RENDAH
Posted by zaahro_12 on 9 November 2017
MAKALAH
Oleh :
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
BAB 1. PENDAHULUAN
Tumbuhan maupun hewan terdiri atas jumlah individu yang sangat banyak sehingga terbentuk
berbagai macam jenisnya. Terdapat perbedaan-perbedaan sehingga keseluruhan tampak adanya
keanekaragaman yang cukup besar, ditambah ke dalam jenis terdapat variasi yang meliputi
perbedaan ukuran, bentuk tubuh, pola awarna, jenis kelamin. Setiap keanekaragaman tumbuhan,
tingkat takson sangat penting karena tanpa adanya tingkatan takson, maka manfaat sistem
klasifikasi tidak diperoleh.
Tumbuhan tingkat rendah merupakan kelompok tumbuhan yang berstruktur tubuh dan
perkembangan organ tubuhnya masih sangat sederhana. Meskipun sebagian ada yang memiliki
organ seperti batang, akar, dan daun namun bukan merupakan organ sejati. Tumbuhan yang tidak
memiliki bunga dan jaringan pembuluh bukan termasuk organ sejati. Tumbuhan tersebut tidak
memiliki bunga dan jaringan pembuluh angkut sehingga penyaluran materi di dalam tubuh
dilakukan dengan cara difusi. Termasuk kelompok tumbuhan tingkat rendah diantaranya ciri-ciri
tumbuhan tingkat rendah memiliki ciri khas tumbuhan tingkat rendah yaitu tumbuhan belah
(schizophyta), tumbuhan talus (thallophyta), tumbuhan lumut (bryophta), serta tumbuhan paku
(pteridophyta) sesuai dengan tumbuhan belah merupakan tumbuhan yang berkembang biak
dengan cara membelah diri dan merupakan tumbuhan bersel satu.
Istilah untuk menyebutkan masing masing tumbuhan itu tempat tidak boleh diubah sehingga
masing-masing menunjukan kedudukan dalam menunjukan kategorinya dalam sistem klasifikasi
dalam taksonomi tumbuhan istilah yang digunakan untuk menyebutkan suatu takson sekaligus
mencerminkan. Posisi dan tinggi tingkatnya dalam hierarki klasifikasi.
BAB 2. PEMBAHASAN
Tumbuhan tingkat rendah merupakan kelompok tumbuhan yang struktur tubuhnya sederhana.
Sebagian tumbuhan tingkat rendah ada yang memiliki organ seperti batang, akar, dan daun
namun bukan merupakan organ sejati. Tumbuhan yang tidak memiliki bunga dan jaringan
pembuluh bukan termasuk organ sejati. Tumbuhan tingkat rendah diantaranya yaitu:
1. Schizophyta
Schizophyta atau tumbuhan belah merupakan kelompok yang mempunyai ciri khusus yaitu
berkembangbiak dengan membelah diri (Lukitasari et al, 2013). Schizophyta berasaldari bahasa
Yunani scizein artinya membelah dan phyton adalah tumbuhan. Tumbuhan belah dianggap
sebagai kelompok tumbuhan dengan tingkat perkembangan filogenetik yang paling rendah
sehingga dari segi evolusi merupakan kelompok tumbuhan yang paling tuadan paling primitif.
Devinisi tumbuhan membelah selain berkembangbiak dengan cara membelah juga mempunyai
ciri–cirri hanya mempunyai satu sel saja dengan protoplas belum mengalami deferensiasi dengan
jelas sehingga inti belum tampak nyata begitu pula plastidanya.
Bakteri berasal dari kata Bakterion (Yunani) yang artinya batang kecil. Didalam klasifikasi
bakteri digolongkan dalam Divisio Schizomycetes. Bakteri merupakan organisme yang paling
banyak jumlahnya dan lebih tersebar luas dibandingkan dengan mahluk hidup yang lain. Bakteri
memiliki ratusanribu spesies yang hidup di darat hingga lautan dan pada tempat–tempat yang
ekstrim. Bakteri ada yang menguntungkan dan ada juga yang merugikan. Bakteri memiliki ciri–
ciri yang membedakannya dengan mahluk lain. Bakteri adalah organism uniseluler dan prokariot
serta umumnya tidak memilki klorofil dan berukuran renik.
Ciri-ciri umum:
1. Suhu
2. Derajat keasaman pH
3. Konsentrasi garam
4. Sumber nutrisi
5. Zat – zat sisa metabolisme
6. Kelas Ganggang biru / ganggang belah (Chyanophyceae/ Scizophyceae)
Ganggang hijau biru termasuk ke dalam monera, karena struktur selnya sama dengan struktur
sel bakteri, yaitu bersifat prokariotik. Ganggang hijau biru berukuran mikroskopis, keberadaanya
tersebarluas dan banyak ditemukan di perairantanah yang lembab, permukaandindingtembok,
pot, batukarang yang lembab. Bahkanditemukan pula di tempat yang kurang menguntungkan
lingkungannya. Beberapa jenis dijumpai pada sumber air panas seperti mata air panas Yellow
Stone Park di Amerika. Ganggang Biru dikatakan sebagai salah satu vegetasi perintis
karenamampuhi dup pada perairan dengan suhu sampai 85 derajat C (sumber air panas ).
2. Thallophyta
Menurut Sinyo dan Somadayo (2013), Thallophyta (tumbuhan talus) adalah tumbuhan yang
belum dapat dibedakan akar, batang dan daun sehingga dikatakan dengan tumbuhan talus. Tubuh
yang berupa talus itu mempunyai struktur dan bentuk dengan variasi yang sangat besar, dari
yang terdiri atas satu sel berbentuk bulat sampai yang terdiri atas banyak sel dengan bentuk yang
kadang-kadang telah mirip dengan kormusnya tumbuhan tingkat tinggi. Walaupun alga tidak
memiliki organ batang, akar, daun, dan bunga, namun bentuknya berkisar dari tumbuhan yang
bersel tunggal (mikroskopik) sampai yang bersel banyak (makroskopik) yang sangat kompleks
yang panjangnya mencapai 70 meter.
Struktur anatomi thallus untuk tiap jenis alga makroskopis berbeda-beda. Ada thallus yang
memiliki percabangan dan ada pula yang tidak. Percabangan thallus ada yang dichotomus
(bercabang dua terus menerus), pectinate (berderet searah pada satu sisi thallus utama), pinnate
(bercabang dua-dua pada sepanjang thallus utama secara berselang-seling), dan verticillate
(cabangnya berpusat melingkari aksis atau sumbu utama). Sifat substansi thallus juga beraneka
ragam, ada yang lunak seperti gelatin (gellatinous),mengandung zat kapur (calcareous), lunak
seperti tulang rawan (cartilaginous), dan berserabut (spongious).
Sesuai dengan namanya, semua organisme yang masuk ke dalam divisi Thallophytamemiliki ciri
utama, tubuh berbentuk talus. Yang disebut talus ialah tubuh tumbuhan yang belum dapat
dibedakan dalam 3 bagian utama yaitu akar, batang dan daun. Perkambangbiakan terjadi secara
vegetatif maupun generatif. Pembentukan spora dalam organ-organ dinamakan sporangium.
Sedangkan perkembangbiakan seksual terjadi melalui peleburan gamet-gamet yang terbentuk
dalam organ-organ yang disebut gametangium. Berdasarkan ciri-ciri utama yang menyangkut
cara hidupnya itu, divisi Thallophyta dibedakan dalam 3 anak divisi yaitu:
1. Ganggang (Algae)
2. Jamur (Fungi)
3. Lumut kerak (Lichenes)
Algae (tumbuhan ganggang), ganggang (Algae) banyak ditemukan di air tawar, air laut ataupun
di tempat tempat lembab. Bentuk tubuh ganggang ada yang bersel satu dan ada yang tersusun
atas banyak sel. Ganggang yang multiseluler ada yang berbentuk seperti benang, lembaran, dan
koloni sel-sel. Ganggang tidak memiliki akar, batang dan daun sejati, namun ada sebagian
ganggang laut memiliki bentuk yang menyerupai akar. Alga terbagi menjadi dua golongan yaitu
alga yang merugikan bagi kehidupan manusia dan alga yang menguntungkan bagi kehidupan
manusia. Alga yang menguntungkan bagi kehidupan manusia berupa :
1. Pembebas energi, banyak terdapat pada divisi Chlorophyta yang memiliki klorofil.
2. Penyusun biomassa
3. PST (Protein Sel Tunggal) contohnya divisi chlorophyta yaitu Chlorella sp.
4. Pengolahan limbah.
5. Pembuat agar, contohnya divisi Rhodophyta marga Gelidium.
6. Pembuat makanan, contohnya divisi Rhodophyta marga Poriphyra untuk pembuatan
sushi.
