Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM

MODULUS ELATISITAS

Nama Praktikum : Nova Odiantamara Putri


NIM : 201810201018
Fakultas/ Jurusan : FMIPA/Fisika
Hari/Tanggal : Senin, 26 Oktober 2020
Nama Asisten : Samakhatus Sahiroh

LABORATORIUM FISIKA DASAR


JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2020
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap bahan memiliki elastisitas (kelenturan) dan besarnya koefisien
elastisitas setiap bahan berbeda-beda. Benda elastis akan terjadi pertambahan
panjang yang akibat dari adanya suatu gaya. Benda ini berlaku hampir pada
semua materi padat tetapi hanya pada suatu batas tertentu. keelastisitasan juga
memiliki batasan dimana benda sudah tidak lagi bisa meregang yang disebut
titik fraktur (patah/putus)
Sifat elastis atau elastisitas adalah kemampuan suatu benda untuk kembali
ke bentuk semula setelah gaya luar yang diberikan. Sedangkan benda yang
tidak elastis adalah benda yang tidak kembali kebentuk semula saat gaya luar
yang diberikan kepada benda tersebut dilepaskan. Tiap jenis perubahan bentuk
benda akan mengenal besaran disebut tegangan, tegangan ini menunjukkan
kekuatan gaya yang menyebabkan perubahan bentuk. Selain tegangan juga
terdapat regangan. Regangan adalah besaran yang menggambarkan hasil
perubahan bentuk
Praktikum kali ini dilakukan pengamatan terhadap elastisitan suatu benda.
Modulus elastis yang terkait dengan regangan disebut modulus young. Gaya F
yang diberikan pada suatu benda dibawah gaya batas elastisitas maka tegangan
sebanding dengan regangan. Modulus young hanya bergantung pada jenis
benda.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada praktikum modulus elastisitas ini adalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana modulus elastisitas masing-masing bahan ?
2. Bagaimana hubungan modulus elastisitas dengan jenis bahan?
3. Bagaimana hubungan modulus elastisitas dengan bentuk bahan ?
3.3 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum modulus elastisitas ini adalah sebagai berikut :
1. Dapat mengetahui modulus elastisitas masing-masing suatu bahan
2. Dapat mengetahui hubungan modulus elastisitas dengan jenis bahan
3. Dapat mengetahui hubungan modulus elastisitas dengan bentuk bahan

