Anda di halaman 1dari 54

TAKSONOMI TUMBUHAN TINGKAT

RENDAH
Posted by zaahro_12 on 9 November 2017

MAKALAH

TAKSONOMI TUMBUHAN TINGKAT RENDAH

(Schyzophyta, Thalophyta, Bryophyta, dan Pteridophyta)

Oleh :

Siti Fatimatus Zahro               (161510501204)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JEMBER

2017

BAB 1. PENDAHULUAN

Tumbuhan maupun hewan terdiri atas jumlah individu yang sangat banyak sehingga terbentuk
berbagai macam jenisnya. Terdapat perbedaan-perbedaan sehingga keseluruhan tampak adanya
keanekaragaman yang cukup besar, ditambah ke dalam jenis terdapat variasi yang meliputi
perbedaan ukuran, bentuk tubuh, pola awarna, jenis kelamin. Setiap keanekaragaman tumbuhan,
tingkat takson sangat penting karena tanpa adanya tingkatan takson, maka manfaat sistem
klasifikasi tidak diperoleh.

Tumbuhan tingkat rendah merupakan kelompok tumbuhan yang berstruktur tubuh dan
perkembangan organ tubuhnya masih sangat sederhana. Meskipun sebagian ada yang memiliki
organ seperti batang, akar, dan daun namun bukan merupakan organ sejati. Tumbuhan yang tidak
memiliki bunga dan jaringan pembuluh bukan termasuk organ sejati. Tumbuhan tersebut tidak
memiliki bunga dan jaringan pembuluh angkut sehingga penyaluran materi di dalam tubuh
dilakukan dengan cara difusi. Termasuk kelompok tumbuhan tingkat rendah diantaranya ciri-ciri
tumbuhan tingkat rendah memiliki ciri khas tumbuhan tingkat rendah yaitu tumbuhan belah
(schizophyta), tumbuhan talus (thallophyta), tumbuhan lumut (bryophta), serta tumbuhan paku
(pteridophyta) sesuai dengan tumbuhan belah merupakan tumbuhan yang berkembang biak
dengan cara membelah diri dan merupakan tumbuhan bersel satu.

Istilah untuk menyebutkan masing masing tumbuhan itu tempat tidak boleh diubah sehingga
masing-masing menunjukan kedudukan dalam menunjukan kategorinya dalam sistem klasifikasi
dalam taksonomi tumbuhan istilah yang digunakan untuk menyebutkan suatu takson sekaligus
mencerminkan. Posisi dan tinggi tingkatnya dalam hierarki klasifikasi.

BAB 2. PEMBAHASAN

Tumbuhan tingkat rendah merupakan kelompok tumbuhan yang struktur tubuhnya sederhana.
Sebagian tumbuhan tingkat rendah ada yang memiliki organ seperti batang, akar, dan daun
namun bukan merupakan organ sejati. Tumbuhan yang tidak memiliki bunga dan jaringan
pembuluh bukan termasuk organ sejati. Tumbuhan tingkat rendah diantaranya yaitu:

1. Schizophyta

Schizophyta atau tumbuhan belah merupakan kelompok yang mempunyai ciri khusus yaitu
berkembangbiak dengan membelah diri (Lukitasari et al, 2013). Schizophyta berasaldari bahasa
Yunani scizein artinya membelah dan phyton adalah tumbuhan. Tumbuhan belah dianggap
sebagai kelompok tumbuhan dengan tingkat perkembangan filogenetik yang paling rendah
sehingga dari segi evolusi merupakan kelompok tumbuhan yang paling tuadan paling primitif.
Devinisi tumbuhan membelah selain berkembangbiak dengan cara membelah juga mempunyai
ciri–cirri hanya mempunyai satu sel saja dengan protoplas belum mengalami deferensiasi dengan
jelas sehingga inti belum tampak nyata begitu pula plastidanya.

Ciri umum dari kelompok ini adalah :

 Berkembangbiak dengan cara membelah diri,


 Tubuh terdiri dari satu sel
 Protoplas belum terdeferensiasi dengan jelas sehingga inti sel dan plastidanya belum
jelas.

Kelompok schizophyta mempunyai dua kelas yaitu :

1. Kelas Bakteri (Schizomycetes)

Bakteri berasal dari kata Bakterion (Yunani) yang artinya batang kecil. Didalam klasifikasi
bakteri digolongkan dalam Divisio Schizomycetes. Bakteri merupakan organisme yang paling
banyak jumlahnya dan lebih tersebar luas dibandingkan dengan mahluk hidup yang lain. Bakteri
memiliki ratusanribu spesies yang hidup di darat hingga lautan dan pada tempat–tempat yang
ekstrim. Bakteri ada yang menguntungkan dan ada juga yang merugikan. Bakteri memiliki ciri–
ciri yang membedakannya dengan mahluk lain. Bakteri adalah organism uniseluler dan prokariot
serta umumnya tidak memilki klorofil dan berukuran renik.

Ciri-ciri umum:

 Tubuh uniseluler (berselsatu)


 Tidak berklorofil (meskipun ada beberapa jenis bakteri yang memiliki pigmen seperti
klorofil sehingga mampu berfotosintesis)
 Hidupnya bersifat autotrof
 Reproduksi dengan cara membelah diri (dengan pembelahan Amitosis)
 Habitat bakteri hidup dimana-mana/kosmopolit (tanah, air, udara, mahluk hidup)
 Satuan ukuran bakteri adalah mikron (10 – 3 μ)

Faktor–faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri

1. Suhu
2. Derajat keasaman pH
3. Konsentrasi garam
4. Sumber nutrisi
5. Zat – zat sisa metabolisme
6. Kelas Ganggang biru / ganggang belah (Chyanophyceae/ Scizophyceae)

Ganggang hijau biru termasuk ke dalam  monera, karena struktur selnya sama dengan struktur
sel bakteri, yaitu bersifat prokariotik. Ganggang hijau biru berukuran mikroskopis, keberadaanya
tersebarluas dan banyak ditemukan di perairantanah yang lembab, permukaandindingtembok,
pot, batukarang yang lembab. Bahkanditemukan pula di tempat yang kurang menguntungkan
lingkungannya. Beberapa jenis dijumpai pada sumber air panas seperti mata air panas Yellow
Stone Park di Amerika. Ganggang Biru dikatakan sebagai salah satu vegetasi perintis
karenamampuhi dup pada perairan dengan suhu sampai 85 derajat C (sumber air panas ).

Ciri–ciri dan sifat ganggang hijau biru

 Tumbuhan bersel satu, berbentuk benang (filamen) dan hidup berkoloni


 Memiliki klorofil, karotenoid serta pigmen fikobilin yang terdiridari fikosianin dan
fikoeritin (sering disebut ganggang hijau biru)
 Dinding sel mengandung peptida, hemiselulosa dan selulosa, kadang- kadangberlendir
 Inti sel tidak memiliki membran (prokarion)
 Pada umumnya tidak bergerak (gerakan merayap atau meluncur pada alas yang basah)
 Tidak mempunyai bulu cambuk (gerakan adanya kontraksi tubuh dan pembentukan
lendir)
 Perkembangbiakan vegetatif (membelah)

2. Thallophyta
Menurut Sinyo dan Somadayo (2013), Thallophyta (tumbuhan talus) adalah tumbuhan yang
belum dapat dibedakan akar, batang dan daun sehingga dikatakan dengan tumbuhan talus. Tubuh
yang berupa talus itu mempunyai struktur dan bentuk dengan variasi yang sangat besar, dari
yang terdiri atas satu sel berbentuk bulat sampai yang terdiri atas banyak sel dengan bentuk yang
kadang-kadang telah mirip dengan kormusnya tumbuhan tingkat tinggi. Walaupun alga tidak
memiliki organ batang, akar, daun, dan bunga, namun bentuknya berkisar dari tumbuhan yang
bersel tunggal (mikroskopik) sampai yang bersel banyak (makroskopik) yang sangat kompleks
yang panjangnya mencapai 70 meter.

Struktur anatomi thallus untuk tiap jenis alga makroskopis berbeda-beda. Ada thallus yang
memiliki percabangan dan ada pula yang tidak. Percabangan thallus ada yang dichotomus
(bercabang dua terus menerus), pectinate (berderet searah pada satu sisi thallus utama), pinnate
(bercabang dua-dua pada sepanjang thallus utama secara berselang-seling), dan verticillate
(cabangnya berpusat melingkari aksis atau sumbu utama). Sifat substansi thallus juga beraneka
ragam, ada yang lunak seperti gelatin (gellatinous),mengandung zat kapur (calcareous), lunak
seperti tulang rawan (cartilaginous), dan berserabut (spongious).

Sesuai dengan namanya, semua organisme yang masuk ke dalam divisi Thallophytamemiliki ciri
utama, tubuh berbentuk talus. Yang disebut talus ialah tubuh tumbuhan yang belum dapat
dibedakan dalam 3 bagian utama yaitu akar, batang dan daun. Perkambangbiakan terjadi secara
vegetatif maupun generatif. Pembentukan spora dalam organ-organ dinamakan sporangium.
Sedangkan perkembangbiakan seksual terjadi melalui peleburan gamet-gamet yang terbentuk
dalam organ-organ yang disebut gametangium. Berdasarkan ciri-ciri utama yang menyangkut
cara hidupnya itu, divisi Thallophyta dibedakan dalam 3 anak divisi yaitu:

1. Ganggang (Algae)
2. Jamur (Fungi)
3. Lumut kerak (Lichenes)

Algae (tumbuhan ganggang), ganggang (Algae) banyak ditemukan di air tawar, air laut ataupun
di tempat tempat lembab. Bentuk tubuh ganggang ada yang bersel satu dan ada yang tersusun
atas banyak sel. Ganggang yang multiseluler ada yang berbentuk seperti benang, lembaran, dan
koloni sel-sel. Ganggang tidak memiliki akar, batang dan daun sejati, namun ada sebagian
ganggang laut memiliki bentuk yang menyerupai akar. Alga terbagi menjadi dua golongan yaitu
alga yang merugikan bagi kehidupan manusia dan alga yang menguntungkan bagi kehidupan
manusia. Alga yang menguntungkan bagi kehidupan manusia berupa :

1. Pembebas energi, banyak terdapat pada divisi Chlorophyta yang memiliki klorofil.
2. Penyusun biomassa
3. PST (Protein Sel Tunggal) contohnya divisi chlorophyta yaitu Chlorella sp.
4. Pengolahan limbah.
5. Pembuat agar, contohnya divisi Rhodophyta marga Gelidium.
6. Pembuat makanan, contohnya divisi Rhodophyta marga Poriphyra untuk pembuatan
sushi.
7. Penghasil O2 yaitu kemampuannya sebagai organisme autotrof, namun hanya algae yang
mempunyai klorofil yang mampu berfotosintesis.
Sedangkan alga yang merugikan kehidupan manusia berupa :

1. Blooming alga. Merupakan salah satu peranan merugikan dari alga dimana suatu
ekosistem air terjadi peledakan biomassa alga yang dapat menutupi perairan sehingga
organisme dibawahnya tertutup cahaya matahari khususnya produsen sehingga tidak
dapat melakukan fotosintesis.
2. Penyebab penyakit, contohnya di Amerika Serikat disebut dengan istilah “Pasang
Merah”, oleh divisi pyrrophyta (genus Gymnodium dan Gonyaulaz) yang menyebabkan
keracunan, kelumpuhan hingga kematian.

Alga termasuk golongan tumbuhan berklorofil dengan jaringan tubuh yang secara relatif tidak
berdiferensiasi, tidak membentuk akar batang dan daun. Adanya klorofil membuat alga bersifat
autotrof, yaitu dapat menghasilkan karbohidratnya sendiri seperti tumbuhan. Walaupun memiliki
klorofil, alga tidak selalu berwarna hijau karena bisa saja memiliki pigmen lain seperti
karotenoid (jingga), phycoeritrin (merah) dan xantofill. Terkadang warna-warna pigmen lain ini
lebih dominan sehingga menutupi warna hijau klorofil dan akibatnya algae tidak berwarna
hijau(Muamardan Rahmi, 2017).

Berdasarkan pigmennya, ganggang atau algae dapat dibedakan menjadi empat:

1. Chlorophyta (Ganggang Hijau)

Mempunyai pigmen klorofil a, klorofil b, karoten dan xantofil. Ganggang ini juga
dapatmelakukan fotosintesis, memiliki cadangan makanan berupa amilum. 90% hidup di air
tawar dan 10% hidup di laut. Yang hidup di air umumnya sebagai plankton atau bentos, juga
menempel pada batu dan tanah. Ganggang hijau merupakan kelompok ganggang yang paling
banyak jumlahnya diantara ganggang lain.

2. Chrysophyta (Ganggang Keemasan)

Ganggang keemasan bersel tunggal atau banyak, memiliki pigmen dominankarotin (pigmen
klorofil a, klorofil c, karoten, xantofil dan fikosantin). Hidup secaraautotrof, reproduksi aseksual
(membentuk auksospora dan membelah diri) seksual (oogami)

3. Phaeophyta (ganggang coklat/ perang)

Phaeophyta hidup di pantai, warna coklat karena adanya pigmen fikosantin (coklat), klorofil a,
klorofil b dan xantofil. Dinding sel terdiri dari selulosa, pektin danasam algin. Tubuh berbentuk
seperti benang atau lembaran yang dapat mencapai puluhan meter. Reproduksi vegetatif dengan
fragmentasi, sedangkan generatifdengan isogami dan oogami.

4. Rhodophyta (Ganggang Merah)

Ganggang merah atau Rhodophyta adalah salah satu kelas dari ganggang berdasarkan zat warna
atau pigmentasinya. Warna merah pada ganggang inidisebabkan oleh pigmen fikoeritrin dalam
jumlah banyak dibandingkan pigmen klorofil, karoten, dan xantofil. Ganggang ini pada
umumnya banyak sel (multiseluler) dan makroskopis, tidak berflagel, memiliki kemampuan
menimbun kalsium karbonat di dalam dinding selnya.. Ganggang ini dapat mencapai panjang
antara 10 sentimeter sampai 1 meter dan berbentuk benang atau lembaran.

Jamur atau cendawan tidak mempunyai kormotofora, oleh sebab itu umumnya tidak berwarna,
tetapi pada jamur yang tinggi tingkatanya terdapat bermacam-macam zat warna, terutama dalam
badan buahnya. Zat-zat warna itu umumnya terdiri atas senyawa aromatic yang tidak
mengandung N. Talus hanya pada yang paling sederhana saja yang telanjang, umumnya sel-sel
mempunyai membrane yang terdiri atas kitin dan bukan selulosa.Bagian tubuh yang vegetatif
terdiri atas benang-benang halus yang dinamakan hifa, yang seluruhnya merupakan miselium.
Benang-benang itu ada yang bersekat-sekat ada yang tidak.Pembiakan dengan bermacam-macam
spora, pada jamur yang hidup di air berupa spora kembara yang mempunyai bulu cambuk.Fungi
yang hidup di darat dapat menghasilkan spora yang terbentuk di dalam sel-sel khusus (askus),
jadi merupakan endospora ada yang di luar basidiumdan disebut eksospora. Di samping itu
kebanyakan jamur dapat membiak aseksual dengan konidium.

Organisme ini sebenarnya kumpulan antara Fungi dan Algae tetapi sedemikian rupa, hingga dari
segi morfologi dan fisiologi merupakan suatu kesatuan.Lichenes hidup sebagai epifit pada
pohon-pohonan, tetapi dapat juga di atas tanah, terutama di daerah tundradi sekitar kutub utara.
Lichenes tmemerlukan syarat-syarat hidup yang tinggi dan tahan kekurangan air dalam jangka
waktu yang lama. Karena panas yang terik Lichenes yang hidup pada batu-batu dapat menjadi
kering tetapi tidak mati dan jika kemudian turun hujan Lichenes dapat hidup kembali.
Pertumbuhan talusnya sangat lambat, dalam satu tahun jarang lebih dari 1 cm. Tubuh buah baru
terbaru setelah mengadakan pertumbuhan vegetatif bertahun-tahun.Algae yang ikut menyusun
tubuh Lichenes disebut gonodium, dapat bersel tunggal atau berupa koloni.Bentuk Lichenes
biasanya bergantung pada macam cara hidup bersama antara kedua macam organisme yang
menyusunya. Hidup bersama antara dua organisme yang berlainan jenis disebut Isimbiosis.
Masing-masing organisme itu sendiri disebut simbion.

3. Bryophyta

Lumut ( Bryophyta) adalah sebuah divisi tumbuhan yang hidup didarat, yang umumnya
berwarna hijau dan berukuran kecil (dapat tidak tampak dengan bantuan lensa), dan ukuran
lumut yang terbesar adalah kurang dari 50 cm. Lumut mempunyai sel-sel plastid yang dapat
menghasilkan  klorofil A dan B, sehingga dapat membuat makanan sendiri dan bersifat autotrof.
Lumut termasuk kedalam kingdom plantae, yang mana kingdom plantae meliputi semua
organisme yang multiseluler dan telah berdiferensiasi, eukariotik, dan dinding selnya mempunyai
selulosa. Organisme yang termasuk kedalam plantae ini hampir seluruhnya bersifat autotrof
(membuat makanan sendiri) dengan bantuan cahaya matahari saat proses fotosintesis.

Siklus hidup tumbuhan lumut bersifat metagenesis, karena bergantian antara reproduksi seksual
dan aseksual. Awalnya sporofit menghasilkan spora yang akan menjadi protonema, dari
protonema inilah gametofit terbentuk. Generasi gametofit ini punya satu sel kromosom yang
disebut dengan haploid (n) dan gametofit ini menghasilkan gametangium (organ reproduksi)
yang disebut dengan anteredium pada jantan dan arkegonium pada betina. Gametangium
dilindungi oleh daun khusus (bract).
1. a. Lumut Hati (HepatiCospida)

Lumut ini mempunyai bentuk khas yaitu lekukan-lekukan yang menyerupai bentuk hati dan juga
terbagi atas dua lobus, sama seperti hati. Lumut ini tumbuh dan menempel di bebatuan, tanah, 
daun-daun pepohonan dalam rimba di daerah tropika dan dinding-dinding pada bangunan tua
yang lembab. Lumut hati dapat melakukan fotosintesis untuk makanannya sendiri (autotrof).

Struktur tubuhnya meliputi akar, batang, dan daun.Lumut hati berkembang biak dengan oogami
secara generatif, dan dengan fragmentasi, tunas, dan kuncup eram secara vegetatif. Lumut ini
juga bereproduksi secara aseksual dengan menggunakan sel yang disebut dengan gemma, yang
berbentuk mangkok dan terletak dipermukaan sporofit.Contoh lumut ini adalah Marchantia
polymorpha  dan Porella.

1. b. Lumut tanduk (Anthocerotaceae)

Tubuh lumut tanduk menyerupai lumut hati yaitu seperti talus, tetapi sporofitnya berbentuk
kapsul memanjang yang tumbuh seperti tanduk dari gametofit.  Cara perkembang biakannya
sama dengan lumut hati, yaitu perkembang biakan secara generatif dengan membentuk
anteridium dan arkhegonium yang terkumpul pada sisi atas talus.Salah satu contoh dari lumut
tanduk adalah Anthoceros Laevis.