7. Penghasil O2 yaitu kemampuannya sebagai organisme autotrof, namun hanya algae yang
mempunyai klorofil yang mampu berfotosintesis.
Sedangkan alga yang merugikan kehidupan manusia berupa :
1. Blooming alga. Merupakan salah satu peranan merugikan dari alga dimana suatu
ekosistem air terjadi peledakan biomassa alga yang dapat menutupi perairan sehingga
organisme dibawahnya tertutup cahaya matahari khususnya produsen sehingga tidak
dapat melakukan fotosintesis.
2. Penyebab penyakit, contohnya di Amerika Serikat disebut dengan istilah “Pasang
Merah”, oleh divisi pyrrophyta (genus Gymnodium dan Gonyaulaz) yang menyebabkan
keracunan, kelumpuhan hingga kematian.
Alga termasuk golongan tumbuhan berklorofil dengan jaringan tubuh yang secara relatif tidak
berdiferensiasi, tidak membentuk akar batang dan daun. Adanya klorofil membuat alga bersifat
autotrof, yaitu dapat menghasilkan karbohidratnya sendiri seperti tumbuhan. Walaupun memiliki
klorofil, alga tidak selalu berwarna hijau karena bisa saja memiliki pigmen lain seperti
karotenoid (jingga), phycoeritrin (merah) dan xantofill. Terkadang warna-warna pigmen lain ini
lebih dominan sehingga menutupi warna hijau klorofil dan akibatnya algae tidak berwarna
hijau(Muamardan Rahmi, 2017).
Mempunyai pigmen klorofil a, klorofil b, karoten dan xantofil. Ganggang ini juga
dapatmelakukan fotosintesis, memiliki cadangan makanan berupa amilum. 90% hidup di air
tawar dan 10% hidup di laut. Yang hidup di air umumnya sebagai plankton atau bentos, juga
menempel pada batu dan tanah. Ganggang hijau merupakan kelompok ganggang yang paling
banyak jumlahnya diantara ganggang lain.
Ganggang keemasan bersel tunggal atau banyak, memiliki pigmen dominankarotin (pigmen
klorofil a, klorofil c, karoten, xantofil dan fikosantin). Hidup secaraautotrof, reproduksi aseksual
(membentuk auksospora dan membelah diri) seksual (oogami)
Phaeophyta hidup di pantai, warna coklat karena adanya pigmen fikosantin (coklat), klorofil a,
klorofil b dan xantofil. Dinding sel terdiri dari selulosa, pektin danasam algin. Tubuh berbentuk
seperti benang atau lembaran yang dapat mencapai puluhan meter. Reproduksi vegetatif dengan
fragmentasi, sedangkan generatifdengan isogami dan oogami.
Ganggang merah atau Rhodophyta adalah salah satu kelas dari ganggang berdasarkan zat warna
atau pigmentasinya. Warna merah pada ganggang inidisebabkan oleh pigmen fikoeritrin dalam
jumlah banyak dibandingkan pigmen klorofil, karoten, dan xantofil. Ganggang ini pada
umumnya banyak sel (multiseluler) dan makroskopis, tidak berflagel, memiliki kemampuan
menimbun kalsium karbonat di dalam dinding selnya.. Ganggang ini dapat mencapai panjang
antara 10 sentimeter sampai 1 meter dan berbentuk benang atau lembaran.
Jamur atau cendawan tidak mempunyai kormotofora, oleh sebab itu umumnya tidak berwarna,
tetapi pada jamur yang tinggi tingkatanya terdapat bermacam-macam zat warna, terutama dalam
badan buahnya. Zat-zat warna itu umumnya terdiri atas senyawa aromatic yang tidak
mengandung N. Talus hanya pada yang paling sederhana saja yang telanjang, umumnya sel-sel
mempunyai membrane yang terdiri atas kitin dan bukan selulosa.Bagian tubuh yang vegetatif
terdiri atas benang-benang halus yang dinamakan hifa, yang seluruhnya merupakan miselium.
Benang-benang itu ada yang bersekat-sekat ada yang tidak.Pembiakan dengan bermacam-macam
spora, pada jamur yang hidup di air berupa spora kembara yang mempunyai bulu cambuk.Fungi
yang hidup di darat dapat menghasilkan spora yang terbentuk di dalam sel-sel khusus (askus),
jadi merupakan endospora ada yang di luar basidiumdan disebut eksospora. Di samping itu
kebanyakan jamur dapat membiak aseksual dengan konidium.
Organisme ini sebenarnya kumpulan antara Fungi dan Algae tetapi sedemikian rupa, hingga dari
segi morfologi dan fisiologi merupakan suatu kesatuan.Lichenes hidup sebagai epifit pada
pohon-pohonan, tetapi dapat juga di atas tanah, terutama di daerah tundradi sekitar kutub utara.
Lichenes tmemerlukan syarat-syarat hidup yang tinggi dan tahan kekurangan air dalam jangka
waktu yang lama. Karena panas yang terik Lichenes yang hidup pada batu-batu dapat menjadi
kering tetapi tidak mati dan jika kemudian turun hujan Lichenes dapat hidup kembali.
Pertumbuhan talusnya sangat lambat, dalam satu tahun jarang lebih dari 1 cm. Tubuh buah baru
terbaru setelah mengadakan pertumbuhan vegetatif bertahun-tahun.Algae yang ikut menyusun
tubuh Lichenes disebut gonodium, dapat bersel tunggal atau berupa koloni.Bentuk Lichenes
biasanya bergantung pada macam cara hidup bersama antara kedua macam organisme yang
menyusunya. Hidup bersama antara dua organisme yang berlainan jenis disebut Isimbiosis.
Masing-masing organisme itu sendiri disebut simbion.
3. Bryophyta
Lumut ( Bryophyta) adalah sebuah divisi tumbuhan yang hidup didarat, yang umumnya
berwarna hijau dan berukuran kecil (dapat tidak tampak dengan bantuan lensa), dan ukuran
lumut yang terbesar adalah kurang dari 50 cm. Lumut mempunyai sel-sel plastid yang dapat
menghasilkan klorofil A dan B, sehingga dapat membuat makanan sendiri dan bersifat autotrof.
Lumut termasuk kedalam kingdom plantae, yang mana kingdom plantae meliputi semua
organisme yang multiseluler dan telah berdiferensiasi, eukariotik, dan dinding selnya mempunyai
selulosa. Organisme yang termasuk kedalam plantae ini hampir seluruhnya bersifat autotrof
(membuat makanan sendiri) dengan bantuan cahaya matahari saat proses fotosintesis.
Siklus hidup tumbuhan lumut bersifat metagenesis, karena bergantian antara reproduksi seksual
dan aseksual. Awalnya sporofit menghasilkan spora yang akan menjadi protonema, dari
protonema inilah gametofit terbentuk. Generasi gametofit ini punya satu sel kromosom yang
disebut dengan haploid (n) dan gametofit ini menghasilkan gametangium (organ reproduksi)
yang disebut dengan anteredium pada jantan dan arkegonium pada betina. Gametangium
dilindungi oleh daun khusus (bract).
1. a. Lumut Hati (HepatiCospida)
Lumut ini mempunyai bentuk khas yaitu lekukan-lekukan yang menyerupai bentuk hati dan juga
terbagi atas dua lobus, sama seperti hati. Lumut ini tumbuh dan menempel di bebatuan, tanah,
daun-daun pepohonan dalam rimba di daerah tropika dan dinding-dinding pada bangunan tua
yang lembab. Lumut hati dapat melakukan fotosintesis untuk makanannya sendiri (autotrof).
Struktur tubuhnya meliputi akar, batang, dan daun.Lumut hati berkembang biak dengan oogami
secara generatif, dan dengan fragmentasi, tunas, dan kuncup eram secara vegetatif. Lumut ini
juga bereproduksi secara aseksual dengan menggunakan sel yang disebut dengan gemma, yang
berbentuk mangkok dan terletak dipermukaan sporofit.Contoh lumut ini adalah Marchantia
polymorpha dan Porella.
Tubuh lumut tanduk menyerupai lumut hati yaitu seperti talus, tetapi sporofitnya berbentuk
kapsul memanjang yang tumbuh seperti tanduk dari gametofit. Cara perkembang biakannya
sama dengan lumut hati, yaitu perkembang biakan secara generatif dengan membentuk
anteridium dan arkhegonium yang terkumpul pada sisi atas talus.Salah satu contoh dari lumut
tanduk adalah Anthoceros Laevis.