1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum modulus elastisita yaitu :
Untuk mengetahui dan memahami suatu elastisitas bahan dari suatu benda
padat. Pemahaman tentang teori dan praktek suatu modulus elastisitas. Dapat
memahami penerapan modulus elastisitas dalam kehidupan sehari-hari.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah
Robert hooke (lahir 18 Juli 1635 – meninggal 3 maret 1703 pada
umur 67 tahun) adalah seorang polymath inggris yang nmemainkan peranan
penting dalam revolusi ilmiah, melalui kerja eksperimen dan teoritis. Hooke
menerima pendidikan awal di Sekolah Westminster. Pada 1653, Hooke
mendapatkan tempat di Christ Church, Oxford. Disana ia bertemu dengan
Robert Boyle dan mendapatkan pekerjaan sebagai asistennya. Hokum hooke
adalah hokum atau ketentuan mengenai gaya dalam bidang ilmu fisika yang
terjadi karena sifat elastisitas dari sebuah pir atau pegas. Besarnya gaya hooke
ini secara proporsional akan berbanding lurus dengan jarak pergerakan pegas
dari posisi normalnya atau lewat rumus matematis. Hokum hooke yang
ditemukan dengan rumus tanda (-) menyatakan bahwa arah F berlawanan
dengan arah perubahan panjang x. Menurut hooke dengan x diukur dengan
posisi keseimbangan pegas. Tanda (-) menunjukkan bahwa pegas diregangkan
(L>0), gaya yang dikerjakan pegas mempunyai arah sehingga menyusutkan L.
sebaliknya, waktu mendesak pegas (L<0) gaya pegas pada arah L yang positif
sedangkan k disebut konstanta pegas mempunyai dimensi gaya/panjang. Pada
1660, hooke menemukan hukumdari elastisitas yang menyandang namanya
dan yang menggambarkan variasi linier ketegangan dengan ekstensi dalam
elastis semi.
Thomas Young adalah seorang dokter inggris dan ahli fisika,
dengan pikiran yang brilian dan kepentingan eklektik. Thomas lahir di
Milverton, Somerset, Inggris pada tanggal 13 Juni 1773. Artikel utamanya
menggambarkan karakterisasi elastisitas yang kemudian dikenal sebagai
Modulus Young, dinotasikan sebagai E, pada tahun 1807, dan selanjutnya
dituliskan dalam karya-karya berikutnya seperti 1845 Kursus Dosen Filsafat
Alam dan Seni Mekanik. Namun, penggunaan pertama dari konsep modulus
young dalam percobaan adalah dengan Giordano Riccati pada tahun 1782.
2.2 Definisi
Tegangan (stress) pada sebuah benda didefinisikan sebagai gaya
persatuan luas penampang benda tersebut. Bila dua buah kawat dari bahan yang
sama namun luas penampangnya berbeda-beda sama-sama diberikan gaya,
maka kedua kawat tersebut mengalami tegangan yang berbeda pula, dimana
kawat dengan penampang kecil akan mengalami tegangan yang besar
dibandingkan dengan penampang yang lebih besar maka tegangannya lebih
kecil (Joseph, 1978).
Regangan (Strain) adalah perubahan bentuk yang dialami oleh
sebuah benda dimana dua buah gaya yang berlawanan arah (menjadi pusat
benda) dikenakan pula pada ujung-ujung benda. Makin besar tegangan suatu
benda maka semakin besar regangannya artinya perubahan panjang juga
semakin besar. Regangan dan tegangan benda sangat diperhitungkan dalam
menentukan ukuran jenis bahan penyangga jembatan gantung dan bangunan
bertingkat. Regangan merupakan perbandingan antara perubahan panjang
benda terhadap panjang mula-mula (Tippler, 1998).
Selama gaya (F) yang berkerja pada benda elastis tidak melampaui
batas elastis maka perbandingan antara tegangan (T) dengan regangan adalah
konstan. Bilangan (konstanta) tersebut dinamakan Modulus Young atau
Modulus Elastisitas (E). Modulus Young adalah perbandingan antara tegangan
yang dialami oleh suatu benda dengan regangannya (Zemansky,2002).
Modulus young merupakan besaran yang mmenyatakan sifat elastis suatu
bahan tertentu dan bahan menunjukkan langsung seberapa jauh sebuah batang
atau kabel atau pegas yang bersangkutan mengalami perubahan akibat
pengaruh beban f=kx. Konstanta k atau perbandingan gaya terhadap
perpanjangan disebut konstanta gaya atau kekuatan pegas. Bilangannya sama
dengan gaya yang diperlukan untuk menghasilkan perpanjangan satuan
(Zemansky, 1982)
Menurut Hooke, regangan sebanding dengan tegangan , dimana
yang dimaksud dengan regangan adalah presentasi perubahan dimensi.
Tegangan adalah gaya gaya yang merenggang persatuan luas penampang yang
dikenainya (Soedojo, 2004)
Elastisitas adalah kemampuan suatu bahan untuk kembali ke
bentuk semula setelah gaya yang diberikan pada benda dihentikan. Dengan
kata lain, semakin besar gaya tarik semakin besar pertambahan panjang pegas.
Perbandingan besar gaya tarik (F) terhadap pertambahan panjang pegas yang
bernilai konstan (Anonim, 2012)
2.3 Rumus
1. Hukum Hooke :
𝐹
F= K.∆𝑋 atau K=∆𝑋

Dimana :
F = besar gaya luar yang diberikan pada pegas (N)
∆𝑋 = Pertambahan panjang pegas (m)
K= konstanta pegas (N/m) (Souisa, 2011)
2. Tegangan
𝑔𝑎𝑦𝑎 𝐹
Tegangan = 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔 atau 𝜎 = 𝐴

Dimana :
𝜎 = Tegangan (N/m2 atau pascal (Pa)
F = Gaya (N)
A = Luas Penampang (m2) (Souisa, 2011)
3. Regangan
𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 ∆𝑙
Regangan = atau 𝜀 = 𝑙𝑜
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑢𝑙𝑎−𝑚𝑢𝑙𝑎

Dimana :
∆𝑙 = perubahan panjang
l = panjang mula-mula (Souisa, 2011)
4. Modulus Elastisitas
𝑡𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝜎
𝑚𝑜𝑑𝑢𝑙𝑢𝑠 𝑒𝑙𝑎𝑠𝑡𝑖𝑠 = atau 𝐸 =
𝑟𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝜀
𝐹
𝜎 𝐴 𝐹.𝑙𝑜
𝐸= = ∆𝑙 = 𝐴.∆𝑙 (Halliday, 1996)
𝜀
𝑙𝑜
2.4 Gambar

Gambar 1. Tampilan Skema


(Modul Praktikum Fisika, 2020)

