:
λ = modulus elastisitas (Pa)
Beberapa contoh modulus elastisitas adalah Modulus geser, modulus Bulk dan
modulus Young.
Modulus geser menunjukkan elastisitas benda ketika mengalami tegangan yang
arahnya tegak lurus sedangkan modulus Bulk menujukkan elastisitas benda ketika
mengalami tegangan dari segala arah.
Seperti yang telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya bahwa Sifat
elastis adalah sifat bahan yang cenderung kembali ke bentuk semula setelah gaya
yang bekerja pada benda di hilangkan. Sifat pegas yang diregangkan dan kembali
ke bentuk semula disebut sifat pegas.
6

Namun, besar tarikan atau tekanan yang diberikan tidak boleh terlalu besar,
apabila karet tesebut ditarik terlalu jauh, dan dihilangkan gaya pemulihnya maka
karet tersebut akan putus dan bertambah panjangnya. Sifat ini karena karet tersebut
sudah melewat batas maksimalnya.
Sifat elastis tidak hanya dimiliki oleh karet, tetapi juga ada bahan lainnya,
dari kehidupan kita sehari-hari hampir semua bahan memiliki sifat elastis. Ada
bahan yang elastis seperti karet dan ada juga bahan plastis seperti lilin. Berbeda
dengan bahan elastis bahan plastis jika diberikan gaya tidak akan kembali ke bentuk
semula, bisa dikatakan benda plastis sangat jauh berbeda dengan benda elastis.
Benda yang elastis memiliki modulus elastis yang lebih kecil.
Jika benda elastis telah mencapai batas plastis karena tegangan yang
diberikan terlalu besar maka benda elastis tersebut akan hilang sifat elastisnya.
Karena sudah hilang sifat elastisnya benda terebut tidak akan mampu lagi berubah
ke bentuk semula. Benda elastis tersebut akan hancur karena diberikan gaya yang
terlalu besar. Apabila pegas diletakkan secara vertikal lalu diberikan massa seperti
yang akan kita coba dengan menggunakan metode pembebanan maka gaya pegas
harus diimbangi dengan gravitasi, sehingga massa beban tetap dalam keadaan
setimbang karena jika kita meletakkan beban terlalu banyak pada pegas tersebut
dan pegas yang kita pakai tidak kuat menahan bebannya yang terjadi nanti adalah
pegas tersebut akan hancur atau pegas terebut akan mencapai batas elastisitas nya
dan kemungkinan besar tidak bisa kembali kebentuk semula.
Modulus elastis juga tidak jauh pembahasannya dari regangan dan
tenggangan. Dalam elastisitas benda yang diberikan gaya juga mengalami
renggangan dan tegangan. Yang pertama adalah renggangan, renggangan adalah
perbandingan antara pertambahan panjang pegas dalam x meter dengan panjang
awal pegas x meter. Regangan dapat terjadi karena gaya yang diberikan pada benda
tersebut atau gaya yang diberikan dihilangkan sehingga pegas kembali ke bentuk
semula. Berikut adalah rumus dari renggangan:
∆𝑙
𝑒= ……………………………………(2.7)
𝑙0
7

dimana dalam rumus tersebut e adalah renggangan, ∆l adalah pertambahan


panjang dari benda tersebut. ∆l didapat dengan mengurangkan panjang akhir
benda dengan panjang awal benda dan lo sendiri adalah panjang awal benda.
Selanjutnya adalah tegangan, tegangan adalah besarnya gaya yang diberikan pada
suatu benda persatuan luas. Tegangan perbanding lurus dengan gaya yang
diberikan.
Contoh dari tegangan itu sendiri adalah jika kita menarik suatu benda yang
sifatnya elastis dengan gaya yang berbeda maka benda yang ditarik dengan gaya
yang besar tegangannya juga ikut besar. Sebaliknya jika kita menarik benda yang
elastis dengan gaya yang kecil maka benda tersebut juga mengalami tegangan
yang kecil. Berikut adalah rumus dari tegangan :
𝐹
𝜎= …………………………………(2.8)
𝐴
Dimana dalam rumus tersebut σ adalah tegangan, F adalah gaya yang diberikan,
dan A adalah luas penampang.
2.6 Hukum Newton II
Dari pembahasan sebelumnya dapat kita pahami bahwa tetapan pegas ini juga selain
memakai hukum Hooke juga memakai hukum Newton II. Dapat dipastikan bahwa
benda yang bergerak dengan prinsip hukum Newton II akan bergerak dengan suatu
percepatan. Bila benda semula dalam keaadaan diam dan jika benda itu bergerak
benda tersebut akan dipercepat dengan percepatan tertentu, sedangkan bila benda
dalam keadaan semula bergerak dengan kecepatan tetap benda tersebut akan
bergerak di percepat atau bahkan di perlambat. Resultan gaya yang bekerja pada
benda yang bermassa konstan adalah setara dengan hasil kali massa benda dengan
percepataanya, pernyataan inilah yang disebut hukum Newton II [6].
Dalam hukum Newton II ada persamaan seperti berikut:
∑F = m . a............................................(2.9)
Dimana dalam persamaan ini untuk (m) adalah massa benda dengan satuan
kilogram (Kg), (a) adalah percepatan benda atau percepatan yang dialami benda
yang dilambangkan dengan m/s2, dan selanjutnya adalah ∑F, ∑F ini adalah resultan
8