1. c. Lumut daun atau lumut sejati merupakan lumut yang sering kita jumpai karena tempat
hidupnya yang lebih terbuka dibanding lumut lain, bentuknya pun lebih menarik. Lumut
ini disebut dengan lumut sejati dan tidak memiliki akar.c. Lumut Daun (Musci)
Dalam lingkungan, lumut mempunyai peran sebagai penyedia oksigen, penyimpan air. Lumut
dapat menyimpan air yang tertangkap diantara daun dan tangkainhya karena selnya seperti
rozoid dan sel parenkim nya yang dapat menyerap air dan garam mineral dan bersifat seperti
spons. Peranan bryophyta yang lain adalah memperlambat proses erosi, karena daya
penyimpanan airnya lebih baik daripada daun yang sudah mati. Sehingga memperlambat air pada
permukaan tanah yang cepat dari air hujan ( Bawaihaty dkk., 2014). Dan semua manfaat serta
peranan lumut ini dapat terjadi karena mereka merupakan tumbuhan yang berkelompok dan
bersama-sama menciptakan lingkungan yang baik
4. Pterydophyta
Tumbuhan paku disebut juga pterydophyta. Tumbuhan paku memiliki tingkatan lebih tinggi dari
lumut karena memiliki akar, daun, dan batang sejati sehingga disebut kormofita. Tumbuhan paku
memiliki habitat utama ditempat yang lembab, namun tumbuhan paku juga dapat hidup
diberbagai tempat seperti di air, permukaan batu, tanah, serta dapat juga menempel (epifit) pada
pohon. Tumbuhan paku merupakan organisme multiseluler dan eukariotik. Menurut Susilowarno
dkk. (2008), tumbuhan paku dibedakan menjadi tiga kelompok berdasarkan jenis sporanya:
a. Paku Homospora, merupakan tumbuhan paku yang menghasilkan spora, memiliki jenis
kelamin dan ukuran yang sama. Spora jantan dan betina tidak dapat dibedakan. Tumbuhan jenis
ini disebut juga tumbuhan paku Isospora seperti pada paku kawat
b. Paku Heterospora, paku heterospora merupakan tumbuhan paku yang menghasilkan spora.
Spora yang dihasilkan memiliki ukuran berbeda antara spora jantan dan betina. Spora jantan
berukuran lebih kecil sehingga disebut mikrospora, sedangkan spora betina berukuran lebih besar
sehingga disebut makrospora. Paku heterospora juga dikenal dengan sebutan an-isospora.
Contohnya paku rane.
c. Paku Peralihan, paku peralihan merupakan tumbuhan paku dengan jenis kelamin yang berbeda
(jantan atau betina) namun ukuran sporanya sama, contohnya seperti pada paku ekor
kuda. Tumbuhan paku termasuk ke dalam kingdom plantae dan memiliki beberapa kelas, yaitu:
Psilophyta, Equisetophyta, Lycophyta, dan Filicinae/Pterophyta.
d. Psilophyta (paku purba/paku telanjang), tumbuhan paku kelas psilophyta dapat ditemukan di
daerah tropis maupun subtropis. Tumbuhan jenis ini memiliki habitat di air dangkal.
Dindingselnya terdiri dari beberapa lapis sel yang tersusun sebagai tetrade. Paku purba
merupakan paku telanjang yang memiliki daun berukuran kecil (mikrofil) yang belum
terdiferensiasi. Pada bagian batang terdapat sebuah struktur yang disebut mikrofil. Mikrofil ini
berbentuk sisik, tidak bertulang, dan tersusung jarang-jarang dalam garis spiral.Tumbuhna paku
kelas psilophyta memiliki batang yang bercabang dengan sporangium di ujungnya. Kelas
psilophyta belum memiliki daun dan akar sejati. Batangnya memiliki jaringan pengangkut sama
seperti batang pada umumnya.
e. Equisetophyta/Sphenophyta (Paku ekor kuda), tumbuhan paku kelas ini merupakan tumbuhan
paku yang memiliki batang mirip dengan bentuk ekor kuda. Memiliki daun yang berukuran
kecil-kecil menyerupai sisik dengan susunan berkarang atau melingkar pada buku. Batang
beruas-ruas dengan sporangium yang tersusun dalam stobilus menyerupai ekor kuda. Memiliki
semacam rimpang yang merayap dengan cabang berdiri tegak. Perkembangbiakan dapat secara
seksual dan aseksual. Secara aseksual dengan membentuk anteredium dan arkegonium,
sedangkan aseksualnya dengan spora. Terdapat sporofil berbentuk perisai dengan sejumlah
sporangium pada sisi bawah.
5. Lycophyta
Lycophyta merupakan tumbuhan paku dengan berkas pengangkut sederhana dan mempunyai
akar membentuk percabangan menggarputerletak di sepanjang bagian bawah dari rimpang.
Tumbuh tegak atau berbaring dengan cabang-cabang menjulang ke atas. Cabang-cabang tertutup
oleh daun-daun berukuran kecil tersusun rapat dan spiral, sporangium muncul di ketiak daun dan
berkumpul membentuk strobilus (kerucut). Tubuh tumbuhan dapat ditemukan daun yang
berbentuk seperti rambut atau jarum. Sporofilnya berbentuk segitiga sama sisi, mempunyai
rangkaian, mempunyai sporangium yang agak pipih. Letak sporangium adalah pada sisi atas
daun, dekat dengan pangkalnya.
BAB 3. KESIMPULAN
Tumbuhan tingkat rendah merupakan tumbuhan yang tidak memiliki batang, akar, dan
daun sejati. Tumbuhan tingkat rendah terbagi menjadi empat macam yaitu tumbuhan belah
(Schyzophyta), tumbuhan talus (Thallophyta), tumbuhan lumut (Bryophyta), dan tumbuhan paku
(Pteridophyta). Masing-masing jenis tumbuhan tingkat rendah memiliki taksonominya berbeda-
beda.
1. Tumbuhan belah yang dapat hidup di air, tanah, atau pun menumpang pada tumbuhan
lain serta dapat membelah diri untuk berkembang biak seperti bakteri atau ganggang biru.
2. Tumbuhan talus memiliki organ tubuh yang tidak dapat dibedakan antara akar, daun, dan
batangnya seperti ganggang, jamur dan lain sebagainya.
3. Tumbuhan lumut merupakan tumbuhan yang hidup didarat dan umumnya berwarna hijau
dengan ukuran kecil. Lumut mempunyai sel-sel plastid yang dapat menghasilkan klorofil
A dan B, sehingga dapat membuat makanan sendiri dan bersifat autotrof.
4. Tumbuhan paku merupakan tumbuhan yang memiliki akar, daun, dan batang sejati
sehingga disebut kormofita. Tumbuhan paku hidup ditempat yang lembab atau di air,
permukaan batu, tanah, serta dapat juga menempel pada pohon.
DAFTAR PUSTAKA
Bawaihaty, N., Istomo, dan Iwan Hilwan. 2014. Keanekaragaman dan Peraan Ekologi Bryophyta
di Hutan Sesaot Lombok, Nusa Tenggara Barat.Jurnal Silvikultur Tropika, 5(1):13-17.
Lukitasari. M., Erny. P., Pujiati. 2013. Analysis of Variety and Identification of Microscopic
Algae in Rice Field Areas ManguharjoMadiun. Analisis KenakaragamandanIdentifikasi Alga
Mikroskopis. 16 (7) : 755 – 760.
Muamar, M. R dan Rahmi. 2017. Analisis Keterampilan Proses Sains Dan Keterampilan
Kognitif Siswa Melalui Metode Praktikum Biologi Pada Sub Materi Schizophyta Dan
Thallophyta. Jurnal Pendidikan Almuslim, 5(1): 1-10.
Sinyo. Y dan N. Somadayo. 2013. Studi Keanekaragaman Jenis Makroalga Di Perairan Pantai
Pulau Dofamuel Sidangoli Kecamatan Jailolo SelatanKabupaten Halmahera Barat. Bloedukasi,
1(2): 120-130.
Susilowarno, R.G, Hartono, R.S, Mulyadi, Mutiarsih, T.E, Murtiningsih, dan Umiyati. 2008.
Biologi. Jakarta: Grasindo
ALGAE
Taksonomi Algae
1. Linnaeus membagi Cryptogamae menjadi 4 bangsa yaitu: Filices, Musci, Algae dan
Fungi.
De Jussieu membagi tumbuhan menjadi 3 golongan, Acotyledoneae,
Monocotyledoneae, Dicotyledoneae.
2. Tahun 1880 diperkenalkan suatu sistem yang membagi Cryptogamae menjadi
Thallophyta, Bryophyta, Pteridophyta.
3. Thallophyta yang terdiri dari dua anak kelas Algae dan Fungi dibedakan dari
Bryophyta dan Pteridophyta berdasarkan pada struktur alat penghasil spora dan
gamet serta perkembangan zigotnya.