1. c. Lumut daun atau lumut sejati merupakan lumut yang sering kita jumpai karena tempat
hidupnya yang lebih terbuka dibanding lumut lain, bentuknya pun lebih menarik. Lumut
ini disebut dengan lumut sejati dan tidak memiliki akar.c. Lumut Daun (Musci)

 Dalam lingkungan, lumut mempunyai peran sebagai penyedia oksigen, penyimpan air. Lumut
dapat menyimpan air yang tertangkap diantara daun dan tangkainhya karena selnya seperti
rozoid dan sel parenkim nya yang dapat menyerap air dan garam mineral dan bersifat seperti
spons. Peranan bryophyta yang lain adalah memperlambat proses erosi, karena daya
penyimpanan airnya lebih baik daripada daun yang sudah mati. Sehingga memperlambat air pada
permukaan tanah yang cepat dari air hujan ( Bawaihaty dkk., 2014). Dan semua manfaat serta
peranan lumut ini dapat terjadi karena mereka merupakan tumbuhan yang berkelompok dan
bersama-sama menciptakan lingkungan yang baik

4. Pterydophyta

Tumbuhan paku disebut juga pterydophyta. Tumbuhan paku memiliki tingkatan lebih tinggi dari
lumut karena memiliki akar, daun, dan batang sejati sehingga disebut kormofita. Tumbuhan paku
memiliki habitat utama ditempat yang lembab, namun tumbuhan paku juga dapat hidup
diberbagai tempat seperti di air, permukaan batu, tanah, serta dapat juga menempel (epifit) pada
pohon. Tumbuhan paku merupakan organisme multiseluler dan eukariotik. Menurut Susilowarno
dkk. (2008), tumbuhan paku dibedakan menjadi tiga kelompok berdasarkan jenis sporanya:
a. Paku Homospora, merupakan tumbuhan paku yang menghasilkan spora, memiliki jenis
kelamin dan ukuran yang sama. Spora jantan dan betina tidak dapat dibedakan. Tumbuhan jenis
ini disebut juga tumbuhan paku Isospora seperti pada paku kawat

b. Paku Heterospora, paku heterospora merupakan tumbuhan paku yang menghasilkan spora.
Spora yang dihasilkan memiliki ukuran berbeda antara spora jantan dan betina. Spora jantan
berukuran lebih kecil sehingga disebut mikrospora, sedangkan spora betina berukuran lebih besar
sehingga disebut makrospora. Paku heterospora juga dikenal dengan sebutan an-isospora.
Contohnya paku rane.

c. Paku Peralihan, paku peralihan merupakan tumbuhan paku dengan jenis kelamin yang berbeda
(jantan atau betina) namun ukuran sporanya sama, contohnya seperti pada paku ekor
kuda. Tumbuhan paku termasuk ke dalam kingdom plantae dan memiliki beberapa kelas, yaitu:
Psilophyta, Equisetophyta, Lycophyta, dan Filicinae/Pterophyta.

d. Psilophyta (paku purba/paku telanjang), tumbuhan paku kelas psilophyta dapat ditemukan di
daerah tropis maupun subtropis. Tumbuhan jenis ini memiliki habitat di air dangkal.
Dindingselnya terdiri dari beberapa lapis sel yang tersusun sebagai tetrade. Paku purba
merupakan paku telanjang yang memiliki daun berukuran kecil (mikrofil) yang belum
terdiferensiasi. Pada bagian batang terdapat sebuah struktur yang disebut mikrofil. Mikrofil ini
berbentuk sisik, tidak bertulang, dan tersusung jarang-jarang dalam garis spiral.Tumbuhna paku
kelas psilophyta memiliki batang yang bercabang dengan sporangium di ujungnya. Kelas
psilophyta belum memiliki daun dan akar sejati. Batangnya memiliki jaringan pengangkut sama
seperti batang pada umumnya.

e. Equisetophyta/Sphenophyta (Paku ekor kuda), tumbuhan paku kelas ini merupakan tumbuhan
paku yang memiliki batang mirip dengan bentuk ekor kuda. Memiliki daun yang berukuran
kecil-kecil menyerupai sisik dengan susunan berkarang atau melingkar pada buku. Batang
beruas-ruas dengan sporangium yang tersusun dalam stobilus menyerupai ekor kuda. Memiliki
semacam rimpang yang merayap dengan cabang berdiri tegak. Perkembangbiakan dapat secara
seksual dan aseksual. Secara aseksual dengan membentuk anteredium dan arkegonium,
sedangkan aseksualnya dengan spora. Terdapat sporofil berbentuk perisai dengan sejumlah
sporangium pada sisi bawah.

5. Lycophyta

Lycophyta merupakan tumbuhan paku dengan berkas pengangkut sederhana dan mempunyai
akar membentuk percabangan menggarputerletak di sepanjang bagian bawah dari rimpang.
Tumbuh tegak atau berbaring dengan cabang-cabang menjulang ke atas. Cabang-cabang tertutup
oleh daun-daun berukuran kecil tersusun rapat dan spiral, sporangium muncul di ketiak daun dan
berkumpul membentuk strobilus (kerucut). Tubuh tumbuhan dapat ditemukan daun yang
berbentuk seperti rambut atau jarum. Sporofilnya berbentuk segitiga sama sisi, mempunyai
rangkaian, mempunyai sporangium yang agak pipih. Letak sporangium adalah pada sisi atas
daun, dekat dengan pangkalnya.

1. Filicinae/Pterophyta (Paku Sejati)


Filicinae merupakan kelompok tumbuhan paku yang tingkatannya lebih tinggi dari jenis paku
lainnya. Kelas ini sudah memiliki akar, batang dan daun sejati secara keseluruhan. Paku sejati
memiliki banyak tulang daun dan mempunyai makrofil (daun besar), serta mesofil (daging daun).
Batangnya dapat tumbuh di atas atau di bawah tanah. Ciri khas dari filicinae adalah daunnya
yang mudah menggulung dengan sporus yang biasanya ditemukan di bagian permukaan daun.

BAB 3. KESIMPULAN

            Tumbuhan tingkat rendah merupakan tumbuhan yang tidak  memiliki batang, akar, dan
daun sejati. Tumbuhan  tingkat  rendah terbagi menjadi empat macam yaitu tumbuhan belah
(Schyzophyta), tumbuhan talus (Thallophyta), tumbuhan lumut (Bryophyta), dan tumbuhan paku
(Pteridophyta). Masing-masing jenis tumbuhan tingkat rendah memiliki taksonominya berbeda-
beda.

1. Tumbuhan belah yang dapat hidup di air, tanah, atau pun menumpang pada tumbuhan
lain serta dapat membelah diri untuk berkembang biak seperti bakteri atau ganggang biru.
2. Tumbuhan talus memiliki organ tubuh yang tidak dapat dibedakan antara akar, daun, dan
batangnya seperti ganggang, jamur dan lain sebagainya.
3. Tumbuhan lumut merupakan tumbuhan yang hidup didarat dan umumnya berwarna hijau
dengan ukuran kecil. Lumut mempunyai sel-sel plastid yang dapat menghasilkan  klorofil
A dan B, sehingga dapat membuat makanan sendiri dan bersifat autotrof.
4. Tumbuhan paku merupakan tumbuhan yang memiliki akar, daun, dan batang sejati
sehingga disebut kormofita. Tumbuhan paku hidup ditempat yang lembab atau di air,
permukaan batu, tanah, serta dapat juga menempel pada pohon.

DAFTAR PUSTAKA

Bawaihaty, N., Istomo, dan Iwan Hilwan. 2014. Keanekaragaman dan Peraan Ekologi Bryophyta
di Hutan Sesaot Lombok, Nusa Tenggara Barat.Jurnal Silvikultur Tropika, 5(1):13-17.

Lukitasari. M., Erny. P., Pujiati. 2013. Analysis of Variety and Identification of Microscopic
Algae in Rice Field Areas ManguharjoMadiun. Analisis KenakaragamandanIdentifikasi Alga
Mikroskopis. 16 (7) : 755 – 760.

Muamar, M. R dan Rahmi. 2017. Analisis Keterampilan Proses Sains Dan Keterampilan
Kognitif Siswa Melalui Metode Praktikum Biologi Pada Sub Materi Schizophyta Dan
Thallophyta. Jurnal Pendidikan Almuslim, 5(1): 1-10.

Sinyo. Y dan N. Somadayo. 2013. Studi Keanekaragaman Jenis Makroalga Di Perairan Pantai
Pulau Dofamuel Sidangoli Kecamatan Jailolo SelatanKabupaten Halmahera Barat. Bloedukasi,
1(2): 120-130.

Susilowarno, R.G, Hartono, R.S, Mulyadi, Mutiarsih, T.E, Murtiningsih, dan Umiyati. 2008.
Biologi. Jakarta: Grasindo
ALGAE
Taksonomi Algae

1. Linnaeus membagi Cryptogamae menjadi 4 bangsa yaitu: Filices, Musci, Algae dan
Fungi.
De Jussieu membagi tumbuhan menjadi 3 golongan, Acotyledoneae,
Monocotyledoneae, Dicotyledoneae.
2. Tahun 1880 diperkenalkan suatu sistem yang membagi Cryptogamae menjadi
Thallophyta, Bryophyta, Pteridophyta.
3. Thallophyta yang terdiri dari dua anak kelas Algae dan Fungi dibedakan dari
Bryophyta dan Pteridophyta berdasarkan pada struktur alat penghasil spora dan
gamet serta perkembangan zigotnya.
4. Dipermasalahkan mengenai keabsahan (validitas) dari Thallophyta.
Algae dan Fungi mempunyai kesamaan ciri-ciri yang digunakan untuk memisahkan
keduanya dari tumbuhan lain, atas dasar kesamaan ini dipertanyakan apakah fungi
berasal dari algae? dalam kenyataan, tidak satu fungi pun berasal dari algae.
Dengan demikian divisi Thallophyta tidak dapat dipertahankan, sehingga bukan
merupakan divisi yang valid. Sebaiknya Algae dan Fungi ditempatkan dalam satu
atau lebih divisi.
5. Ciri-ciri yang akan digunakan sebagai dasar untuk memberi definisi algae:
1. menurut Fritsch (1935): Algae harus holofitik yang gagal mencapai ciri
deferensiasi Archegoniatae.
2. Smith (1955 ) mendasarkan pada struktur organ seksualnya.
6. Sampai permulaan abad 20 telah dikenal 4 kelas Algae, yaitu Chlorophyceae,
Phaeophyceae, Rhodophyceae dan Myxophyceae (Cyanophyceae). Ahli Protozoologi
menempatkan semua organisme bersel tunggal yang berkhlorofil, berflagella seta
motil dalam kelas Mastigophora dari filum Protozoa. Para pakar botani
mengeluarkan anggota-anggota tertentu dari deret (seri) Volvocin. Rabenhorst
menempatkan seri Chlamydomonas-Volvox dalam ganggang hijau rumput dan
diberi nama Chlorophyllaceae.
Xanthophyceae (Heterokontae) dipisahkan dari Chlorophyceae pada permulaan
abad 20 dan Fagellatae tertentu yang berpigmen dimasukkan dalam kelas
Xanthophyceae.
Berbagai macam kelompok yang semula oleh pakar Protozoologi dimasukkan
dalam Mastigophora secara filogegenetik berhubungan dengan organisme yang
bersifat algae sejati.
7. Sistem klasifikasi algae ada bermacam-macam. Seiring dengan majunya ilmu
pengetahuan terutama dalam penelitian fisiologi, biokimia, dan penggunaan
mikros- kop elektron, maka klasifikasi algae ke dalam divisinya, kini didasarkan
pada:
1. pigmentasi,
2. hasil fotosintesis,
3. flagelasi,
4. sifat fisik dan kimia dinding sel,
5. ada atau tidak adanya inti sejati.

Atas dasar hal tersebut, Smith membagi algae menjadi; Divisi: Chlorophyta,
Euglenophyta, Pyrrophyta, Chrysophyta, Phaeophyta, Rhodophyta dan
Cyanophyta. Pyrrophyta, Chrysophyta,dan Euglenophyta termasuk Protista
(Protista algae); Cyanophyta termasuk Monera.

8. Algae mempunyai bermacam-macam bentuk tubuh:


1. Bentuk uniseluler: bentuk uniseluler yang berflagela dan yang tidak
berflagela.
2. Bentuk multiseluler:
1. a. koloni yang motil, b. koloni yang kokoid
2. Agregasi: bentuk palmeloid, dendroid, dan rizopoidal.
3. Bentuk filamentik: filamen sederhana, filamen bercabang, filamen
heterotrikh, filamen pseudoparenkhimatik yang uniaksial dan
multiaksial.
4. Bentuk sifon/pipa.
5. Pseudoparenkhimatik
9. Reproduksi
1. Vegetatif: fragmentasi, pembelahan sel, pembentukan hormogonia.
2. Aseksual: pembentukan mitospora, zoospora, aplanospora, hipnospora,
stadium pamela.
3. Seksual: isogami, heterogami yang terdiri dari anisogami dan oogami,
aplanogami, autogami.
10. Pergantian keturunan
1. Pergantian keturunan haplobiontik terdiri dari: pergantian keturunan yang
haplontik dan diplontik.
2. Pergantian keturunan yang isomorfik dan heteromorfik.

Divisi: Chlorophyta, Phaeophyta, Rhodophyta, Cyanophyta

I. Divisi Chlorophyta

Ciri-ciri

1. Pigmen, khlorofil a dan b, santofil, dan karoten, khlorofil terdapat dalam jumlah
yang banyak sehingga ganggang ini berwarna hijau rumput.
2. Hasil fotosintesis berupa amilum dan tersimpan dalam khloroplas.
3. Khloroplas berjumlah satu atau lebih; berbentuk mangkuk, bintang, lensa, bulat,
pita, spiral dsb.
4. Sel berinti sejati, satu atau lebih.
5. Sel kembara mempunyai 2 atau 4 flagela sama panjang, bertipe whiplash.
6. Dinding sel mengandung selulose.
7. Bentuk talus/struktur vegetatif
1. uniseluler motil/berflagela: Chlamydomonas sp.
2. uniseluler nonmotil/kokoid: Chlorella sp.
3. koloni motil (sel-sel dalam koloni mempunyai flagela) Volvox sp
4. koloni nonmotil (kokoid ): Pediastrum sp., Hydrodictyon sp.
5. palmeloid: Tetraspora sp.
6. dendroid: Prasinocladus sp.
7. berbentuk filamen: bercabang: Cladophora sp.
8. tidak bercabang: Oedogonium sp., Spirogyra sp.
9. heterotrikh: Coleochaeta sp., Stigeoclonium sp.
10. berbentuk helaian/lembaran yang distromatik: Ulva sp.
11. lembaran yang monostromatik: Monostroma sp.
12. berbentuk silinder yang beruang di tengah: Enteromorpha
13. berbentuk sifon/spnositik: Caulerpa sp., Codium sp.

Perkembangbiakan

1. secara vegetatif: dengan fragmentasi talusnya


2. secara aseksual: dengan pembentukan zoospora, aplanospora, hipnospora,
autospora.
3. secara seksual: isogami, Anisogami, oogami, aplanogami.

Chlorophyta dibagi menjadi 2 kelas, yaitu Chloropyceae dan Charophyceae


Menurut Smith (1955) Chlorophyceae dibagi menjadi 12 bangsa, yaitu: Volovocales,
Tetrasporales, Ulothrichales, Ulvales, Schizogoniales (Prasiolales) Cladophorales,
Oedogoniales, Zygnematales, Chlorococcales, Siphonales, Dasycladales dan
Siphonocladales. Oleh beberapa penulis, Tetrasporales dan Volovocales sering disatukan
menjadi satu bangsa, yaitu Volvocales dan Tetrasporales dianggap sebagai anak bangsa
dan Volvocales. Dalam hal ini, mereka berpendapat bahwa kedua bangsa tersebut hanya
mempunyai perbedaan kecil saja.

Tempat hidup

Sebagian besar ± 90% merupakan algae air tawar terdapat pula di tanah atau di dinding
tembok yang lembab, di atas batang pohon dan dapat pula sebagai epifil (pada permukaan
daun).

Charophycaea

1. Tubuh merupakan talus yang tegak, beruas dan berbuku-buku dan bercabang.
Cabang yang pertumbuhannya tak terbatas keluar dari buku-buku tersebut dan
dari setiap buku keluar cabang yang pertumbuhannya terbatas, yaitu cabang
lateral (filoid) yang letaknya melingkari buku tersebut. Tubuh ini sering diliputi
oleh CaCO3.
2. Reproduksi.
1. secara seksual: dilakukan dengan oogami. Alat kelamin betina dikelilingi
benang-benang steril yang letaknya melingkar hingga membentuk spiral.
Alat kelamin jantan, terdiri dari satu sel, masing-masing anteridium
disatukan dalam filamen yang uniseriate dan dibungkus oleh selubung yang
terdiri dari 8 sel.
2. secara vegetatif: dengan membentuk bintang-bintang amilum dan bulbus.

Dengan melihat struktur alat kelamin dan adanya stadium protenema dalam
perkembangan zigot, struktur vegetatif dari tubuhnya, maka beberapa ahli mengatakan
bahwa kedudukan Chara berada antara Thallophyta dan Bryophyta. Jenis-jenis yang
masih hidup adalah Chara spp dan Nitella spp kesemuanya hidup di air tawar.

II. Divisi Phaeophyta


Hanya terdiri dari satu kelas : Phaeophyceae

Ciri-ciri

1. Tubuh selalu berupa talus yang multiseluler yang berbentuk filamen, lembaran
atau menyerupai semak/pohon yang dapat mencapai beberapa puluh meter,
terutama jenis-jenis yang hidup di lautan daerah beriklim dingin.
2. Set vegetatif mengandung khloroplast berbentuk bulat, bulat panjang, seperti pita;
mengandung khlorofil a dan khlorofil c serta beberapa santofil misalnya fukosantin.
Cadangan makanan berupa laminarin dan manitol. Dinding sel mengandung
selulose dan asam alginat.

Reproduksi

Sel reproduksi yang motil baik zoospora ataupun zoogamet berflagela 2 buah, tidak sama
panjang dan terletak dibagian lateral dari sel, bertipe whiplash dan tinsel. Reproduksi
aseksual dilakukan dengan pembentukan zoospora atau aplanospora. Reproduksi seksual
dilakukan secara isogami, anisogami atau oogami.

Daur hidup

Jenis-jenis dari bangsa-bangsa dalam Phaeophyceae mempunyai daur hidup dengan


pergantian keturunan, kecuali jenis-jenis dari bangsa Fucales. Ada tiga tipe pergantian
keturunan, yaitu: isomorfik (Dictyola sp.), heteromorfik (Laminaria sp). Dan diplontik
(Sargassum sp.)

