FISIKA DASAR
MODULUS ELASTISITAS
Oleh Kelompok II :
1. Totok Wicaksono (171810201013)
2. Dewi Murtasima (171810201014)
3. Mega Tri Utami (171810201015)
4. Siti Nur Halimah (171810201016)
5. Anggi Dwi Novita S. (171810201019)
6. Helmi Fauziah (171810201020)
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan modulus elastisitas, yaitu:
1. Mengetahui perbandingan modulus elastisitas pada batang-batang uji
2. Mengetahui perbedaan modulus elastisitas pada batang-batang uji
3. Mengetahui cara mengukur modulus elastisitas batang uji dengan alat pelentur
1.4 Manfaat
Modulus elastisitas memiliki banyak manfaat. Manfaat modulus elastisitas
bukan hanya untuk pembelajaran dalam fisika, namun bagi kehidupan sehari-hari.
Alat yang menerapkan sifat elastisitas bahan banyak dijumpahi, seperti mainan
anak-anak (piatol-pistolan, mobil-mobilan dan ketapel).
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Thomas young adalah seorang dokter dari Inggris dan merupakan ahli
fisika. Thomas lahir di Milverton, Somerset, Inggris pada tanggal 13 Juni 1773.
Pengetahuan besarbyang dimiliki Thomas membuat dia dipanggil fenomena muda
oleh teman-temannya. Artikel utama Thomas menggunakan karakterisasi
elastisitas yang kemudian dikenal sebagai modulus young dan dinotasikan sebagai
huruf E. Modulus young mengaitkan tekanan dalam tubuh untuk berhubungan
dengan tegangannya (strain), yaitu untuk dimuat spesimen uniaksual. Modulus
young hanya bergantung pada bahan, tidak pada geometri sehingga
memungkinkan sebuah revolusi dalam strategi rekayasa (Tipler, 1998).
Menurut Giancolli (2001), madulus elastisitas didefinisikan sebagai
perbandingan antara tegangan dan regangan. Regangan adalah perubahan dari
sejumlah dimensi benda terhadap dimensi awal dimana perubahan terjadi dan
diukur dan merupakan perubahan bentuk akibat tegangan. Tegangan adalah gaya
atau besar gaya yang bekerja dibagi dengan luas permukaan. Secara matematis
tegangan dapat ditulis, sebagai berikut:
F
Ϭ= (2.1)
A
Dimana: Ϭ = Tegangan (N/ m2 )
F = Gaya (N)
A = Luas penampang ( m2 )
Regangan merupakan perbandingan perubahan dimensi dengan dimensi awal,
secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:
∆L
Ԑ=
L
(2.2)
Dimana: Ԑ = Regangan
∆L = Perubahan dimensi (m)
L = Dimensi awal (m)
Menurut Young (1998), elastisitas merupakan kemampuan suatu bahan
untuk kembali ke keadaan semula setelah beban atau gaya yang diberikan
dihentikan. Semakin besar beban atau gaya yang diberikan maka semakin besar
pula perubahan dimensinya. Elastisitas adalah perbandingan antara tegangan dan
regangan, secara matematis yaitu:
Ϭ
E=
Ԑ
(2.3)
F .∆L
¿
A. L
(2.4)
Besarnya gaya yang diberikan memiliki batas-batas tertentu. Gaya atau
beban sangat besar, maka regangan benda juga semakin besar. Hal tersebut
menyebabkan benda patah. Peristiwa tersebut sesuai dengan hukum Hooke “Jika
gaya tarik tidak melampaui batas elastis pegas, maka pertambahan panjang pegas
berbanding lurus dengan gaya tarik. Besarnya pertambahan panjang yang dialami
suatu benda ketika merenggang adalah berbeda antara yang satu dan yang lain,
tergantung elastisitas bahannya. Sebagai contoh, akan lebih mudah untuk
meregangkan sebuah karet gelang daripada besi pegas. Meregangkan sebuah besi
pegas membutuhkan ratusan kali lipat dari tenaga yang dibutuhkan.