4. Dipermasalahkan mengenai keabsahan (validitas) dari Thallophyta.
Algae dan Fungi mempunyai kesamaan ciri-ciri yang digunakan untuk memisahkan
keduanya dari tumbuhan lain, atas dasar kesamaan ini dipertanyakan apakah fungi
berasal dari algae? dalam kenyataan, tidak satu fungi pun berasal dari algae.
Dengan demikian divisi Thallophyta tidak dapat dipertahankan, sehingga bukan
merupakan divisi yang valid. Sebaiknya Algae dan Fungi ditempatkan dalam satu
atau lebih divisi.
5. Ciri-ciri yang akan digunakan sebagai dasar untuk memberi definisi algae:
1. menurut Fritsch (1935): Algae harus holofitik yang gagal mencapai ciri
deferensiasi Archegoniatae.
2. Smith (1955 ) mendasarkan pada struktur organ seksualnya.
6. Sampai permulaan abad 20 telah dikenal 4 kelas Algae, yaitu Chlorophyceae,
Phaeophyceae, Rhodophyceae dan Myxophyceae (Cyanophyceae). Ahli Protozoologi
menempatkan semua organisme bersel tunggal yang berkhlorofil, berflagella seta
motil dalam kelas Mastigophora dari filum Protozoa. Para pakar botani
mengeluarkan anggota-anggota tertentu dari deret (seri) Volvocin. Rabenhorst
menempatkan seri Chlamydomonas-Volvox dalam ganggang hijau rumput dan
diberi nama Chlorophyllaceae.
Xanthophyceae (Heterokontae) dipisahkan dari Chlorophyceae pada permulaan
abad 20 dan Fagellatae tertentu yang berpigmen dimasukkan dalam kelas
Xanthophyceae.
Berbagai macam kelompok yang semula oleh pakar Protozoologi dimasukkan
dalam Mastigophora secara filogegenetik berhubungan dengan organisme yang
bersifat algae sejati.
7. Sistem klasifikasi algae ada bermacam-macam. Seiring dengan majunya ilmu
pengetahuan terutama dalam penelitian fisiologi, biokimia, dan penggunaan
mikros- kop elektron, maka klasifikasi algae ke dalam divisinya, kini didasarkan
pada:
1. pigmentasi,
2. hasil fotosintesis,
3. flagelasi,
4. sifat fisik dan kimia dinding sel,
5. ada atau tidak adanya inti sejati.
Atas dasar hal tersebut, Smith membagi algae menjadi; Divisi: Chlorophyta,
Euglenophyta, Pyrrophyta, Chrysophyta, Phaeophyta, Rhodophyta dan
Cyanophyta. Pyrrophyta, Chrysophyta,dan Euglenophyta termasuk Protista
(Protista algae); Cyanophyta termasuk Monera.
I. Divisi Chlorophyta
Ciri-ciri
1. Pigmen, khlorofil a dan b, santofil, dan karoten, khlorofil terdapat dalam jumlah
yang banyak sehingga ganggang ini berwarna hijau rumput.
2. Hasil fotosintesis berupa amilum dan tersimpan dalam khloroplas.
3. Khloroplas berjumlah satu atau lebih; berbentuk mangkuk, bintang, lensa, bulat,
pita, spiral dsb.
4. Sel berinti sejati, satu atau lebih.
5. Sel kembara mempunyai 2 atau 4 flagela sama panjang, bertipe whiplash.
6. Dinding sel mengandung selulose.
7. Bentuk talus/struktur vegetatif
1. uniseluler motil/berflagela: Chlamydomonas sp.
2. uniseluler nonmotil/kokoid: Chlorella sp.
3. koloni motil (sel-sel dalam koloni mempunyai flagela) Volvox sp
4. koloni nonmotil (kokoid ): Pediastrum sp., Hydrodictyon sp.
5. palmeloid: Tetraspora sp.
6. dendroid: Prasinocladus sp.
7. berbentuk filamen: bercabang: Cladophora sp.
8. tidak bercabang: Oedogonium sp., Spirogyra sp.
9. heterotrikh: Coleochaeta sp., Stigeoclonium sp.
10. berbentuk helaian/lembaran yang distromatik: Ulva sp.
11. lembaran yang monostromatik: Monostroma sp.
12. berbentuk silinder yang beruang di tengah: Enteromorpha
13. berbentuk sifon/spnositik: Caulerpa sp., Codium sp.
Perkembangbiakan
Tempat hidup
Sebagian besar ± 90% merupakan algae air tawar terdapat pula di tanah atau di dinding
tembok yang lembab, di atas batang pohon dan dapat pula sebagai epifil (pada permukaan
daun).
Charophycaea
1. Tubuh merupakan talus yang tegak, beruas dan berbuku-buku dan bercabang.
Cabang yang pertumbuhannya tak terbatas keluar dari buku-buku tersebut dan
dari setiap buku keluar cabang yang pertumbuhannya terbatas, yaitu cabang
lateral (filoid) yang letaknya melingkari buku tersebut. Tubuh ini sering diliputi
oleh CaCO3.
2. Reproduksi.
1. secara seksual: dilakukan dengan oogami. Alat kelamin betina dikelilingi
benang-benang steril yang letaknya melingkar hingga membentuk spiral.
Alat kelamin jantan, terdiri dari satu sel, masing-masing anteridium
disatukan dalam filamen yang uniseriate dan dibungkus oleh selubung yang
terdiri dari 8 sel.
2. secara vegetatif: dengan membentuk bintang-bintang amilum dan bulbus.
Dengan melihat struktur alat kelamin dan adanya stadium protenema dalam
perkembangan zigot, struktur vegetatif dari tubuhnya, maka beberapa ahli mengatakan
bahwa kedudukan Chara berada antara Thallophyta dan Bryophyta. Jenis-jenis yang
masih hidup adalah Chara spp dan Nitella spp kesemuanya hidup di air tawar.
Ciri-ciri
1. Tubuh selalu berupa talus yang multiseluler yang berbentuk filamen, lembaran
atau menyerupai semak/pohon yang dapat mencapai beberapa puluh meter,
terutama jenis-jenis yang hidup di lautan daerah beriklim dingin.
2. Set vegetatif mengandung khloroplast berbentuk bulat, bulat panjang, seperti pita;
mengandung khlorofil a dan khlorofil c serta beberapa santofil misalnya fukosantin.
Cadangan makanan berupa laminarin dan manitol. Dinding sel mengandung
selulose dan asam alginat.
Reproduksi
Sel reproduksi yang motil baik zoospora ataupun zoogamet berflagela 2 buah, tidak sama
panjang dan terletak dibagian lateral dari sel, bertipe whiplash dan tinsel. Reproduksi
aseksual dilakukan dengan pembentukan zoospora atau aplanospora. Reproduksi seksual
dilakukan secara isogami, anisogami atau oogami.
Daur hidup
Tempat hidup
Sebagian besar hidup di laut hanya ada beberapa jenis saja yang hidup di air tawar.
1. Sel mempunyai dinding yang terdiri dari selulose dan agar atau karagen.
Rhodophyceae tidak pernah menghasilkan sel-sel berflagela.
2. Pigmen
Khlorofil: terdiri dari khlorofil a dan d.
Fikobilin: fikoeritrin dan fikosianin yang sering disebut pigmen aksesoris.
– karoten
Pigmen-pigmen tersebut terdapat dalam kloroplas
3. Cadangan makanan berupa tepung flaridea dan terdapat diluar khloroplas.
4. Talus
Hampir semuanya multiseluler, hanya 2 marga saja yang uniseluler. Talus yang
multiseluler berbentuk filamen silinder ataupun helaian. Pada dasarnya talus yang
multiseluler, terutama yang tinggi tingkatannya terdiri dari filamen-filamen yang
bercabang-cabang dan letaknya sedemikian rupa hingga membentuk talus yang
pseudoparenkhimatik. Talus umumnya melekat pada substrat dengan perantaraan
alat pelekat. Pada Rhodophyta yang tinggi tingkatannya ada 2 tipe talus:
monoaksial dan multiaksial.
Reproduksi
Pergantian keturunan
Pada yang tinggi tingkatannya terdiri dari 2 tipe, yaitu bifasik dan trifasik.