Tempat hidup

Sebagian besar hidup di laut hanya ada beberapa jenis saja yang hidup di air tawar.

III. Divisi Rhodophyta


Hanya mempunyai satu kelas, yaitu Rhodophyceae.
Ciri-ciri

1. Sel mempunyai dinding yang terdiri dari selulose dan agar atau karagen.
Rhodophyceae tidak pernah menghasilkan sel-sel berflagela.
2. Pigmen
Khlorofil: terdiri dari khlorofil a dan d.
Fikobilin: fikoeritrin dan fikosianin yang sering disebut pigmen aksesoris.
– karoten
Pigmen-pigmen tersebut terdapat dalam kloroplas
3. Cadangan makanan berupa tepung flaridea dan terdapat diluar khloroplas.
4. Talus
Hampir semuanya multiseluler, hanya 2 marga saja yang uniseluler. Talus yang
multiseluler berbentuk filamen silinder ataupun helaian. Pada dasarnya talus yang
multiseluler, terutama yang tinggi tingkatannya terdiri dari filamen-filamen yang
bercabang-cabang dan letaknya sedemikian rupa hingga membentuk talus yang
pseudoparenkhimatik. Talus umumnya melekat pada substrat dengan perantaraan
alat pelekat. Pada Rhodophyta yang tinggi tingkatannya ada 2 tipe talus:
monoaksial dan multiaksial.

Reproduksi

Reproduksi secara vegetatif dilakukan dengan fragmentasi. Rhodopyceae membentuk


bermacam-macam spora, karpospora (spora seksual), sporta, netral, monospora.
Tetraspora, bispora, dan polispora.

Pergantian keturunan

Pada yang tinggi tingkatannya terdiri dari 2 tipe, yaitu bifasik dan trifasik.

1. Bifasik: inti zigot langsung mengadakan meiosis; hingga menghasilkan


karposporafit haploid yang tumbuh pada gametofitnya atau inti zigot membelah
mitosis hingga membentuk karposporangium yang intinya diploid inti
karposporangium mengadakan meiosis dan membentuk karpospora yang haploid.
Karposporofit berada pada gametofit.
2. Trifasik: inti zigot hanya membelah mitosis, membentuk karposporangium dengan
karpospora yang diploid. Karposporofit terdapat pada gametofit, karpospora yang
diploid tumbuh menjadi tetrasporofit yang diploid dan hidup bebas,
tetrasporangium yang terbentuk intinya membelah meiosis dan menghasilkan 4
spora yang haploid (tertraspora). Tetraspora tumbuh menjadi gametofit. Gametofit
dan tetrasporofit umumnya isomorfik.
DAFTAR ISI

BAB 2
——————————————————————————————————————–  
12
SCHIZOPHYTA (Tumbuhan Belah)
—————————————————————————-    12
A.    Schizophyta
—————————————————————————————————–    12
B.    Ciri – Ciri
———————————————————————————————————-    12
C.    Kelompok Schizophyta.
————————————————————————————-    12
1.    Kelas Bakteri (Schizomycetes) ————————————————————————  
12
2.    Ganggang Biru ( Cyanophyeaea) ———————————————————————  
20
    
BAB 3
——————————————————————————————————————–  
21
CYANOPHYTA (Ganggang Hujau Biru)
———————————————————————-    21
A.    Cyanophyta (ganggang Hijau Biru)
———————————————————————-    21
B.    Ciri – Ciri
———————————————————————————————————-    23
C.    Ciri – Ciri Khusus
———————————————————————————————-    23
D.    Bentuk Kloroplas Ganggang.
——————————————————————————    23
E.    Pigmen Utama Pada Ganggang.
————————————————————————–    23
F.    Reproduksi Ganggang.
————————————————————————————–    24
G.    Perkembangbiakan Ganggang Hijau Biru
————————————————————-    24
H.    Klasifikasi Cyanophyta
————————————————————————————–    25
I.    Peranan dan Manfaat Cyanophyta.
———————————————————————-    26
    
BAB 4
——————————————————————————————————————–  
27
CHOLORPHYTA (Alga Hijau)
————————————————————————————    27
A.    Chlorophyta
—————————————————————————————————–    27
B.    Ciri – Ciri
———————————————————————————————————-    27
C.    Peranan Chlorophyta.
—————————————————————————————-    27
D.    Habitat
————————————————————————————————————-    28
E.    Pigmen
————————————————————————————————————    30
F.    Cadangan Makanan
——————————————————————————————-    31
G.    Susunan Tubuh
————————————————————————————————    31
H.    Struktur Sel
——————————————————————————————————    31
I.    Alat Gerak/ Flagel
———————————————————————————————-    32
J.    Perkembangbiakan
——————————————————————————————–    32
K.    Dampak Positif dan Dampak Negatif Chlorophyta dalam kehidupan. ———————–  
32
L.    Akibat Pertumbuhan Alga Hijau Terhadap Kualitas Air. —————————————–  
33
    
BAB 5
——————————————————————————————————————–  
34
EUGLENOPHYTA
—————————————————————————————————-    34
A.    Euglenophyta
—————————————————————————————————    34
B.    Ciri – Ciri Euglenophyta.
————————————————————————————    34
C.    Struktur Sel Euglenophyta.
———————————————————————————    35
D.    Bagian – Bagian Sel Euglenophyta.
———————————————————————    35
E.    Jenis – Jenis Euglenophyta.
——————————————————————————-    36
F.    Perkembangbiakan Pada Euglenophyta. ————————————————————–  
37
G.    Faktor – factor yang Mempengaruhi Perkembangan Euglenophyta. ————————    38
H.    Cara Makan Euglenophyta.
———————————————————————————    39
I.    Habitatnya .
——————————————————————————————————    39
J.    Manfaat Euglenophyta.
————————————————————————————–    39
    
BAB 6
——————————————————————————————————————–  
41
PYRROPHYTA
——————————————————————————————————–    41
A.    Pyrrophyta
——————————————————————————————————-    41
B.    Ciri – Ciri.
———————————————————————————————————    41
C.    Habitat.
————————————————————————————————————    42
D.    Susunan Tubuh.
————————————————————————————————    42
E.    Ekologi
————————————————————————————————————    42
F.    Alat Gerak.
——————————————————————————————————-    43
G.    Cara Perkembangbiakan.
———————————————————————————–    43
H.    Red Tides.
——————————————————————————————————–    43
    
BAB 7
——————————————————————————————————————–  
45
CHRYSOPHYTA ( Alga Emas)
———————————————————————————–    45
A.    Alga Keemasan
————————————————————————————————-    45
B.    Ciri – Ciri Alga Keemasan.
———————————————————————————-    45
C.    Habitat.
————————————————————————————————————    45
D.    Perkembangbiakan Alga Keemasan.
——————————————————————-    45
E.    Contoh Alga Keemasan.
————————————————————————————-    45
    
BAB 8
——————————————————————————————————————–  
48
PHAEOPHYTA (Ganggang Coklat)
—————————————————————————-    48
A.    Ciri – Ciri phaeophyta.
—————————————————————————————    48
B.    Perkembangbiakan Gangang Coklat.
——————————————————————-    49
C.    Beberapa Contoh Gangang Coklat.
———————————————————————    49
    
BAB 9
——————————————————————————————————————–  
50
RHODOPHYTA (Alga Merah)
————————————————————————————-    50
A.    Rhodophyta (Alga Merah)
———————————————————————————–    50
B.    Ciri – Ciri.
———————————————————————————————————    50
C.    Habitat .
———————————————————————————————————–    50
D.    Perkembangbiakan.
——————————————————————————————-    51
E.    Manfaat Alga Merah
——————————————————————————————-    52
    
BAB 10
——————————————————————————————————————  
52
MIXOMYCETAE (Jamur Lendir)
———————————————————————————     52
A.    Mixomycetae
—————————————————————————————————-    52
B.    Ciri – Ciri.
———————————————————————————————————    52
C.    Habitat.
————————————————————————————————————    53
    
BAB 11
——————————————————————————————————————  
54
PHYCOMYCETAE
—————————————————————————————————-    54
A.    Ciri –Ciri Phycomycetae
————————————————————————————-    54
B.    Habitat .
———————————————————————————————————–    54
C.    Perkembangbiakan.
——————————————————————————————-    54
D.    Jenis Jamur Phycomycetae.
——————————————————————————-    55
     
BAB 12
——————————————————————————————————————  
56
ASCOMYCETAE
——————————————————————————————————    56
A.    Ascomycetae
—————————————————————————————————-    56
B.    Klasifikasi Ascomycetae.
————————————————————————————    56
C.    Cara Reproduksi
———————————————————————————————–    57
D.    Beberapa Manfaat Dari Ascomycetae
——————————————————————    58
    
BAB 13
——————————————————————————————————————  
59
BASIDIOMYCETAE
————————————————————————————————–    59
A.    Klasifikasi.
——————————————————————————————————-    59
B.    Ciri – Ciri.
———————————————————————————————————    59
C.    Daur Hidup Basidiomycetae
——————————————————————————-    60
     
BAB 14
——————————————————————————————————————  
61
DEUTEROMYCETAE
————————————————————————————————    61
A.    Deuteromycetae
————————————————————————————————    61
B.    Anggota Deuteromycetae.
———————————————————————————-    61
    
BAB 15
——————————————————————————————————————  
62
LICHENES ( Lumut Kerak)
—————————————————————————————-    62
A.    Lichenes (Lumut Kerak)
————————————————————————————-    62
B.    Anatomi Lumut Kerak.
—————————————————————————————    62
C.    Morfologi Lumut Kerak.
————————————————————————————-    63
D.    Reproduksi LUmut Kerak.
———————————————————————————-    64
E.    Peran Lumut Kerak Bagi Manusia.
———————————————————————–    64
F.    Simbiosis Lumut Kerak / Lichenes dengan Alga (ganggang). ———————————  
65
    
BAB 16
——————————————————————————————————————  
66
BRYOPHYTA (Tumbuhan Hijau)
——————————————————————————–    66
A.    Bryophyta.
——————————————————————————————————-    66
B.    Ciri – Ciri.
———————————————————————————————————    66
C.    Pergiliran Keturunan.
—————————————————————————————–    67
D.    Peran Tumbuhan Lumut Dalam Ekosistem.
———————————————————-    68
E.    Manfaat Tumbuhan Lumut.
———————————————————————————    68
    
BAB 17
——————————————————————————————————————  
69
PTERIDOPHYTA (Tumbuhan Paku)
—————————————————————————    69
A.    Pteridophyta (Tumbuhan Paku)
—————————————————————————    69
B.    Morfologi
———————————————————————————————————    70
C.    Daur Hidup (Metagenesis)
———————————————————————————-    70
D.    Klasifikasi
——————————————————————————————————–    71
    
DAFTAR PUSTAKA
————————————————————————————————-    73

    

BAB 2
SCHIZOPHYTA (Tumbuhan Belah)

A.    Schizophyta
Schizophyta  atau tumbuhan belah merupakan kelompok yang mempunyai ciri khusus yaitu
berkembang biak dengan membelah diri. Schizophyta berasal dari bahasa Yunani scizein artinya
membelah dan phyton adalah tumbuhan. Tumbuhan belah dianggap sebagai kelompok tumbuhan
dengan tingkat perkembangan filogenetik yang paling rendah sehingga dari segi evolusi
merupakan kelompok tumbuhan  yang paling tua dan paling primitif.
B.    Ciri – Ciri
Ciri umum dari kelompok ini adalah :
1.    Berkembang biak dengan cara membelah diri,
2.    Tubuh terdiri dari satu sel
3.    Protoplas belum terdeferensiasi dengan jelas sehingga inti sel dan plastidanya belum jelas.

C.    Kelompok Schizophyta


Kelompok schizophyta mempunyai dua kelas yaitu :
1.    Kelas Bakteri (Schizomycetes)
Bakteri berasal dari  kata Bakterion (Yunani) yang artinya batang kecil. Didalam klasifikasi
bakteri digolongkan dalam Divisio Schizomycetes.
a.    Ciri – Ciri Umum
–    Tubuh uniseluler (bersel satu).
–    Tidak berklorofil (meskipun ada beberapa jenis bakteri yang memiliki pigmen seperti klorofil
sehingga mampu berfotosintesis).
–    Hidupnya bersifat autotrof (membuat makanannya sendiri).
–    Reproduksi dengan cara membelah diri (dengan pembelahan Amitosis).
–    Habitat bakteri hidup dimana-mana/kosmopolit (tanah, air, udara, mahluk hidup).
–    Satuan ukuran bakteri adalah mikron (10 – 3 µ)

b.    Sifat Morfologi dan Struktur Tubuh


–    Bentuk – Bentuk Bakteri :
•    Kokus : bentuk bulat, monokokus, diplokokus, streptokokus, stafilokokus, sarkina.
 

•    Basil : bentuk batang, diplobasil, streptobasil.


 

•    Spiral : bentuk spiral, spirilium (spiri kasar), spirokaet (spiral halus).
•    Vibrio : bentuk koma

–    Alat Gerak Bakteri :


Beberapa bakteri mampu bergerak dengan menggunakan bulu cambuk/flagel.  Berdasarkan ada
tidaknya flagel dan kedudukan flagel tersebut, dibedakan 5 macam bakteri, yaitu :
•    Atrich : bakteri tidak berflagel. contoh: Escherichia coli.
•    Monotrich : mempunyai satu flagel salah satu ujungnya. contoh: Vibrio cholera.
•    Lopotrich : mempunyai lebih dari satu flagel pada salah satu ujungnya. contoh: 
Rhodospirillum rubrum.
•    Ampitrich : mempunyai satu atau lebih flagel pada kedua ujungnya. contoh: Pseudomonas
aeruginosa
•    Peritrich : mempunyai flagel pada seluruh permukaan tubuhnya. contoh: salmonella typhosa

c.    Nutrisi Bakteri


Dengan dasar cara memperoleh makanan, bakteri dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
•    Bakteri heterotrof : bakteri yang tidak dapat mensintesis makanannya sendiri. Kebutuhan
makanan tergantung dari mahluk lain. Bakteri saprofit dan bakteri parasit tergolong bakteri
heterotrof.
•    Bakteri autotrofl bakteri yang dapat mensintesis makannya sendiri. Dibedakan menjadi dua
yaitu bakteri autotrof, dan bakteri kemautotrof.
d.    Kebutuhan akan oksigen bebas.
Dengan dasar kebutuhan akan oksigen bebas untuk kegiatan respirasi, bakteri dibagi menjadi dua

•    Bakteri aerob: memerlukan O2 bebas untuk kegiatan respirasinya, untuk oksidasi/
pembakaran yang digunakan untuk energi. Contoh : Nitrosococcus, Nitrosomonas, Nitrobacter.
•    Bakteri anaerob : tidak memerlukan O2 bebas untuk kegiatan respirasinya. Contoh :
Strepcoccus lactis (pada makanan tape bakteri ini tidak memerlukan O2 bebas).

e.    Pertumbuhan Bakteri


Pertumbuhan bakteri dipengaruhi oleh beberapa faktor :
•    Temperatur, umumnya bakteri tumbuh baik pada suhu antara 25 – 35 0 C.
•    Kelembaban, lingkungan lembab dan tingginya kadar air sangat menguntungkan untuk
pertumbuhan bakteri.
•    Sinar Matahari, sinar ultraviolet yang terkandung dalam sinar matahari dapat mematikan
bakteri.
•    Zat kimia, antibiotik, logam berat dan senyawa-senyawa kimia tertentu dapat menghambat
bahkan mematikan bakteri.
Bakteri jika menemui kondisi yang tidak sesuai maka ada dua kemungkinan yaitu :
1.    Mati
2.    Akan tidur sementara (dengan cara pembentukan spora).

f.    Struktur Bakteri


•    Dinding sel
Dinding sel bakteri sangat tipis, tersusun atas peptidoglikan, yakni polisakarida yang berikatan
dengan protein. Fungsi dinding sel untuk memberi bentuk tertentu pada sel, melindungi
protoplasma sel, proses pembelahan sel.
Berdasarkan struktur peptidoglikan bakteri dapat dibedakan menjadi dua :
•    Bakteri gram positif, peptidoglikan di luar membran plasma dan bila diberi tinta cina akan
menimbulkan warna. Contoh : Clostridium tetani, Bacillus anthracis, Staphylococcus albus,
Staphylococcus aureus.
•    Bakteri gram negatif, peptidoglikan terletak antara membran plasma dan membran luar, bila
diberi tinta cina tidak menimbulkan perubahan warna. Contoh:  E.  coli, Salmonella typhosa,
Vibrio cholera, Neissiria gornorrhoe.
•    Membran sel
Tersusun atas molekul lemak dan protein dan bersifat selektif permeabel. Membran sel berfungsi
mengatur masuknya zat makanan dan keluarnya sisa metabolisme, berperan dalam pembelahan
sel.
•    Isi sel
Tersusun atas organel-organel seperti:
•    Inti, bersifat prokarion terdiri atas benang kromatin DNA dan RNA.
•    Mesosom, Terbentuk dari membran sel yang tidak membentuk lipatan. Organel ini berfungsi
sebagai tempat pemisahan dua molekul DNA dan berperan juga dalam pembentukan dinding sel
baru antara kedua sel anak tersebut.
•    Volutin, yaitu zat yang banyak mengandung DNA
•    Ribosom,  tersusun atas protein dan RNA, berfungsi  sebagai tempat sintesis protein.
•    Granula penyimpanan, karena bakteri menyimpan cadangan makanan yang dibutuhkan.
Granula
 
•    Lembar fotosintesis, khusus bakteri yang berfotosintesis (bakteri ungu), terdapat lipatan ke
arah sitoplasma yang berisi lembar fotosintesis.
•    Plasmid, adalah DNA non kromosom, plasmid mengandung gen-gen seperti gen kebal
antibiotik, gen patogen. Dalam satu bakteri dapat terbentuk 10-20 plasmid. Ukuran plasmid
1/1000 kali DNA kromosom.
 

g.    Reproduksi Bakteri


•    Reproduksi Aseksual/vegetatif : Caranya dengan pembelahan biner atau pembelahan
langsung (tanpa melalui tahapan seperti mitosis). Proses pembelahan diawali dengan proses
replikasi DNA menjadi dua kopi DNA identik dan diikuti pembelahan sitoplasma. Proses
pembelahan berlangsung cepat setiap 20 menit sekali. Contoh : E. coli.
•    Reproduksi Seksual/generatif : Caranya dengan konjugasi, pembelahan secara langsung
materi genetik di antara dua sel bakteri melalui jembatan sitoplasma. Tidak dapat ditentukan
jenis kelamin kedua bakteri yang berkonjugasi.
Contoh : E. coli.
h.    Rekombinasi DNA
Rekombinasi artinya bergabungnya dua DNA dari sumber yang berbeda. Rekombinasi DNA
selain dengan proses konjugasi ada proses lain yaitu transformasi, transduksi, yang kemudian
disebut proses paraseksual. Proses paraseksual meliputi :
    Transformasi, ialah pemindahan sebagian materi genetik atau DNA atau hanya
satu gen bakteri ke bakteri lain dengan proses fisiologi yang kompleks. Proses ini pertama
ditemukan Frederick Griffith tahun 1982. Contoh :  Streptococcus, pnemoniaeu, Haemophillus,
Bacillus. Diguga transformasi ini merupakan cara bakteri menularkan sifatnya ke bakteri lain.
Misalnya bakteri patogen yang semula tidak kebal antibiotik  dapat berubah menjadi kebal
antibiotik karena transformasi.
Gambar : transformasi
 
    Transduksi, pemindahan materi genetik dengan perantara virus. Virus dapat menyambungkan
materi genetiknya ke DNA bakteri dan membentuk profag. Ketika terbentuk virus baru, di dalam
DNA virus sering terbawa sepenggal DNA bakteri yang diinfeksinya. Virus yang terbentuk
memiliki dua macam DNA yang dikenal partikel transduksi (transducing particle). Cara ini
dikemukakan oleh Norton Zinder dan Jashua Lederberg.