gaya yang bekerja pada benda. ∑F adalah resultan gaya dijumlahkan dari beberapa
gaya yang ada pada benda.
2.7 Tetapan Pegas
Konstanta pegas atau tetapan pegas adalah besarnya gaya yang dibutuhkan
atau yang harus diberikan sehingga terjadi perubahan panjang. Satuan SI untuk
tetapan pegas adalah N/m, keadaan pegas bisa berubah-ubah jika pegas tersebut
mendapat tekanan, dorongan, atau tarikan, ini yang sering kita lihat di kehidupan
sehari-hari.Sebuah gaya pemulih yang ditimbulkan oleh pegas ditentukan oleh
hukum Hooke. Hooke adalah seorang fisikawan dan matematikawan yang berasal
dari Inggris, ilmuwan asal Inggris ini mengemukakan teori dan hukumnya itu
setelah dia mempelajari lebih dalam tentang gaya pegas.
Hukum Hooke adalah hukum atau ketentuan mengenai gaya dalam ilmu
fisika yang terjadi karena sifat elastisitas suatu pegas. Hubungan antara gaya (F)
yang meregangkan pegas dan pertambahan panjang pegas (∆x) yang ada dalam
batas kelenturan dapat dilihat di rumus 2.1 Hukum Hooke menyatakan bahwa besar
gaya akan berbanding lurus dengan pertambahan panjang. Semakin besar gaya yang
diberikan pada pegas, semakin besar pertambahan panjagnya, perbandingan besar
gaya terhadap pertambahan panjang pegas bernilai konstan. Hukum Hooke tidak
berlaku ketika gaya melampaui batas elastisitas.
Pada saat pegas ditarik atau ditekan (pada pegas bekerja gaya F) pegas
tersebut bertambah panjang atau mungkin bertambah pendek, pegas tersebut
memberikan gaya perlwanan terhadap gaya yang bekerja. Dengan F: gaya yang
diberikan (N), ∆𝑥: pertambahan panjang (m), dan k: konstanta pegas (N/m) dimana
k konstanta dan merupakan ukuran kekauan suatu pegas tertentu. Pegas itu sendiri
memberi gaya reaksi 𝐹𝑝
Berbicara mengenai gerak harmonik, gerak harmonik adalah gerak
bolak-balik benda melalui titik keseimbangan tertentu dengan banyaknya
getaran benda dalam setiap sekon tertentu. Gerak harmonik dibedakan
menjadi dua yaitu, gerak harmonik sederhana linear dan gerak harmonik
sederhana angular.
9

BAB III
MERODE PERCOBAAN

3.1 Diagram Alir Percobaan


Ini adalah sebuah diagram alir dari beberapa percobaan yang akan kita
lakukan. Perhatikan diagram berikut:

MULAI

Mempersiapkan alat dan bahan

Menyusun alat seperti di modul

Menggantung satu beban pada ujung pegas

Mengukur panjang pegas awal. Lalu catat nilai Fo dan lo

Menambah satu beban pada beban awal dan ukur


panjang pegas l. Catat nilai W dan l

Mengulangi langkah percobaan untuk tiap penambahan


satu beban.
10

Data Pengamatan
Literatur

Pembahasan

Kesimpulan

SELESAI

Gambar 3.1 Diagram Alir Perobaan Metode Pembebanan

MULAI

Mempersiapkan alat dan bahan

Menyusun alat seperti di modul

Menggantung satu beban pada ujung pegas

Menyiapkan stopwatch untuk mengukur waktu osilasi


11

Memberikan simpangan pada pegas dengan cara


menarik ke bawah sejauh 5 cm, agar berosilasi

Menghitung jumlah osilasi hingga sejumlah yang ditentukan asisten

Berhentikan stopwatch dan catat waktu yang tertera

Hitung waktu yang diperlukan untuk satu kali osilasi

mengulangi langkah percobaan untuk tiap penambahan satu beban

Data Pengamatan
Literatur

Pembahasan

Kesimpulan

SELESAI

Gambar 3.2 Diagram Alir Percobaan Metode Osilasi


12

depan jepitan pegas


MULAI

Mempersiapkan alat dan bahan

Menyusun alat seperti di modul

Menjepit pegas pipih dengan penjepit yang disediakan

Memasang beban bercelah pada


ujung pegas menggunakan perangkai
beban

Menyiapkan stopwatch

Mengukur panjang pegas pipih mulai dari pusat


massa beban di ujung pegas ke sisi depan jepitan
pegas

Menarik beban ke alah satu sisi pegas sedemikian rupa


sehingga beban terdefleksi sejauh jarak yang
ditentukan asisten

Menyimpangkan pegas dari titik simpangan sejauh 3 cm lalu


lepaskan dan mulai menghidupkan stopwatch. Hitung satu osilasi
ketika beban kembali ke titik acuan dalam arah gerak yang sama
13

