Anda di halaman 1dari 6

ACARA IV

MODULUS YOUNG KAWAT

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Elastisitas merupakan kemampuan suatu objek untuk berubah
ukuran ( bertambah panjang ) dan dapat kembali ke bentuk awalnya
setelah diberukan suatu gaya eksternal ( dari luar ). Pertambahan
panjang ini dipengaruhi oleh suatu gaya. Gaya yang bekerja sebanding
dengan panjang benda dan berbanding terbalik dengan luas
penampangnya. Besarnya gaya (F) dibagi dengan luas penampang (A)
didefinisikan sebagai tegangan. Sebaliknya, jika gaya menyebabkan
berkurangnya ukuran panjang suatu benda, maka disebut sebagai
regangan. Hal ini merupakan kondisi dimana benda telah kehilangan
pengaruh dari luar. Regangan, disimbolkan dengan dan didefinisikan
sebagai perbandingan pertambahan atau perubahan panjang (L)
dengan panjang mula mula (l). Dalam SI, regangan tidak memiliki
satuan karena pembagian antar satuan panjang. Perbandingan antara
tegangan dan regangan, atau tegangan persatuan regangan, disebut
modulus elastik bahan.
Modulus elastisitas (E) didefinisikan sebagai hasil pembagian atau
rasio antara tegangan dan regangan (e): E =

/ e. Jika Modulus

Elastisitas menyatakan perbandingan antara tegangan terhadap


regangan linear, maka disebut juga sebagai Modulus Young.
2. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum acara IV modulus young kawat adalah :
a. Memahami sifat sifat elastis benda padat
b. Memahami tegangan dan regangan dari suatu bahan
c. Mengukur Modulus Young suatu bahan
3. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum acara IV Modulus Young kawat dilaksanakan pada hari
Senin, tanggal 7 Oktober 2013 pada pukul 09.00 11.00 WIB
bertempat di Laboratorium Rekayasa Proses Pengolahan Pangan dan

hasil Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret


Surakarta.
B. Tinjauan Pustaka
Kita membutuhkan sifat elastis dari dua sistem fase untuk
merancang

komposit

baru

dam

aplikasi

tergantung

bahannnya.

Dalam makalah ini modulus elastisitas dihitung untuk beberapa komposit


menggunakan dua pendekatan empiris secara eksklusif yang berbeda
memiliki ketergantungan pada fraksi volume dan modulus elastisitas fase
konstituen dan dibandingkan dengan nilai-nilai eksperimental. Ketika
keramik ditambahkan atau dicampurkan ke dalam logam atau sebaliknya
maka keadaan heterogen akan dikembangkan. Itulah mengapa sifat elastis
dari dua bahan fase umumnya menyimpang dari prediksi perhitungan
dengan menggunakan aturan campuran (Upadhyay, 2012).
Bahan logam yang siap digunakan biasanya sudah memiliki
bentuk, misalnya batang, kawat, maupun bentuk siap pakai lainnya. Kawat
sebagai salah satu bentuk logam, sangat mudah ditemui dan banyak
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Logam logam tersebut
umumnya mempunyai sifat mekanik elektrik, termik, magnetik, dan
sebagainya. Sifat-sifat mekanik antara lain : elastisitas, kekerasan dan
keuletan, sedangkan elastisitas dapat karena tarikan atau tekanan dan
puntiran (Istiyono, 2006).
Sifat dasar yang penting berkaitan dengan beton serat adalah kuat
tarik maksimum, regangan maksimum, retak dan perkembangan retak.
Menurut Soepriyono dkk (1974) kekuatan dan serat polyester dalam
keadaan basah sama dengan keadaan kering. Sebuah balok yang mendapat
beban berupa momen lentur murni, maka tiap tiap serat longitudinal
balok mendapat tegangan berupa tegangan tarik atau tekan. Serat
longitudinal yang tidak menderita tegangan tarik atau tekan disebut garis
netral. Bila momen yang terjadi masih dibawwah momen ultimit, maka
berlaku hukum Hooke, dimana tegangan berbanding lurus dengan
regangan ( = E . ) (Mediyanto, 2002).

Hukum Hooke; sifat elastisitas (kenyal) adalah sifat menentang


perubahan bentuk, seperti halnya karet yang diregangkan akan berusaha
kembali ke keadaan semula. Orang yang terutama mempelajari sifat ini
adalah Robert Hook yang kemudian mengkemukakan hukumnya yang lalu
dikenal sebagak hukum Hook yang merupakan dasar daripada teori
elastisitas (kekenyalan). Secara singkat hokum itu mengatakan regangan,
sebanding dengan tegangan (Soedojo, 1986).
Jika sebuah benda padat berada dalam keadaan setimbang tetapi
dipengaruhi gaya gaya yang berusaha menarik, menggeser, atau
menekannya, maka bentuk benda itu akan berubah. Jika benda kembali ke
bentuknya semula bila gaya gaya dihilangkan, benda dikatakan elastik.
Kebanyakan benda adalah elastik terhadap gaya gaya sampai terlalu
besar dan batas elastik dilampaui, benda tidak kembali bentuknya semula,
tetapi secara permanen berubah bentuk (Tipler, 2004).
Namun, sampai ke sebuah titik yang lebih jauh sepanjang kurva
yang disebut batas elastisitas, benda akan kembali ke panjang asalnya jika,
gaya yang diterapkan dilepas. Daerah dari titik asal ke batas elastisitas
disebut daerah elastis. Jika, benda dipanjangkan melebihi batas elastis, ia
memasuki daerah plastis: ia tidak kembali ke panjang asal sekali pun gaya
luar dilepaskan, tetapi cacat secara permanen. Pemanjangan maksimum
dicapai pada titik putus. Gaya maksimum yang dapat dikenakan tanpa
memutuskan disebut kekuatan maksimum bahan (Giancoli, 1997).
Elastisitas adalah sifat di mana benda kembali pada ukuran dan
bentuk awalnya ketika gaya gaya yang mendeformasikannya (mengubah
bentuknya) dihilangkan. Tegangan ( ) yang dialami di dalam suatu
padatan adalah besar gaya (F), dibagi dengan luas (A) di mana gaya
tersebut bekerja. Regangan adalah deformasi (perubahan bentuk) bagian
akibat tegangan. Regangan diukur sebagai rasio perubahan sejumlah
dimensi benda terhadap dimensi awal di mana perubahan terjadi
(Bueche, 2006).
Menurut Hook regangan sebanding dengan tegangannya, di mana
yang dimaksud dengan regangan ialah prosentase perubahan dimensi.