Gambar : Transduksi
 
    Konjugasi : merupakan  proses bergabungnya dua bakteri (- dan +) dengan membentuk
jembatan untuk pemindahan materi genetik (DNA).

Gambar : Konjugasi
 
i.    Peranan bakteri dalam kehidupan
–    Bakteri yang menguntungkan :
•    Di bidang pertanian :
    Bakteri nitrogen : Mengikat N2,  contoh :  Azotobacter, Rhizobium leguminosarum
Clostridium posteurianum, Rhodospirilium rubrum.
    Bakteri nitrifikasi : Membentuk senyawa nitrat. Contoh :  Nitrosomonas, Nitrococcus
Nitrobacter.
    Bakteri sulfur : Membentuk asam sulfat dari S. contoh :  Beggiatoa alba.
•    Fermentasi makanan :
    Streptococcus lactis : Pembuatan keju dan mentega.
    Lactobacillus bulgaricus : Pembuatan yoghurt.
    L. casei : Pembuatan minuman.
    Acetobacter xylinum : Pembuatan nata de coco.

•    Menghasilkan asam


    Streptomyces griseus : Menghasilkan streptomisin
    S. aureofaciens : Menghasilkan aureomisin
    S. venezuelae : Menghasilkan kloromistin
    Bacillus brevis : Menghasilkan tirotrisin
    B. polymyxa : Menghasilkan polimiksin
•    Menghasilkan antibiotik
    Acetobacter acetii : Menghasilkan asam asetat
    Propionibacterium : Menghasilkan asam propionat
    Clostridium sp : Menghasilkan asam butirat.
–    Bakteri yang merugikan :
•    Parasit pada manusia
    Salmonella typhosa : penyebab Tipus
    Vibrio coma : penyebab Kolera
    Clostridium tetani : penyebab Tetanus
    Neisseria gonorrhoeae : penyebab Kencing nanah
    Tryponema palidum : penyebab Sipilis
–    Parasit pada tumbuhan
    Pseudomonas cattleyae : Penyakit pada anggrek
    Pseudomonas solanacearum : Penyakit pada pisang
    Bacterium papaye : Penyakit pada papaya
–    Parasit pada hewan
    Bacillus anthracis Antrak pada hewan
    Mycobacterium bovis Penyakit pada lembu
    M. avium Penyakit pada unggas.

2.    Ganggang Biru (Cyanophyceae)


Di era modern seperti saat ini, para ilmuwan mulai meneliti berbagai jenis tumbuhan yang dapat
dimanfaatkan manusia baik sebagai makanan biasa atau sebagai alternatif obat untuk berbagai
penyakit. Salah satu yang mulai dikembangkan saat ini oleh para ahli di Jepang adalah ganggang.
a.    Manfaat Ganggang Biru (Cyanopyceae)
Ganggang ini tidak saja terasa enak, berserat tinggi, dan bergizi. Namun juga mampu untuk
membantu metabolisme tubuh dalam pembentukan sistem imune, mengatasi gejala anemia, dan
berbagai manfaat lainnya. Ganggang ini adalah Spirulina. Spirulina termasuk dalam filum
Cyanophyta.
b.    Klasifikasi Cyanophyta.
Cyanophyta merupakan suatu divisi (filum) bakteri yang mendapatkan energi melalui
fotosintesis. Cyanophyta termasuk dalam regnum (kerajaan) monera. Ganggang hijau- biru
merupakan salah satu contoh dari kelas Cyanophyceae .
Gambar ganggang Biru :
 

BAB 3
CYANOPHYTA (Ganggang Hijau Biru)

A.    Cyanophyta (Ganggang Hijau Biru)


Ganggang hijau biru termasuk kedalam monera, karena struktur selnya sama dengan struktur sel
bakteri, yaitu bersifat prokariotik. Ganggang hijau biru berukuran mikroskopis, keberadaanya 
tersebar luas dan banyak ditemukan di perairan tanah yang lembab, permukaan dinding tembok,
pot, batu karang yang lembab. Bahkan ditemukan pula di tempat yang kurang menguntungkan
lingkungannya. Beberapa jenis dijumpai pada sumber air panas seperti mata air panas Yellow
Stone Park di Amerika.  Ganggang Biru  dikatakan sebagai salah satu  vegetasi perintis  karena 
mampu hidup pada perairan dengan suhu sampai 85 derajat C (sumber air panas). Ganggang
hijau biru adalah organisme prokariotik dan karenanya tidak terikat membran organel. Lebih erat
kaitannya dengan bakteri daripada algae lain, mereka sering disebut sebagai cyanobacteria.
Mereka terjadi di laut, air tawar dan habitat darat. Cyanophyta merupakan komponen penting
dalam siklus nitrogen dan produsen.    
Cyanophyta dalam bahasa Yunani, siano = biru-hijau, dan myx = lendir : uniseluler, berserabut,
dan bentuk-bentuk kolonial, dan sebagian besar tertutup dalam sarung mucilaginous baik secara
perorangan maupun berkoloni. Sebagian besar dari ganggang biru-hijau planktonic terdiri dari
anggota Chroococcaceae keluarga coccoid (misalnya, Anacystis = Microcystis, Gomphosphaeria
= Coelosphaerium, dan Coccochloris) dan keluarga berserabut Oscillatoriaceae, Nostocaceae,
dan Rivulariaceae misalnya, Oscillatoria, Lyngbya, Aphanizomenon 3 — 6 μm, Anabaena).
Anggota ganggang hijau biru tersebar diberbagai tempat, yaitu diperairan, ditanah dibatu dan
rekahan batu. Ganggang hijau biru mengandung jenis klorofil a, selain mempunyai klorofil dan
berbagai karetenoid organisme ini juga memiliki fikosianin dan kadangkala fikoeritrin. Adanya
fikosianin menyebabkan ganggang hijau – biru memiliki warna yang khas, yitu hijau kebiru –
biruan. Akan tetapi tidak semua ganggang hijau – biru berwarna hijau – biru, ada yang hitam,
coklat, kuning, merah, hijau rumput dan warna campuran. Sebagai contoh laut yang berwarna
merah disebabkan oleh ganggang hijau – biru yang mengandung sejumlah besar fikoeritrin.
Ganggang hijau biru berperan sebagai tubuhan perintis, yaitu dengan cara membentuk lapisan
pada permukaan tanah gundul dan berperan penting dalam menambah materi organic kedalam
tanah.
Cyanobacteria ditemukan di hampir semua habitat yang bisa dibayangkan, dari samudera ke air
tawar ke batu sampai tanah. Mereka bisa bersel tunggal atau koloni. Koloni dapat membentuk
filamen ataupun lembaran. Cyanobacteria termasuk uniselular, koloni, dan bentuk filamen.
Beberapa koloni filamen memiliki kemampuan untuk berdiferensiasi menjadi tiga tipe sel yang
berbeda: sel vegetatif adalah yang normal, sel fotosintesis pada kondisi lingkungan yang baik,
dan tipe heterokista yang berdinding tebal yang mengandung enzim nitrogenase. Setiap individu
sel umumnya memiliki dinding sel yang tebal, lentur, dan Gram negatif. Cyanobacteria tidak
memiliki flagela. Mereka bergerak dengan meluncur sepanjang permukaan. Kebanyakan
cyanobacteria ditemukan di air tawar, sedangkan lainnya tinggal di lautan, terdapat di tanah
lembab, atau bahkan kadang-kadang melembabkan batuan di gurun. Beberapa bersimbiosis
dengan lumut kerak, tumbuhan, berbagai jenis protista, atau spons dan menyediakan energi bagi
inang.
 
Gambar Cyanophyta
B.    Ciri-ciri :    
1.    Soliter  & berkoloni    
2.    Unisel : punya flagellum untuk pergerakan.    
3.    Eukariot
4.    Mempunyai kloroplas (merupakan  organel plastida yang mengandung zat warna)    
5.    Fotoautotrof
6.    Habitat : perairan.
7.    Fungsi ganggang : penyedia oksigen dan makanan (produsen ) pada ekosistem perairan
8.    Mempunyai struktur dalam kloroplas yg disebut Pirenoid – untuk menyimpan cadangan
makanan.    

C.    Ciri-ciri khusus :    


1.    Warna umum hijau ( kebanyakan hidup di air tawar ), kecuali Trichodesmium Eritreum
(berwarna merah dan banyak terdapat di laut ).
2.    Kelompok tertentu memfiksasi N2 dari atmosfer    
a. kelompok filamen punya hetericyst    
b. kelompok filamen tanpa heterocyst    
c. kelompok Unicell    
3.    Pada umumnya tidak memiliki alat gerak
4.    Sebagian besar dinding selnya diselaputi lendir.
5.    Jenis-jenis tertentu sering mengalami blooming

D.    Bentuk kloroplas ganggang :


1.    Bulat : Chroococcum
2.    Mangkuk : Chlorella & Chlamydomonas
3.    Sabuk : Ulothrix
4.    Cakram : Vaucheria & Chara
5.    Jala : Oedogonium
6.    Spiral : Spirogyra

E.    Pigmen utama pada ganggang :    


1.    klorofil     
2.    karoten    
3.    santofil (keemasan)
4.    fukosantin (coklat)
5.    fikobilin    
6.    fikoeritrin (merah)
7.    fikosianin (biru).

F.    Reproduksi ganggang :    


1.    aseksual :
a.    pembelahan biner pada ganggang unisel. Contoh : Chlorella & Euglena
b.    fragmentasi pada ganggang berbentuk benang. Contoh : Spirogyra, Laminaria, Sargassum.    
c.    pembentukan spora Chlamydomonas & Ulothrix.
2.    seksual :    
penyatuan gamet yg berbeda jenis dilakukan secara :
a.    Oogami
b.    Isogami    
c.    Anisogami.

G.    Perkembangbiakan ganggang hijau – biru.


Perkembangbiakan dilakukan dengan pembelahan sel, fragmentasi, dan pembentukan spora.
1.    Pembelahan sel
Melalui cara ini sel dapat langsung terpisah atau tetap bergabung membentuk koloni, misalnya
Gloeocapsa.
2.    Fragmentasi
Fragmentasi terutama pada ganggang yang berbentuk filament , misalnya : Oscillatoria.     Pada
filament yang panjang , bila salah satu selnya mati, maka sel mati itu membagi filament menjadi
dua atau lebih . masing – masing potongan disebut hormogonium. Bila hormogonium terlepas
dari filament induk maka akan menjadi individu baru, misalnya pada plectonema boryanum.
3.    Spora
Pada keadaan yang kurang menguntungkan akan terbentuk spora yang sebenarnya merupakan sel
vegetative, spora ini membesar dan tebal karena penimbunan zat makanan.    
Ganggang hijau biru dapat bergerak dengan gerakan meluncur, tetapi gerakan ini sangat lambat,
kira – kira 250 mikrometer permenit. Ganggang hijau biru tidak berflagela.
    
H.    Klasifikasi Cyanophyta
1.    Cyanophyta memiliki satu kelas, yaitu Kelas Cyanophyceae Kelas, Cyanophyceae.
2.    Memiliki lima ordo: Chroococcales, Pleurocapsales, Oscillatoriales, Nostocales,
Stigonematales.
a.    Ordo Chroococcales
–    Tidak menghasilkan spora, Unicell, berkoloni    .
–    Reproduksi : pembelahan sel ( Unicell ) dan Fragmentasi ( koloni ).
–    Ada satu famili : Chroococcaceae.
–    Contoh Genus : Chrococcus, Gloecapsa, merismopedia, mycrocystis.

b.    Ordo Pleurocapsales,


Yang Pleurocapsales uniseluler atau kecil termasuk bentuk kolonial. Beberapa bahkan mungkin
terdiri dari sel-sel parenchymatous alas terlampir pendek bercabang cabang atau filamen.
Penyebaran adalah dengan pembelahan sel dan endospores. Termasuk genera: Cyanocystis
Chamaesiphon dan Pleurocapsa.
c.    Ordo Oscillatoriales
Tidak menghasilkan spora, Seluruhnya filament, Sebagian mempunyai heterocyst, sebagian lagi
tidak, reproduksi secara Fragmentasi (umum ), akineta ( bila diawali dengan kodisi nutrien yang
tinggi ) Terdapat tiga famili :    
–    Oscillatiriceae. Tidak punya heterocyst    
Contoh genus : Oscillatoria, Lyngbya, Spirulina, Athrosphira.    
–    Nostocaceae    , mempunyai heterocyst, memproduksi akineta    .
contoh genus : Nostoc, anabaena.
–    Rivulariaceae, sebagian memproduksi akineta    
contoh genus : Rivularia, Gleothrichi. Berserat termasuk yang Oscillatoriales cyanobacteria yang
menyebar terutama oleh pembentukan hormogonia. Setiap percabangan di filamen adalah palsu,
dan tidak heterocysts maupun akinetes.
d.    Ordo Nostocales    
Berserat termasuk yang Nostocales cyanobacteria yang menyebar terutama oleh pembentukan
hormogonia. Setiap percabangan adalah palsu, dan keduanya heterocysts dan akinetes dapat
dihasilkan. Termasuk genera: Nostoc, Anabaena, Cylindrospermum, Aphanizomenon,
Scytonema, Gloeotrichia, dan Rivularia.
e.    Ordo Stigonematales    
Berserat termasuk yang Stigonematales cyanobacteria yang menyebar terutama oleh
pembentukan hormogonia. Bercabang adalah benar dan heterocysts dan akinetes dapat berdua
akan diproduksi. Termasuk genera: Stigonema, Hapalosiphon, dan Fisherella.

I.    Peranan dan manfaat Cyanophyta


Peranan dan manfaat Cyanophyta diantarannya :
1.    Di dalam perairan Cyanophyta berperan sebagai Produsen Primer
2.    Sumber makanan ikan dan manusia
3.    Beberapa spesies ganggang hijau biru dapat dimanfaatkan sebagai sumber makanan
alternative, misalnya Spirulina sp.
4.    Jika terjadi blooming ikan mati, perairan tercemar, produksi racun.Blooming mycrocystis
dipengaruhi oleh berlebihnya kandungan fosfor yang didukung Pula oleh suhu yang tinggi.
5.    Beberapa spesies ganggang hijau – biru yang bersimbiosis dapat menambat (fiksasi)
nitrogen bebas , sehingga menambah kesuburan tanah, misalnya : Anabaena azollae.

BAB 4
CHLOROPHYTA (Alga Hijau)
A.    Chlorophyta
Ditinjau secara biologi, alga merupakan kelompok tumbuhan yang berklorofil yang terdiri dari
satu atau banyak sel dan berbentuk koloni. Di dalam alga terkandung bahan-bahan organik
seperti polisakarida, hormon, vitamin, mineral, dan juga senyawa bioaktif. Sejauh ini
pemanfaatan alga sebagai komoditiperdagangan atau bahan baku industri masih relatif kecil jika
dibandingkan dengan keanekaragaman jenis alga yang ada di Indonesia. Padahal komponen
kimiawi yang terdapat dalam alga sangat bermanfaat bagi bahan baku industri makanan,
kosmetik, farmasi dan lain-lain.

B.    Ciri – Ciri


Ganggang hijau / Chlorohyta adalah salah satu klas dari ganggang berdasarkan zat warna atau
pigmentasinya. Ganggang hijau ada yang bersel tunggal dan ada pula yang bersel banyak berupa
benang, lembaran atau membentuk koloni spesies ganggang hijau yang bersel tunggal ada yang
dapat berpindah tempat, tetapi ada pula yang menetap. Algae hijau merupakan kelompok
terbesar dari vegetasi algae. Algae hijau berbeda dengan devisi lainnya karena memiliki warna
hijau yang jelas seperti tumbuhan tingkat tnggi karena mengandung pigmen klorofil a dan
klorofil b lebih dominan dibandingkan karoten dan xantofit.

C.    Peranan Cholorophyta


Algae berperan sebagai produsen dalam ekosistem. berbagai jenis algae yang hidup bebas di air
terutama tubuhnya yang bersel satu dan dapat berperan aktif merupakan penyusun fitoplankton.
sebagaian besar fitoplankton adalah anggota algae hijau, pigmen klorofil yang dimilikinya efektif
melakukan fotosintesis sehingga algae hijau merupakan produsen utama dalam ekosistem
perairan.
 