Melakukan hitungan sampai jumlah osilasi n yang


ditentukan asisten. Kemudian matikan stopwatch. Catat
waktu t yang tertera pada stopwatch

Menghitung nilai periode osilasi T menggunakan persamaan T = t/n

Ulangi langkah percobaan dengan jarak simpangan lainnya

Data Pengamatan
Literatur

Kesimpulan

Pembahasan

SELESAI

Gambar 3.3 Diagram Alir Percobaan Metode Pegas Pipih


14

3.2 Prosedur Percobaan


Saat kita melakukan praktikum tentu saja kita harus memiliki prosedur
percobaan agar praktikum yang kita jalani berjalan dengan sempurna, berikut
beberapa prosedur yang kita jalankan:
• Metode Pembebanan
1. Alat disusun seperti pada modul
2. Beban digantungkan pada ujung pegas
3. Panjang awal pegas diukur dan dicatat nilai Fo dan Lo
4. Beban pegas ditambah satu dan diukur panjang pegas L. Nilai W
dan L dicatat
5. Langkah percobaan dilakukan pengulangan untuk setiap
penambahan satu beban
• Metode Osliasi
1. Alat percobaan disusun sama seperti pada modul
2. Beban digantung pada ujung bawah pegas
3. Untuk mengukur osilasi, siapkan stopwatch
4. Pegas diberi simpangan dengan ditarik ke bawah sejauh 5 cm, lalu
dilepaskan agar berosilasi dan stopwatch dijalankan
5. Jumlah osilasi dihitung sesuai yang ditentukan asistan lab
6. Stopwatch dihentikan dan waktu yang tertera dicatat
7. Waktu untuk satu kali osilasi dihitung
8. Langkah percobaan diulangi untuk tiap penambahan satu beban
• Metode Pegas Pipih
1. Alat percobaan disusun sesuai modul
2. Pegas pipih dijepit dengan penjepit
3. Beban bercelah dipasang pada ujung pegas dengan perangkai beban
4. Stopwatch disiapkan
5. Panjang pegas pipih diukur dari pusat massa ke sisi dengan jepitan
pegas
6. Beban ditarik ke salah satu sisi hingga beban terdefleksi dari titik
setimbangnya
15

7. Pegas disimpangkan lalu dilepaskan dan mulai hidupkan stopwatch,


satu osilasi dihitung saat beban kembali ke titik acuan
8. Jumlah osilasi dihitung, kemudian stopwatch dimatikan, waktu
pada stopwatch dicatat
9. Nilai periode osilasi dihitung
10. Percobaan diulangi dengan jarak simpangan lainnya

3.3 Alat Yang Digunakan


Saat praktikum pasti kita juga harus memakai alat. Pada parktikum tetapan
pegas ini kita menggunakan alat sebagai berikut:
1. Statif penggantung
2. Beban bercelah dan penggantung bebas
3. Mistar
4. Stopwatch
5. Pegas helik
6. Pegas pipih
7. Perangkai beban dan pengencang
8. Penjept pegas pipih
16

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan

A. Metode Pembebanan
Fo= 0,5 N lo= 0,072 m
Tabel 4.1 Data Percobaan Metode Pembebanan
∆F = (W –F0) l ∆l = (l – l0)
m W ̅∆̅l̅ k
(N) (m) (m)
(kg) (N) (m) (N/m)
1 2 3 1 2 3
0,07 0,7 0,2 0,094 0,094 0,094 0,022 0,022 0,022 0,022 0,084

0,09 0,9 0,4 0,114 0,114 0,114 0,042 0,042 0,042 0,042
0,11 1,1 0,6 0,134 0,134 0,134 0,064 0,064 0,064 0,064

B. Metode Osilasi
Tabel 4.2 Data Percobaan Metode Osilasi
Massa beban, M (kg) 0,07
Jumlah osilasi n selama 30 detik 57 56 57
Periode, T1 (s) 0,53 0,54 0,53

(T1)2 0,28 0,29 0,28

k (N/m) 9,85 9,51 9,85

𝐤̅ (N/m) 9,74

Tabel 4.3 Data Percobaan Metode Osilasi


Massa beban M (Kg) 0,09
Jumlah osilasi tiap 30 detik 49 49 49
Periode, T1 (s) 0,61 0,61 0,61
(T1 )2 0,37 0,37 0,37
k (N/m) 9,59 9,59 9,59

𝐤̅ (N/m) 9,59
17

Tabel 4.4 Data Percobaan Metode Osilasi


Massa beban M (Kg) 0,11
Jumlah osilasi tiap 30 detik 44 45 44
Periode, T1 (s) 0,68 0,67 0,68
(T1 )2 0,46 0,44 0,46
k (N/m) 9,33 9,76 9,33

𝐤̅ (N/m) 9.48

C. Metode Pegas Pipih


Tabel 4.5 Data Massa Beban dan Panjang Pegas Pipih
Massa beban, M (kg) 0,1
Panjang pegas pipih (cm) 28,8 28,8 28,8