Gambar 2. Tampilan Grafik Tegangan dan Regangan


(Souisa, 2011)
Gambar 2. Menunjukkan grafik tegangan dan regangan untuk batang padat
biasa. Grafik tersebut linier sampai titik A. Hasil bahwa regangan berubah
secara linier dengan tegangan dikenal sebagai hokum hooke. Titik B adalah
batas elastic. Jika batang ditarik melampaui titik ini batang tidak akan kembali
ke panjangnya semula, tetapi berubah bentuk secara tetap. Jika tegangan yang
bahkan lebih besar diberikan, bahan akhirnya patah seperti yang ditunjukkan
oleh titik C. Di dalam daerah linier dari grafik tegangan-regangan untuk tarikan
atau tekanan (kompresi), kemiringan menyamai nilai banding tegangan
terhadap regangan yang dinamakan modulus young (Kane dan Sternheim,
1976)
BAB 3 METODE PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum modulus elastisitas
adalah
1. Alat pelentur digunakan untuk mengetahui seberapa elastisita apa bila
dikenai bahan
2. Batang-batang penguji digunakan untuk tempat diletakkannya beban
3. Beban-beban digunakan untuk mengamati elastisitas benda yang akan
diuji
4. Jangka Sorong digunakan sebagai alat pengukur dari besaran panjang.
Alat ini dipakai untuk mengukur panjang, lebar, tinggi, diameter luar dan
diameter dalam
5. Mistar digunakan untuk mengukur panjang dan lebar benda yang
berukuran relative besar
3.2 Metode Kerja
Adapun desain percobaan pada praktikum pengukuran dasar adalah
1. Jangka Sorong

Gambar 3.1 Jangka Sorong


(Sumber : Riskawati, 2018)
2. Mistar

Gambar 3.2 Mistar


(Sumber : Riskawati,2018)
3. Batang dengan Penampang Lintang Lingkaran Berongga

Gambar 3.3 Lingkaran Berongga


(Modul Petunjuk Praktikum 2020)
4. Batang dengan Penampang Segiempat

Gambar 3.4 Penampang Segiempat


(Modul Petunjuk Praktikum 2020)

3.3 Langkah Kerja


Adapun langkah kerja pada praktikum modulus elatisitas adalah
3.3.1 Batang dengan penampang lintang segiempat
1. Diukur dimensi batang uji sesuai dengan kebutuhan
2. Diletakkan batang uji (untuk kedudukan b=ukuran horizontal penampang
batang dan a= ukuran vertical penampang batang) pada kedua titik tumpu
(A=B=1/2L) dan diberi tempat beban dalam keadaan tanpa beban, kemudian
dicatat kedudukan skala.
3. Ditambahkan beban, dicatat kedudukan skala pada tiap penambahan beban
4. Dikurangi beban dan dicatat kedudukan skala pada tiap pengurangan beban
5. Diulangi langkah percobaan 1-4 sebanyak tiga kali
6. Diulangi langkah percobaan 1-5 untuk batang uji tersebut, tetapi sekarang
kedudukan b=ukuran vertical penampang batang dan a=ukuran horizontal
penampang batang
7. Dilakukan percobaan untuk batang yang lain
3.3.2 Batang dengan penampang lintang lingkaran yang berongga
1. Diukur dimensi batang uji sesuai dengan kebutuhan
2. Batang uji diletakkan pada kedua titik tumpu (A=B=1/2L) dan tempat beban
diberi dalam keadaan tanpa beban, kemudian dicatat kedudukan skala
3. Ditambahkan beban, dicatat kedudukan skala pada tiap penambahan beban
4. Beban dikurangi dan dicatat kedudukan skala pada tiap pengurangan beban
5. Diulangi langkah percobaan 1-4 sebanyak tiga kali
3.3.3 Batang dengan penampang lintang lingkaran pejal
1. Diambil batang dengan penampang lintang berbentuk lingkaran pejal
2. Diukur dimensi batang uji sesuai dengan kebutuhan
3. Batang uji diletakkan pada kedua titik tumpu (A=B=1/2L) dan tempat beban
diberi dalam keadaan tanpa beban kemudian dicatat kedudukan skala
4. Ditambahkan beban, dicatat kedudukan skala pada tiap penambahan beban
5. Beban dikurangi dan dicatat kedudukan skal pada tiap pengurangan beban
6. Diulangi langkah percobaan 1-4 sebanyak tiga kali
3.4 Metode Analisis Data
3.4.1 Adapun metode analisis data pada praktikum ini adalah
A. Batang dengan penampang lintang segiempat
Tabel A.1 Pengukuran dimensi batang ukur

