Anda di halaman 1dari 12

Nama : DHANI INDRA KURNIAWAN

NIM : 181910201116
Kelas : Matematika diskrit A

TUGAS MERANGKUM
Definisi Himpunan
Adalah sebuah kumpulan objek-objek yang berbeda. Objek yang terdapat di
dalam himpunan disebut elemen, unsur, atau anggota.
Penyajian Himpunan
1. Enumerasi
Menuliskan semua elemen himpunan yang bersangkutan di antara dua
buah tanda kurung kurawal
Contoh:

Terhadap suatu himpunan suatu objek menjadi anggota atau bukan


anggota himpunan tersebut. Untuk menyatakan keanggotaan tersebut
digunakan notasi berikut:
x ϵ A untuk menyatakan x merupakan anggota himpunan A

2. Simbol-simbol baku
Beberpa himpunan yang khusus ditulisakan dengan simbol-simbol yang
sudah baku. Berikut adalah simbol-simbol baku tersebut:
P = himpunan bilangan bulat positif = {1,2,3,…}

3. Notasi pembentuk himpunan


Cara lain menyajikan himpunan adalah dengan notasi pembetuk
himpunan.
Contoh:

4. Diagram ven
Diagram ven menyajikan himpunan secara grafis.

Kardinalitas
Sebuah himpunan dikatakan berhingga jika terdapat n elemen berbeda yang dalam
hal ini n adalah bilangan bulat tak negatif. Sebaliknya himpunan tersebut
dinamakan tak-berhingga.

Contoh:

Himpunan Kosong
Himpunan yang tidak memiliki satupun elemen atau himpunan dengan kardinal =
0 disebut himpunan kosong

Contoh:
Himpunan Bagian
Himpunan A dikatakan himpunan bagian dari himpunan B jika dan hanya jika
setiap elemen A merupakan elemen dari B.

Contoh:

Himpunan yang sama


Himpunan A dikatakan sama dengan himpunan B jika dan hanya jika keduanya
mempunyai eleman yang sama.

Contoh:

Himpunan yang ekivalen


Himpunan A dikatakan ekivalen dengan himpunan B jika dan hanya jika kardinal
dari kedua himpunan tersebut sama.

Contoh:

Himpunan saling lepas


Dua himpunan A dan B dikatakan saling lepas jika keduanya tidak memiliki
elemen yang sama

Contoh:
Operasi terhadap himpunan
Terhadap dua buah himpunan atau lebih, kita dapat melakukan operasi untuk
menghasilkan himpunan lain.
1. Irisan
Irisan dari himpunan A dan B adalah sebuh himpunan yang setiap
elemennya merupakan elemen dari himpunan A dan B

2. Gabungan
Gabungan dari himpunan A dan B adalah himpunan yang setiap
anggotanya merupakan anggota himpunan A atau himpunan B

3. Komplemen
Komplemen dari suatu himpunan A terhadap suatu himpunan semesta U
adalah suatu himpunan yang elemennya merupakan elemen U yang bukan
elemen A
4. Selisih
Selisish dari dua himpunan A dan B adalah suatu himpunan yang
elemennya merupakan elemen dari A tetapi bukan elemen dari B. selisih
antara A dan B dapat juga dikatakan sebagai komplemen himpunan B
relatif terhadap himpunan A

5. Beda setangkup
Beda setangkup dari himpunan A dan B adalah suatu himpunan yang
elemennya ada pada himpuanan A atau B, tetapi tidak pada keduanya

6. Perkalian kartesian
Perkalian kartesian dari himpunan A dan B adalah himpunan yang
elemennya semua pasangan berurutan yang dibentuk dari komponen
pertama dari himpuanan A dan komponen dari himpunan B
Penempatan Operasi Himpunan
Dalam teori himpunan, terdapat operasi himpunan yang melibatkan dua
himpunan atau lebih. Operasi himpunan yang melibatkan lebih dari dua himpunan
(yang lebih banyak) dapat kita melakukan perampatan (generalisasi) dari operasi
tersebut. Perampatan dari operasi tersebut bertujuan sebagai keefesienan dalam
penulisan notasi yang panjang sehingga pembaca akan lebih memahami maksud
dari operasi. Tujuan kedua adalah sebagai bentuk kekhasan matematika yang
menggunakan simbol-simbol unik. Beberapa operasi yang dapat dirampatkan
dengan menggunakan dasar perampatan yang ada pada operasi aritmatika biasa
adalah sebagai berikut. Misal 𝐴, 𝐴, 𝐴, … , 𝐴 merupakan himpunan, maka dapat
dinotasikan:
n
A 1 ∩A 2 ∩.. .∩ A n =intersect Ai
i=1
n
A 1 ∪A 2 ∪.. .∪ A n = ¿ A i
i=1
n
A 1 ×A 2 ×.. .× A n = ¿ A i
i=1
n
A 1 ⊕ A2 ⊕ . .. ⊕ A n = ⊕ Ai
i=1