Tabel 4.6 Data Periode pada Osilasi Pegas Pipih


Simpangan (cm) 3
Waktu untuk 30 ayunan, t (s) 28,16 28,53 28,72
Periode, T1 (s) 0,94 0,951 0,96
(T1)2 0,88 0,90 0,92

k (N/m) 4,48 4,36 4,30


̅ (N/m)
𝐤 4,38

Tabel 4.7 Data Periode pada Osilasi Pegas Pipih


Simpangan (cm) 6
Waktu untuk 30 ayunan, t (s) 28,9 28,72 28,84
Periode, T2 (s) 0,96 0,96 0,96
(T2)2 0,92 0,92 0,92

k (N/m) 4,29 4,30 4,27


̅ (N/m)
𝐤 4,29

4.1.1 Ralat Langsung


18

Berikut adalah ralat langsung dari percobaan tetapan pegas :

Tabel 4.8 Ralat langsung metode pembebanan m = 0,07 kg


n ln ln |ðl| |ðl|2  Sl SR ̅ ± Sl
𝑙𝑛

1 0,094 0 0

2 0,094 0,094 0 0 0 0 0 0,094±0

3 0,094 0 0

∑ 0,282 0 0

Tabel 4.9 Ralat langsung metode pembebanan m = 0,09 kg


n ln ln |ðl| |ðl|2  Sl SR ̅ ± Sl
𝑙𝑛

1 0,114 0 0

2 0,114 0,114 0 0 0 0 0 0,114±0

3 0,114 0 0

∑ 0,432 0 0

Tabel 4.10 Ralat langsung metode pembebanan m = 0,11 kg


n ln ln |ðl| |ðl|2  Sl SR ̅ ± Sl
𝑙𝑛

1 0,134 0 0

2 0,134 0,134 0 0 0 0 0 0,134±0

3 0,134 0 0

∑ 0,402 0 0

Tabel 4.11 Ralat langsung metode osilasi m = 0,07


19

n 𝑛𝑖 𝑛𝑖 |ðn| |ðn|2  SN SR 𝑛̅𝑖 ± SN

1 57 0,4 0,16

2 56 56,6 0,6 0,36 0,226 0,58 1,02% 56,6±0,58

3 57 0,4 0,16

∑ 170 1,4 0,68

Tabel 4.12 Ralat langsung metode osilasi m = 0,09


n 𝑛𝑖 𝑛𝑖 |ðn| |ðn|2  SN SR 𝑛̅𝑖 ± SN

1 49 0 0

2 49 49 0 0 0 0 0 49±0

3 49 0 0

∑ 147 0 0

Tabel 4.13 Ralat langsung metode osilasi m = 0,11

n 𝑛𝑖 𝑛𝑖 |ðn| |ðn|2  SN SR 𝑛̅𝑖 ± SN

1 44 0,3 0,09

2 45 44,3 0,7 0,49 22,3 5,78 13,04% 44,3±5,78

3 44 0,3 0,09

∑ 133 1,3 67

Tabel 4.14 Ralat langsung osilasi pegas pipih m = 0,1Kg


20

n ln ln |ðl| |ðl|2  Sl SR ln ± Sl

1 28,8 0 0

2 28,8 28,8 0 0 0 0 0 28,8±0

3 28,8 0 0

∑ 86,4 0 0

4.1.2 Ralat Tidak Langsung


Berikut adalah ralat tidak langsung dari tetapan pegas:
T2 = 4𝜋2/k.m

K = 4𝜋2.m/T2

K = 4𝜋2.m/t/n

K = 4𝜋2.m.n2.t-2

• Ralat tidak langsung metode pembebanan


F = -k . ∆𝑙2
K = -f/∆l2
K = -F. ∆𝑙-2
dk/dl = 2f.∆𝑙-3
dk/dl = 2f/∆𝑙3
➢ Untuk massa 0,07Kg
∂k/∂l = 2 x 0,2/(0,022)3
∂k/∂l = 0,4/1,064 x 10−5
∂k/∂l = 4 x 104/1,064
∂k/∂l = 37.594
k
Sl = √( l 𝑥 𝑆𝑙 )2

Sl = √( 37.594 𝑥 0)2

Sl = 0
21

➢ Untuk massa 0,09Kg


∂k/∂l = 2 x 0,4/(0,042)3
∂k/∂l = 8 x 10-1/7,4 x 10-5
∂k/∂l = 8 x 104/7,4
∂k/∂l = 10811
k
Sl = √( l 𝑥 𝑆𝑙 )2

Sl = √( 10811 𝑥 0)2

Sl = 0

➢ Untuk massa 0,11


𝜕k/𝜕l = 2 x 0,6/(0,064)3
∂k/∂l = 12 x 10-1/2,62 x 10-4
∂k/∂l = 12 x 103/2,62
∂k/∂l = 4580
k
Sl = √( l 𝑥 𝑆𝑙 )2

Sl = √( 4580 𝑥 0)2

Sl = 0
22

4.2 Pembahasan

4.2.1 Pembebanan

Pada percobaan pembebanan dengan massa 0.07 dari panjaang awal yaitu

0.072 lalu bertambah panjang sekitar 0.094 dengan tiga kali, hal ini dilakukan dengn
tiga kali pengukuruan dalam berbagai sisi berarti menghasilkan perubahan panjan
dengan nilai 0.022 dan juga dengan tiga kali pengukuran dari bergbagai sisi
menghasilkan nilai yang sama berturut-turut.