Gambar Chlorophyta
D.    Habitat
Ganggang hijau merupakan golongan terbesar diantara ganggang dan sebagian besar hidup di air
tawar, beberapa diantaranya hidup di air laut dan air payau. Pada umumnya melekat pada batuan
dan seringkali muncul apabila air menjadi surut. Jenis yang hidup diair tawar, bersifat
kosmopolit, terutama hidup di tempat yang cahayanya cukup seperti kolam, danau, genangan air,
Alga hijau ditemukan pula pada lingkungan semi akuatik yaitu pada batu-batuan, tanah lembab
dan kulit batang pohon yang lembab. Beberapa anggotanya hidup di air mengapung atau
melayang, sebagian hidup sebagai plankton. Beberapa jenis ada yang hidup melekat pada
tumbuhan atau hewan.
Beberapa contoh alga hijau yang sering ditemukan dikolam anatara lain :
1.    Chlorophyta bersel tunggal tidak bergerak
Contoh :
a.    Chlorella
Organisme ini banyak ditemukan sebagai plankton air tawar. Ukuran tubuh mikroskopis, bentuk
bulat, berkembang biak dengan pembelahan sel. Peranannya bagi kehidupan manusia antara lain,
digunakan dalam penyelidikan metabolisme di laboratorium. Juga dimanfaatkan sebagai bahan
obat-obatan dimasukkan dalam kapsul dan dijual sebagai suplemen makanan dikenal dengan
“Sun Chlorella”. Pengembangannya saat ini di kolam-kolam (contohnya di pasuruan)
b.    Chlorococcum
Tubuh bersel satu, tempat hidup air tawar, bentuk bulat telur, setiap sel memiliki satu kloroplas
bentuk mangkuk. Reproduksi dengan membentuk zoospora (secara aseksual)

2.    Chlorophyta bersel tunggal dapat bergerak


Contoh :
a.    Chlamidomonas
Bentuk sel bulat telur, memiliki 2 flagel sebagai alat gerak, terdapat 1 vacuola, satu nukleus dan
kloropas. Pada kloropas yang bentuknya seperti mangkuk terdapat stigma (bintik mata) dan
pirenoid sebagai tempat pembentukan zat tepung. reproduksi aseksual dengan membentuk
zoospora dan reproduksi seksual dengan konjugasi.
3.    Chlorophyta berbentuk koloni tidak bergerak
Contoh :
a.    Hydrodictyon
Hydrodictyon banyak ditemukan didalam air tawar dan koloninya berbentuk seperti jala. Ukuran
cukup besar sehingga dapat dilihat dengan mata telanjang. Reproduksi vegetatif dengan zoospora
dan fragmentasi. Fragmentasi dilakukan dengan cara melepas sebagian koloninya dan
membentuk koloni baru. sedangkan reproduksi generatif dengan konjugasi.
4.    Chlorophyta berbentuk koloni dapat bergerak
Contoh :
a.    Volvox
Volvox ditemukan di air tawar, koloni berbentuk bola jumlah antara 500 -5000 buah. Tiap sel
memiliki 2 flagel dan sebuah bintik mata. Reproduksi aseksual dengan fragmentasi dan seksual
dengan konjugasi sel-sel gamet.
5.    Chlorophyta berbentuk benang
Contoh :
a.    Spyrogyra
Gangguan ini didapatkan disekitar kita yaitu diperairan. bentuk tubuh seperti benang, dalam tiap
sel terdapat kloroplas berbentuk spiral dan sebuah inti. Reproduksi vegetatif dengan fragmentasi,
sedangkan reproduksi seksual dengan konjugasi. adapun langkah-langkah konjugasi antara lain :
–    Dua benang saling berdekatan, sel yang berdekatan saling membenuk tonjolan.
–    Ujung kedua tonjolan yang bersentuhan saling melebur membentuk saluran konjugasi. Lewat
saluran itu terjadilah aliran protoplasma dari satu sel ke sel yang lain. kedua plasma melebur,
disebut peristiwa plasmogami dan segera diikuti oleh pelburan inti yang disebut kariogami.
–    Hasil peleburan membentuk zigospora diploid. zigospora mengalami meiosis dan ditempat
yang sesuai berkembang menjadi benang spirogyra baru yang haploid.
b.    Oedogonium
Ganggang ini berbentuk benang, ditemukan di air atawar dan melekat di dasar perairan.
reproduksi vegetatif dilakukan oleh setiap sel menghasilkan sebuah zoospora yang flagela
banyak. Reproduksi generatif adalah salah satu benang membentuk alat kelamin jantan
(antiridium) dan menghasilkan gamet jantan (spermatozoid). Pada benang yang lain membentuk
alat kelamin betina yang disebut oogonium. Oogonium akan menghasilkan gamet betina (ovum).
Sperma tozoid membuahi ovum dan terbentuk zigot. Zigot akan tumbuh membentuk individu.
6.    Chlorophyta berbentuk lembaran
Contoh :
a.    Ulva
Ganggang ini ditemukan di dasar perairan laut dan menempel di dasar, bentuk seperti lembaran
daun. berkembang bial secara vegetatif dengan menghasilkan spora dan spora tumbuh menjadi
Ulva yang haploid (n), Ulva haploid disebut gametofit haploid. Kemudian secara generatif
menghasilkan gamet jantan dan gamet betina. pertemuan gamet jantan dan gamet betina akan
menghasilkan zigot (Z2n). Zigot berkembang menjadi Ulva yang diploid disebut sporofit.
Selanjutnya sporofit membentuk spora yang haploid setelah mengalami meiosis. Selanjutnya
mengalami mitosis dan menghasilkan gametofit haploid.
b.    Chara
Chara hidup di air tawar terutama melekat pada batu-batuan. Bentuk talus seperti tumbuhan
tinggi, menyerupai batang, yang beruas-ruas dan bercabang-cabang, berukuran kecil. Pada
ruasnya terdapat nukula dan globula. Di dalam nukula terdapat arkegonium dan menghasilkan
ovum. Di dalam globula terdapat anterodium yang memproduksi spermatozoid. Spermatozoid
akan membuahi ovum dan menghasilkan zigospora yang berdinding sel. Pada reproduksi secara
vegetatif dilakukan dengan cara fragmentasi.
E.    Pigmen
Pigmen yang dimiliki kloroplas golongan chlorophyta yaitu klorofil a dan klorofil b, beta karoten
serta berbagai macam xantofit (lutein, violaxantin, zeaxanthin). Karoten muncul sebagai karakter
warna kuning kemerah-merahan. Sedangkan xantotif muncul sebagai warna kuning dengan
nuansa warna yang unik. Menurut levavascur (1989) bahwa pigmen-pigmen fotosintesis dan
pada alga hijau berklorofil a dan b mengandung shiphoxanthim atau lutein.

F.    Cadangan Makanan


Cadangan makanan pada ganggang hijau berupa amilum, tersusun sebagai rantai glukosa tidak
bercabang yaitu amilose dan rantai yang bercabang yaitu amilopektin seringkali amilum
terbentuk dalam granula bersama dengan bahan protein dalam plastida disebut pirenoid.

G.    Susunan Tubuh


Alga hijau mempunyai susunan tubuh yang bervariasi baik dalam ukuran maupun dalam bentuk
dan susunanya. Ada Chlorophyta yang terdiri dari sel-sel kecil yang merupakan koloni berbentuk
benang yang bercabang-cabang atau tidak, ada pula yang membentuk koloni yang menyerupai
kormus tumbuhan tingkat tinggi. Dari banyaknya variasi tersebut alga hijau dikelompokan
sebagai berikut:
1.    Sel tunggal (uniseluler) dan motil, contoh: Chlamidomonas
2.    Sel Tunggal dan non motil, contoh: Chlorella
3.    Koloni senobium yaitu koloni yang mempunyai jumlah sel tertentu sehingga mempunyai
bentuk yang relatif tetap, contoh: Volvox, Pandorina.
4.    Koloni tidak bertauran, contoh: Tetraspora
5.    Berbentuk – filamen tidak bercabang, contoh: Ulothrix, Oedogonium
6.    Filamen bercabang, contoh: Chladhopora, Pithopora
a.    Hetemtrikus, yaitu filamen bercabang yang bentuknya terbagi menjadi bagian yang rebah
(prostrate) dan bagian yang tegak, contoh: Stigeoclonium
b.    Foliaceus atau parenkimatis, yaitu filamen yang pembelahan sel vegetatisnya terjadi lebih
dari satu bidang, contoh: Ulva
c.    Tubular, yaitu talus yang memilik banyak inti tanpa sekat melintang, contoh: Caulerpa.

H.    Struktur Sel


Dinding sel tersusun atas dua lapisan, lapisan bagian dalam tersusun oleh selulose yang dapat
memberikan sifat keras pada dinding sel dan lapisan luar adalah pektin. Tetapi beberapa alga
bangsa volvocales dindingnya tidak mengandung selulose, melainkan tersusun oleh glikoprotein.
Dinding sel caulerpales mengandung xylan atau mannan. Inti pada clorophyta ada yang berinti
prokariota dan ada yang sebagian besar berinti eukariota. Intinya diselubungi membran inti
terdapat nukleus dan kromatin. Inti umumnya tunggal tetapi ada yang memiliki inti lebih dari
satu.

I.    Alat Gerak / Flagel


Ada dua tipe pergerakan pada chlorophyta, yaitu:
1.    Pergerakan dengan flagella
Flagela pada kelas chlorohyceae selalu bertipe whiplash (akronematik) dan sama panjang
(isokon), kecuali pada bangsa oedogoniales, memiliki tipe stefanokon. Flagela dihubungkan
dengan struktur yang sangat halus yang disebut aparatus neuromotor. Tiap flagela terdiri dari
axonema yang tersusun oleh 9 dupklet mikrotubula mengelilingi bagian tengah terdapat 2 singlet
mikrotubula. Struktur semacam ini dikenal sebagai susunan 9 + 2. Flagela tersebut dikelilingi
oleh selubung plasma.
2.    Pergerakan dengan sekresi lendir.
Pada chlorophyta terjadi pergerakan yang disebabkan adanya stimulus cahaya yang di duga oleh
adanya sekresi lendir melalui porus dinding sel pada bagian apikal dari sel. Selama pergerakan
ke depan bagian kutub berayun dari satu sisi ke sisi yang lain sehingga lendir bagaian belakang
seperti berkelok-kelok.

J.    Perkembangbiakan
Perkembangbiakan pada chlorophyta terjadi dengan 3 cara yaitu:
1.    Secara vegetative
Perkembanganbiakan vegetatif pada chlorophyta dengan fragmentasi tubuhnya dan pebelahan
sel.
2.    Secara seksual
Melalui konjugasi yaitu perkembangbiakan secara kawin contohnya spirogyra. Isogami yaitu
peleburan dua gamet yang bentuk dan ukurannya sama. Anisogami yaitu peleburan dua gamet
yang ukurannya tidak sama. Oogami yaitu peleburan dua gamet yang satu kecil dan bergerak
(sebagai sperma) yang lain besar tidak bergerak (sebagai sel telur)
K.    Dampak posotif dan negatif chlorophyta dalam kehidupan
1.    Dampak positif
a.    Sbagai sumber protein sel tunggal contoh chlorela
b.    Sebagai bahan makan contoh volvox sebagai sayuran
c.    Sebagai plankton, merupakan salah satu komponen yang penting dalam rantai makanan di
perairan tawar
d.    Menghasilkan O2 (oksigen) dan hasil fotositensis yang diperlukan oleh hewan lain untuk
bernafas
2.    Dampak negatif
a.    Dapat mengganggu jika perairan terlalu subur
b.    Membuat air berubah warna dan menjadi bau
c.    Menjadi masalah dalam proses penjernihan air
d.    Menyebabkan penyumbatan pada saringan pengolahan air.

L.    Akibat pertumbuhan algae hijau terhadap kualitas air


Air yang dipergunakan sebagai air minum harus memenuhi beberapa syarat antara lain, syarat
fisika (tidak berbau, jernih, tidak berasa dan tidak berwarna). Syarat kimia (tidak mengadung zat-
zat beracun tidak lebih dari standart yang telah ditetapkan) dan syarat biologis (bakteri coli yang
terkandung dalam air tidak boleh lebih dari standart yang ditetapkan).
Kehadiran alga hijau dalam air dapat meyebabkan :
1.    Perubahan warna air
2.    Air menjadi licin karena dapat menghasilkan lendir
3.    Dapat menimbulkan bau dan rasa pada air
4.    Dapat menyebabkan kerapuhan pada beton
Jenis ganggang hijau yang hidup di air tawar tidak mengahasilkan racun  Dari sifat-sifat yang
tampak pada chlorophyceae, dapat diambil kesimpulan bahwa chlorophyceae berasal dari
flagellate yang setingkat mengalami kemajuan-kemajuan perkembangan. Padanya ditemukan
gambaran perkembangan dari organisme yang sederhana ke yang makin menuju ke adanya
pembagian pekerjaan. talus heterotrik (yang terdiri atas pangkal yang melekat pada substrat dan
bagian yang bebas) dan kloroplas sederhana. Pada kebanyakan chlorophyceae pembelahan
reduksi terjadi pada pekecambahan zigot, jadi chlorophyceae adalah organisme haploid. alat-alat
perkembangbiakan seksual dan aseksual terdapat pada satu individu, tetapi tidak tiap individu
menghasilkan kedua macam alat perkembangbiakan itu. Biasanya terdapat suatu deretan
tumbuh-tumbuhan yang selalu berkembangbiak secara vegetatif dan baru kemudian muncul
individu yang dapat membiak secara generatif. jadi meskipun keduanya haploid, ada yang
bersifat vegetatif dan ada juga yang bersifat generatif. Dengan pemindahan tempat pembelahan
reduksi dari zigot ke sporangium pada fase aseksual, terjadilah pergiliran keturunan antara
sporofit yang diploid dengan gametofit yang haploid. Pada pembelahan reduksi terjadilah
penentuan jenis kelamin. Ketentuan-ketentuan itu dapat sama (isomorf) atau heteromorf.

BAB 5
EUGLENOPHYTA
 
A.    Euglenophyta
Euglenophyta merupakan organisme uniseluler yang bersifat autorof, karena memiliki klorofil a
dan b, b karoten dan beberapa xanthofil yaitu astaxanthin yang dikenal juga sebagai
euglenarodhon atau haematokrom.Euglenophyta disebut juga Euglenoidina, merupakan
organisme yang motil karena memiliki 1 – 3 flagella di bagian anteriornya.
 
Gambar : Euglenophyta
B.    Ciri-ciri euglenophyta.
Ciri-ciri Euglenophyta adalah sebagai berikut:
1.    Organisme bersel tunggal dengan susunan sel eukariota.
2.    Sel tidak dibungkus oleh dinding selulosa, melainkan oleh perikel berprotein, yang berada
didalam plasmalema. Pada kebanyakan Euglenoid, perikel itu bersifat lentur sehingga
memungkinkan perubahan bentuk sel, tetapi pada beberapa jenis, perikel ini kaku sehingga sel
memiliki bentuk tetap.
3.    Ujung depan sel euglenoid melekuk kedalam membentuk saluran yang ujung dalamnya
meluas menjadi rongga membulat membentuk reservoar. Saluran dan reservoar itu walaupun
dianggap sebagai terusan tempat partikel makanan padat masuk kedalam sel.
4.    Beberapa euglenoid berfotosintesis dan yang lain tidak. Anggota-anggota yang berpigmen
memiliki kloroplas yang berisi klorofil a dan b. Hasil fotosintesis disimpan sebagai paramilon,
sebuah polimer glukosa yang berbentuk butiran dalam sitoplasma.
5.    Pada dasarnya euglenoid memiliki dua buah flagel tipe cambuk berjumbai, dengan tonjolan
lateral yang berupa bulu yang terletak pada satu barisan sepanjang flagel.
6.    Perkembangbiakan seksualnya mungkin tidak terjadi atau jika ada jarang sekali terjadi.

C.    Struktur sel euglenophyta


Euglenophyta sudah memiliki inti yang tetap dan mempunyai khloroplast seperti pada tumbuhan
tinggi.Karena itu Euglena dapat melangsungkan fotosinthesa dan tumbuh seperti halnya pada
tumbuhan tinggi.Semua euglenoid mempunyai satu atau dua flagella yang menyebabkan mereka
dapat bergerak secara aktif.Selnya telah mempunyai bentuk yang tetap, dinding sel bukan terdiri
dari selulosa melainkan suatu selaput tipis yang dapat mengikuti gerakan sel euglenoid yang
sewaktu-waktu dapat berubah bentuk.

D.    Bagian bagian sel euglenophyta:


1.    Ujung anterior dari sel berupa sitostoma, dan dibawahnya berupa “kerongkongan”/gullet.
Pada beberapa jenis celah ini berguna untuk memasukkan makanan berbentuk padat, tetapi pada
beberapa jenis tidak demikian.
2.    Gullet terdiri atas leher yang sempit (cytopharynx) dan bagian posterior yang membesar
berupa waduk (reservoir). Waduk berhubungan dengan vakoula kontraktil. Pada genera tertentu
pada gulletnya terdapat batang farink, terletak parallel dengan panjang gullet, dan ujung
bawahnya sampai setinggi dasar waduk atau memanjang ke ujung posterior dari sel. Fungsi
organ ini untuk menyokong sitostoma waktu menelan makanan padat.
3.    Flagella dari Euglena pangkalnya tertanam pada dasar waduk dan keluar sepanjang
sitofarinx dan sitostoma. Yang mempunyai satu flagella, tumbuh ke muka. Genera yang
mempunyai dua flagella, flagellanya sama panjang dan tumbuh ke arah depan tetapi lebih banyak
genera yang flagellanya tidak sama panjang. Flagelnya mempunyai rumbai-rumbai sepanjang
batang (tipe tinsel).
4.    Vakuola kontraktif,berfungsi untuk memompa gas kedalam dan keluar tubuh.
5.    Kloroplas,berfungsi untuk pembentukan makanan, atau untuk melakukan fotosintesis.
6.    Sistem pergerakan flagella pada prinsipnya sama dengan pergerakan baling-baling.
Pergerakan flagellum pada 1 atau 2 bidang digunakan untuk dorongan atau sentakan.Gelombang
dari sistem undulatory ini lewatnya dari dasar ke ujung dan langsung mengendalikan organisme
dalam arah yang berlawanan atau pergerakan gelombang lewat dari ujung ke dasar dan ini
gerakan sentakan organisme.
7.    Sel mempunyai sebuah pigmen merah menyerupai bintik mata. Pigmen merah ini
merupakan astaxanthin yang hanya dijumpai pada golongan Crustaceae.
8.    Cadangan makanan berupa paramilum yaitu bentuk antara dari polisakharida, jadi bukan
berupa amilum seperti pada tumbuhan tinggi atau glycogen seperti pada binatang.

E.    Jenis –jenis euglenophyta


Jenis – Jenis dari euglenophyta diantarannya :
1.    genera Euglena (berwarna hijau)
2.    Astasia (tidak berwarna).
a.    Struktural sangat mirip dengan Euglena.
b.    Heterotrofik dan tidak berpigmen, tetapi tidak memiliki plastida.
c.    Terdapat pada kloaka katak.
3.    Cryptomonas ( hijau ).
4.    Trachelomonas – loricate, dengan flagella muncul dari pori.
5.    Chilomonas (tidak bewarna).
6.    Phacus,
Mirip juga dengan Euglena, tetapi selnya lebih kaku karena memiliki keel, kloroplast discoid,
tanpa pirenoid, paramylum bodi besar berbentuk seperti donat dan terletak di tengah sel.
Partamylum bodi Lepocinclis berbentu cincin tetapi di kedua sisi anterior.
7.    Peranema,
Tubuhnya yang memanjang dengan suatu evaginasi (reservoir) di bagian ujung anterior.Vakuola
kontraktil berupa suatu kantung, dan dua flagella muncul dari dinding tersebut.Sebuah pigmen
berupa suatu bintik atau berupa stigma dan bertempat di area dasar flagella yang panjang yang
berfungsi untuk fotoreseptif. Pada Peranema yang tidak berwarna, kedua flagella panjang yang
muncul dari suatu alur berupa jalan kecil ke arah belakang.Tubuh tertutup oleh pelicle dan
bersifat fleksibel dan punggung yang longitudinal akan tampak dengan mikroskop elektron. Pada
proses makannya, organ rod ditonjolkan keluar untuk berlabuh dengan menyentakkan tubuhnya
menangkap mangsanya untuk kemudian ditelan secara keseluruhan atau organ rod tersebut dapat
digunakan untuk memotong makanan baru kemudian ditelan dan dihancurkan di dalam vacuola
makanan.

