Abstrak
Pada praktikum ini dilakukan dua percobaan yakni, menentukan koefisien gesek kinetik dan koefisien
gesek statis, serta mengetahui dan menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi koefisien gesekan kinetik dan
statis. Dapat diketahui bahwa gaya gesek adalah gaya yang menghambat gerak benda yang bergeser (bergerak)
disepanjang permukaan (lintasan). Gaya gesek bekerja sejajar dengan bidang sentuh, melawan kecepatan gerak
benda dan besarnya gaya gesek bergantung pada sifat bahan yang saling bersentuhan. Pada percobaan pertama yaitu,
menentukan koefisien gesekan kinetik (k), dimana gesekan kinetik tersebut timbul ketika suatu benda melintasi
suatu bidang datar dengan kecepatan tertentu. Dimana permukaan tersebut berada pada gerakan relatif satu sama
lain. Dan pada percobaan kedua ialah menenukan koefisien gesekan stastis (s), koefisien gesek statis ini
dipengaruhi oleh sifat dari bahan yang digunakan. Karena itu, pada percobaan kedua ini terdapat beberapa faktor
yang mempengaruhi jalannya praktikum.
Kata kunci: Gaya gesek, koefisien gesek kinetik, koefisien gesek statis
I.
A.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Gesekan akan terjadi bila antara dua buah permukaan benda saling bersentuhan satu sama
lain, baik itu terhadap udara, air ataupun benda padat. Ketika sebuah benda bergerak, maka
permukaan benda tersebut akan bersentuhan dan terjadi gesekan antara kedua buah benda. Gaya
gesekan juga selalu terjadi antara permukaan benda padat yang bersentuhan, sekalipun benda
tersebut sangat licin. Pada permukaan benda yang sangat licin, akan terlihat kasar dalam skala
mikroskopis. Ketika sebuah benda bergerak, misalnya ketika sebuah buku didorong diatas
permukaan meja, gerakan buku tersebut mengalami hambatan dan akhirnya akan berhenti,
karena terjadi sebuah gesekan antara permukaan buku dengan permukaan meja serta gesekan
antara permukaan buku dengan udara. Dalam hal ini, jika permukaaan suatu benda bergesekan
dengan permukaan benda lain, masing-masing benda akan melakukan gaya gesek antara satu
dengan yang lain.
B.
Dasar Teori
Gambar 1 Grafik hubungan antara gaya gesek (fges) dan gaya sejajar bidang yang diberikan
pada benda.
Hubungan antara gaya gesek (fges) dan gaya F yang sejajar bidang pada sebuah benda
ditunjukkan pada gambar 1. Grafik tersebut memperlihatkan bahwa saat benda belum diberi gaya
atau F = 0, gaya gesek belum bekerja atau fges = 0. Ketika besar gaya F dinaikkan secara
perlahan , benda tetap diam hingga dicapai keadaan di mana benda tepat akan bergerak. Pada
keadaan ini gaya gesekan selalu sama dengan gaya yang diberikan atau secara
matematis fges = F. Gaya gesek yang bekerja pada saat benda dalam keadaan diam disebut gaya
gesek statis. Pada keadaaan benda tepat akan bergerak, besar gaya F tepat sama dengan gaya
gesek statis maksimum. Besar gaya gesekan statis maksimum sebanding dengan gaya normal
antara benda dan bidang. Konstanta kesebandingan antara besar gaya gesek statis maksimum dan
gaya normal disebut koefisien gesek statis. Dengan demikian, secara matematis besar gaya gesek
statis maksimum memenuhi persamaan:
fs,maks = s N..............................................................................(1)
dengan, s = koefisien gesek statis
N = gaya normal.
Persamaan 1 hanya berlaku ketika benda tepat akan bergerak. Persamaan ini juga
menunjukkan bahwa selama gaya F yang diberikan pada benda lebih kecil dari pada atau sama
dengan gaya gesek statis (F fs,maks), benda tetap dalam keadaan diam. Pada keadaan ini berlaku :
fges s N...................................................................................(2)
ketika gaya Fyang diberikan lebih besar daripada besar gaya gesek statis maksimum, F
> fs,maks, benda akan bergerak. Pada keadaan bergerak, gaya gesek yang bekerja disebut gaya
gesek kinetik. Gaya gesek kinetik memenuhi persamaan:
fges = fk = k N........................................................................(3)
dengan, k = koefisien gesek kinetik,
N = gaya normal.