Kemudia pada percobaan kedua pembebanan yaitu dengan massa 0.09 dan dari
panjang awal pegas yaitu 0.072 lalu bertambah panjang pegas tersebut sekitar

0.114 dengan tiga kali pengurkuran dari berbagai sisi menghasilkan nilai yang
sama, yang berarti perubahan panjang pegas tersebut senilai 0.042.

Lalu untuk percobaan ketiga pembebanan yaitu dengan massa 0.11 yang dimulai
dengan panjang pegas mula-mula yaitu 0.072 lalu bertambah panjang sekitar 0.134
dengan tiga kali pengukuran sama panjam beruturut-turut dari berbagai sisi. Yang
berbarti menghasilkan perubahan panjang sebesar 0.062

Pengaruh panjang pegas dengan massa beban adalah berbanding lurus, seperti
halnya pada percobaan pertama yaitu pada beban 0.07 menghasilkan perubahan
panjang sebesar 0.022 dan pada percobaan ketiga pada massa 0.11 memghasilkan
perubahan panjang yaitu 0.062. ini adalah bukti dari pernyataaan di atas.

Sedangkan untuk nilai k dari ketiga percobaan motode beban diatas yaitu dengan
menentukan ra-rata perubahan panjang pegas lalu di rata-ratai lagi dan
memnentukan dua kali rata-rata dari nilai f lalu jika sudah mendapatkan hasil dari
kedua bilangan tersebut kita bisa membagi dua kali rata-rata l dibagi dengan dua
kali rata-rata f maka mengahsilakan niali k sebesar 0.084.

4.2.2 Osilasi

Pada kegiatan percobaan osilasi dengan beban 0.07 menghasilkan nilai menjadi 3
bagian pada periode 0.53 menghasilkan 9.85, pada periode 0,54 menghasilkan 9,51
23

dan pada pehitungan terakhir yaitu 0,53 menghasilkan 9,85 sama dengan
perhitungan pertama sedangkan menurut hukum hooke yaitu

berbunyi bahwa besarnya gaya yang bekerja pada benda sebanding dengan
pertambahan panjang bendanya.

Kemudia pada kegiatan percobaan osilasi dengan beban 0,09 jumlah osilasi n
selama 30 detik mendapatkan 3 hasil, yaitu 49, 49 dan 49 kemudian untuk
menghitung periode yatu membagi waktu dengan jumlah osilasi tersebut dan
meghasilkan periode 0.61 tiga kali berturut-turut, lalu untuk k hasil dari ketiga
percobaan tersebut kami mendapatkan nilai sebesar 9,59 tiga kali berturut-turut.

Kemudian pada percobaan osilasi ketiga dengan beban 0.11 dan jumlah osilasi n
yang sama yatu 30 detik menghasilkan nilai 44, 45 dan 44 osilasi, dan untuk
periodenya kita tinggal membagi waktu dengan osilasi tersebut dan mendaapatkan
0.68, 0.67 dan 0.68 kemudian untuk nilai rata- rata k kami mendapatkan nilai 9,48

Lalu untuk faktor-faktor kesalahan dalam metode osilasi yaitu banyaknya campur
tangan dalam percobaan membuat banyak pula kesalahan yang didapat, kemudia
penghitungan waktu dengan stopwatchpun harus teliti dan tepat, karena bisa
merubah. Dan tarikan yang tidak tepat bisa merusak perhitungan yang lain.

Untuk pengaruh massa pada nilai k yaitu berbanding terbalik dengan massa beban,
semakin besar massa beban semakin kecil nilai k yang didapat dan semakin kecil
massa beban semakin besar niali k yan didapat seperti pada percobaan dengan beban
0.07 dan 0.09, nilai massa pertama menghasilkan nilai k sebesar 9.74 dan pada
massa beban 0.09 menghasilkan nilai k sebesar 9.59. ini adalah bukti dari
pernyataan di atas.

Namun untuk pengaruh osilasi terhadap nilai k yaitu terbaik dengan massa beban,
pada perbandingan ini semakin nilai osilasi besar semakin besar pula nilai k yang
didapat. Seperti pada percobaan massa beban 0.07 menghasilkan osilasi 57 dalam
24

30 detik lalu mendapatkan nilai k 9.85 sedangkan pada osilasi 56 dalam 30 detik
menghasilkan nilai k 9.51 ini adalah bukti dari pernyatan di atas.

Pada perbandingan nilai k dari ketiga percobaan osilasi dengan perbedaan beban
menghasilkan nilai k sedikit signifikan, pada percobaan pertama degan

beban 0.07 menghasilakn niali k yaitu 9.74 dan pada percobaan kedua dengan beban
0.09 menghasilkan nilai k yaitu 9.59 kemudian untuk percobaan terakhir dengan
beban 0.11 meghasilkan nilai 9.48 ini membuktikan bahwa massa pada osilasi pegas
berpengaruh terhadap nilai k.