Parameter Nilai Satuan


a G.1 cm
b G.2 cm
L 90 cm
A=B cm

Tabel A.2 Pengukuran defleksi akibat pembebanan pada batang


dengan a sebagai ukuran vertikal dan b sebagai ukuran
horizontal dari penampang batang

Pembacaan skala (mm) d (defleksi) (mm)


n 0g 50 g 100 g 50 g 0g 50 g 100 g 50 g
(1) (2) (3) (4) (5) (2) - (1) (3) - (1) (4) - (1)
1 G.3 G.5 G.7 G.9 G.11
2 26,50 30,00 33,00 30,50 26,50
3 26,00 29,50 32,50 30,00 26,00

Tabel A.3 Pengukuran defleksi akibat pembebanan pada batang dengan


b sebagai ukuran vertikal dan a sebagai ukuran horizontal
dari penampang batang

Pembacaan skala (mm) d (defleksi) (mm)


n 0g 50 g 100 g 50 g 0g 50 g 100 g 50 g
(1) (2) (3) (4) (5) (2) - (1) (3) - (1) (4) - (1)
1 G.4 G.6 G.8 G.10 G.12
2 19,50 20,50 21,50 21,00 19,50
3 20,00 21,00 22,00 21,00 20,00
B. Batang dengan penampang lintang batang berongga
Tabel B.1 Pengukuran dimensi batang ukur

Parameter Nilai Satuan


Diameter dalam G.13 cm
Diameter luar G.14 cm
R cm
R cm
L 90 cm
A=B cm

Tabel B.2 Pengukuran defleksi akibat pembebanan pada batang berongga


Pembacaan skala (cm) d (defleksi) (cm)
N 0g 50 g 100 g 50 g 0g 50 g 100 g 50 g
(1) (2) (3) (4) (5) (2) - (1) (3) - (1) (4) - (1)
1 1,70 1,75 1,80 1,75 1,70
2 1,75 1,80 1,85 1,80 1,75
3 1,70 1,80 1,90 1,85 1,80

C. Batang dengan penampang lintang batang pejal


Tabel C.1 Pengukuran dimensi batang ukur

Parameter Nilai Satuan


Diameter luar G.15 cm
R cm
L 90 cm
A=B cm

Tabel C.2 Pengukuran defleksi akibat pembebanan pada batang pejal

Pembacaan skala (cm) d (defleksi) (cm)


N 0g 50 g 100 g 50 g 0g 50 g 100 g 50 g
(1) (2) (3) (4) (5) (2) - (1) (3) - (1) (4) - (1)
1 3,05 3,25 3,45 3,30 3,10
2 3,05 3,30 3,50 3,30 3,05
3 3,10 3,20 3,45 3,25 3,05
A. Batang dengan penampang lintang segiempat
Tabel A.4 Perhitungan modulus Young batang dengan penampang lintang segiempat
dimana a sebagai ukuran vertikal dan b sebagai ukuran horizontal dari
penampang batang

N w (N) d (m) a (m) b (m) L (m) Y (x109N/m2) (Y-Y ̅ )2


1 0,5
2 0,5
3 0,5
4 1
5 1
6 1
7 0,5
8 0,5
9 0,5
Y rata-rata =
STDev Y =

Tabel A.5 Perhitungan modulus Young batang dengan penampang lintang segiempat
dimana b sebagai ukuran vertikal dan a sebagai ukuran horizontal dari
penampang batang

N w (N) d (m) a (m) b (m) L (m) Y (x109N/m2) (Y- ̅ )2


1 0,5
2 0,5
3 0,5
4 1
5 1
6 1
7 0,5
8 0,5
9 0,5
Y rata-rata =
STDev Y =
B. Batang dengan penampang lintang lingkaran berongga
Tabel B.3 Perhitungan modulus Young batang dengan penampang
lintang lingkaran berongga
N w (N) d (m) R (m) r (m) L (m) Y (x109N/m2) (Y- ̅ )2
1 0,5
2 0,5
3 0,5
4 1
5 1
6 1
7 0,5
8 0,5
9 0,5
Y rata-rata =
STDev Y =

C. Batang dengan penampang lintang lingkaran pejal


Tabel C.3 Perhitungan modulus Young batang dengan penampang lintang
lingkaran pejal

N w (N) d (m) R (m) L (m) Y (x109N/m2) (Y- ̅ )2


1 0,5
2 0,5
3 0,5
4 1
5 1
6 1
7 0,5
8 0,5
9 0,5
Y rata-rata =
STDev Y =
3.4.2 Rumus Data
a) Rumus Modulus batang dengan penampang lintang segiempat