Hukum Aljabar Himpunan


Dalam teori himpunan, terdapat sifat-sifat yang berlaku pada operasi pada
dua himpunan atau lebih. Sifat-sifat tersebut dapat dinyatakan dalam kesamaan
himpunan (set identities). Dari kesamaan tersebut disebut dengan “hukum pada
himpunan”. Hukum himpunan tersebut menyebutkan bahwa “apabila dua
himpunan atau lebih dioperasikan, maka hukum-hukum yang mengatur operasi
tersebut juga berlaku”. Dibeberapa referensi cukup banyak dan beraneka ragam
tentang hukum yang terdapat pada himpunan. Pada buku ini akan dibahas
hukum-hukum operasi himpunan, yang akan diapaparkan pada tabel dibawah
ini. Beberapa hukum tersebut terdapat kemiripan pada hukum aljabar pada
operasi bilangan riil, seperti hukum distributif 𝑎(𝑏 + 𝑐) = 𝑎𝑏 + 𝑎𝑐. sehingga pada
hukum himpunan sering disebut juga “hukum aljabar himpunan”.
1. Hukum identitas: 2. Hukum null/dominasi:
- AÈÆ=A - AÇÆ=Æ
- AÇU=A - AÈU=U

3. Hukum komplemen: 4. Hukum idempoten:


- AÈ A =U - AÈA=A

- AÇ A =Æ - AÇA=A

5. Hukum involusi: 6. Hukum penyerapan (absorpsi):


- A È (A Ç B) = A
- (A) =A
- A Ç (A È B) = A

7. Hukum komutatif: 8. Hukum asosiatif:


- AÈB=BÈA - A È (B È C) = (A È B) È C
- AÇB=BÇA - A Ç (B Ç C) = (A Ç B) Ç C

9. Hukum distributif: 10. Hukum De Morgan:


- A È (B Ç C) = (A È B) Ç (A È
- A∩B = A∪B
C)
- A∪B = A∩B
- A Ç (B È C) = (A Ç B) È (A Ç
C)

11. Hukum 0/1

- ∅ =U

- U =

Prinsip Dualitas
Prinsip dualitas merupakan prinsip yang penting dalam aljabar himpunan.
Prinsip ini dapat digunakan dalam menurunkan kesamaan himpunan lain
dalam operasi ∪ dan ∩, dan himpunan ∅ dan 𝑈, atau membuktikan dual dari
kesamaan himpunan lainnya. Misalkan S adalah suatu kesamaan (identity)
yang melibatkan himpunan dan operasi-operasi seperti È, Ç, dan komplemen.
Jika S* diperoleh dari S dengan mengganti È  Ç, Ç  È, Æ  U, U  Æ,
sedangkan komplemen dibiarkan seperti semula, maka kesamaan S* juga
benar dan disebut dual dari kesamaan S. Pada tabel dibawah ini menunjukan
bahwa hukum-hukum aljabar himpunan beberapa memiliki dualitasnya
1. Hukum identitas: Dualnya:
AÈÆ=A AÇU =A

2. Hukum null/dominasi: Dualnya:


AÇÆ=Æ AÈU=U

3. Hukum komplemen: Dualnya:


AÈ A =U AÇ A =Æ

4. Hukum idempoten: Dualnya:


AÈA=A AÇA=A

5. Hukum penyerapan: Dualnya:


A È (A Ç B) = A A Ç (A È B) = A

6. Hukum komutatif: Dualnya:


AÈB=BÈA AÇB=BÇA

7. Hukum asosiatif: Dualnya:


A È (B È C) = (A È B) È C A Ç (B Ç C) = (A Ç B) Ç C
8. Hukum distributif: Dualnya:
A È (B Ç C)=(A È B) Ç (A È C) A Ç (B È C) = (A Ç B) È (A Ç C)