4.2.3 Osilasi Pipih

Untuk osilasi pipih dengan seluruh percobaan dengan beban yang sama yaitu

0.1 (kg) dan simpangan pertama yaitu 3 cm menghasilkan tiga kali perhitungan,
pada percobaan pertama menghasilkan nilai periode yaitu 0.94, 0.95 dan 0.96 lalu
rata-rata dari kegita percobaan diatas menghasilkan nilai k yaitu 4.38.

Untuk percobaan kedua dengan besar simpangan yaitu 6 cm dan beban tetap sama
yaitu sebesar 0.1 dengan melakukan tiga kali percobaan pula terdapat periode 0.96
tiga kali berturut-turut. Dan menghasilkan nilai k yang sama pula yaitu
mendapatkan rata-rata nilai k sebesar 4.29.

Lalu untuk fakor-fakor kesalahan pada percobaan osilasi pipih yaitu, menghitung
periode dengan menunggu selama 30 detik, ini membuat perocobaan terlalu lama,
cobalah untuk menghitung osilasi 30 ayunan berapa detik, ini lebih ringan dan
mudah untuk diamati. Lalu untuk melakukan percobaan ini sangat diharuska di atas
meja yang rata dan kokoh, agar tidak terdapa gaya dari luar, seperti meja yang
bergetar bisa membuat perubahan di dalam percobaan ini. Kemudian lalukanlah
percobaan ini di dalam ruangan agar tidak terkena gaya luar beruba angina ataupun
hal-hal yang tidak diinginkan.
25

Untuk pengaruh simpangan terhadap nilai k yaitu berbanding lurus dengan panjang
simpangan. Contoh pada percobaan simpangan 3 cm menghasilkan nilai k yaitu
4.38 dan pada percobaan osilasi pipih dengan simpangan 6 cm menghasilkan nilai
ka yaitu 4. 29 hal ini membuktikan bahwa semakin kecil simpangan semakin kecil
pula nilai k yang didapat begitu pula dengan semakin besar nilai simpangan,
semakin besar pula nilai k yang didapat

Dari ketiga metode tersebut yang paling bagus untuk melakukan percobaan adalah
metode pembebanan, karena di metode pembebanan itu mengukur panjang pegas
spring yang telah diberikan massa lalu dikur menggunakan penggaris dari ketiga
sisi, percobaan itu dilakukan selama beberapa kali sampai tiga kali penambahan
beban. Cara ini lebih efektif untuk mencari konstanta pegasnya karena pegas
langsung diukur dengan penggaris.
Sedangkan jika menggunakan metode osilasi itu hanya diukur getaran
nya saja, itu kurang efektif untuk mencari nilai konstanta pegasnya, cara inin kurang
efektif juga karena metode osilasi patokan waktunya menggunakan stopwatch.
Karena yang memakai stopwacth tersebut adalah manusia pasti ada saja kesalahan
yang terjadi. Oleh karena tiu menurut saya metode yang paling bagus untuk mencari
nilai konstanta pegasnya adalah menggunakan metode pembebanan. Kelebihan
yang lain yang dimiliki metode pembebanan adalah metode pembebanan lebih
mudah dilakukan.
Metode pembebanan ini lebih mudah dilakukan karena barangnya yang
mudah didapat sepert pegas spring, benda sering kita temui di kehidupan sehari hari
sepertri pada kasur. Di metode ini juga jika ingin mengukur panjang pegas kita
hanya memerlukan penggaris untuk mengukur panjang pegas tersebut setelah
diberikan beban dan memakai penggaris ini lebih presisi mengukurnya dari pada
menggunakan stopwatch. Jika kita menggunakan metode osilasi kita harus
membutuhkan stopwatch, kita juga tidak tahu berapa getaran yang terjadi jika kita
tidak mempunyai stopwatch dan juga jika kita tidak menghentika stopwatch secara
tepat hasil percobaan pun tidak akan tepat. Oleh karena itu metode pembebanan
lebih efektif ketimbang metode osilasi.
26

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Melalui praktikum ini kami menarik kesimpulan bahwa :

1. Nilai tetapan pegas dapat ditentukan dari percobaan yang telah


dilakukan. Nilai tetapan pegas ( k ) dari metode pembebanan,
adalah 0,084
2. Nilai konstanta suatu pegas adalah sama
3. Periode dan massa beban pada osilasi dapat ditentukan melalui
praktikum ini
4. Simpangan awal mempengaruhi besar nilai tetapan pegas
5. Tetapan pegas berhubungan dengan hukum Hooke

5.2 Saran

Saran yang dapat saya berikan adalah :

1. Bagi praktikan dapat mempelajari lebih dulu materi praktikum


sebelum tes lisan
2. Bagi praktikan menggunakan pakaian yang rapih dan sopan
3. Pembagian tugas dalam kelompok sehingga dapat membantu
teman satu kelompok
4. Pengumpulan laporan yang diperpanjang atau format laporan yang
dibuat lebih sederhana
27

DAFTAR PUSTAKA

[1] [FT UNTIDAR] Fakultas Teknik, Universitas Tidar. Pengaruh Nilai


Konstanta Pegas. Tempat terbit : FT UNTIDAR; 2018.