3.4.2 Ralat
1. batang dengan penampang lintang segiempat
W L3
Y= 3
4 a bd
3 2 2 2 3 2
√
L 3W L 2 −3W L
∆Y =
| | 3
4 a bd | |
2
|0.68 ∆ m| + 3 | |
4 a bd
|0.68 ∆ L| + 2
4 a bd
|0.68 ∆ a|
2
3 2 3 2
−W L −W L
+ 3 2
4a b d | | | |
2
|0.68 ∆ b| + 3 2 |∆ d|
4a bd
2
1
∆ m=∆ L=∆ a=∆ b= nst
2
∑ ( d1−d )2
∆d=
√ n(n−1)
2. silinder berongga
W L3
Y=
12 π ( R4 −r 4 ) d
2 2
L3 3 W L2
√ | | | |
2 2
4 4
|0.68 ∆ W | + 4 4
|0.68 ∆ L|
12 π ( R −r ) d 12 π ( R −r ) d
∆Y = 2 2 2
( 4 R3−r 4 ) W L3 ( R 4−4 r 3 ) W L3 −W L3
+
| 4 4
12 π ( R −r ) d
|
|
0.68 ∆ R|
2
+ ¿
| 4 4
12 π ( R −r ) d
|
|
0.68 ∆ r|
2
+
|4 4
12 π ( R −r ) d 2 |
|∆ d|
2
1
∆ W =∆ L=∆ r= nst
2
∑ ( d1−d )2
∆d=
√ n(n−1)
3. silinder pejal
W L3
Y=
12 π r 4 d
2 2 2 2
∆Y =
√|L3
4
12 π ( r ) d | 2
|0.68 ∆ W | +
|3 W L2
4 |
12 π ( r ) d
2
|
|0.68 ∆ L| +
−W L3
5|
12 π r d
2
|
|0.68 ∆ r| +¿
−W L3
4 2
12 π r d ||∆ d|
2
1
∆ W =∆ L=∆ r= nst
2
∑ ( d1−d )2
∆d=
√ n(n−1)
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil dari percobaan modulus elastisitas, yaitu:
Tabel 4.1 batang penampang lintang segi empat 1
d W A B L A b Y
1 2,7 45 45 90 1 0,5 984.150
0,9 2,5 45 45 90 1 0,5 1012500
0,8 2,3 45 45 90 1 0,5 1047937,5
0,7 2 45 45 90 1 0,5 1041428,571
0,25 2,7 45 45 90 0,5 1 15746400
0,2 2,5 45 45 90 0,5 1 18225000
0,15 2,3 45 45 90 0,5 1 22356000
0,1 2 45 45 90 0,5 1 29160000
∆y I(%) K(%) AP
2603816,153 2,645751 97,35425 1
2678823,202 2,645751 97,35425 1
2772582,015 2,645751 97,35425 1
2755361,008 2,645751 97,35425 1
41661058,44 2,645751 97,35425 1
48218817,64 2,645751 97,35425 1
59148416,31 2,645751 97,35425 1
77150108,23 2,645751 97,35425 1
∆y I(%) K(%) AP
2603816,153 2,645751 97,35425 1
2678823,202 2,645751 97,35425 1
2772582,015 2,645751 97,35425 1
2755361,008 2,645751 97,35425 1
41661058,44 2,645751 97,35425 1
48218817,64 2,645751 97,35425 1
59148416,31 2,645751 97,35425 1
77150108,23 2,645751 97,35425 1
I(%) K(%) AP
2,236068 97,76393 1
2,236068 97,76393 1
2,236068 97,76393 1
2,236068 97,76393 1
I(%) K(%) AP
1,732050808 98,26795 1
1,732050808 98,26795 1
1,732050808 98,26795 1
1,732050808 98,26795 1
4.2 Pembahasan
Bahan yang digunakan dalam praktikum modulus elastisitas yaitu
menggunakan kayu yang berbentuk balok dan alumunium yang berbentuk silinder
berongga serta pejal. Hasil percobaan menunjukkan bahwa jenis bahan yang
digunakan mempengaruhi modulus elastisitas. Jenis bahan berpengaruh, namun
terdapat faktor lain yang mempengaruhi modulus elastisitas, yaitu bentuk bahan.
Hal tersebut dibuktikan dengan percobaan yang menghasilkan modulus elastisitas
berbeda antara silinder dengan balok. Bahan alumunium memiliki modulus
elastisitas yang lebih besar dibandingkan dengan kayu.
Perbandingan antara modulus elastisitas kayu vertikal dengan horizontal
dapat dilihat melalui hasil percobaan. Modulus elastisitas penampang horizontal
menghasilkan nilai yang berbeda dengan penampang vertikal. Hal tersebut
disebabkan oleh beban yang digunakan sama, maka faktor yang mempengaruhi
adalah luas penampang dan pertambahan panjang. Semakin besar modulus
elastisitas, maka semakin kecil regangan elastisitas yang dapat dihasilkan
sehingga bahan akan baku.
Perbandingan antara modulus elastisitas alumunium berbentuk silinder
berongga dan silinder pejal dapat dilihat dari hasil percobaan. Modulus elastisitas
berongga berbeda dengan silinder pejal dari hasil yang ditemukan. Hal tersebut
membuktikan bahwa silinder berongga tidak lebih elastis dari silinder pejal.
Faktor yang mempengaruhi hal tersebut yaitu jari-jari bahan yang digunakan.
Praktikum ini membahas modulus young, memiliki tujuan untuk memahami sifat
elastisitas bahan dan menentukan modulus young dari logam dengan cara
lenturan. Praktikum ini berorientasi pada sifat elastisitas. Sifat elastisitas yaitu
dimana benda kembali pada ukuran dan bentuk awalnya. Gaya-gaya yang
mengubah bentuknya dihilangkan sifat elastisitas yang memiliki sifat batas elastis,
yaitu batas suatu benda untuk kembali kebentuk semula. Melewati batas membuat
benda tidak akan kembali kebentuk semula.
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum modulus elastisitas, yaitu:
1. Modulus elastisitas dari masing-masing benda tidak sama, tergantung jenis
dan bentuk bahan yang digunakan
2. Modulus elastisitas tidak hanya tergantung pada jenis dan bentuk bahan yang
digunakan, namun bergantung pada luas penampang
3. Menurut percobaan, semakin pendek pertambahan panjang suatu bahan maka
semakin tinggi nilai modulus elastisitasnya.
5.2 Saran
Praktikum sebaiknya dilakukan dengan lebih cermat dan teliti, terutama
dalam menghitung dan mengamati perubahan skala. Memahami langkah-langkah
sebelum praktikum dilaksanakan juga sangat penting. Hal tersebut dapat
memudahkan pelaksanaan praktikum dan supaya hasil percobaan tentang modulus
elastisitas tepat.
DAFTAR PUSTAKA