BAB 2
——————————————————————————————————————–
12
SCHIZOPHYTA (Tumbuhan Belah)
—————————————————————————- 12
A. Schizophyta
—————————————————————————————————– 12
B. Ciri – Ciri
———————————————————————————————————- 12
C. Kelompok Schizophyta.
————————————————————————————- 12
1. Kelas Bakteri (Schizomycetes) ————————————————————————
12
2. Ganggang Biru ( Cyanophyeaea) ———————————————————————
20
BAB 3
——————————————————————————————————————–
21
CYANOPHYTA (Ganggang Hujau Biru)
———————————————————————- 21
A. Cyanophyta (ganggang Hijau Biru)
———————————————————————- 21
B. Ciri – Ciri
———————————————————————————————————- 23
C. Ciri – Ciri Khusus
———————————————————————————————- 23
D. Bentuk Kloroplas Ganggang.
—————————————————————————— 23
E. Pigmen Utama Pada Ganggang.
————————————————————————– 23
F. Reproduksi Ganggang.
————————————————————————————– 24
G. Perkembangbiakan Ganggang Hijau Biru
————————————————————- 24
H. Klasifikasi Cyanophyta
————————————————————————————– 25
I. Peranan dan Manfaat Cyanophyta.
———————————————————————- 26
BAB 4
——————————————————————————————————————–
27
CHOLORPHYTA (Alga Hijau)
———————————————————————————— 27
A. Chlorophyta
—————————————————————————————————– 27
B. Ciri – Ciri
———————————————————————————————————- 27
C. Peranan Chlorophyta.
—————————————————————————————- 27
D. Habitat
————————————————————————————————————- 28
E. Pigmen
———————————————————————————————————— 30
F. Cadangan Makanan
——————————————————————————————- 31
G. Susunan Tubuh
———————————————————————————————— 31
H. Struktur Sel
—————————————————————————————————— 31
I. Alat Gerak/ Flagel
———————————————————————————————- 32
J. Perkembangbiakan
——————————————————————————————– 32
K. Dampak Positif dan Dampak Negatif Chlorophyta dalam kehidupan. ———————–
32
L. Akibat Pertumbuhan Alga Hijau Terhadap Kualitas Air. —————————————–
33
BAB 5
——————————————————————————————————————–
34
EUGLENOPHYTA
—————————————————————————————————- 34
A. Euglenophyta
————————————————————————————————— 34
B. Ciri – Ciri Euglenophyta.
———————————————————————————— 34
C. Struktur Sel Euglenophyta.
——————————————————————————— 35
D. Bagian – Bagian Sel Euglenophyta.
——————————————————————— 35
E. Jenis – Jenis Euglenophyta.
——————————————————————————- 36
F. Perkembangbiakan Pada Euglenophyta. ————————————————————–
37
G. Faktor – factor yang Mempengaruhi Perkembangan Euglenophyta. ———————— 38
H. Cara Makan Euglenophyta.
——————————————————————————— 39
I. Habitatnya .
—————————————————————————————————— 39
J. Manfaat Euglenophyta.
————————————————————————————– 39
BAB 6
——————————————————————————————————————–
41
PYRROPHYTA
——————————————————————————————————– 41
A. Pyrrophyta
——————————————————————————————————- 41
B. Ciri – Ciri.
——————————————————————————————————— 41
C. Habitat.
———————————————————————————————————— 42
D. Susunan Tubuh.
———————————————————————————————— 42
E. Ekologi
———————————————————————————————————— 42
F. Alat Gerak.
——————————————————————————————————- 43
G. Cara Perkembangbiakan.
———————————————————————————– 43
H. Red Tides.
——————————————————————————————————– 43
BAB 7
——————————————————————————————————————–
45
CHRYSOPHYTA ( Alga Emas)
———————————————————————————– 45
A. Alga Keemasan
————————————————————————————————- 45
B. Ciri – Ciri Alga Keemasan.
———————————————————————————- 45
C. Habitat.
———————————————————————————————————— 45
D. Perkembangbiakan Alga Keemasan.
——————————————————————- 45
E. Contoh Alga Keemasan.
————————————————————————————- 45
BAB 8
——————————————————————————————————————–
48
PHAEOPHYTA (Ganggang Coklat)
—————————————————————————- 48
A. Ciri – Ciri phaeophyta.
————————————————————————————— 48
B. Perkembangbiakan Gangang Coklat.
——————————————————————- 49
C. Beberapa Contoh Gangang Coklat.
——————————————————————— 49
BAB 9
——————————————————————————————————————–
50
RHODOPHYTA (Alga Merah)
————————————————————————————- 50
A. Rhodophyta (Alga Merah)
———————————————————————————– 50
B. Ciri – Ciri.
——————————————————————————————————— 50
C. Habitat .
———————————————————————————————————– 50
D. Perkembangbiakan.
——————————————————————————————- 51
E. Manfaat Alga Merah
——————————————————————————————- 52
BAB 10
——————————————————————————————————————
52
MIXOMYCETAE (Jamur Lendir)
——————————————————————————— 52
A. Mixomycetae
—————————————————————————————————- 52
B. Ciri – Ciri.
——————————————————————————————————— 52
C. Habitat.
———————————————————————————————————— 53
BAB 11
——————————————————————————————————————
54
PHYCOMYCETAE
—————————————————————————————————- 54
A. Ciri –Ciri Phycomycetae
————————————————————————————- 54
B. Habitat .
———————————————————————————————————– 54
C. Perkembangbiakan.
——————————————————————————————- 54
D. Jenis Jamur Phycomycetae.
——————————————————————————- 55
BAB 12
——————————————————————————————————————
56
ASCOMYCETAE
—————————————————————————————————— 56
A. Ascomycetae
—————————————————————————————————- 56
B. Klasifikasi Ascomycetae.
———————————————————————————— 56
C. Cara Reproduksi
———————————————————————————————– 57
D. Beberapa Manfaat Dari Ascomycetae
—————————————————————— 58
BAB 13
——————————————————————————————————————
59
BASIDIOMYCETAE
————————————————————————————————– 59
A. Klasifikasi.
——————————————————————————————————- 59
B. Ciri – Ciri.
——————————————————————————————————— 59
C. Daur Hidup Basidiomycetae
——————————————————————————- 60
BAB 14
——————————————————————————————————————
61
DEUTEROMYCETAE
———————————————————————————————— 61
A. Deuteromycetae
———————————————————————————————— 61
B. Anggota Deuteromycetae.
———————————————————————————- 61
BAB 15
——————————————————————————————————————
62
LICHENES ( Lumut Kerak)
—————————————————————————————- 62
A. Lichenes (Lumut Kerak)
————————————————————————————- 62
B. Anatomi Lumut Kerak.
————————————————————————————— 62
C. Morfologi Lumut Kerak.
————————————————————————————- 63
D. Reproduksi LUmut Kerak.
———————————————————————————- 64
E. Peran Lumut Kerak Bagi Manusia.
———————————————————————– 64
F. Simbiosis Lumut Kerak / Lichenes dengan Alga (ganggang). ———————————
65
BAB 16
——————————————————————————————————————
66
BRYOPHYTA (Tumbuhan Hijau)
——————————————————————————– 66
A. Bryophyta.
——————————————————————————————————- 66
B. Ciri – Ciri.
——————————————————————————————————— 66
C. Pergiliran Keturunan.
—————————————————————————————– 67
D. Peran Tumbuhan Lumut Dalam Ekosistem.
———————————————————- 68
E. Manfaat Tumbuhan Lumut.
——————————————————————————— 68
BAB 17
——————————————————————————————————————
69
PTERIDOPHYTA (Tumbuhan Paku)
————————————————————————— 69
A. Pteridophyta (Tumbuhan Paku)
————————————————————————— 69
B. Morfologi
——————————————————————————————————— 70
C. Daur Hidup (Metagenesis)
———————————————————————————- 70
D. Klasifikasi
——————————————————————————————————– 71
DAFTAR PUSTAKA
————————————————————————————————- 73
BAB 2
SCHIZOPHYTA (Tumbuhan Belah)
A. Schizophyta
Schizophyta atau tumbuhan belah merupakan kelompok yang mempunyai ciri khusus yaitu
berkembang biak dengan membelah diri. Schizophyta berasal dari bahasa Yunani scizein artinya
membelah dan phyton adalah tumbuhan. Tumbuhan belah dianggap sebagai kelompok tumbuhan
dengan tingkat perkembangan filogenetik yang paling rendah sehingga dari segi evolusi
merupakan kelompok tumbuhan yang paling tua dan paling primitif.
B. Ciri – Ciri
Ciri umum dari kelompok ini adalah :
1. Berkembang biak dengan cara membelah diri,
2. Tubuh terdiri dari satu sel
3. Protoplas belum terdeferensiasi dengan jelas sehingga inti sel dan plastidanya belum jelas.
• Spiral : bentuk spiral, spirilium (spiri kasar), spirokaet (spiral halus).
• Vibrio : bentuk koma
Gambar : Transduksi
Konjugasi : merupakan proses bergabungnya dua bakteri (- dan +) dengan membentuk
jembatan untuk pemindahan materi genetik (DNA).
Gambar : Konjugasi
i. Peranan bakteri dalam kehidupan
– Bakteri yang menguntungkan :
• Di bidang pertanian :
Bakteri nitrogen : Mengikat N2, contoh : Azotobacter, Rhizobium leguminosarum
Clostridium posteurianum, Rhodospirilium rubrum.