[2] Fakultas Teknik, Universitas Udayana. Laporan Praktikum Fisika Dasar I.


Tempat terbit : FT UDAYANA ; 2013

[3] Krodkiewski. Mechanical Vibration Departement Of Mechanical And


Manufacturing Engineering. Tempat terbit : Melbourne ; The University Of
Melbourne. 2009

[4] Budi Esmar. Kajian Fisis pada Gerak Osilasi Harmonis.


https://www.researchgate.net/publication/314015056_Kajian_Fisis_pada_Gerak_
Osilasi_Harmonis [15 oktober 2020]

[5] Zenius Tim. Modulus Elastisitas.


https://www.zenius.net/prologmateri/fisika/a/187/modulus-elastisitas [15 oktober
2020]

[6] Jesi Pebralia. Orientasi Gerak Jatuh Bebas pada Sistem Tiga Partikel. Jurnal
Ilmu Fisika dan Pembelajarannya. 2017; Vol. 1 ; Halaman 1
28

LAMPIRAN A

PERHITUNGAN
29

A.1 Metode Pembebanan


W = m.g
= 0.07 x 10 =0.7 (N0
∆F = (W –F0)
= 0.7-0.5 = 0.2
∆l = (l – l0)
=0.072-0.094 = 0.022
K= ∆l/∆F = 0.084

B.2 Metode Osilasi


T = waktu/n
= 30/57 = 0.53
K = 4x 𝜋 2 m/T2
=
4x 3,142 x 0.07/0.28 = 9.85 N/m

Untuk mencari rata-rata, bisa langsung di totalkan, dibagi dengan jumlah nilai.

B.3 Metode Osilasi Pipih


T = waktu/n
= 28.16/30 = 0.94
K = 4x 𝜋 2 m/T2
= 4x 3,142x 0.1/0.88
= 4.38 N/m
30

LAMPIRAN B

JAWABAN DAN TUGAS KHUSUS


31

B.1 Jawaban Pertanyaan


1. Pada sebuah trampolin terdapat 40 pegas di sekelilin trampolin, dengan tiap pegas
memiliki nilai konstanta pegas sebesar 100 N/m. Jika seorang anak dengan massa
50 Kg menaiki trampolin tersebut dan dialami masing-masing pegas berada pada
posisi 20° dari sumbu horizontal, berapakah besar pertambahan panjang yang
dialami masing-masing pegas? (g=10 m/s)
Jawab : k = 100 N/m
M = 50 Kg
G = 10 m/s2
F cos 𝜃 = k. Δ𝑥
m.g cos 𝜃 = 𝑘. Δ𝑥
50.10 cos 20° = 100. Δx
500 x 0,9397 = 100. Δx
Δx = 469,85/100
Δx = 4,7 m
2. Sebuah helikopter menggunakan pegas sepanjang 1 m untuk menarik ke atas
sebuah kapal yang memiiki massa 7500 Kg dengan kecepatan penarikan 2 m/s2.
Pegas mengalami perpanjangan 1,125 m. Tentukan nilai konstanta pegas tersebut!
Jawab: X1 = 1 m
M = 7500 Kg
A = 2 m/s2
X2 = 1,125 m
F = -k. Δx
m . a = k (X2 – X1)
(7500)(2) = k. (1,125 – 1)
K = -15000,25 = - 120000 N/m = -1,2 x 10-5 N/m
3. Pegas merupakan alat yang dapat membantu mempermudah bebab pekerjaan
manusia. Beberapa pekerjaan yang berat apabila harus dilakukan sendiri tanpa alat
bantu akan menjadi mudah dengan memanfaatkann pegas. Sebutkan dan jelaskan
berbagai kegunaan pegas dalam kehidupan sehari hari berikut dengan cara kerja
dari pegas tersebut!
32

Jawab:
• Suspensi kendaraan, setiap kendaraan pasti memakai suspensi, suspensi disini
sudah mutlak dan sudah pasti memiliki gaya pegas, fungsi dari suspensi ini
sendiri adalah untuk meredam getaran yang berlebihan pada kedaraan jika
kendaraan tersebut melewati jalan yang bergelombang dan pemakaian suspensi
ini nyaman unutk kendaraan bermotor
• Dinamometer, ini merupakan alat pengukur gaya dan didalamnya terdapat
pegas, pegas dalam dinamometer tersebut akan merenggang ketika dikenai gaya
dari luar, umunya dinamometer digunakan untuk menentukan tenaga dan torsi
yang diperlukan untuk pengoprasian mesin.
• Neraca pegas, benda ini juga memanfaatkan gaya pegas untuk pengorasiannya,
ini adalah timbangan untuk melakukan pengukuran suatu massa benda. Benda
yang diukur massanya akan digantung pada pengait neraca. Skala yang
ditunjukkan oleh neraca sama dengan nilai massa benda yang terukur
4.Buktikan penurunan rumus periode osilasi dari persamaan hukum Hooke!
Jawab :