9. Hukum De Morgan: Dualnya:

A∪B = A Ç B A∩B = A È B

10. Hukum 0/1 Dualnya:

∅ =U U =

Prinsip Ekslusif -Inklusif Himpunan


Jika 𝐴 dan 𝐵 adalah sebuah himpunan. Maka gabungan dari 𝐴 dan 𝐵 (𝐴 ∪ 𝐵)
akan menghasilkan himpunan baru yang anggota-anggotanya berasal dari himpunan
𝐴 dan 𝐵. Himpunan 𝐴 dan 𝐵 mungkin saja memiliki angota (elemen) yang sama,
artinya pada gabungan 𝐴 dan 𝐵 (𝐴 ∪ 𝐵) terdapat irisan dari kedua himpunan
tersebut (𝐴 ∩ 𝐵). Dari keterangan tersebut di atas, jika muncul pertanyaan berapa
jumlah anggota pada gabungan himpunan 𝐴 dan 𝐵 (𝐴 ∪ 𝐵) atau dapat ditulis |𝐴 ∪
𝐵|?. Maka dapat dijawab bahwa jumlah anggota pada 𝐴 ∪ 𝐵 adalah banyaknya
anggota dari himpunan 𝐴 ditambah banyaknya anggota dari himpunan 𝐵 dikurangi
dengan banyaknya anggota himpunan 𝐴 yang juga anggota himpunan 𝐵 (𝐴 ∩ 𝐵).
Dapat dinotasikan sebagai berikut.
|𝐴 ∪ 𝐵| = |𝐴| + |𝐵| − |𝐴 ∩ 𝐵|
Prinsip ini dikenal dengan “Prinsip Inklusif-Eksklusif”
 Jika 𝐴 dan 𝐵 adalah himpunan berhinga dan saling lepas (disjoint), maka:
|𝐴 ∪ 𝐵| = |𝐴| + |𝐵|
 Jika 𝐴 dan 𝐵 adalah himpunan berhinga, maka |𝐴 ∪ 𝐵| berhingga dan
|𝐴 ∪ 𝐵| = |𝐴| + |𝐵| − |𝐴 ∩ 𝐵|.
Dengan cara yang sama, kita juga dapat menghitung jumlah anggota dari
dua himpunan yang beroperasi beda setangkup.
|𝐴 ⨁ 𝐵| = |𝐴| + |𝐵| − 2 |𝐴 ∩ 𝐵|
Prinsip inklusif-eksklusif dapat juga digunakan pada operasi lebih dari dua
himpunan. Untuk tiga buah himpunan 𝐴, 𝐵, dan 𝐶 berlaku teorema sebagai
berikut:
A  B  C = A + B + C – A  B –
A  C – B  C + A  B  C
Untuk himpunan A1, A2, …, Ar, berlaku:

∑ ∑ ∑
A1  A2  …  Ar = i Ai – 1≤i≤ j≤r Ai  Aj + 1≤i≤ j≤k≤r Ai 
Aj  Ak + … + (-1)r-1 A1  A2  …  Ar
Contoh :
Berapa banyak bilangan bulat 1 sampai dengan 50 yang habis dibagi 4 atau 7?
Penyelesaian:
Dimisalkan:
𝐴 = himpunan bilangan bulat 1—50 yang habis dibagi 4
𝐵 = himpunan bilangan bulat 1—50 yang habis dibagi 7
𝐴 ∩ 𝐵 = himpunan bilangan bulat 1—50 yang habis dibagi 4 dan 7 (yaitu
himpunan bilangan bulat 1—50 yang habis dibagi dengan KPK dari 4 dan 7 yaitu
28.