Regangan panjang; dengan panjang semula sewaktu tiada regangan, l, dan


penambahan panjang L akibat tegangan, regangannya diberikan oleh
L/l, sedangkan jikalau luas penampangnya A dan gaya tegangan yang
meregangkan ialah W, maka tegangannya adalah W/A. Berdasarkan
hukum Hook ditulis :
Y(L/l) = W/A
dengan tetapan pembanding lurus Y dinamakan modulus elastisitas Young
(Soedojo, 1999).
Berbagai percobaan pada pertambahan panjang kawat L kecil
menunjukkan bahwa pertambahan panjang kawat sebanding dengan berat
atau gaya yang diberikan pada kawat tersebut,
F = k . L
dengan k adalah konstanta. Persamaan tersebut ternyata berlaku untuk
semua materi padat, tetapi hanya sampai batas tertentu, karena jika gaya
yang bekerja terlalu besar, logam meregang terlalu besar dan akhirnya
patah. Batas proporsional merupakan batas perubahan kemiringan pada
grafik F terhadap L dan disebut juga batas linier (Martini, 2009).
Persamaan yang digunakan untuk menggambarkan keelastisan,
dari Hooke melalui hubungan antara regangan dan tegangan dengan
perkiraan untuk out-of-pesawat defleksi piring persegi di bawah beban
titik, semua memerlukan "E," efektif modulus young elastis, untuk
mengukur perilaku elastis materi. Perilaku mekanik tambahan dapat
dijelaskan dengan modulus elastisitas, seperti modulus geser G, modulus
bulk B, dan banyak lainnya (Matthew, 2010).
C. Alat, Bahan dan Cara Kerja
1. Alat
a. Jarum penunjuk skala
b. Seperangkat bandul atau beban
c. Meteran dan jangka sorong
d. Jangka ukur
e. Cutter
f. Neraca ohaus
2. Bahan
a. Kawat tembaga
b. Kawat besi
3. Cara Kerja

a. Memasang kawat tembaga dengan panjang L dengan salah satu


ujungnya diikat dengan ujung lainnya dan memberi beban atau
bandul.
b. Mengukur diameter kawat A dengan menggunakan jangka sorong
dan massa benda yang digantungkan
c. Mencatat perubahan panjang L pada pergeseran penunjuk jarum
d. Memberi beban lagi dan mencatat kembali massa benda serta
pergeseran jarum tersebut
e. Mengulangi langkah d dengan memberi beban berturut turut
hingga terjadi regangan yang besar.
f. Mencatat hasil praktikum dalam sebuah tabel.

DAFTAR PUSTAKA

Bueche, Frederick J. 2006. Fisika Universitas. Erlangga. Jakarta.


Giancoli, Dounglas C. 1997. Fisika Dasar. Erlangga. Jakarta.
Hopcroft, Matthew A., William D. Nix, Thomas W. Kenny. 2010. What is the
Youngs Modulus of Silicon?. Jurnal Of Microelectromechanical System
Vol.19 No.2 April 2010 (229).
Istiyono, Edi., Tanty Wijayanti, Rini Budi L, Sri Wigati, dan Muawamah. Kajian
Sifat Mekanik Bahan Yang Mengalami Anilisasi. Jurnal Penelitian Saintek
Vol. 11 No.1 April 2006 (57).
Martini, Dwi., Raden Oktova. Penentuan Modulus Young Kawat Besi Dengan
Percobaan Regangan. Berkala Fisika Indonesia Vol.2 No.1 Juli 2009 (2).

Mediyanto, Antonius. Perilaku Gabungan Balok Beton yang Diperkuat Dengan


Beton Normal dan Serat Polyster yang Mengalami Kegagalan Lentur.
Media Teknik Sipil Januari 2002 (50).
Soedojoe, Peter. 1986. Asas Asas Ilmu Fisika Jilid I. Gadjah Mada University
Press. Jogjakarta.
Soedojoe, Peter. 1999. Fisika Dasar. Gadjah Mada University Press. Jogjakarta.
Tipler, Parit A. 2004. FISIKA Untuk Sains dan Teknik Edisi Ketiga Jilid I.
Erlangga. Jakarta.
Upadhyay, Anupama., Ramvir Singh. Prediction of Effective Elastic Modulus of
Biphasic Composite Materials. Modern Mechanical Engineering Vol.2
2012 (7).

Anda mungkin juga menyukai