Anda di halaman 1dari 9

POTENSIAL OSMOSIS JARINGAN TUMBUHAN

LAPORAN PRAKTIKUM
disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Fisiologi Tumbuhan
Dosen Pengampu:
Dr. Hj. Sariwulan Diana, M.Si.
Dr. H. Taufik Rahman, M.Pd.

Oleh:
Kelompok 9
Pendidikan Biologi A 2016

Annisa Syafigha P. (1600374)


Annistia Mustika N. (1606455)
Rizka Utami D. (1600762)
Utami Nurfajrini (1603375)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2019
A. Judul
Potensial Osmosis Jaringan Tumbuhan
B. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Hari, tanggal : Selasa, 01 Oktober 2019
Waktu : 07.00 s.d 09.30 WIB
Tempat : Laboratorium Fisiologi FPMIPA A UPI
C. Rumusan Masalah
Bagaimana mengukur potensial osmosis suatu jaringan tumbuhan dengan
cara plasmolisis?
D. Tujuan
Mengukur potensial osmosis suatu jaringan tumbuhan dengan cara plasmolisis.
E. Landasan Teori
Komponen potensial tumbuhan terutama terdiri dari atas potensial
osmosis (solute) dan potensial turgor (tekanan). Dengan adanya potensial
osmosis cairan sel,air murni cenderung memasuki sel. Sebaliknya potensial
turgor di dalam sel mengakibatkan air meninggalkan sel. Untuk mengatur
potensial osmosis , potensial turgor nol . potensial turgor sama dengan nol
jika sel mengalami plasmolysis (Ismail, 2011). Plasmolisis adalah peristiwa
keluarnya cairan sel karena adanya tekanan osmosis,bilamana sel tersebut
berada dalam larutan yang hipertonis dalam keadaan “inspien plasmolysa”,
tekanan osmosiscairan sel sama dengan tekanan osmosislarutan dimana sel
tersebut direndam.Inspien plasmolysis dapat dikenali apabila dalam suatu
larutan dijumpai sekumpulan sel yang 50% berplasmolisis. Dalam hal ini
digunakan nilai rata-rata karena potensial osmosis sel-sel tersebut tidak sama.
Pada waktu terjadi plasmolisis inspien, sel berada dalam keadaan tanpa
tekanan. Potensial osmosis larutan eksternal memiliki nilai sama dengan
potensial osmosis ciran sel.dalam keadaan seperti ini larutan eksternal
dikatakan isotonic terhadap cairan sel (Lukiati, 2010).
Gambar 1. Perbedaan konsentrasi yang menyebabkan perubahan
pada dinding sel
(Sintia, 2014)
Nilai potensial air di dalam sel dan nilainya di sekitar sel akan
mempengaruhi difusi air dari dan ke dalam sel tumbuhan. Dalam sel
tumbuhan ada tiga faktor yang menetukan nilai potensial airnya, yaitu matriks
sel, larutan dalam vakuola dan tekanan hidrostatik dalam isi sel. Hal ini
menyebabkan potensial air dalam sel tumbuhan dapat dibagi menjadi 3
komponen yaitu potensial matriks, potensial osmotik dan potensial tekanan
(Syamsuri, 1999).
Osmosis pada hakekatnya adalah suatu proses difusi. Secara
sederhana dapat dikatakan bahwa osmosis adalah difusi air melaui selaput yang
permeabel secara differensial dari suatu tempat berkonsentrasi tinggi ke
tempat berkonsentrasi rendah. Tekanan yang terjadi karena difusi molekul
air disebut tekanan osmosis (Kimbal, 1983). Makin besar terjadinya osmosis
maka makin besar pula tekanan osmosisnya. Proses osmosis akan berhenti jika
kecepatan desakan keluar air seimbang dengan masuknya air yang
disebabkan oleh perbedaan konsentrasi (Wilkins, 1992).
Menurut Tjitrosomo (1987), jika sel dimasukan ke dalam larutan
gula, maka arah gerak air neto ditentukan oleh perbedaan nilai potensial
air larutan dengan nilainya didalam sel. Jika potensial larutan lebih tinggi, air
akan bergerak dari luar ke dalam sel, bila potensial larutan lebih rendah maka
yang terjadi sebaliknya artinya sel akan kehilangan air. Apabila kehilangan
air itu cukup besarmaka ada kemungkinan bahwa volum sel akan menurun
demikian besarnya sehingga tidak dapat mengisi seluruh ruangan yang dibentuk
oleh dinding sel. Membran dan sitoplasma akan terlepas dari dinding
sel, keadaan ini dinamakan plasmolisis. Sel daun Rhoeo discoloryang
dimasukan ke dalam larutan sukrosa mengalami plasmolisis. Semakin tinggi
konsentrasi larutan maka semakin banyak sel yang mengalami plasmolisis.
Membran protoplasma dan sifat permeabel deferensiasinya dapat diketahui
dari proses plasmolisis. Permeabilitas dinding sel terhadap larutan gula
diperlihatkan oleh sel-sel yang terplasmolisis. Apabila ruang bening diantara
dinding dengan protoplas diisi udara, maka dibawah mikroskop akan tampak
di tepi gelembung yang berwarna kebiru-biruan. Jika isinya air murni maka
sel tidak akan mengalami plasmolisis. Molekul gula dapat berdifusi melalui
benang-benang protoplasmayang menembus lubang-lubang kecil pada
dinding sel. Benang-benang tersebut dikenal dengan sebutan plasmolema,
dimana diameternya lebih besar daripada molekul tertentu sehingga
molekul gula dapat masuk dengan mudah (Salisbury, 1995).
Adanya potensial osmosis cairan sel air murni cenderung untuk
memasuki sel, sedangkan potensial turgor yang berada di dalam sel
mengakibatkan air untuk cenderung meninggalkan sel. Saat pengaturan
potensial osmosis maka potensial turgor harussama dengan 0. Agar
potensial turgor sama dengan 0 maka haruslah terjadi plasmolisis.
Plasmolisis adalah suatu proses lepasnya protoplasma dari dinding sel yang
diakibatkan keluarnya sebagian air dari vakuola (Salisbury & Ross, 1992).
F. Alat dan Bahan
Tabel 1. Alat yang Digunakan pada Praktikum
Potensial Osmosis Jaringan Tumbuhan
No. Nama Alat Jumlah
1. Tabung Reaksi 3 buah
2. Silet 3 buah
3. Mikroskop cahaya 2 unit
4. Object glass 3 buah
5. Cover glass 3 buah
6. Pipet tetes 3 buah