: F = -k. Δx
m.a = 4π2 . m/T 2
a = 4π2 .∆𝑥 m/T2
a = 2𝜋√𝑚/𝑘
k = 4π2 .m/T2

B.2 Tugas Khusus


1. Cari gambar grafik tegangan dan renggangan
2. Cari gambar grafik polimer tegangan dan renggangan
JAWAB
1.
33

Gambar 3.4 Grafik tegangan dan rengganngan

Dalam grafik tersebut di titik yang pertama itu adalah batas hukum Hooke, batas
dimana tegangan dan renggangan sebanding dan di titik yang kedua itu adalah batas
elastid suatu benda dimana benda di titik tersebut masih bisa kembai ke bentuk
semulanya. Lalu kita masuk ke titik selanjutnya ke bagian daerah yang plastis di
titik yang ketiga itu adalah titik tekuk titik dimulainya ultimate stress dan di titik
yang terahir itu adalah titik patah, yaitu titik dimana benda tidak lagi menyatu dan
terbelah menjadi dua dan benda akan kehilangan keelastisannya.
2.
34

Gambar 3.5 Grafik tegangan dan


rengganngan

Gambar 3.5 Kurva Tegangan Regangan Pada


Polimer : (A)Polimer Getas (B)Polimer Elastic
(C)Elastomer
35

LAMPIRAN C

GAMBAR ALAT DAN BAHAN


36
37

LAMPIRAN D

BLANKO PERCOBAAN
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA 38

LABORATORIUM FISIKA TERAPAN


Jalan Jenderal Sudirman Km. 3 Cilegon 42435 Telp. (0254) 395502
Website: http://fisdas.ft-untirta.ac.id Email: lab.fisikaterapan@untirta.ac.id
BLANGKO PERCOBAAN TETAPAN PEGAS
DATA PRAKTIKAN
NAMA Yohanes Juan Bagus Simorangkir
NIM / GRUP 3331200042 / E 2
JURUSAN Teknik Mesin
REKAN Alwan Habibie, Dimas Satrio, dan Raihan Rabby
TGL. PERCOBAAN Sabtu, 10 Oktober 2020

A. METODE PEMBEBANAN
F0 = 0,5N l0 = 0,072 m
Tabel A. Data Percobaan Metode Pembebanan
∆F = (W –F0) l ∆l = (l – l0)
m W ̅∆̅l̅ k
(N) (m) (m)
(kg) (N) (m) (N/m)
1 2 3 1 2 3
0,07 0,7 0,2 0,094 0,094 0,094 0,022 0,022 0,022 0,022 0,084

0,09 0,9 0,4 0,114 0,114 0,114 0,042 0,042 0,042 0,042
0,11 1,1 0,6 0,134 0,134 0,134 0,064 0,064 0,064 0,064

B. METODE PEMBEBANAN

Tabel B. Data Percobaan Metode Osilasi

Massa beban, M (kg) 0,07


Jumlah osilasi n selama 30 detik 57 56 57
Periode, T1 (s) 0,53 0,54 0,53

(T1)2 0,28 0,29 0,28

k (N/m) 9,85 9,51 9,85

𝐤̅ (N/m) 9,74

Massa beban, M (kg) 0.09


Jumlah osilasi n selama 30 detik 49 49 49
Periode, T2 (s) 0.61 0.61 0.61
(T2)2 0.37 0.37 0.37
k (N/m) 9.59 9.59 9.59
𝐤̅ (N/m) 9.59
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA 39

LABORATORIUM FISIKA TERAPAN


Jalan Jenderal Sudirman Km. 3 Cilegon 42435 Telp. (0254) 395502
Website: http://fisdas.ft-untirta.ac.id Email: lab.fisikaterapan@untirta.ac.id
Massa beban, M (kg) 0,11
Jumlah osilasi n selama 30 detik 44 45 44
Periode, T3 (s) 0,68 0,67 0,68
(T3)2 0,46 0,44 0,46
k (N/m) 9,33 9,76 9,33
𝐤̅ (N/m) 9,48

C. OSILASI PADA PEGAS PIPIH

Tabel C. Data Massa Beban dan Panjang Pegas Pipih


Massa beban, M (kg) 0,1
Panjang pegas pipih (cm) 28,8 28,8 28,8

Tabel D. Data Periode pada Osilasi Pegas Pipih


Simpangan (cm) 3
Waktu untuk 30 ayunan, t (s) 28,16 28,53 28,72
Periode, T1 (s) 0,94 0,951 0,96
(T1)2 0,88 0,90 0,92
k (N/m) 4,48 4,36 4,30
𝐤̅ (N/m) 4,38

Simpangan (cm) 6
Waktu untuk 30 ayunan, t (s) 28,90 28,72 28,84
Periode, T2 (s) 0,96 0,96 0,96
(T2)2 0,92 0,92 0,92
k (N/m) 4,29 4,30 4,27
𝐤̅ (N/m) 4,29
40

̅̅̅)
Grafik Gaya (F) terhadap Pertambahan Panjang (∆𝒍

∆F= (w-Fө) (N)


0.7

0.6

0.5

0.4

0.3
0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0.07

Suhu ruang awal = 22℃


Suhu ruang akhir = 22℃
Sikap barometer awal = 755 mmHg
Sikap barometer akhir = 755 mmHg

Anda mungkin juga menyukai