8.    Colacium,
Colacium calvum bersifat epizoik pada copepoda, rotifera dan zooplankton air tawar lainnya.Sel-
sel dari Colacium dibungkus oleh selaput lendir yang melekat dengan suatu tangkai pada
inangnya, ujung anterior sel menghadap ke bawah.Tangkai lendir terbentuk karena bagian
anterior sel manghasilkan lebih banyak lendir.Mempunyai banyak khloroplast berbentuk cakram,
dengan atau tanpa pirenoid.Inti tunggal, besar terletak pada bagian posterior (atas) dari sel.
Bagian anterior (bawah) sel/protoplast mengandung gullet yang jelas dan juga ada bintik
mata.Pada koloni bentuk pohon, protoplastnya tidak mempunyai flagella. Protoplast dari
Colacium juga dapat berkembang membentuk stadium telanjang yang amoeboid, dan
berkembang secara vegetatif.Dapat pula berbentuk stadium telanjang yang amoeboid dengan 4
inti.Pada stadium ini reproduksi dengan membentuk tunas dengan satu inti dan kemudian
mengalami metamorfose menjadi sel kembar dengan satu flagella. Bila pembelahan sel
berlangsung, sel anakan masing-masing akan membentuk tangkai yang tetap melekat pada
tangkai induknya. Pembelahan sel yang berulang-ulang akan menghasilkan koloni yang
berbentuk pohon (dendroid). Sel-sel dari koloni membentuk pohon berbentuk bulat telur atau
lonjong.
9.    Euglena oxyrus
10.    Euglena gracilis.
11.    Euglena viridis.
Bentuk tubuh sel oval memanjang, pada mulut sel terdapat cambuk atau flagel dan digunakan
untuk bergerak.Dekat mulut terdapat bintik mata (stigma) yang gunanya untuk membedakan
gelap dan terang.Di dalam sitoplasmanya terdapat butir kloroplas yang berisi klorofil.

F.    Perkembangbiakan pada euglenophyta.


Perkembangan pada euglenophyta terjadi secara Aseksual dan secara seksual.
1.    Aseksual
Euglena berkembang biak dengan membelah diri yaitu dengan pembelahan biner. Mula-mula
intinya membelah, kemudian diikuti pembelahan membran plasmanya secara longitudinal
(memanjang).Terbentuklah dua sel anak.Setiap sel anak memiliki membran sel, sitoplasma, dan
inti.Dengan pembelahan sel, baik waktu sedang aktif bergerak atau dalam keadaan istirahat.Pada
genera yang mempunyai lorika (pembungkus sel) protoplast membelah di dalam lorika,
kemudian salah satu anak protoplast keluar dari lorikanya dan membentuk lorika baru, sedang
yang satu tetap di dalam lorika lamanya dan tumbuh menjadi sel baru.Pada sel yang bergerak
aktif, pembelahan memanjang sel (longitudinal) dan dimulai dari ujung anterior.Pada genera
yang mempunyai satu flagella, mula-mula blepharoplast membelah menjadi dua, satu membawa
flagelanya dan satu lagi akan menghasilkan flagella baru.
Pada yang mempunyai dua flagella, dapat terjadi salah satu sel anakan membawa dua flagel
lamanya dan sel anakan yang lain akan menghasilkan dua flagella baru atau dapat terjadi masing-
masing sel anakan membawa satu flagella dan kemudian masing-masing menghasilkan satu
flagella lagi. Pembelahan sel pada yang tidak bergerak aktif dapat berlangsung dalam keadaan
dibungkus oleh selaput lendir.Kadang-kadang protoplast anakan tidak keluar dari selaput
pembungkusnya sebelum membelah lagi.Dalam kasus seperti ini akan terbentuk koloni yang
tidak permanen, yang pada waktu tertentu selnya akan bergerak aktif kembali. Pada banyak
genera dijumpai bentuk berupa siste berdinding tebal.Bentuk siste ada yang menyerupai sel
vegetatifnya, tetapi kebanyakan bentuknya berbeda, bulat atau polygonal.Protoplast dapat
menghasilkan sangat banyak euglenarhodone, sehingga berwarna sangat merah.Biasanya siste
berkecambah dengan keluarnya protoplast dari dalam dinding yang tebal dan tumbuh manjadi sel
baru yang bergerak aktif.
2.    Secara Seksual
Adanya konjugasi/penggabungan sel vegetatif pernah dijumpai pada beberapa euglenoid, tetapi
kasus ini masih sangat kabur.Autogami (penggabungan dua inti anakan dalam sel), pernah
dijumpai pada Phacus.

G.    Factor – factor yang mempengaruhi perkembangan euglenophyta


Factor yang mempengaruhi adalah:
1.    Suhu
2.    Kelembaban
3.    Nutrisi dan lain sebagainya.

H.    Cara makan Euglena


Euglena mempunyai dua cara dalam memperoleh makanan, yaitu dengan fotosintesis dan
memakan zat-zat organik. Karena mampu berfotosintesis maka dikatakan Euglena ini hidup
secara fotoautrotrof dan karena memakan bahan-bahan organik yang tersedia maka dikatakan
hidup secara heterotrof. Secara umum Euglenophyta mempunyai cara hidup yang lengkap yaitu
dapat bersifat saprofit (heterotrof pada hewan yang sudah mati yang mengandung bahan
organik), holozoik (menyerap bahan makanan) dan fototrofik sehingga dapat hidup secara
heterotrof dan autotrof. Cara yang lebih sering dilakukan adalah secara heterotrof, sedangkan
autotrof dilakukan apabila lingkungan kurang terdapat bahan organik.Oleh karena
Euglenophyceae dapat bersifat heterotrof maupun autotrof maka Euglenophyceae disebut
bersifat miksotrof.

I.    Habitatnya
Sesuai dengan alat geraknya (flagel) sebagian besar Euglenophyta hidup diperairan mulai dari air
tawar, air laut dan lumpur.Bahkan ekstrimnya, Euglena dapat hidup dalam perut berudu Rana sp
1.    Air tawar- Euptyeria viridis
2.    Air laut- Euglena sp
3.    Lumpur- euglena
 
J.    Manfaat  euglenophyta
1.    Fungsi euglenophyta pada manusia
a.    Bidang Perikanan
Ganggang merupakan fitoplankton (plankton tumbuhan; plankton hewan disebut zooplankton)
yang berfungsi sebagai makanan ikan.
b.    Ekosistem Perairan
Dalam ekosistem perairan, ganggan merupakan produsen primer, yaitu sebagai penyedia bahan
organik dan oksigen bagi hewan-hewan air seperti ikan, udang dan serangga air.
c.    Bidang Industri
Dinding sel diatom banyak mengandung silikat.Sisa-sisa dinding sel diatom yang hidup di jaman
lampau membentukk lapisan tanah yang dikenal sebagai tanah diatom.Tanah dapat dimanfaatkan
sebagai bahan penggosok, isolasi, bahan dasar industri kaca, dan penyaring (karena berpori).

2.    Kerugian euglenophyta pada manusia:


a.    Mencemari sumber air
b.    Penimbuanan endapan tanah pada dasar kolam dan danau.

BAB 6
PYRROPHYTA

A.    Pyrrophyta
Pyrrophyta adalah alga uniselular (bersel satu) dengan dua flagel yang berlainan, berbentuk pita,
yang keluar dari sisi perut dalam suatu saluran. Mengandung pigmen (klorofil piridinin,
sementara yang lain memiliki klorofil dan fucosantin) yang dapat berfotosintesis. Hanya
dinoflagellata yang memiliki kemampuan untuk berfotosintesis. Berwarna kuning coklat.    

Alga yang termasuk alga api ini disebut Dino Flagellata, tubuh tersusun atas satu sel memiliki
dinding sel dan dapat bergerak aktif. Ciri yang utama bahwa di sebelah luar terdapat celah dan
alur, masing-masing mengandung satu flagel. Alga api berkembangbiak dengan membelah diri,
kebanyakan hidup di laut dan sebagian kecil hidup di air tawar. Contohnya adalah Perodinium.
Alga api yang hidup di laut memiliki sifat fosforesensi yaitu memiliki fosfor yang memancarkan
cahaya.
    
B.    Ciri – Ciri
Karakteristik dari dinoflagelata, hanya sekitar setengah dari spesies dinoflagelata yang
mengandung pigmen yang dapat berfotosintesis, sementara yang lain adalah hetertotrop. Hanya
dinoflagelata yang mampu untuk fotosintesis yang dibahas disini. Adanya dua pola pigmentasi
adalah hal yang umum terjadi pada dinoflagelata. Banyak dinoflagelata yang mcmiliki klorofil A
dan C2 dan peridinin, sementara yang lain memiliki klorofil A, Ci dan C2 dan fucoxanthin.
Keberadaan pigmen yang ada pada sedikit dinoflagelated yang lain akan dibicarakan kemudian.
Karbohidrat disimpan scbagai zat tepung, tetapi keberadaan lemak mungkin lebih penting
sebagai cadangan. Sel dari dinofelgelatri tidak dilingkupi olch dinding tetapi memiliki sebuah
theca sebagai pokok membran sel, yang mana terdiri dari piling yang tenuri dari selulosa.
Nukleus dan koroplast memiliki sifat yang tidak biasa.
Kebanyakan dinoflagelata adalah sel biflagelata solitary. Dua tipe dasar teteh dapat dibedakan.
Desmokontt memilild dua anterior flagelata ; satu flagellum mungkin melingkari diatas
permukaan sel Dinokont memiliki segala insert yang lateral; satu flagelum adalah seperti pita
dan melingkari sel pada sebuah lekukan dan flagellum yang lain berkembang terbaik. Tipe sel
dinikont dibagi oleh lekukan ekuatorial atau korset kedalam epiconc dan hypocone. Flagellum
posterior berkembang sampai ke tempat penurunan yang disebut sulcus. Nama dinoflagelata
berasal dari gerakan berputar dari sel swimming. Meskipun kcbunyakan dinoflagelata adalah
flagelata uniselular, koloni dari sel flagelata, sel non-flagelata, pengumpulan palmelloid, dan
filamen adalah diketahui. Sel vegetatif non flagelata menunjukkan reproduktif membentuk
dinokont.
    
C.    Habitat
Pyrrophyta berasal dari lautan (dominan) tetapi ada beberapa ratus spesies yang lain yang berada
di air segar. Pyrrophyta memiliki variasi nutrisi yang besar dari autototropik ke bentuk
heterotropik yang mana terdapat vertebrata parasit dan ikan atau alga phagocytiza yang lain.    

D.    Susunan Tubuh    


Berbentuk Sel Tunggal, contoh : Peridinium dan Ceratium. Berbentuk Filamen yang bercabang.
contoh : Dinotrix dan Dinoclammn Susunan Sel :Anggota Pyrrophyta banyak yang ditemukan
tanpa adanya dinding sel, sedangkan anggota yang memiliki dinding sel terdiri dari selulosa dan
lempeng-lempeng. Contoh : Glenodinium dan Peridinium Terdapat lekukan pada tubuh selnya.
Terdapat butir-butir kromatin yang berupa untaian (hal ini merupakan ciri khas dari alga api),
Pigmen ; Kloroul a, b Karoten, Xantofil: Berupa Peridinin, Dinoxantin, Diadinoxandn dan
Neodinoxantin.

E.    Ekologi
Mayoritas dari dinoflagelata berasal dari lautan, tetapi ada beberapa ratus spesies yang lain yang
berada di air segar. Dinoflagelata adalah komponen yang penting dari plankton, khusnya pada
kondisi hangat sebagai penambahan, beberapa spesies adalah benthic atau terjadi dalam peristiwa
simbiotik, diaflagelata memiliki variasi nutrisi yang besar, dari ragenututropik ke bentuk
heterotropik yang mana terdapat juga intevertebrata parasit dan ikan atau alga phagocytiza yang
lain. Dinoflagelata yang memiliki sistem fotosmtesis dan membutuhkan vitamin disebut
autotropi dan yang membutuhkan energi disebut heterotrop. Pertumbuhan yang cepat dari
plankton dinoflagelata mungkin akan menghasilkan warna coklat atau merah perubahan wama
air disebut red tides. Red tides biasanya terjadi pada air pesisir pantai dan muara. Beberapa
dinoflagelata menghasilkan red tides adalah luminescent Spesics lain mungkin mengandung
racun yang dapat dilepaskan kedalam air atau terakumulasi dalam rantai makanan. Dalam
beberapa kasus, racun dapat menyebabkan kematian ikan atau menyeliabkan keracunan manusia
yang makan makanan yang terkontaminasi oleh moluska atau ikan

F.    Alat Gerak:    


Berupa flagel, sebanya 2 (dua) buah, satu buah melingkar sedangkun satu bagiaji lainnya berada
di posterio Ada juga falgel yang terletak di bagian lateral Bila flagel yang melingkar bergerak,
maka sel akan berputar dan bila flagel bagian posterior yang bergerak maka sel akan maju.    

G.    Cara Perkembangbiakan    


Pyrrophyta memiliki 2 cara perkembangbiakan, yaitu secara:
1.    Vegetatif, yaitu dengan pembelahan sel yang bergerak, jika sel memiliki panser, maka
selubung akan pecah. Dapat juga dengan cara protoplas membelah membujur, lalu keluarlah dua
sel telanjang yang dapat mengembara yang kemudian masing – masing membuat panser lagi.
Setelah mengalami waktu istirahat zigot yang mempunyai dinding mengadakan pembelahan
reduksi, mengeluarkan sel kembar yang telanjang.    
2.    Seksual, dalam sel terbentuk 4 isogamet yang masing-masing dapat mengadakan perkawinan
dengan isogamet dari individu lain.
3.    Sporik, yaitu dengan zoospora (contohnya Gloeonidium) dan aplanospora (contohnya
Glenodinium).

H.    Red tides    


Pertumbuhan yang cepat dari pyrrophyta akan menghasilkan gamet coklat atau merah pada air
sehingga disebut red tides. Red tides biasanya terjadi pada air pesisir pantai dan muara,
bebrapara pyrrophyta yang mengakibatkan red tides adalah luminescen. jumlah fitoplankton
berlebih di sebuah perairan berpotensi membunuh berbagai jenis biota laut secara massal.
Pasalnya, keberadaan fitoplankton mengurangi jumlah oksigen terlarut.”Kemungkinan lain,
insang- insang ikan penuh dengan fitoplankton. Akibatnya, lendir pembersihnya menggumpal
karena fitoplanktonnya berlebih dan ikan pun sulit bernapas.     Padahal mereka terus bergerak,”
Dugaan di atas diperkuat dengan terjadinya peristiwa pada sore hingga malam hari. Saat itulah
fitoplankton membutuhkan oksigen sehingga terjadilah perebutan oksigen. Siang hari, oksigen
terlarut justru berlebih karena proses fotosintesis, Misalnya pada perairan teluk Jakarta, karena
perairan ini terkenal memiliki nutrien tinggi seiring tingginya limbah organik yang dibawa
sungai ke laut. Dampaknya, perairan Teluk Jakarta kelewat subur bagi pertumbuhan fitoplankton
yang membutuhkan unsur nitrogen (N) dan fosfat (P) untuk berkembang. Limbah rumah tangga
dan industri, di antaranya limbah deterjen dan limbah organik nonlogam berat, merupakan
penyedia utama P dan N. Peristiwa ledakan fitoplankton tidak hanya berakibat negatif. Sisi
positifnya, ketersediaan fitoplankton dalam jumlah banyak pertanda baik bagi peternakan kerang,
terutama kerang hijau (Pena viridis). Selain itu, ikan-ikan yang berada di Laut senantiasa
tercukupi kebutuhan makanannya. Namun di sisi lain, kelebihan fitoplankton mengganggu
estetika perairan untuk wisata bahari. Red Tide spesies fitoplankton pyrrophyta itu terjadi,
menurut Said Mustafa disebabkan empat faktor. Pertama, pengayaan unsur hara dalam dasar laut
atau eutrofikasi; Kedua, perubahan hidro-meteorologi dalam sekala besar; Ketiga, adanya gejala
upwelling yaitu pengangkatan massa air yang kaya akan unsur hara ke permukaan, dan;
Keempat, akibat hujan dan masuknya air tawar ke laut dalam jumlah besar. “Banjir bandang,
misalnya, bisa juga membuat air laut pantai timur di Aceh terkena red tide”. Keempat faktor itu,
menurutnya, merupakan faktor penyebab terjadinya red tide spesies fitoplankton pyrrophyta
berwarna merah. Spesies ini akan hilang dengan sendirinya, bila ekosistem dalam air kembali
seimbang, yaitu kembali pada kondisi normalnya. Perubahan warna air laut terjadi, jika warna
merah karena dominasinya spesies alga merah (Dinoplagelata) yang mekar dan tumbuh dari
dasar laut melampui batas normalnya. Red tide kadang-kadang bermula dari estuaries dan
kemudian berkembang ke pesisir pentai. Dampak dari red tide pada komrnitas lautan bergantung
pada spesies tersebut Oksigen mungkin dihabiskan oleh proses respirasi dari dinoflagelata pada
saat malam dan dengan dekomposisi sel ketika masa perkembangan berakhir. Beberapa efek
mungkin akan dihasilkan ketika tumpukan spesies mengandung racun terkumpul.    

dinophyceae :    bentuknya tidak beraturan, letak flagelnya,     

BAB 7
CHRYSOPHYTA (Alga Emas)

A.    Alga Keemasan


Alga keemasan atau Chrysophyceae adalah salah satu kelas dari alga berdasarkan zat warna atau
pigmentasinya. Alga ini berwarna keemasan karena kloroplasnya mengandung pigmen karoten
dan xantofil dalam jumlah banyak dibandingkan dengan klorofil. Kloroplas ganggang ini
berbentuk cakram, pita, atau oval. Nama “Chrysophyceae” diambil dari bahasa Yunani, yaitu
Chrysos yang berarti emas.

B.    Ciri –Ciri Alga Keemasan


Sel-sel alga keemasan memiliki inti sejati (eukarion), dinding sel umumnya mengandung silika
(SiO2) atau kersik. Tubuh ganggang ini ada yang terdiri atas satu sel(uniseluler) dan ada yang
terdiri atas banyak sel (multiseluler). Alga yang bersel satu bisa hidup sebagai komponen
fitoplankton yang dominan. Alga yang multiseluler berupa koloni atau berbentuk filament.

C.    Habitat
Alga Keemasan dapat  ditemukan di air tawar, di laut, dan di tanah yang lembab.

D.    Perkembangbiakan alga keemasan


1.    Perkembangbiakan vegetatif (aseksual) dengan pembelahan sel, fragmentasi, pemisahan
koloni, dan pembentukan spora (aplanospora atau zoospora).
2.    Perkembangbiakan generatif (seksual) dengan konjugasi, isogami, anisogami, dan oogami.