4𝑊𝐴2 𝐵2
𝐸= (Modul Petunjuk Praktikum, 2020)
𝑎3 𝑏𝐿𝑑
b) Rumus modulus batang dengan penampang lintang berongga

4𝑊𝐴2 𝐵2
𝐸 = 3𝜋(𝑅4−𝑟 4)𝑑𝐿 (Modul Petunjuk Praktikum, 2020)

c) Batang diberi beban ditengah-tengah

𝐿2
𝐴 = 4𝐵 (Modul Petunjuk Praktikum, 2020)

d) Pelenturan titik tengah batang

𝑊𝐿3
𝐸 = 4𝑎3 𝑏𝑑

𝑊𝐿3
𝐸 = 12𝜋(𝑅4−𝑟 4)𝑑 (Modul Petunjuk Praktikum,2020)

Keterangan :
d = besarnya lenturan pada tempat beban (m)
w = gaya berat yang diberikan pada pembebanan (Newton)
A = panjang batang dari tempat beban ke titik tumpu sebelah kiri (m)
B = panjang batang dari titik beban ke titik tumpu sebelah kanan (m)
L = panjang batang antara kedua titik tumpu (m)
a = ukuran vertical penampang batang (m)
b = ukuran horizontal penampang batang (m)
R = jari-jari luar penampang batang (m)
r = jari jari dalam penampang batang (m)
E = modulus elastisitas/modulus young (Newton/m2)
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data
4.1.1 Batang Dengan Penampang Lintang Segiempat
Tabel A.1 Pengukuran dimensi batang ukur

Parameter Nilai Satuan


A 0,56 Cm
B 1,16 Cm
L 90 Cm
A=B 45 Cm

Tabel A.2 Pengukuran defleksi akibat pembebanan pada batang dengan a


sebagai ukuran vertikal dan b sebagai ukuran horizontal dari
penampang batang

Pembacaan skala (mm) d (defleksi) (mm)


N 0g 50 g 100 g 50 g 0g 50 g 100 g 50 g
(1) (2) (3) (4) (5) (2) - (1) (3) - (1) (4) - (1)
1 26 30 32,5 29,5 26 4 6,5 3,5

2 26,50 30,00 33,00 30,50 26,50 3,5 6,5 4

3 26,00 29,50 32,50 30,00 26,00 3,5 6,5 4

Tabel A.3 Pengukuran defleksi akibat pembebanan pada batang dengan b


sebagai ukuran vertikal dan a sebagai ukuran horizontal dari
penampang batang

Pembacaan skala (mm) d (defleksi) (mm)


n 0g 50 g 100 g 50 g 0g 50 g 100 g 50 g
(1) (2) (3) (4) (5) (2) - (1) (3) - (1) (4) - (1)
1 20 20,5 21,5 20,5 20 0,5 1,5 0,5

2 19,50 20,50 21,50 21,00 19,50 1 2 1,5

3 20,00 21,00 22,00 21,00 20,00 1 2 1


4.1.2 Batang Dengan Penampang Lintang Berongga
Tabel B.1 Pengukuran dimensi batang ukur

Parameter Nilai Satuan


Diameter dalam 0,79 cm
Diameter luar 0,95 cm
R 0,479 cm
R 0,395 cm
L 90 cm
A=B 45 cm

Tabel B.2 Pengukuran defleksi akibat pembebanan pada batang berongga


Pembacaan skala (cm) d (defleksi) (cm)
n 0g 50 g 100 g 50 g 0g 50 g 100 g 50 g
(1) (2) (3) (4) (5) (2) - (1) (3) - (1) (4) - (1)
1 1,70 1,75 1,80 1,75 1,70 0,05 0,1 0,05

2 1,75 1,80 1,85 1,80 1,75 0,05 0,1 0,05

3 1,70 1,80 1,90 1,85 1,80 0,1 0,2 0,15

4.1.3 Batang dengan penampang lintang batang pejal


Tabel C.1 Pengukuran dimensi batang ukur

Parameter Nilai Satuan


Diameter luar 0,47 cm
R 0,235 cm
L 90 cm
A=B 45 cm

Tabel C.2 Pengukuran defleksi akibat pembebanan pada batang pejal

Pembacaan skala (cm) d (defleksi) (cm)


n 0g 50 g 100 g 50 g 0g 50 g 100 g 50 g
(1) (2) (3) (4) (5) (2) - (1) (3) - (1) (4) - (1)
1 3,05 3,25 3,45 3,30 3,10 0,2 0,4 0,25
2 3,05 3,30 3,50 3,30 3,05 0,25 0,45 0,25
3 3,10 3,20 3,45 3,25 3,05 0,1 0,35 0,2
A. Batang dengan penampang lintang segiempat
Tabel A.4 Perhitungan modulus Young batang dengan penampang lintang segiempat
dimana a sebagai ukuran vertikal dan b sebagai ukuran horizontal dari
penampang batang