Bakteri nitrifikasi : Membentuk senyawa nitrat. Contoh : Nitrosomonas, Nitrococcus
Nitrobacter.
Bakteri sulfur : Membentuk asam sulfat dari S. contoh : Beggiatoa alba.
• Fermentasi makanan :
Streptococcus lactis : Pembuatan keju dan mentega.
Lactobacillus bulgaricus : Pembuatan yoghurt.
L. casei : Pembuatan minuman.
Acetobacter xylinum : Pembuatan nata de coco.
BAB 3
CYANOPHYTA (Ganggang Hijau Biru)
BAB 4
CHLOROPHYTA (Alga Hijau)
A. Chlorophyta
Ditinjau secara biologi, alga merupakan kelompok tumbuhan yang berklorofil yang terdiri dari
satu atau banyak sel dan berbentuk koloni. Di dalam alga terkandung bahan-bahan organik
seperti polisakarida, hormon, vitamin, mineral, dan juga senyawa bioaktif. Sejauh ini
pemanfaatan alga sebagai komoditiperdagangan atau bahan baku industri masih relatif kecil jika
dibandingkan dengan keanekaragaman jenis alga yang ada di Indonesia. Padahal komponen
kimiawi yang terdapat dalam alga sangat bermanfaat bagi bahan baku industri makanan,
kosmetik, farmasi dan lain-lain.
J. Perkembangbiakan
Perkembangbiakan pada chlorophyta terjadi dengan 3 cara yaitu:
1. Secara vegetative
Perkembanganbiakan vegetatif pada chlorophyta dengan fragmentasi tubuhnya dan pebelahan
sel.
2. Secara seksual
Melalui konjugasi yaitu perkembangbiakan secara kawin contohnya spirogyra. Isogami yaitu
peleburan dua gamet yang bentuk dan ukurannya sama. Anisogami yaitu peleburan dua gamet
yang ukurannya tidak sama. Oogami yaitu peleburan dua gamet yang satu kecil dan bergerak
(sebagai sperma) yang lain besar tidak bergerak (sebagai sel telur)
K. Dampak posotif dan negatif chlorophyta dalam kehidupan
1. Dampak positif
a. Sbagai sumber protein sel tunggal contoh chlorela
b. Sebagai bahan makan contoh volvox sebagai sayuran
c. Sebagai plankton, merupakan salah satu komponen yang penting dalam rantai makanan di
perairan tawar
d. Menghasilkan O2 (oksigen) dan hasil fotositensis yang diperlukan oleh hewan lain untuk
bernafas
2. Dampak negatif
a. Dapat mengganggu jika perairan terlalu subur
b. Membuat air berubah warna dan menjadi bau
c. Menjadi masalah dalam proses penjernihan air
d. Menyebabkan penyumbatan pada saringan pengolahan air.
BAB 5
EUGLENOPHYTA
A. Euglenophyta
Euglenophyta merupakan organisme uniseluler yang bersifat autorof, karena memiliki klorofil a
dan b, b karoten dan beberapa xanthofil yaitu astaxanthin yang dikenal juga sebagai
euglenarodhon atau haematokrom.Euglenophyta disebut juga Euglenoidina, merupakan
organisme yang motil karena memiliki 1 – 3 flagella di bagian anteriornya.
Gambar : Euglenophyta
B. Ciri-ciri euglenophyta.
Ciri-ciri Euglenophyta adalah sebagai berikut:
1. Organisme bersel tunggal dengan susunan sel eukariota.
2. Sel tidak dibungkus oleh dinding selulosa, melainkan oleh perikel berprotein, yang berada
didalam plasmalema. Pada kebanyakan Euglenoid, perikel itu bersifat lentur sehingga
memungkinkan perubahan bentuk sel, tetapi pada beberapa jenis, perikel ini kaku sehingga sel
memiliki bentuk tetap.
3. Ujung depan sel euglenoid melekuk kedalam membentuk saluran yang ujung dalamnya
meluas menjadi rongga membulat membentuk reservoar. Saluran dan reservoar itu walaupun
dianggap sebagai terusan tempat partikel makanan padat masuk kedalam sel.
4. Beberapa euglenoid berfotosintesis dan yang lain tidak. Anggota-anggota yang berpigmen
memiliki kloroplas yang berisi klorofil a dan b. Hasil fotosintesis disimpan sebagai paramilon,
sebuah polimer glukosa yang berbentuk butiran dalam sitoplasma.
5. Pada dasarnya euglenoid memiliki dua buah flagel tipe cambuk berjumbai, dengan tonjolan
lateral yang berupa bulu yang terletak pada satu barisan sepanjang flagel.
6. Perkembangbiakan seksualnya mungkin tidak terjadi atau jika ada jarang sekali terjadi.
8. Colacium,
Colacium calvum bersifat epizoik pada copepoda, rotifera dan zooplankton air tawar lainnya.Sel-
sel dari Colacium dibungkus oleh selaput lendir yang melekat dengan suatu tangkai pada
inangnya, ujung anterior sel menghadap ke bawah.Tangkai lendir terbentuk karena bagian
anterior sel manghasilkan lebih banyak lendir.Mempunyai banyak khloroplast berbentuk cakram,
dengan atau tanpa pirenoid.Inti tunggal, besar terletak pada bagian posterior (atas) dari sel.
Bagian anterior (bawah) sel/protoplast mengandung gullet yang jelas dan juga ada bintik
mata.Pada koloni bentuk pohon, protoplastnya tidak mempunyai flagella. Protoplast dari
Colacium juga dapat berkembang membentuk stadium telanjang yang amoeboid, dan
berkembang secara vegetatif.Dapat pula berbentuk stadium telanjang yang amoeboid dengan 4
inti.Pada stadium ini reproduksi dengan membentuk tunas dengan satu inti dan kemudian
mengalami metamorfose menjadi sel kembar dengan satu flagella. Bila pembelahan sel
berlangsung, sel anakan masing-masing akan membentuk tangkai yang tetap melekat pada
tangkai induknya. Pembelahan sel yang berulang-ulang akan menghasilkan koloni yang
berbentuk pohon (dendroid). Sel-sel dari koloni membentuk pohon berbentuk bulat telur atau
lonjong.
9. Euglena oxyrus
10. Euglena gracilis.
11. Euglena viridis.
Bentuk tubuh sel oval memanjang, pada mulut sel terdapat cambuk atau flagel dan digunakan
untuk bergerak.Dekat mulut terdapat bintik mata (stigma) yang gunanya untuk membedakan
gelap dan terang.Di dalam sitoplasmanya terdapat butir kloroplas yang berisi klorofil.
I. Habitatnya
Sesuai dengan alat geraknya (flagel) sebagian besar Euglenophyta hidup diperairan mulai dari air
tawar, air laut dan lumpur.Bahkan ekstrimnya, Euglena dapat hidup dalam perut berudu Rana sp
1. Air tawar- Euptyeria viridis
2. Air laut- Euglena sp
3. Lumpur- euglena
J. Manfaat euglenophyta
1. Fungsi euglenophyta pada manusia
a. Bidang Perikanan
Ganggang merupakan fitoplankton (plankton tumbuhan; plankton hewan disebut zooplankton)
yang berfungsi sebagai makanan ikan.
b. Ekosistem Perairan
Dalam ekosistem perairan, ganggan merupakan produsen primer, yaitu sebagai penyedia bahan
organik dan oksigen bagi hewan-hewan air seperti ikan, udang dan serangga air.
c. Bidang Industri
Dinding sel diatom banyak mengandung silikat.Sisa-sisa dinding sel diatom yang hidup di jaman
lampau membentukk lapisan tanah yang dikenal sebagai tanah diatom.Tanah dapat dimanfaatkan
sebagai bahan penggosok, isolasi, bahan dasar industri kaca, dan penyaring (karena berpori).
BAB 6
PYRROPHYTA
A. Pyrrophyta
Pyrrophyta adalah alga uniselular (bersel satu) dengan dua flagel yang berlainan, berbentuk pita,
yang keluar dari sisi perut dalam suatu saluran. Mengandung pigmen (klorofil piridinin,
sementara yang lain memiliki klorofil dan fucosantin) yang dapat berfotosintesis. Hanya
dinoflagellata yang memiliki kemampuan untuk berfotosintesis. Berwarna kuning coklat.
Alga yang termasuk alga api ini disebut Dino Flagellata, tubuh tersusun atas satu sel memiliki
dinding sel dan dapat bergerak aktif. Ciri yang utama bahwa di sebelah luar terdapat celah dan
alur, masing-masing mengandung satu flagel. Alga api berkembangbiak dengan membelah diri,
kebanyakan hidup di laut dan sebagian kecil hidup di air tawar. Contohnya adalah Perodinium.