Tabel 2. Bahan yang Digunakan pada Praktikum


Potensial Osmosis Jaringan Tumbuhan
No. Nama Bahan Jumlah
1. Larutan sukrosa 0,0 M 5 ml
No. Nama Bahan Jumlah
2. Larutan sukrosa 0,05 M 5 ml
3. Larutan sukrosa 0,10 M 5 ml
4. Larutan sukrosa 0,15 M 5 ml
5. Larutan sukrosa 0,20 M 5 ml
6. Larutan sukrosa 0,25 M 5 ml
7. Larutan sukrosa 0,30 M 5 ml
8. Larutan sukrosa 0,35 M 5 ml
9. Larutan sukrosa 0,40 M 5 ml
10 Daun Rhoeo discolor Secukupnya
.
G. Langkah Kerja

Diagram 1. Langkah Kerja Potensial Osmosis Jaringan Tumbuhan

H. Hasil Pengamatan
Tabel 3. Hasil Pengamatan Potensial Osmosis Jaringan Tumbuhan
Daun Rhoeo discolor
No. Jenis Larutan Sebelum direndam Sesudah direndam Keterangan

1. Larutan sukrosa Mengalami


0,30 M plasmolisis

Gambar 1a. Hasil sayatan Gambar 1b. Hasil sayatan


sebelum direndam pada setelah direndam pada
konsentrasi 0,30 M konsentrasi 0,30 M
(Dok. Kelompok 9A, 2019) (Dok. Kelompok 9A, 2019)
No. Jenis Larutan Sebelum direndam Sesudah direndam Keterangan

2. Larutan sukrosa Mengalami


0,35 M plasmolisis

Gambar 2a. Hasil sayatan Gambar 2b. Hasil sayatan


sebelum direndam pada setelah direndam pada
konsentrasi 0,35 M konsentrasi 0,35 M
(Dok. Kelompok 9A, 2019) (Dok. Kelompok 9A, 2019)

3. Larutan sukrosa Mengalami


0,40 M plasmolisis

Gambar 3a. Hasil sayatan Gambar 3b. Hasil sayatan


sebelum direndam pada setelah direndam pada
konsentrasi 0,40 M konsentrasi 0,40 M
(Dok. Kelompok 9A, 2019) (Dok. Kelompok 9A, 2019)

I. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan dari praktikum kelompok kami,
menunjukkan bahwa sayatan epidermis bagian bawah daun Rhoeo discolor
mengalami plasmolysis yang ditandai dengan berpisahnya dinding sel dengan
membran selnya atau yang biasa disebut dengan protolema. Masing-masing
jaringan yang dimasukkan ke dalam larutan sukrosa 0,30 M, 0,35 M, 0,40 M
mengalami plasmolisis dengan jumlah yang berbeda-beda. Sel yang mengalami
persentase plasmolisis tertinggi adalah sel yang dimasukkan ke dalam larutan
sukrosa 0,40 M. Hal ini menunjukkan bahwa terjadinya perpindahan air melalui
membran selektif permeabel, dari daerah yang memiliki konsentrasi tinggi ke
rendah. Osmosis merupakan suatu fenomena alami yang dapat dihambat dengan
cara meningkatkan tekanan pada bagian yang memiliki konsentrasi lebih rendah.
Tekanan osmotik bergantung pada konsentrasi zat terlarut, bukan pada sifat zat
terlarut itu sendiri.
Peristiwa plasmolysis terjadi karena konsentrasi larutan di luar sel lebih
besar dibandingkan konsentrasi di dalam sel. Apabila konsentrasi larutan tinggi,
maka potensial osmotik juga akan semakin tinggi, sehingga semakin banyak sel
yang terplasmolisis. Selain itu, perbedaan jenislarutan juga memengaruhi. Larutan
garam jauh lebih cepat menyerap air dibandingkanlarutan gula, karena larutan
garam disediakan cukup pekat. Ketebalan pada sayatan epidermis permukaan
bawah daun Rhoeo discolor menyebabkan praktikan kesulitan untuk mengamati
sel-sel yang terplasmolisis karena pada bidang pandang mikroskop sayatan terlalu
tebal sehingga sel yang terlihat saling bertumpukkan dan menutupi sel lainnya.
J. Kesimpulan
Potensial osmotik jaringan tumbuhan dapat diukur dengan menggunakan
berbagai konsentrasi larutan sukrosa dengan membandingkan keadaan sel yang
telah direndam dalam larutan ditandai keluar masuknya air dari dalam atau luar
sel tumbuhan. Peristiwa plasmolisis adalah peristiwa lepasnya membran sel
dari dinding sel sebagai dampak dari hipertonisnya larutan dari luar sel,
sehingga cairan yang berada di dalam sel keluar dari sel dan akibatnya tekanan
turgor sel menjadi nol. Sel tumbuhan yang dimasukan dalam larutan glukosa akan
mengalami plasmolisis, dan semakin tinggi konsentrasi larutan maka semakin
banyak sel yang mengalami plasmolysis.
K. Jawaban Pertanyaan
1. Jelaskan mengapa potensial osmosis pada keadaan “incipient plasmolysis”
memiliki nilai yang hampir sama atau kira-kira sama dengan potensial osmosis
sel pada keadaan normal?
Jawaban: Karena incipient plasmolysis terjadi pada jaringan yang separuh
jumlah selnya baru saja mulai plasmolisis (protoplas baru mulai lepas dari
dinding sel), berarti tekanan-dalamnya sama dengan nol.
2. Pada keadaan “incipient plasmolysis”, nilai potensial osmosis yang
sebenarnya akan lebih kecil atau lebih besar dari keadaan normal? Jelaskan
alasan anda!
Jawaban: Lebih kecil dari yang sebenarnya, karena volume jaringan awal dan
jaringan pada keadaan incipient plasmolisis dilakukan secara hati-hati, maka
perubahan potensial osmotik yang disebabkan oleh perubahan volume dapat
dihitung. Jika koreksi tidak dilakukan, nilai potensial osmotik yang diperoleh
dari metode plasmolisis menjadi terlalu negatif, sering berselisih 0,1 Mpa atau
lebih (5-10% atau lebih).
3. Apakah sel-sel jaringan dari tumbuhan yang berbeda akan memiliki potensial
osmosis yang berbeda pula? Jelaskan!
Jawaban: Ya akan berbeda, karena tumbuhan yang berbeda memiliki
potensial osmosis yang berbeda pula. Hal ini disebabkan karena keadaan
lingkungan yang berubah seperti rawan air atau rawan garam.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, Mega. (2008.) Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan II tekanan
Osmosis, [Online]. Diakses dari :
https://www.academia.edu/23567163/Laporan_Praktikum_Fisiologi_Tumbu
han_Ii_Tekanan_Osmosis_Asisten_Iis_Istianah)[8 Oktober 2019]
Ismail dan Abd Muis. (2011). Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Jurusan
Biologi Universitas Negeri Makassar, Makassar.
Kimball, J. W. (1983). Biologi. Jakarta : Erlangga.
Lukiati, Betty dan Dahlia. (2010). Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan
FMIPA. Malang: Universitas Negeri Malang.
Salisbury, Frank B. dan Cleon W. Ross. (1995). Plant Physiology. California :
Wadswovth Publishing co.
Salisbury, F. B. & Ross, C. W. (1992). Plant Physiology. California : Wadswovth
Publishing co.
Sintia, Mega. (2014). Tekanan Osmosis Cairan Sel dan potensial Air. [Online].
Diakses dari:
https://www.academia.edu/6912394/Laporan_Tekanan_Osmosis_dan_Poten
sial_air [09 Oktober 2019]
Syamsuri, I. (1999). Biologi 2000 Jilid 2. Jakarta : Erlangga
Tjitrosomo. (1987). Botani Umum 2. Bandung: Penerbit Angkasa.
Wilkins, M. B. (1992). Fisiologi Tanaman. Jakarta : Bumi Angkasa.

DAFTAR PUSTAKA GAMBAR


Gambar 1. Perbedaan konsentrasi yang menyebabkan perubahan pada dinding sel.
Sintia, Mega. (2014). Tekanan Osmosis Cairan Sel dan potensial Air. [Online].
Diakses dari:
https://www.academia.edu/6912394/Laporan_Tekanan_Osmosis_dan_Pot
ensial_air [09 Oktober 2019]

Anda mungkin juga menyukai