N w (N) d (m) a (m) b (m) L (m) Y (x109N/m2) (Y- ̅ )2


1 0,5 0,004 0,0056 0,0116 0,9 1.12E+19 1.94E+36
2 0,5 0,0035 0,0056 0,0116 0,9 1.28E+19 1.63E+38
3 0,5 0,0035 0,0056 0,0116 0,9 1.28E+19 1.63E+38
4 1 0,0065 0,0056 0,0116 0,9 1.38E+19 1.89E+38
5 1 0,0065 0,0056 0,0116 0,9 1.38E+19 1.89E+38
6 1 0,0065 0,0056 0,0116 0,9 1.38E+19 1.89E+38
7 0,5 0,0035 0,0056 0,0116 0,9 1.28E+19 4.19E+38
8 0,5 0,004 0,0056 0,0116 0,9 1.12E+19 1.25E+38
9 0,5 0,004 0,0056 0,0116 0,9 1.12E+19 1.25E+38
Y rata-rata = 1.26E+19 1.2456E+39
STDev Y = 1.06346E+18

Tabel A.5 Perhitungan modulus Young batang dengan penampang lintang segiempat
dimana b sebagai ukuran vertikal dan a sebagai ukuran horizontal dari
penampang batang

N w (N) d (m) a (m) b (m) L (m) Y (x109N/m2) (Y- ̅ )2


1 0,5 0,0005 0,0056 0,0116 0,9 8.9E+19 1.2E+39
2 0,5 0,001 0,0056 0,0116 0,9 4.5E+19 2.0E+39
3 0,5 0,001 0,0056 0,0116 0,9 4.5E+19 2.0E+39
4 1 0,0015 0,0056 0,0116 0,9 6.0E+19 3.6E+39
5 1 0,002 0,0056 0,0116 0,9 4.5E+19 2.0E+39
6 1 0,002 0,0056 0,0116 0,9 4.5E+19 2.0E+39
7 0,5 0,0005 0,0056 0,0116 0,9 8.9E+19 1.2E+39
8 0,5 0,0015 0,0056 0,0116 0,9 3.0E+19 3.5E+39
9 0,5 0,001 0,0056 0,0116 0,9 4.5E+19 1.0E+39
Y rata-rata = 5.5E+19 2.3067E+39
STDev Y = 1.98808E+19
b. Batang dengan penampang lintang lingkaran berongga
Tabel B.3 Perhitungan modulus Young batang dengan penampang lintang lingkaran
berongga
N w (N) d (m) R (m) r (m) L (m) Y (x109N/m2) (Y-Y)2
1 0,5 0,0005 0,475 0,395 0,9 128.48 13042.49
2 0,5 0,0005 0,475 0,395 0,9 128.48 16506.78
3 0,5 0,001 0,475 0,395 0,9 256.96 66027.11
4 1 0,001 0,475 0,395 0,9 513.91 264108.44
5 1 0,001 0,475 0,395 0,9 513.91 264108.44
6 1 0,002 0,475 0,395 0,9 1027.83 1056433.76
7 0,5 0,0005 0,475 0,395 0,9 128.48 16506.78
8 0,5 0,0005 0,475 0,395 0,9 128.48 13042.39
9 0,5 0,0015 0,475 0,395 0,9 385.44 148561.00
Y rata-rata = 242.68 207367.711
STDev Y = 284.9366439

Tabel C.3 Perhitungan modulus Young batang dengan penampang lintang lingkaran pejal

n w (N) d (m) R (m) L (m) Y (x109N/m2) (Y- ̅ )2


1 0,5 0.002 0.00235 0,9 5.9E-07 3.68E-13
2 0,5 0.0025 0.00235 0,9 7.4E-07 5.44E-13
3 0,5 0.001 0.00235 0,9 3.0E-07 8.70E-14
4 1 0.004 0.00235 0,9 2.4E-06 5.57E-12
5 1 0.0045 0.00235 0,9 2.7E-06 7.05E-12
6 1 0.0035 0.00235 0,9 2.1E-06 4.26E-12
7 0,5 0.0025 0.00235 0,9 7.4E-07 5.44E-13
8 0,5 0.0025 0.00235 0,9 7.4E-07 5.44E-13
9 0,5 0.002 0.00235 0,9 5.9E-07 3.48E-13
Y rata-rata = 1.2E-06 2.09E-12
STDev Y = 8.44E-07