E.    Contoh alga keemasan


1.    Alga keemasan bersel tunggal
a.    Ochromonas
Sel tubuhnya berbentuk bola yang dilengkapi dengan 2 flagel sebagai alat gerak. Kedua flagel
tersebut tidak sama panjang. Di dalam sitoplasmanya terdapat beberapa organel penting, seperti
kloroplas yang berbentuk lembaran melengkung, vakuola, stigma, dan nukleus. Ochromonas
berkembangbiak dengan membelah diri.
b.    Navicula sp
Alga ini dikenal sebagai diatomae atau ganggang kersik karena dinding sel tubuhnya
mengandung zat kersik. Kersik merupakan komponen penting dalam plankton. Navicula sp
hidup di air tawar dan di laut.  Tubuh Navicula sp terdiri atas dua bagian yaitu kotak (hipoteka)
dan tutup (epiteka). Di antara kotak dan tutup terdapat celah yang disebut rafe.
1)    Perkembangbiakan Navicula sp:
a)    Perkembangbiakan vegetatif Navicula dengan membelah diri. Setiap inti diatomae
membelah menjadi dua, diikuti pembagian sitoplasma menjadi dua bagian. Selanjutnya, dinding
sel Navicula memisah menjadi kotak dan tutup. Pada sel anakan, baik kotak maupun tutup akan
berfungsi menjadi tutup, dan masing-masing akan membentuk kotak baru. Dengan demikian
setiap sel anakan yang berasal dari kotak akan mempunyai ukuran lebih kecil daripada sel
asalnya. Peristiwa ini berlangsung berulang kali.
b)    Perkembangbiakan generatif Navicula berlangsung dengan konjugasi. Bila ukuran tubuh
Navicula tidak memungkinkan untuk mengadakan pembelahan lagi, inti selnya akan mengalami
meiosis dan menghasilkan gamet. Gamet itu kemudian akan meninggalkan sel dan setelah terjadi
pembuahan di dalam air akan menghasilkan zigot. Zigot selanjutnya tumbuh menjadi sel
Navicula baru dan membentuk tutup dan kotak baru.
Bila Navicula mati, dinding selnya akan mengendap membentuk tanah diatom yang kaya zat
kersik. Tanah ini merupakan bahan dinamit, isolator, dan bahan gosok penghalus.
2.    keemasan berbentuk berkas
a.    Vaucheria
Tubuhnya berupa benang bercabang-cabang dan tidak bersekat, memiliki inti sel banyak, dan
menyebar. Vaucheria tumbuh melekat pada substrat dengan menggunakan alat yang berbentuk
akar. Habitatnya di air tawar maupuan di air payau.
1)    Perkembangbiakan Vaucheria:
a)    Perkembangbiakan vegetatif Vaucheria berlangsung dengan pembentukan zoospora yang
berkumpul dalam sporangium pada ujung filamen. Selanjutnya, inti di dalam sporangium
membelah secara meiosis dan menghasilkan zoospora. Zoospora tersebut berinti banyak dan
mempunyai flagel yang tumbuh di seluruh permukaannya. Setelah sporangium masak, zoospora
akan keluar dan tumbuh menjadi Vaucheria baru.
b)    Perkembangbiakan generatif Vaucheria berlangsung dengan pembuahan ovum oleh
spermatozoid. Ovum dibentuk di dalam oogonium, sedang spermatozoid dibentuk dalam
anteridium, keduanya terdapat pada benang yang sama (homotalus). Zigospora hasil
pembuahannya akan membelah secara meiosis dan menghasilkan spora yang selanjutnya terlepas
dari induknya dan tumbuh menjadi alga baru.

,BAB 8
PHAEOPHYTA (Ganggang Coklat)
    
A.    Ciri – Ciri Phaeophyta
Ganggang coklat atau Phaeophyceae adalah salah satu kelas dari dari ganggang berdasarkan zat
warna atau pigmentasinya. Pigmen yang lebih dominan adalah pigmen xantofil yang
menyebabkan ganggang berwarna coklat. Pigmen lain yang terdapat dalam Phaeophyceae adalah
klorofil dan karoten. Semua ganggang coklat berbentuk benang atau lembaran, bahkan ada yang
menyerupai tumbuhan tingkat tinggi dengan bagian-bagian serupa akar, batang, dan daun.
Umumnya ganggang coklat bersifat makroskopis, dan dapat mencapai ukuran lebih dari 30
meter, dan mempunyai gelembung-gelembung udara yang berfungsi sebagai pelampung. Hampir
semua ganggang coklat terdapat di laut terutama di laut yang dingin. Salah satu jenis dari
ganggang coklat yaitu Fucus distichus.
 
Gambar : Fucus distichus

B.    Perkembangbiakan ganggang coklat


Perkembangbiakan ganggang coklat diantarannya :
1.    Perkembangbiakan vegetatif (aseksual) dengan fragmentasi dan pembentukan spora
(aplanospora dan zoospora). Zoospora yang dihasilkan memilki 2 flagel yang tidak sama panjang
dan terletak di bagian lateral.
2.    Perkembangbiakan generatif (seksual) dengan isogami, anisogami, atau oogami

C.    Beberapa contoh ganggang coklat


Beberapa contoh ganggang coklat yaitu :
1.    Fucus vesiculosus, banyak terdapat di laut dalam. Ganggang ini berkembangbiak secara
oogami dengan menghasilkan sel gamet betina (ovum) dan sel gamet jantan (spermatozoid) . Sel
gamet jantan dan betina masing-masing dihasilkan oleh tumbuhan yang berbeda. Sel gamet
dihasilkan oleh alat pembiak yang disebut konseptakel. Konseptakel ini berkumpul dalam badan
penghasil alat pembiak yang disebut reseptakel. Reseptakel dibentuk di ujung lembaran/talus
fertil.
2.    Sargasum siliquosum, hidup dengan baik di tepi laut yang dangkal. Umumnya menempel
pada batu karang. Di pantai yang bersuhu sedang, Sargasum tumbuh subur sehingga menutupi
permukaan laut. Laut yang demikian disebut laut sargaso.
3.    Turbinaria australis, hidup dengan baik di tepi laut yang dangkal. Umumnya menempel pada
batu karang.
4.    Fucus distichus.
5.    Laminaria.

BAB 9
RHODOPHYTA (Alga Merah)

A.    Rhodophyta (Alga Merah)

Alga merah atau Rhodophyta adalah salah satu filum dari alga berdasarkan zat warna atau
pigmentasinya. Warna merah pada alga ini disebabkan oleh pigmen fikoeritrin dalam jumlah
banyak dibandingkan pigmen klorofil, karoten, dan xantofil.

B.    Ciri – Ciri

Alga ini pada umumnya banyak sel (multiseluler) dan makroskopis. Panjangnya antara 10 cm
sampai 1 meter dan berbentuk berkas atau lembaran.
 
Gambar : Alga Merah Laurencia
C.    Habitat
Sebagian besar alga merah hidup di laut, banyak terdapat di laut tropika. Sebagian kecil hidup di
air tawar yang dingin dengan aliran deras dan banyak oksigen. Selain itu ada pula yang hidup di
air payau. Alga merah yang banyak ditemukan di laut dalam adalah Gelidium dan Gracilaria,
sedang Euchema spinosum menyukai laut dangkal.

D.    Perkembangbiakan
Alga merah berkembangbiak secara vegetatif dan generatif.
1.    Perkembangbiakan vegetatif ganggang merah berlangsung dengan pembentukan spora
haploid yang dihasilkan oleh sporangium atau talus ganggang yang diploid. Spora ini selanjutnya
tumbuh menjadi ganggang jantan atau betina yang sel-selnya haploid.
2.    Perkembangbiakan generatif ganggang merah dengan oogami, pembuahan sel kelamin
betina (ovum) oleh sel kelamin jantan (spermatium). Alat perkembangbiakan jantan disebut
spermatogonium yang menghasilkan spermatium yang tak berflagel. Sedangkan alat kelamin
betina disebut karpogonium, yang menghasilkan ovum. Hasil pembuahan sel ovum oleh
spermatium adalah zigot yang diploid. Selanjutnya, zigot itu akan tumbuh menjadi ganggang
baru yang menghasilkan aplanospora dengan pembelahan meiosis. Spora haploid akan tumbuh
menjadi ganggang penghasil gamet. Jadi pada ganggang merah terjadi pergiliran keturunan
antara sporofit dan gametofit.
E.    Manfaat Alga Merah
Alga merah dapat menyediakan makanan dalam jumlah banyak bagi ikan dan hewan lain yang
hidup di laut. Jenis ini juga menjadi bahan makanan bagi manusia misalnya Chondrus crispus
(lumut Irlandia) dan beberapa genus Porphyra. Chondrus crispus dan Gigortina mamilosa
menghasilkan karagen yang dimanfaatkan untuk penyamak kulit, bahan pembuat krem, dan obat
pencuci rambut. Alga merah lain seperti Gracilaria lichenoides, Euchema spinosum, Gelidium
dan Agardhiella dibudidayakan karena menghasilkan bahan serupa gelatin yang dikenal sebagai
agar-agar. Gel ini digunakan oleh para peneliti sebagai medium biakan bakteri dan fase padat
pada elektroforesis gel, untuk pengental dalam banyak makanan, perekat tekstil, sebagai obat
pencahar (laksatif), atau sebagai makanan penutup.
Beberapa alga merah memiliki nilai ekonomi sebagai bahan makanan (sebagai pelengkap
minuman penyegar ataupun sebagai bahan baku agar-agar). Alga merah sebagai bahan makanan
memiliki kandungan serat lunak yang baik bagi kesehatan usus.

BAB 10
MYXOMYCETAE (Jamur Lendir)

A.    Myxomycetae
Jamur lendir atau Myxomicota adalah sekelompok protista yang berpenampilan mirip jamur
namun berperilaku menyerupai amoeba Myxomycota berasal dari kata myxo yang artinya lendir,
dan mykes yang artinya cendawan. Salah satu dari jenis jamur ini misalnya Diderma testaceum
seperti pada gambar dibawah ini :
 
Diderma testaceum
B.    Ciri – Ciri
Ciri umum myxomycota adalah memiliki fase soma berupa plasmodium. Plasmodium yang
mengering membentuk sklerotium. Fase reproduktifnya berupa sporangium yang berisi
miksospora. Dinding sel sporangium disebut peridium.
1.    Plasmodium
Terdapat tiga macam struktur plasmodium yaitu :
a.    Protoplasmodium, berbentuk renik, tanpa urat, berubah menjadi satu sporangium, contohnya
pada: Echinostelium.
b.    Aphanoplasmodium, awalnya berupa protoplasmodium, kemudian tumbuh memanjang dan
bercabang membentuk jaring-jaring seperti benang yang transparan, contohnya pada: Stemonitis.
c.    Phaneroplasmodium, awalnya serupa protoplasmodium, kemudian bercabang dengan
protoplasma yang lebih kental dan granular, contohnya pada: Physarum..

2.    Struktur Penghasil Miksospora


Terdapat empat macam struktur penghasil miksospora, yaitu :
a.    Sporangium.
Ada yang bertangkai dan ada yang tidak bertangkai. Sporangium memiliki struktur miksospora,
peridium, kapilitium, kolumela, sporangiofor, dan hipotalus. Contoh cendawan yang memiliki
struktur ini adalah Stemonitis dan Physarum.
b.    Aetalium.
Sporangiofor berbentuk bantalan, agak besar, berasal dari seluruh plasmodium yang tak
berdiferensiasi sempurna. Contohnya pada Fuligo.
c.    Pseudoaetalium.
Gabungan dari beberapa sporofor seperti sporofor tunggal[2]. Contohnya pada Dictydiathaelium.
d.    Plamodiokarp.
Morfologinya mirip plasmodium, protoplasma berkumpul di beberapa urat utama plasmodium
dan berkembang menjadi sporofor. Sprorofor ini tetap mempertahankan bentuk plasmodium
pada waktu pembentukkan sporofor[2]. Contohnya pada Hemitrichia.

C.    Habitat
Habitat cendawan ini adalah di tempat yang lembab, kayu busuk, daun mati, dan benda organik
lainnya.

BAB 11
PHYCOMICETAE

A.    Ciri – Ciri Phycomicetae


Phycomicetae adalah tumbuhan jamur yang terdiri dari benang-benang hifa yang bersekat, tetapi
ada pula yang tidak bersekat.

Gambar jamur Phycomicetae


 
B.    Habitat
Jamur-jamur dalam kelas ini sebagian besar hidup di darat dan di dalam tanah atau pada bagian
tumbuhan dan hewan yang membusuk.

C.    Perkembangbiakan
Perkembangbiakan jamur dalam kelas ini dilakukan secara seksual  dan aseksual :
1.    Secara seksual
Perkembangbiakan jamur dalam kelas ini adalah perkembangbiakan seksual dengan
gametangiogami dari dua hifa yang saling sesuai dengan menghasilkan zigospora.
2.    Secara aseksual
Secara aseksual dilakukan dengan membentuk spora tak berflagel yang berupa sporangiospora
atau konidia.

D.    Jenis – Jenis jamur phycomicetae.


Salah satu jamur dakam kelas ini adalah Zygomycota . Zygomycetae mempunyai hifa senositik,
yaitu hifa yang mengandung banyak inti dan tidak mempunyai sekat melintang, jadi hifa
berbentuk satu tabung halus yang mengandung protoplast dengan banyak initi. Seperti halnya
jamur lain, zygomycota memproduksi dinding sel yang mengandung zat kitin,mereka tumbuh
sebagai miselia atau benang-benang yang disebut hifa. Jamur dalam kelas ini disebut sebagai
jamur paling tinggi dibandingkan dengan kelas Ascomycota dan Basidiomycota.

    

BAB 12
ASCOMYCETAE
A.    Ascomycetae
Ascomycota adalah filum/divisi dari fungi. Anggota filum ini tersebar di seluruh dunia.
 
Sarcoscypha coccinea
B.    Klasifikasi Ascomycetae
Ascomycetae terdiri dari beberapa subkelas yaitu :
1.    Pezizomycotina
2.    Arthoniomycetes
3.    Dothideomycetes
4.    Eurotiomycetes
5.    Laboulbeniomycetes
6.    Lecanoromycetes
7.    Leotiomycetes
8.    Lichinomycetes
9.    Orbiliomycetes
10.    Pezizomycetes
11.    Sordariomycetes

Ascomycetae terdiri dari 3 ordo yaitu :


1.    Lahmiales
2.    Medeolariales
3.    Triblidiales

Ascomycetae terdiri dari beberapa family yaitu :


1.    Geoglossaceae
2.    Saccharomycotina
3.    Saccharomycetes
4.    Taphrinomycotina
5.    Neolectomycetes
6.    Pneumocystidomycetes
7.    Schizosaccharomycetes
8.    Taphrinomycetes

C.    Cara Reproduksi


Ascomicetae dapat berproduksi secara aseksual maupun seksual.
1.    Reproduksi Aseksual
Dilakukan dengan membentuk kuncup. Kuncup terbentuk pada sel induk yang kemudian lepas.
kadang-kadang kuncup tetap melekat pada induk selnya membentuk rantai sel yang disebut
hifasemu atau pseudohifa.
2.    Reproduksi Seksual
Tahapan dalam reproduksi seksual yaitu :
–    Mula-mula Hifa berbeda jenis saling berdekatan.
–    Hifa betina akan membentuk Askogonium dan hifa jantan akan membentuk Anteridium,
masing-masing berinti haploid.
–    Dari askogonium akan tumbuh Trikogin yaitu saluran yang menghubungkan askogonium dan
anteridium.
–    Melalui trikogin anteridium pindah dan masuk ke askogonium sehingga terjadi plasmogami.
–    Askogonium tumbuh membentuk sejumlah hifa askogonium yang dikarion. Pertumbuhan
terjadi karena pembelahan mitosis antara inti-inti tetapi tetap berpasangan.
–    Pada ascomycota yang memiliki badan buah, kumpulan hifa askogonium yang dikariotik ini
membentuk jalinan kompak yang disebut Askokarp. Ujung-ujung hifa pada askokarp
membentuk askus dengan inti haploid dikariotik.
–    Di dalam askus terjadi kariogami menghasilkan inti diploid.
–    Di dalam askus terdapat 8 buah spora. Spora terbentuk di dalam askus sehingga disebut
sporaaskus. Spora askus dapat tersebar oleh angin. Jika jatuh di tempat yang sesuai, spora askus
akan tumbuh menjadi benang hifa yang baru.
Catatan: Di dalam askus terdapat 8 buah spora karena 2 inti diploid melakukan pembelahan
meiosis menghasilkan 4 inti haploid. Setiap haploid akan membelah secara mitosis sehingga
setiap askus terdiri dari 8 buah spora.
D.    Beberapa manfaat dari Ascomycetae.
1.    Khamir (ragi roti) Saccharomyces cereviceae, untuk pembuatan roti dan minuman
beralkohol.
2.    Aspergillus flavus hidup pada biji-bijian konsumsi, dapat membahayakan hati dan
karsinogenik.
3.    Tuber magnatum atau Truffle putih digunakan dalam kuliner.
4.    ragi anggur Saccharomyces ellipsoideus, untuk pembuatan minuman anggur.
5.    ragi tuak Saccharomyces tuac, untuk pembuatan tuak dari nira.
6.    kapang oncom Neurospora sitophila, untuk pembuatan oncom
7.    Neurospora crassa, kapang yang dipakai sebagai organisme model dalam biologi.
8.    Morchella esculenta dan Sarcoscypha coccinae, yang tubuh buahnya dapat dimakan.
9.    Venturia inaequalis penyebab penyakit yang merusak buah apel.
10.    Clavisceps purpurea penyebab penyakit ergot pada tanaman gandum. Gandum yang
terkena spesies ini akan menimbulkan ergotisme pada hewan atau manusia yang memakannya.
11.    Phaeoacremonium parasitica menginfeksi kayu beberapa jenis gaharu sehingga terbentuk
resin yang berbau harum.

BAB 13
BASIDIOMYCETAE

A.    Klasifkasi
Divisi Basidiomycotina adalah takson dengan Kingdom Fungi (Jamur) yang termasuk spesies
yang memproduksi spora dalam bentuk kubus yang disebut basidium. Secara esensial kelompok
Ascomycota, mempunya 22,300 spesies.
Basidiomycotina dibagi menjadi Homobasidimycotina (jamur yang sebenarnya); dan
Heterobasidiomycetes. Basidimycotina dapat dibagi lagi menjadi 3 kelas, Hymenomycotina
(Hymenomycetes), Ustilaginomycotina (Ustilaginomycetes), dan Teliomycotina
(Urediniomycetes).
Gambar basidiomycetae
 
B.    Ciri – Ciri
Basidimycotina mempunyai bentuk uniseluler dan multiseluler dan dapat bereproduksi secara
generatif dan vegetatif. Habitat mereka ada di terrestrial dan akuatik dan bisa dikarakteristikan
dengan melihat basidia, mempunyai dikaryon.

C.    Daur Hidup Basidiomycetae


Basidiomycetes mempunyai sistem reproduksi yang aneh. Kebanyakan merupakan heterotolik,
tapi dengan bipolar atau tetrapolar sistem kawin. Biasanya, somatogami (hyphogami)
dilakukan.Kebanyakan Basidiomycetes hidup sebagai dikariotik, miselium, dengan karyogami
dan meiosis terjadi di basidium. Berikut contoh diploid daur hidup: genus Xerula kadang
ditemukan memproduksi klon diploid sebagai spora, dan Armillaria, patogen hutan biasa,
mempunyai miselium yang diploid, dimana karyogami mengikuti plasmogami.Spora vegetatif
(konidia) juga ditemukan di basidiomycetes.