Alga api yang hidup di laut memiliki sifat fosforesensi yaitu memiliki fosfor yang memancarkan
cahaya.
B. Ciri – Ciri
Karakteristik dari dinoflagelata, hanya sekitar setengah dari spesies dinoflagelata yang
mengandung pigmen yang dapat berfotosintesis, sementara yang lain adalah hetertotrop. Hanya
dinoflagelata yang mampu untuk fotosintesis yang dibahas disini. Adanya dua pola pigmentasi
adalah hal yang umum terjadi pada dinoflagelata. Banyak dinoflagelata yang mcmiliki klorofil A
dan C2 dan peridinin, sementara yang lain memiliki klorofil A, Ci dan C2 dan fucoxanthin.
Keberadaan pigmen yang ada pada sedikit dinoflagelated yang lain akan dibicarakan kemudian.
Karbohidrat disimpan scbagai zat tepung, tetapi keberadaan lemak mungkin lebih penting
sebagai cadangan. Sel dari dinofelgelatri tidak dilingkupi olch dinding tetapi memiliki sebuah
theca sebagai pokok membran sel, yang mana terdiri dari piling yang tenuri dari selulosa.
Nukleus dan koroplast memiliki sifat yang tidak biasa.
Kebanyakan dinoflagelata adalah sel biflagelata solitary. Dua tipe dasar teteh dapat dibedakan.
Desmokontt memilild dua anterior flagelata ; satu flagellum mungkin melingkari diatas
permukaan sel Dinokont memiliki segala insert yang lateral; satu flagelum adalah seperti pita
dan melingkari sel pada sebuah lekukan dan flagellum yang lain berkembang terbaik. Tipe sel
dinikont dibagi oleh lekukan ekuatorial atau korset kedalam epiconc dan hypocone. Flagellum
posterior berkembang sampai ke tempat penurunan yang disebut sulcus. Nama dinoflagelata
berasal dari gerakan berputar dari sel swimming. Meskipun kcbunyakan dinoflagelata adalah
flagelata uniselular, koloni dari sel flagelata, sel non-flagelata, pengumpulan palmelloid, dan
filamen adalah diketahui. Sel vegetatif non flagelata menunjukkan reproduktif membentuk
dinokont.
C. Habitat
Pyrrophyta berasal dari lautan (dominan) tetapi ada beberapa ratus spesies yang lain yang berada
di air segar. Pyrrophyta memiliki variasi nutrisi yang besar dari autototropik ke bentuk
heterotropik yang mana terdapat vertebrata parasit dan ikan atau alga phagocytiza yang lain.
E. Ekologi
Mayoritas dari dinoflagelata berasal dari lautan, tetapi ada beberapa ratus spesies yang lain yang
berada di air segar. Dinoflagelata adalah komponen yang penting dari plankton, khusnya pada
kondisi hangat sebagai penambahan, beberapa spesies adalah benthic atau terjadi dalam peristiwa
simbiotik, diaflagelata memiliki variasi nutrisi yang besar, dari ragenututropik ke bentuk
heterotropik yang mana terdapat juga intevertebrata parasit dan ikan atau alga phagocytiza yang
lain. Dinoflagelata yang memiliki sistem fotosmtesis dan membutuhkan vitamin disebut
autotropi dan yang membutuhkan energi disebut heterotrop. Pertumbuhan yang cepat dari
plankton dinoflagelata mungkin akan menghasilkan warna coklat atau merah perubahan wama
air disebut red tides. Red tides biasanya terjadi pada air pesisir pantai dan muara. Beberapa
dinoflagelata menghasilkan red tides adalah luminescent Spesics lain mungkin mengandung
racun yang dapat dilepaskan kedalam air atau terakumulasi dalam rantai makanan. Dalam
beberapa kasus, racun dapat menyebabkan kematian ikan atau menyeliabkan keracunan manusia
yang makan makanan yang terkontaminasi oleh moluska atau ikan
BAB 7
CHRYSOPHYTA (Alga Emas)
C. Habitat
Alga Keemasan dapat ditemukan di air tawar, di laut, dan di tanah yang lembab.
,BAB 8
PHAEOPHYTA (Ganggang Coklat)
A. Ciri – Ciri Phaeophyta
Ganggang coklat atau Phaeophyceae adalah salah satu kelas dari dari ganggang berdasarkan zat
warna atau pigmentasinya. Pigmen yang lebih dominan adalah pigmen xantofil yang
menyebabkan ganggang berwarna coklat. Pigmen lain yang terdapat dalam Phaeophyceae adalah
klorofil dan karoten. Semua ganggang coklat berbentuk benang atau lembaran, bahkan ada yang
menyerupai tumbuhan tingkat tinggi dengan bagian-bagian serupa akar, batang, dan daun.
Umumnya ganggang coklat bersifat makroskopis, dan dapat mencapai ukuran lebih dari 30
meter, dan mempunyai gelembung-gelembung udara yang berfungsi sebagai pelampung. Hampir
semua ganggang coklat terdapat di laut terutama di laut yang dingin. Salah satu jenis dari
ganggang coklat yaitu Fucus distichus.
Gambar : Fucus distichus
BAB 9
RHODOPHYTA (Alga Merah)
Alga merah atau Rhodophyta adalah salah satu filum dari alga berdasarkan zat warna atau
pigmentasinya. Warna merah pada alga ini disebabkan oleh pigmen fikoeritrin dalam jumlah
banyak dibandingkan pigmen klorofil, karoten, dan xantofil.
Alga ini pada umumnya banyak sel (multiseluler) dan makroskopis. Panjangnya antara 10 cm
sampai 1 meter dan berbentuk berkas atau lembaran.
Gambar : Alga Merah Laurencia
C. Habitat
Sebagian besar alga merah hidup di laut, banyak terdapat di laut tropika. Sebagian kecil hidup di
air tawar yang dingin dengan aliran deras dan banyak oksigen. Selain itu ada pula yang hidup di
air payau. Alga merah yang banyak ditemukan di laut dalam adalah Gelidium dan Gracilaria,
sedang Euchema spinosum menyukai laut dangkal.
D. Perkembangbiakan
Alga merah berkembangbiak secara vegetatif dan generatif.
1. Perkembangbiakan vegetatif ganggang merah berlangsung dengan pembentukan spora
haploid yang dihasilkan oleh sporangium atau talus ganggang yang diploid. Spora ini selanjutnya
tumbuh menjadi ganggang jantan atau betina yang sel-selnya haploid.
2. Perkembangbiakan generatif ganggang merah dengan oogami, pembuahan sel kelamin
betina (ovum) oleh sel kelamin jantan (spermatium). Alat perkembangbiakan jantan disebut
spermatogonium yang menghasilkan spermatium yang tak berflagel. Sedangkan alat kelamin
betina disebut karpogonium, yang menghasilkan ovum. Hasil pembuahan sel ovum oleh
spermatium adalah zigot yang diploid. Selanjutnya, zigot itu akan tumbuh menjadi ganggang
baru yang menghasilkan aplanospora dengan pembelahan meiosis. Spora haploid akan tumbuh
menjadi ganggang penghasil gamet. Jadi pada ganggang merah terjadi pergiliran keturunan
antara sporofit dan gametofit.
E. Manfaat Alga Merah
Alga merah dapat menyediakan makanan dalam jumlah banyak bagi ikan dan hewan lain yang
hidup di laut. Jenis ini juga menjadi bahan makanan bagi manusia misalnya Chondrus crispus
(lumut Irlandia) dan beberapa genus Porphyra. Chondrus crispus dan Gigortina mamilosa
menghasilkan karagen yang dimanfaatkan untuk penyamak kulit, bahan pembuat krem, dan obat
pencuci rambut. Alga merah lain seperti Gracilaria lichenoides, Euchema spinosum, Gelidium
dan Agardhiella dibudidayakan karena menghasilkan bahan serupa gelatin yang dikenal sebagai
agar-agar. Gel ini digunakan oleh para peneliti sebagai medium biakan bakteri dan fase padat
pada elektroforesis gel, untuk pengental dalam banyak makanan, perekat tekstil, sebagai obat
pencahar (laksatif), atau sebagai makanan penutup.
Beberapa alga merah memiliki nilai ekonomi sebagai bahan makanan (sebagai pelengkap
minuman penyegar ataupun sebagai bahan baku agar-agar). Alga merah sebagai bahan makanan
memiliki kandungan serat lunak yang baik bagi kesehatan usus.