Tabel 4.1 Hasil Perhitungan modulus Young dari berbagai jenis batang
No Hasil Pengukuran
Jenis Batang
GN/m2
1 Batang dengan penampang lintang segiempat dimana (1,25 𝑥 1010 ±
ketebalan penampang bagian vertikal > horizontal 1,12𝑥1010 )
2 Batang dengan penampang lintang segiempat dimana ( 1,32𝑥1010 ±
ketebalan penampang bagian vertikal < horizontal 5,47𝑥109 )
3 Batang dengan penampang lintang lingkaran berongga (5,73𝑥1011 ±
1,98𝑥1011 )
4 Batang dengan penampang lintang lingkaran pejal (1,58𝑥1012 ±
5,32𝑥1011 )
Praktikum kali ini membahas mengenai modulus young yang bertujuan
untuk memahami sifat elastisitas bahan dan menentukan modulus young dari suatu
benda dengan cara lenturan. Praktikum ini berorientasi pada sifat elastisitas. Sifat
elastisitas adalah sifat dimana benda kembali pada ukuran dan bentuk awalnya.
Ketika gaya gaya yang mengubah bentuknya dihilangkan sifat elastisitas memiliki
batas elastis yaitu batas suatu benda untuk kembali kebentuk
semula(mendeformasikan). Bila melewati batas ini benda tidak akan kembali
kekeadaan semula secara sempurna. Untuk memahami sifat elastisitas pada
praktikum kali ini digunakan alat penampang lintang segiempat, lingkaran
berongga, dan lingkaran pejal yang masing-masing berbahan besi dan pipa
digantungkan beban pada alat penampang tersebut. Hasil dari praktikum yang telah
dilakukan adalah semakin berat massa beban yang digantungkan, maka semakin
pendek dan semakin kecil diameter pada kawat tersebut. Tetapi pada teorinya
bahwa semakin berat massa beban yang digantungkan, maka semakin panjang serta
semakin kecil diameter pada kawat tersebut. Sebaliknya semakin kecil massa beban
yang digantungkan, maka semakin pendek dan semakin besar diameter pada kawat
tersebut. Dalam menentukan modulus young, diperlukan tegangan dan regangan.
Dalam praktikum kali ini didapatkan hasil dari data penambahan dan pengurangan
beban pada penampang lintang segiempat yang rata-ratanya adalah 1.26E+19.
Penampang lintang segiempat dengan a horizontal dan b vertical nilai rata-rata
adalah 1,98808E+19. Penampang lingkaran dengan lintang berongga memiliki rata-
rata dengan 242.68 dan pada penampang lingkaran pejal memiliki rata-rata 8.44E-
07. Masing- masing nilai modulus elastisitas pada penampang segiempat dengan a
vertical dan b horizontal adalah pada saat diberi beban 50 gr berturut-turut adalah
1.12E+19; 1.28E+19; 1.28E+19, saat beban menjadi 100 gr nilai berturut-turut
adalah 1.38E+19; 1.38E+19; 1,38E+19, dan saat beban dikurangi lagi 50 gr nilai
berturut-turut adalah 1.28E+19; 1.12E+19; 1.12E+19. Penampang segiempat
dengan a horizontal dan b vertical saat diberi beban 50 gr berturut-turut bernilai
8.9E+19; 4.5E+19; 4.5E+19, saat beban menjadi 100 gr berturut-turut bernilai
6.0E+19; 4.5E+19;4.5E+19 dan pada saat beban dikurangi 50 gr benilai 8.9E+19;
3.0E+19;4.5E+19. Penampang batang lingkaran berongga saat beban diberi beban
50 gr nilai berturut-turutnya adalah 128,48;128,48;256,96 saat beban menjadi 100
gr adalah 513,91;513,91;1027,83 dan saat beban dikurangi 50 gr nilainya 128,48;
128,48; 385,44. Penampang lintang lingkaran pejal saat beban 50 gr nilai berturut-
turutnya adalah 5.9E-07;7.4E-07;3.0E-07, saat beban 100 gr nilai berturut-turutnya
adalah 2.4E-06; 2.7E-06; 2.1E-06, dan saat beban dikurangi 50 gr nilainya berturut-
turut adalah 7.4E-07;7.4E-07; 5.9E-07.
Hubungan modulus elastisitas dengan jenis bahan adalah pada penampang
lintang lingkaran berongga memiliki nilai elastisitas yang kecil dikarenakan
penampang lintang tersebut berongga. Penampang lintang lingkaran pejal memiliki
nilai modulus young atau modulus elastis yang besar sehingga tidak mudah terjadi
patahan. Penampang lintang segiempat dimana a sebagai ukuran vertical dan b
sebagai ukuran horizontal memiliki nilai lebih besar dibandingkan dengan
penampang lintang segiempat dimana a sebagai ukuran horizontal dan b sebagai
ukuran vertical.
Hubungan modulus elastisitas dengan bentuk bahan adalah perubahan
bentuk yang terjadi tergantung pada elastisitas bahan dan seberapa besar gaya yang
bekerja pada benda tersebut. Semakin elastis sebuah benda maka semakin mudah
benda tersebut dipanjangkan atau dipendekkan. Gaya yang bekerja semakin besar,
maka semakin besar pula tegangan dan regangan yang terjadi. Apabila gaya yang
bekerja itu berupa gaya tekan, maka benda tersebut akan mengalami pemendekan,
sedangkan apabila berupa tarikan, maka benda tersebut mengalami perpanjangan.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum modulus elastisitas kali ini diantaranya adalah
5.1.1 Modulus elastisitas masing-masing bahan memiliki nilai yang berbeda-beda.
Saat diberi beban 50 gr maka akan terjadi elastisitas. Begitupun apabila
diberi beban 100 gr akan memiliki nilai elastisitas tersendiri.
5.1.2 Penampang lintang lingkaran berongga memiliki nilai modulus elastis yang
kecil. Berbeda dengan penampang lintang lingkaran pejal yang memiliki
nilai modulus yang besar. Penampang lintang segiempat dengan a sebagai
ukuran vertical dan b sebagai ukuran horizontal akan berbeda nilai pula
dengan penampang lintang segiempat dengan a sebagai ukuran horizontal
dan b sebagai ukuran vertikal
5.1.3 Perubahan bentuk yang terjadi tergantung pada elastisitas bahan dan
seberapa besar gaya yang bekerja. Semakin elastis benda maka semakin
mudah untuk dipanjang pendekkan. Apabila gaya yang bekerja berupa gaya
tekan maka akan mengalami pemendekkan sedangkan apabila berupa
tarikan maka akan mengalami perpanjangan
5.2 Saran
Sebelum melakukan praktikum, sebaiknya praktikan mengetahui dan
memahami tata cara menggunakan alat ukur agar tidak terjadi kesalahan dalam
mengukur elastisitas suatu benda. Ketelitian membaca data sangat diperlukan.
Praktikan juga sebaiknya mengetahui cara menentukan modulus young. Jika
terjadi hal yang tidak diketahui oleh praktikan atau praktikum mengalami
kesulitan sebaiknya bertanya kepada asisten
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Pedoman Praktikum Fisika Dasar