BAB 14
DEUTEROMYCETAE

A.    Deuteromycetae
Deuteromycota atau Jamur tak sempurna adalah jamur yang belum di ketahui cara reproduksi
seksulanya. Deuteromycota bereproduksi aseksual dengan spora vegetatif. Salah satu dari jamur
ini misalnya Conidiophore of Aspergilus sp.
 
Conidiophore of Aspergilus sp.
B.    Anggota  Deuteromycetae
Berikut jenis – jenis dari Deuteromycota:
1.    Chladosporium.
2.    Curvularia.
3.    Trichophyton.
4.    Aspergillus oryzae.
5.    A. wentii.
6.    Aspergilus flavus.
7.    Aspergilus fumigatus
8.    Fusarium
BAB 15
LICHENES (lumut Kerak)

A.    Lichenes (Lumut Kerak).


Lumut kerak (atau Lichenes dalam istilah ilmiah) adalah suatu organisme majemuk yang
merupakan suatu bentuk simbiosis erat dari fungus (sebagai mycobiont) dengan mitra
fotosintetik (photobiont), yang dapat berupa alga hijau (biasanya Trebouxia) atau sianobakteri
(biasanya Nostoc). Kerja sama ini demikian eratnya sehingga morfologinya pun berbeda dari
komponen simbiotiknya. Pada beberapa kasus bahkan masing-masing komponen akan
mengalami kesulitan hidup apabila ditumbuhkan terpisah.
Lumut kerak menyebar sangat luas di muka bumi dan mampu menghuni tempat-tempat ekstrem,
seperti tundra, permukaan batu di pegunungan maupun pantai, atau tumpukan sampah beracun.
Oleh karenanya, lumut kerak dapat digunakan sebagai pengukur tingkat polusi. Beberapa lumut
kerak digunakan sebagai pewarna, bahan parfum, serta bahan pengobatan (contoh: kayu angin
Usnea).
 
Gambar Lumut Kerak di sebatang ranting

B.    Anatomi Lumut Kerak     


Anatomi Lumut Kerak Apabila kita sayat tipis tubuh lumut kerak, kemudian diamati di bawah
mikroskop, maka akan terlihat adanya jalinan hifa/misellium jamur yang teratur dan dilapisan
permukaan terdapat kelompok alga bersel satu, yang terdapat disela-sela jalinan hifa. Secara
garis besar susunan tubuh lumut kerak dapat dibedakan menjadi 3 lapisan yaitu :
1.    Lapisan Luar (korteks)    
Lapisan ini tersusun atas sel-sel jamur yang rapat dan kuat, menjaga agar lumut kerak tetap dapat
tumbuh.
2.        Lapisan Gonidium    
Merupakan lapisan yang mengandung ganggang yang menghasilkan makanan dengan dengan
berfotosintesis.
3.        Lapisan Empulur    
Tersusun atas sel-sel jamur yang tidak rapat, berfungsi untuk menyimpan persediaan air dan
tempat terjadinya perkembangbiakan. Pada kelompok lumut kerak berdaun (feliose) dan perdu
(fruticose) memiliki korteks bawah yang susunannya sama dengan korteks atas, tetapi
menghasilkan sel-sel tertentu untuk menempel pada substirat atau dikenal sebagai rizoid.

C.    Morfologi Lumut Kerak     


Pertumbuhan lumut kerak memperlihatkan beberapa macam bentuk morfologi yang berbeda,
yang dikenal sebagai:
1.    Foliose (bentuk daun)    
Thallusnya berbentuk lembaran dan mudah dipisahkan dari substratnya. Membentuk bercak pada
batu, dinding dan kulit kayu pohon tropika. Permukaan bawah melekat pada substrat dan
permukaan atas merupakan tempat fotosintesis. Jenis ini tumbuh dengan garis tengah mencapai
15-40 cm pada lingkungan yang menguntungkan.
2.    Crustose
Bentuknya datar seperti kerak. Tumbuh pada kulit batang pohon. Berbentuk seperti coret-coret
kecil dan pada batang kayu yang sudah mati.     
3.    Squamulose    
Campuran bentuk kerak dan daun.     
4.    Fruticose
Thallus tegak mirip perdu. Tumbuh menempel pada substrat oleh satu atau lebih akar. Beberapa
jenis dari lumut ini mempunyai kandungan antibiotik dan anti kanker. Hidup bergelantungan di
udara, menempel pada pohon-pohon di pegunungan.    
5.    Lumut Kerak Berfilamen    
Lumut ini tampak seperti kapas wol. Tumbuh pada kulit kayu pohon dan perdu,     berwarna
jingga kekuningan atau hijau cerah.

    
D.    Reproduksi Lumut Kerak
Perkembangbiakan lumut kerak dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu vegetatif dan
generative :    
1.    Reproduksi Vegetatif    
Dilakukan dengan cara fragmentasi soredium. Jika Soredium terlepas, kemudian terbawa angin
atau air dan tumbuh di tempat lain.
2.    Reproduksi Genetatif    
Reproduksi Generatif spora yang dihasilkan oleh askokarp atau basidiokarp, sesuai dengan jenis
jamurnya. Spora dapat tumbuh menjadi lumut kerak baru jika bertemu dengan jenis alga yang
sesuai. Sel-sel alga tidak dapat melakukan perkembangbiakan dengan meninggalkan induknya,
melainkan hanya dapat berbiak dengan membelah diri dalam tubuh lumut kerak.     
Soredium adalah Sekelompok jalinan hifa yang menyelubungi sel- sel alga.    Fragmentasi adalah
terlepasnya bagian tubuh untuk menjadi organisme baru.     

E.    Peran Lumut Kerak bagi manusia     


Lumut kerak mampu hidup pada daerah bebatuan dan mampu merubah area tandus berbatu
menjadi tempat yang digunakan untuk tumbuh-tumbuhan lain.    
•    Peran lumut kerak bagi manusia:    
1.    Sebagai tumbuhan perintis.
2.    Membantu siklus nitrogen.
3.    Sebagai indikator lingkungan.
4.    Peranan lain dari lumut kerak.
•    Peranan lain dari lumut kerak adalah:     
1.    Jenis ustenea dasypoga dan usnea miseminensis dapat dijadikan obat karena mengandung
antikanker.     
2.    Jenis Roccella tinctoria digunakan sebagai bahan dasar lakmus.
3.    Selain peran menguntungkan, ternyata lumut kerak juga dapat meruginan karena mampu
merusak batuan pada peninggalan sejarah seperti candi Borobudur dan candi-candi lainnya.
Walaupun lumut kerak mampu hidup pada lingkungan ekstrim, tetapi lumut kerak sangat peka
terhadap polusi. Oleh sebab itu lumut kerak dapat dijadikan indikator pencemaran udara, darat,
hujan asam, logam berat, kebocoran radioaktif dan radiasi sinar. Ultra violet sebagai akibat
penurunan ozon. Lumut kerak sangat peka terhadap pencemaranpaling rendah sekalipun. Jika
pada suatu daerah tidak terdapat lumut kerak, memberikan petunjuk bahwa daerah itu telah
terkena pencemaran. Beberapa lumut kerak yang mengandung ganggang cyanophyta
(cynobacterium) yang tumbuh tersebar di hutan tropika mampu hidup pada intensitas cahaya
yang rendah dan yang lebih penting mereka dapat menggunakan nitrogen bebas (gas nitrogen)
menjadi nitrogen organik (asam amino dan protein). Jadi lumut kerak cynobacterium dalam
ekosistem membantu daur nitrogen yang berperan dalam persediaan pupuk alami pada ekosistem
dasar hutan hujan.     

F.    Simbiosis Lumut Kerak/ Lichenes dengan Alga (Ganggang).    


Simbiosis mutualisme adalah hubungan antar organisme yang saling menguntungkan. Jamur
pada lumut kerak berfungsi sebagai pelindung dan penyerap air serta mineral. Ganggang yang
hidup di antara miselium jamur berfungsi menyediakan makan melalui fotosintesis. Bagaimana
simbiosis jamur dan alga ini hidup di tempat ekstrim yang mahluk hidup lain tidak mampu
hidup, bahkan jamur dan ganggang tersebut hidup terpisah? Lumut kerak mampu hidup subur
pada suhu dan kelembaban yang ekstrim seperti gurun dan kutub. Populasinya tersebar luas di
seluruh dunia dan tumbuh di Indonesia lebih dari 1000 species yang diketahui dari – 2500
species yang ada.    
BAB 16
BRYOPHYTA (Tumbuhan Lumut)

A.    Bryphyta
Tumbuhan lumut merupakan sekumpulan tumbuhan kecil yang termasuk dalam Bryophytina
(dari bahasa Yunani bryum, “lumut”).
 
Gambar : tumbuhan lumut dengan sporofit muda.
B.    Ciri – Ciri
Tumbuhan ini sudah menunjukkan diferensiasi tegas antara organ penyerap hara dan organ
fotosintetik namun belum memiliki akar dan daun sejati. Kelompok tumbuhan ini juga belum
memiliki pembuluh sejati. Alih-alih akar, organ penyerap haranya adalah rizoid / akar. Daun
tumbuhan lumut dapat berfotosintesis. Tumbuhan lumut merupakan tumbuhan pelopor, yang
tumbuh di suatu tempat sebelum tumbuhan lain mampu tumbuh. Ini terjadi karena tumbuhan
lumut berukuran kecil tetapi membentuk koloni yang dapat menjangkau area yang luas. Jaringan
tumbuhan yang mati menjadi sumber hara bagi tumbuhan lumut lain dan tumbuhan yang lainnya.
Dalam bahasa sehari-hari, istilah “lumut” dapat merujuk pada beberapa divisio. Klasifikasi lama
pun menggabungkan pula lumut hati dan lumut tanduk ke dalam Bryophyta, sehingga di dalam
Bryophyta terangkum lumut tanduk, lumut hati, dan lumut sejati (Musci). Namun,
perkembangan dalam taksonomi tumbuhan menunjukkan bahwa penggabungan ini parafiletik,
sehingga diputuskan untuk memisahkan lumut hati dan lumut tanduk ke luar dari Bryophyta. Di
dunia terdapat sekitar 4.000 spesies tumbuhan lumut (termasuk lumut hati), 3.000 di antaranya
tumbuh di Indonesia. Kebun Raya Cibodas di Jawa Barat memiliki “taman lumut” yang
mengoleksi berbagai tumbuhan lumut dan lumut hati dari berbagai wilayah di Indonesia dan
dunia.
C.    Pergiliran keturunan
 

Pergiliran keturunan tumbuhan lumut


Tumbuhan lumut mengalami pergiliran keturunan dalam daur hidupnya. Apa yang dikenal orang
sebagai tumbuhan lumut merupakan tahap gametofit (tumbuhan penghasil gamet) yang haploid
(x = n). Dengan demikian, terdapat tumbuhan lumut jantan dan betina karena satu tumbuhan
tidak dapat menghasilkan dua sel kelamin sekaligus. Sel-sel kelamin jantan (sel sperma)
dihasilkan dari anteridium dan sel-sel kelamin betina (sel telur atau ovum) terletak di dalam
arkegonium. Kedua organ penghasil sel kelamin ini terletak di bagian puncak dari tumbuhan.
Anteridium yang masak akan melepas sel-sel sperma. Sel-sel sperma berenang (pembuahan
terjadi apabila kondisi lingkungan basah) menuju arkegonium untuk membuahi ovum. Ovum
yang terbuahi akan tumbuh menjadi sporofit yang tidak mandiri karena hidupnya disokong oleh
gametofit. Sporofit ini diploid (x = 2n) dan berusia pendek (3-6 bulan untuk mencapai tahap
kemasakan). Sporofit akan membentuk kapsula yang disebut sporogonium pada bagian ujung.
Sporogonium berisi spora haploid yang dibentuk melalui meiosis. Sporogonium masak akan
melepaskan spora. Spora tumbuh menjadi suatu berkas-berkas yang disebut protonema. Berkas-
berkas ini tumbuh meluas dan pada tahap tertentu akan menumbuhkan gametofit baru.
D.    Peran tumbuhan lumut dalam ekosistem
Tumbuhan lumut memiliki peran dalam ekosistem sebagai penyedia oksigen, penyimpan air
(karena sifat selnya yang menyerupai spons), dan sebagai penyerap polutan. Tumbuhan ini juga
dikenal sebagai tumbuhan perintis, mampu hidup di lingkungan yang kurang disukai tumbuhan
pada umumnya.

E.    Manfaat tumbuhan lumut


Beberapa tumbuhan lumut dimanfaatkan sebagai ornamen tata ruang. Beberapa spesies
Sphagnum dapat digunakan sebagai obat kulit dan mata. Tumbuhan lumut yang tumbuh di lantai
hutan hujan membantu menahan erosi, mengurangi bahaya banjir, dan mampu menyerap air pada
musim kemarau.

BAB 17
PTERIDOPHYTA (Tumbuhan Paku)

A.    Pteridophyta (Tumbuhan Paku)


Tumbuhan paku (atau paku-pakuan) adalah sekelompok tumbuhan yang telah memiliki sistem
pembuluh sejati (kormus) tetapi tidak menghasilkan biji untuk reproduksinya. Alih-alih biji,
kelompok tumbuhan ini masih menggunakan spora sebagai alat perbanyakan generatifnya, sama
seperti lumut dan fungi.

Tumbuhan paku tersebar di seluruh bagian dunia, kecuali daerah bersalju abadi dan daerah
kering (gurun). Total spesies yang diketahui hampir 10.000 (diperkirakan 3000 di antaranya
tumbuh di Indonesia), sebagian besar tumbuh di daerah tropika basah yang lembab. Tumbuhan
ini cenderung menyukai kondisi air yang melimpah karena salah satu tahap hidupnya tergantung
dari keberadaan air, yaitu sebagai tempat media bergerak sel sperma menuju sel telur. Tumbuhan
paku pernah merajai hutan-hutan dunia di Zaman Karbon sehingga zaman itu dikenal sebagai
masa keemasan tumbuhan paku. Serasah hutan tumbuhan pada zaman ini yang memfosil dan
mengalami mineralisasi sekarang ditambang orang sebagai batu bara.

Gambar tumbuhan Pteridophyta


 
Polystchum setiferum

B.    Morfologi
Bentuk tumbuhan paku bermacam-macam, ada yang berupa pohon (paku pohon, biasanya tidak
bercabang), epifit, mengapung di air, hidrofit, tetapi biasanya berupa terna dengan rizoma yang
menjalar di tanah atau humus dan ental (bahasa Inggris frond) yang menyangga daun dengan
ukuran yang bervariasi (sampai 6 m). Ental yang masih muda selalu menggulung (seperti gagang
biola) dan menjadi satu ciri khas tumbuhan paku. Daun pakis hampir selalu daun majemuk.
Sering dijumpai tumbuhan paku mendominasi vegetasi suatu tempat sehingga membentuk
belukar yang luas dan menekan tumbuhan yang lain.

C.    Daur hidup (metagenesis)


 

Protalium (panah merah) dengan tumbuhan paku muda


Daur hidup tumbuhan paku mengenal pergiliran keturunan, yang terdiri dari dua fase
utama:gametofit dan sporofit. Tumbuhan paku yang mudah kita lihat merupakan bentuk fase
sporofit karena menghasilkan spora. Bentuk generasi fase gametofit dinamakan protalus
(prothallus) atau protalium (prothallium), yang berwujud tumbuhan kecil berupa lembaran
berwarna hijau, mirip lumut hati, tidak berakar (tetapi memiliki rizoid sebagai penggantinya),
tidak berbatang, tidak berdaun. Prothallium tumbuh dari spora yang jatuh di tempat yang lembab.
Dari prothallium berkembang anteridium (antheridium, organ penghasil spermatozoid atau sel
kelamin jantan) dan arkegonium (archegonium, organ penghasil ovum atau sel telur).
Pembuahan mutlak memerlukan bantuan air sebagai media spermatozoid berpindah menuju
archegonium. Ovum yang terbuahi berkembang menjadi zigot, yang pada gilirannya tumbuh
menjadi tumbuhan paku baru.
Tumbuhan berbiji (Spermatophyta) juga memiliki daur seperti ini tetapi telah berevolusi lebih
jauh sehingga tahap gametofit tidak mandiri. Spora yang dihasilkan langsung tumbuh menjadi
benang sari atau kantung embrio.
D.    Klasifikasi
 

Paku laut. Tumbuhan paku adaptif untuk tempat-tempat marginal.


Secara tradisional, Pteridophyta mencakup semua kormofita berspora, kecuali lumut hati, lumut
tanduk, dan tumbuhan lumut. Selain paku sejati (kelas Filicinae), termasuk di dalamnya paku
ekor kuda (Equisetinae), rane dan paku kawat (Lycopodiinae), Psilotum (Psilotinae), serta
Isoetes (Isoetinae). Sampai sekarang pun ilmu yang mempelajari kelompok-kelompok ini disebut
pteridologi dan ahlinya disebut pteridolog.
Smith et al. (2006) mengajukan revisi yang cukup kuat berdasarkan data morfologi dan
molekular. Berdasarkan klasifikasi terbaru ini, Lycophyta (rane, paku kawat, dan Isoetes)
merupakan tumbuhan berpembuluh yang pertama kali terpisah dari yang lain, sedangkan paku-
pakuan serta tumbuhan berbiji berada pada kelompok lain. Selanjutnya terlihat bahwa semua
kormofita berspora yang tersisa tergabung dalam satu kelompok besar, yang layak dikatakan
sebagai anggota divisio tumbuhan paku (Pteridophyta). Dari hasil revisi ini juga terlihat bahwa
sejumlah paku-pakuan yang dulu dianggap sebagai paku primitif (seperti Psilotum) ternyata
lebih dekat berkerabat dengan paku tunjuk langit (Helminthostachys), sementara paku ekor kuda
(Equisetum’) sama dekatnya dengan paku sejati terhadap Marattia.
Dengan demikian, berdasarkan klasifikasi baru ini, tumbuhan paku dapat dikelompokkan sebagai
berikut.:
1.    Divisio: Lycophyta dengan satu kelas: Lycopsida.        
2.    Divisio: Pteridophyta dengan empat kelas monofiletik:
a.    Psilotopsida, mencakup Ophioglossales.
b.    Equisetopsida.
c.    Marattiopsida.
d.    Polypodiopsida (Pteridopsida, Filicopsida)

DAFTAR PUSTAKA

–    Dwidjoseputro. 1992. Dasar-dasar Mikrobiologi. Erlangga. Jakarta.


–    John, K. 1992. Biologi. Erlangga. Jakarta.
–    Tjitrosoepomo, G. 1989.  Taksonomi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
–    Taksonomi Umum (Dasar-dasar taksonomi tumbuhan). Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
–    Sri Pujianto, 2008. Menjelajah Dunia Biologi 1. PT. Tiga Serangkai Pusaka Mandiri. Solo.
        

Anda mungkin juga menyukai