BAB 10
MYXOMYCETAE (Jamur Lendir)
A. Myxomycetae
Jamur lendir atau Myxomicota adalah sekelompok protista yang berpenampilan mirip jamur
namun berperilaku menyerupai amoeba Myxomycota berasal dari kata myxo yang artinya lendir,
dan mykes yang artinya cendawan. Salah satu dari jenis jamur ini misalnya Diderma testaceum
seperti pada gambar dibawah ini :
Diderma testaceum
B. Ciri – Ciri
Ciri umum myxomycota adalah memiliki fase soma berupa plasmodium. Plasmodium yang
mengering membentuk sklerotium. Fase reproduktifnya berupa sporangium yang berisi
miksospora. Dinding sel sporangium disebut peridium.
1. Plasmodium
Terdapat tiga macam struktur plasmodium yaitu :
a. Protoplasmodium, berbentuk renik, tanpa urat, berubah menjadi satu sporangium, contohnya
pada: Echinostelium.
b. Aphanoplasmodium, awalnya berupa protoplasmodium, kemudian tumbuh memanjang dan
bercabang membentuk jaring-jaring seperti benang yang transparan, contohnya pada: Stemonitis.
c. Phaneroplasmodium, awalnya serupa protoplasmodium, kemudian bercabang dengan
protoplasma yang lebih kental dan granular, contohnya pada: Physarum..
C. Habitat
Habitat cendawan ini adalah di tempat yang lembab, kayu busuk, daun mati, dan benda organik
lainnya.
BAB 11
PHYCOMICETAE
C. Perkembangbiakan
Perkembangbiakan jamur dalam kelas ini dilakukan secara seksual dan aseksual :
1. Secara seksual
Perkembangbiakan jamur dalam kelas ini adalah perkembangbiakan seksual dengan
gametangiogami dari dua hifa yang saling sesuai dengan menghasilkan zigospora.
2. Secara aseksual
Secara aseksual dilakukan dengan membentuk spora tak berflagel yang berupa sporangiospora
atau konidia.
BAB 12
ASCOMYCETAE
A. Ascomycetae
Ascomycota adalah filum/divisi dari fungi. Anggota filum ini tersebar di seluruh dunia.
Sarcoscypha coccinea
B. Klasifikasi Ascomycetae
Ascomycetae terdiri dari beberapa subkelas yaitu :
1. Pezizomycotina
2. Arthoniomycetes
3. Dothideomycetes
4. Eurotiomycetes
5. Laboulbeniomycetes
6. Lecanoromycetes
7. Leotiomycetes
8. Lichinomycetes
9. Orbiliomycetes
10. Pezizomycetes
11. Sordariomycetes
BAB 13
BASIDIOMYCETAE
A. Klasifkasi
Divisi Basidiomycotina adalah takson dengan Kingdom Fungi (Jamur) yang termasuk spesies
yang memproduksi spora dalam bentuk kubus yang disebut basidium. Secara esensial kelompok
Ascomycota, mempunya 22,300 spesies.
Basidiomycotina dibagi menjadi Homobasidimycotina (jamur yang sebenarnya); dan
Heterobasidiomycetes. Basidimycotina dapat dibagi lagi menjadi 3 kelas, Hymenomycotina
(Hymenomycetes), Ustilaginomycotina (Ustilaginomycetes), dan Teliomycotina
(Urediniomycetes).
Gambar basidiomycetae
B. Ciri – Ciri
Basidimycotina mempunyai bentuk uniseluler dan multiseluler dan dapat bereproduksi secara
generatif dan vegetatif. Habitat mereka ada di terrestrial dan akuatik dan bisa dikarakteristikan
dengan melihat basidia, mempunyai dikaryon.
BAB 14
DEUTEROMYCETAE
A. Deuteromycetae
Deuteromycota atau Jamur tak sempurna adalah jamur yang belum di ketahui cara reproduksi
seksulanya. Deuteromycota bereproduksi aseksual dengan spora vegetatif. Salah satu dari jamur
ini misalnya Conidiophore of Aspergilus sp.
Conidiophore of Aspergilus sp.
B. Anggota Deuteromycetae
Berikut jenis – jenis dari Deuteromycota:
1. Chladosporium.
2. Curvularia.
3. Trichophyton.
4. Aspergillus oryzae.
5. A. wentii.
6. Aspergilus flavus.
7. Aspergilus fumigatus
8. Fusarium
BAB 15
LICHENES (lumut Kerak)
D. Reproduksi Lumut Kerak
Perkembangbiakan lumut kerak dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu vegetatif dan
generative :
1. Reproduksi Vegetatif
Dilakukan dengan cara fragmentasi soredium. Jika Soredium terlepas, kemudian terbawa angin
atau air dan tumbuh di tempat lain.
2. Reproduksi Genetatif
Reproduksi Generatif spora yang dihasilkan oleh askokarp atau basidiokarp, sesuai dengan jenis
jamurnya. Spora dapat tumbuh menjadi lumut kerak baru jika bertemu dengan jenis alga yang
sesuai. Sel-sel alga tidak dapat melakukan perkembangbiakan dengan meninggalkan induknya,
melainkan hanya dapat berbiak dengan membelah diri dalam tubuh lumut kerak.
Soredium adalah Sekelompok jalinan hifa yang menyelubungi sel- sel alga. Fragmentasi adalah
terlepasnya bagian tubuh untuk menjadi organisme baru.
A. Bryphyta
Tumbuhan lumut merupakan sekumpulan tumbuhan kecil yang termasuk dalam Bryophytina
(dari bahasa Yunani bryum, “lumut”).
Gambar : tumbuhan lumut dengan sporofit muda.
B. Ciri – Ciri
Tumbuhan ini sudah menunjukkan diferensiasi tegas antara organ penyerap hara dan organ
fotosintetik namun belum memiliki akar dan daun sejati. Kelompok tumbuhan ini juga belum
memiliki pembuluh sejati. Alih-alih akar, organ penyerap haranya adalah rizoid / akar. Daun
tumbuhan lumut dapat berfotosintesis. Tumbuhan lumut merupakan tumbuhan pelopor, yang
tumbuh di suatu tempat sebelum tumbuhan lain mampu tumbuh. Ini terjadi karena tumbuhan
lumut berukuran kecil tetapi membentuk koloni yang dapat menjangkau area yang luas. Jaringan
tumbuhan yang mati menjadi sumber hara bagi tumbuhan lumut lain dan tumbuhan yang lainnya.
Dalam bahasa sehari-hari, istilah “lumut” dapat merujuk pada beberapa divisio. Klasifikasi lama
pun menggabungkan pula lumut hati dan lumut tanduk ke dalam Bryophyta, sehingga di dalam
Bryophyta terangkum lumut tanduk, lumut hati, dan lumut sejati (Musci). Namun,
perkembangan dalam taksonomi tumbuhan menunjukkan bahwa penggabungan ini parafiletik,
sehingga diputuskan untuk memisahkan lumut hati dan lumut tanduk ke luar dari Bryophyta. Di
dunia terdapat sekitar 4.000 spesies tumbuhan lumut (termasuk lumut hati), 3.000 di antaranya
tumbuh di Indonesia. Kebun Raya Cibodas di Jawa Barat memiliki “taman lumut” yang
mengoleksi berbagai tumbuhan lumut dan lumut hati dari berbagai wilayah di Indonesia dan
dunia.
C. Pergiliran keturunan
BAB 17
PTERIDOPHYTA (Tumbuhan Paku)
Tumbuhan paku tersebar di seluruh bagian dunia, kecuali daerah bersalju abadi dan daerah
kering (gurun). Total spesies yang diketahui hampir 10.000 (diperkirakan 3000 di antaranya
tumbuh di Indonesia), sebagian besar tumbuh di daerah tropika basah yang lembab. Tumbuhan
ini cenderung menyukai kondisi air yang melimpah karena salah satu tahap hidupnya tergantung
dari keberadaan air, yaitu sebagai tempat media bergerak sel sperma menuju sel telur. Tumbuhan
paku pernah merajai hutan-hutan dunia di Zaman Karbon sehingga zaman itu dikenal sebagai
masa keemasan tumbuhan paku. Serasah hutan tumbuhan pada zaman ini yang memfosil dan
mengalami mineralisasi sekarang ditambang orang sebagai batu bara.
B. Morfologi
Bentuk tumbuhan paku bermacam-macam, ada yang berupa pohon (paku pohon, biasanya tidak
bercabang), epifit, mengapung di air, hidrofit, tetapi biasanya berupa terna dengan rizoma yang
menjalar di tanah atau humus dan ental (bahasa Inggris frond) yang menyangga daun dengan
ukuran yang bervariasi (sampai 6 m). Ental yang masih muda selalu menggulung (seperti gagang
biola) dan menjadi satu ciri khas tumbuhan paku. Daun pakis hampir selalu daun majemuk.
Sering dijumpai tumbuhan paku mendominasi vegetasi suatu tempat sehingga membentuk
belukar yang luas dan menekan tumbuhan yang lain.
DAFTAR PUSTAKA