Ditanya:
|𝐴 ∪ 𝐵| ?
|𝐴| = ⌊50/4⌋ = 12;
|𝐵| = ⌊50/7⌋ = 7;
|𝐴 ∩ 𝐵| = ⌊50/28⌋ = 1
Sehinggga:
|𝐴 ∪ 𝐵| = |𝐴| + |𝐵| − |𝐴 ∩ 𝐵|
|𝐴 ∪ 𝐵| = 12 + 7 − 1
|𝐴 ∪ 𝐵| = 18
Jadi terdapat 18 buah bilangan antara 1 sampai dengan
50 yang habis dibagi 4 atau 7 yaitu:
𝐴 ∪ 𝐵 = {4, 7, 8, 12, 14, 16, 20, 21, 24, 28, 32, 35, 36, 40, 42, 44, 48, 49}.
Partisi Himpunan
Partisi dari sebuah himpunan 𝐴 adalah sekumpulan himpunan bagian tidak
kosong 𝐴, 𝐴, … dari 𝐴 sedemikian hingga:
(a) 𝐴 ∪ 𝐴, … = 𝐴, dan
(b) Himpunan bagian 𝐴 saling lepas, yaitu 𝐴 ∩ 𝐴 = ∅ untuk 𝑖 ≠ 𝑗
Misalkan :
𝑀 = {𝑎, 𝑏, 𝑐, 𝑑, 𝑒, 𝑓, 𝑔, ℎ, 𝑖, 𝑗}, maka {{𝑎}, {𝑏, 𝑐}, {𝑑, 𝑒, 𝑓}, {𝑔, ℎ, 𝑖}, {𝑗}}
merupakan partisi dari himpunan 𝑀.
Himpunan Ganda
Himpunan Ganda (multiset) adalah “Himpunan yang anggotanya boleh berulang
(tidak harus berbeda)”. Contoh dari himpunan ganda misalnya {1, 1, 2, 2, 2, 3, 4, 5}
dan {𝑎, 𝑏, 𝑏, 𝑏, 𝑏, 𝑐}.
Multiplisitas dari suatu anggota suatu himpunan ganda adalah jumlah
kemunculan anggota tersebut pada himpunan ganda. Misal pada himpunan
{1, 1, 2, 2, 2, 3, 4, 5} maka multiplisitas dari elemen 1 adalah 2, multiplisitas
elemen 2 adalah 3. Cara lainnya dalam menyatakan himpunan ganda
adalah dengan menggunakan multiplisitasnya. Misal {2.1, 3.2, 1.3, 1.4, 1.5},
yang sama dengan {1, 1, 2, 2, 2, 3, 4, 5}.
“Himpunan (set) merupakan contoh khusus dari himpunan ganda, yang
dalam hal ini multiplisitas dari masing-masing elemennya adalah 1 atau 0.
“Kardinalitas dari himpunan ganda didefinisikan sebagai kardinalitas himpunan
padanannya, dengan mengasumsikan bahwa elemen dari himpunan ganda
semuanya berbeda”. Operasi pada himpunan ganda sedikit berbeda dengan operasi
himpunan biasa. Untuk himpunan ganda definisi dari operasi himpunan adalah
sebagai berikut.
Misalkan 𝐴 dan 𝐵 adalah himpunan ganda, maka:
(a) 𝐴 ∪ 𝐵 adalah suatu himpunan ganda yang multiplisitas elemennya sama dengan
multiplisitas maksimum elemen tersebut pada himpunan 𝐴 dan 𝐵. Contoh: 𝐴 = {𝑎,
𝑎, 𝑎, 𝑏, 𝑐, 𝑐, 𝑒}, 𝐵 = {𝑎, 𝑎, 𝑏, 𝑏, 𝑏, 𝑑, 𝑒}, maka 𝐴 ∪ 𝐵 = {𝑎, 𝑎, 𝑎, 𝑏, 𝑏, 𝑏, 𝑐, 𝑐, 𝑑, 𝑒}
(b) 𝐴 ∩ 𝐵 adalah suatu himpunan ganda yang multiplisitas elemennya sama dengan
multiplisitas minimum elemen tersebut pada himpunan 𝐴 dan 𝐵. Contoh: 𝐴 = {𝑎, 𝑎,
𝑎, 𝑏, 𝑐, 𝑐, 𝑒}, 𝐵 = {𝑎, 𝑎, 𝑏, 𝑏, 𝑏, 𝑑, 𝑒}, maka 𝐴 ∩ 𝐵 = {𝑎, 𝑎, 𝑏, 𝑒}
(c) 𝐴 − 𝐵 adalah himpunan ganda yang multiplisitas elemennya sama dengan:
 Multiplisitas elemen tersebut oada 𝐴 dikurangi multiplisitas
pada 𝐵, jika selisihnya positif.
 0, jika selisihnya nol atau negatif.
Contoh: 𝐴 = {𝑎, 𝑎, 𝑎, 𝑏, 𝑐, 𝑐, 𝑒}, 𝐵 = {𝑎, 𝑎, 𝑏, 𝑏, 𝑏, 𝑑, 𝑒}, maka 𝐴 − 𝐵 = {𝑎, 𝑐, 𝑐}
(d) 𝐴 + 𝐵, yang didefinisikan sebagai jumlah (sum) dua buah himpunan ganda, adalah
suatu himpunan ganda yang multiplisitas anggotanya sama dengan penjumlahan
dari multiplisitas elemen tersebut adalah 𝐴 dan 𝐵. Catatan: Beda setangkup tidak
didefinisikan pada himpunan ganda. Contoh: 𝐴 = {𝑎, 𝑎, 𝑎, 𝑏, 𝑐, 𝑐, 𝑒}, 𝐵 = {𝑎, 𝑎, 𝑏,
𝑏, 𝑏, 𝑑, 𝑒}, maka 𝐴 + 𝐵 = {𝑎, 𝑎, 𝑎, 𝑎, 𝑎, 𝑏, 𝑏, 𝑏, 𝑏, 𝑐, 𝑐, 𝑑, 𝑒, 𝑒}

Anda mungkin juga menyukai