Dosen Fisika.2020.Petunjuk Praktikum Fisika Dasar untuk Mahasiswa Jurusan


Fisika. Jember : Universitas Jember

Halliday, David, Robert Resnick. Fisika Jilid 1. Jakarta :Erlangga

Joseph, W.Kone.1978.Physic. Jakarta : Erlangga

Riskawati., Nurlina., dan R. Karim. 2019. Alat Ukur dan Pengukuran. Penerbit :
Lpp Unismuh Makassar

Soedojo, Peter, B.Sc.2004. Fisika Dasar.Yogyakarta:Andi

Trippler, A. Paul. 1998. Fisika Untuk Sciens dan Teknik Jilid I. Jakarta : Erlangga

Zears, zeamansky. 1982. Fisika Untuk Universitas. Jakarta : Blam


LAMPIRAN

Gambar 1. Tampilan Pengukuran Dimensi Batang Ukur

Gambar 2. Tampilan Pengukuran Defleksi dari Penampang Batang

Gambar 3. Tampilan Pengukuran Defleksi dari Penampang Batang


Gambar 4. Tampilan Pengukuran Dimensi Batang Ukur

Gambar 5. Tampilan Pengukuran Defleksi dari Batang Berongga

Gambar 6. Tampilan Pengukuran Dimensi Batang Ukur


Gambar 7. Tampilan Pengukuran Defleksi pada Batang Pejal

Gambar 8. Tampilan Analisis Data


Gambar 9. Tampilan Analisis Data

Gambar 10. Tampilan Analisis Data

Anda mungkin juga menyukai