Modulus elastisitas adalah angka yang digunakan untuk mengukur objek atau ketahanan bahan
untuk mengalami deformasi elastis ketika gaya diterapkan pada benda itu. Modulus elastisitas
suatu benda didefinisikan sebagai kemiringan dari kurva tegangan-regangan di wilayah
deformasi elastis:[1] Bahan kaku akan memiliki modulus elastisitas yang lebih tinggi. Modulus
elastis dirumuskan dengan:
di mana tegangan adalah gaya menyebabkan deformasi dibagi dengan daerah dimana gaya
diterapkan dan regangan adalah rasio perubahan beberapa parameter panjang yang disebabkan
oleh deformasi ke nilai asli dari parameter panjang. Jika stres diukur dalam pascal , kemudian
karena regangan adalah besaran tak berdimensi, maka Satuan untuk λ akan pascal juga.[2]
Menentukan bagaimana stres dan regangan yang akan diukur, termasuk arah, memungkinkan
untuk berbagai jenis modulus elastisitas untuk didefinisikan. Tiga yang utama adalah:
Modulus Young ( E ) menjelaskan elastisitas tarik atau kecenderungan suatu benda untuk
berubah bentuk sepanjang sumbu ketika stress berlawanan diaplikasikan sepanjang
sumbu itu; itu didefinisikan sebagai rasio tegangan tarik terhadap regangan tarik. Hal ini
sering disebut hanya sebagai modulus elastisitas saja.
Modulus geser atau modulus kekakuan( G atau ) menjelaskan kecenderungan sebuah
objek untuk bergeser (deformasi bentuk pada volume konstan) ketika diberi kekuatan
yang berlawanan; didefinisikan sebagai tegangan geser terhadap regangan geser.
Modulus geser modulus adalah turunan dari viskositas.
bulk modulus ( K ) menjelaskan elastisitas volumetrik, atau kecenderungan suatu benda
untuk berubah bentuk ke segala arah ketika diberi tegangan seragam ke segala arah;
didefinisikan sebagai tegangan volumetrik terhadap regangan volumetrik, dan merupakan
kebalikan dari kompresibilitas. Modulus bulk merupakan perpanjangan dari modulus
Young pada tiga dimensi.
Tiga modulus elastisitas lain adalah modulus axial, parameter pertama Lame, dan modulus
gelombang P. Bahan material homogen dan isotropik (sama di semua arah) memiliki sifat
keelastisitasan yang dijelaskan oleh dua modulus elastisitas, dan satu dapat memilih yang lain.
12
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1. Modulus Elastisitas
Tolak ukur yang umum dari sifat elastisitas suatu bahan adalah modulus elastisitas, yang merupakan
perbandingan dari tekanan yang diberikan dengan perubahan bentuk per-satuan panjang, sebagai
akibat dari tekanan yang diberikan itu (Murdock dan Brook, 1999). Berbeda dengan baja, maka
modulus elastisitas beton adalah berubah-ubah menurut kekuatan. Modulus elastisitas juga
tergantung pada umur beton, sifat-sifat dari agregat dan semen, kecepatan pembebanan, jenis dan
ukuran dari benda uji. Berdasarkan buku dengan judul Desain Beton Bertulang, maka rumus yang
digunakan untuk menghitung nilai modulus elastisitas hasil uji adalah sebagai berikut ini (Wang &
Salmon, 1986).
dan beban, pada nilai percepatan gravitasi bumi (g) maka persamaan (1) dapat ditulism =
Δ……………………………………………..……(2)
Persamaan (2) memperlihatkan adanya kesebandingan antara massa beban m dengan
pertambahan panjang kawat (Δl), yang tentu saja itu hanya berlaku di daerah elastisitasnya.
Bertambahnya l oleh gaya tarikan m tidak perlu setiap kali dimasukkan ke persamaam (1),
karena Δl<<l sehingga berkurangnya luas tampang lintang kawat oleh tarikan dapat diabaikan.
Pada percobaan ini kita pakai kawat logam yang akan dicari nilai modulus elastisitasnya (E).
Kawat yang digunakan memiliki panjang sekitar 2,5 m dan bergaris tengah sekitar 0,5 mm.
Kawat ini digantungkan dan ujungnya sebelah bawah terdapat tempat untuk beban (anak
timbangan). Sebuah neraca air dipasang sedemikian sehingga ujung yang satu (P) mengikuti
gerakan ujung bawah dari kawat, sedang ujung yang lain (Q) bersandar di atas ujung sekrup
mikrometer M yang dipasang vertikal pada tempat permanen. Keadaan semula yaitu sebelum ada
beban, neraca air dipasang horisontal dengn mengubah M. Pada keadaan ini sikap M dibaca jika
kemudian diberikanbeban antara 50-500 gram, maka P akan turun dan neraca air akan miring.
Hal ini dibuat horisontal kembali dengan menurunkan M. (Anonim 2014).
Jika neraca air sudah horisontal selanjutnya sikap M dibaca lagi. Pembacaan dengan
mikrometer ini, perubahan panjang 0,01 mm dapat dibaca dengan baik. Berikutnya setipa kali
ditambahkan beban 50 gram dan setipa kali sikap M dibaca bila neraca air sudah horisontal. Hal
ini dilakukan 10 kali variasi beban.(Fajar 2004).
Sesudah itu, beban diambil berturut-turut seperti waktu menambahkan tadi. Sikap M
dibaca setiap kali sampai posisi neraca air horisontal. Hasil pengamatan M saat penambahan dan
pengurangan beban itu diambil rerataannya, dan dihitung Δl pada setiap nilai m. dari data itu
dapat dibuat grafik dengan memplot m vs Δl pada kertas millimeter. Menurut Hooke, grafik ini
harus berupa garis lurus bila m yang menyebabkan Δl masih di daerah berlakunya hukum Hooke
tersebut. Biasanya di daerah m yang kecil grafik ini melengkung, hal ini disebabkan sebelum ada
beban, kawatnya tidak lurus benar sehingga beban hanya digunakan untuk meluruskan kawat.
Perhitungan E berdasarkan hukum Hooke ini hanya boleh dilakukan pada grafik di daerah garis
lurus. (Anonim 2014).
Penampang kawat A diukur dengan mengukur diameter kawat yang menggunakan
mikrometer. Pengukuran ini tidak boleh dilakukan pada kawat yang dipakai untuk percobaan
karena dapat menimbulkan retakan pada kawat sehingga mungkin tidak lagi memenuhi hukum
Hooke. Pengukuran diameter kawat dilakukan pada sepotong kawat, dilakukan 5 kali pada posisi
berbeda, dan kemudian dirata-ratakan. (Anonim 2014).
Untuk melakuakn nilai E dilakukan berikut ini, setiap pengamatan tunggal dilakukan
dengan keseksamaan yang berbeda tapi sebenarnya orang dapat menganggap bahwa ralat mutlak
dari setiap pengamatan tunggal kira-kira senilai. Ini berarti bahwa ralat nisbi pada setiap
pengamatan tunggal makin kecil bila Δlsemakin besar. Jika dipikirkan bahwa regangan
adalah regangan oleh karena gaya tarik yang diperoleh dari sifat kesebandingan, sehingga