Persamaan 3 memperlihatkan bahwa gaya gesek kinetik besarnya lebih kecil daripada gaya
gesek statis. Hal ini menunjukkan bahwa koefisien gesek kinetik selalu lebih kecil daripada
koefisien gesek statis ( k > s ). Benda yang dikerahkan bergantung pada keadaan dua buah
permukaan bidang yang bergesekan. Hal ini disebabkan besarnya koefisien gesekan bergantung
pada sifat alamiah kedua benda yang bergesekan, diantaranya kering atau basahnya dan kasar
atau halusnya permukaan benda yang bergesekan.
( Tipler, 1991 )
II.
METODOLOGI :
Pada percobaan gesekan dan bidang miring ini melakukan dua buah praktikum, yakni:
praktikum untuk menentuka koefisien gesek kinetik dan praktikum menentukan koefisien gesek
statis. Pada kedua praktikum ini masing-masing menggunakan alat dan bahan yan berlainan.
Pada percobaan I menentukan koefisien gesek kinetik, alat dan bahan yang digunakan
antara lain: sebuah air track (benda 1), 3 buah bandul berbeda (benda 2), tali atau benang
secukupnya, dua buah sensor waktu, sebuah mesin blower, dan sebuah alat ukur pembaca sensor
otomatis.
Gambar 2 salah satu gambaran alat untuk menentukan koefisien gesek kinetik.
Dapat dilihat pada gambar 1 bahwa cara kerja dari percobaan I ini ialah, ketika blower
dinyalahkan dan menggerakkan air track sebagai benda 1, maka bandul (benda 2) akan bergerak
ke bawah. Saat air track melewati kedua buah sensor, waktu yang didapatkan tersimpan pada alat
otomatis, serta dapat diketahui dan dicatat hasil t.
Percobaan II adalah menentukan koefisien gesek statis. Pada percobaan ini, ada dua tahap
yang dilakukan, yakni balok dilapisi dengan alumunium dan balok tanpa lapisan alumunium.
Alat dan bahan yang digunakan antara lain ialah, selembar alumunium yang melapisi bagian
bawah balok, sebuah balok, 5 buah lempengan (beban), tali secukupnya, sebuah katrol, dan
sebuah alat bidang miring yang dilengkapi busur.
Gambar 3 salah satu cara untuk menentuka koefisien gesek statis.
Pada percobaan II ini ada dua tahapan, yaitu balok dilapisi dengan alumunium dan tanpa
lapisan alumunium diletakkan di atas alat bidang miring, lalu alat tersebut digeser sedikit demi
sedikit kebawah. Setelah dirasa balok mengeluarkan fges, hasil sudut dari sebuah busur dapat
dilihat dan dicatat nilai sudutnya. Selanjutnya menambahkan lempengan satu persatu di
gantungan beban. Hal ini dilakukan terus menerus hingga 5 buah lempengan dan di ganti dengan
tahapan kedua.
III.
1.
t2 (s)
1,2312
1,3301
1,3276
1,2297
1,2604
t2 (s)
0,9359
9
0,9496
3
0,8585
2
0,8467
6
0,8592
5
t2 (s)
0,7127
6
0,7158
5
0,7568
7
0,7394
4,1746
7
0,7547
Percobaan II :
Koefisien gesek statis :
awal
kepin
massa
g
(gram)
1
0,6
2
0,4
3
0,4
4
0,3
5
0,3
2.
13
dengan al
12
9
8
8
7
15
tanpa al
13
12
11
10
8
Pembahasan
Gaya gesek adalah gaya yang menghambat gerak benda bergeser (bergerak) disepanjang
lintasan (permukaan). Gaya gesek bekerja sejajar dengan bidang sentuh (permukaan), melawan
kecepatan gerak benda dan besarnya gaya gesek bergantung paa sifat bahan yang saling
bersentuhan. Pada percobaan I yakni, menentukan konstanta gesekan kinetik prinsipnya adalah
dimana gesekan kinetik itu timbul ketika suatu benda melintasi suatu bidang datar dengan
kecepatan tertentu yang mana permukaannya berada dalam gerakan relatif satu sama lain,
besarnya gaya gesek kinetik sebandng dengan gaya normal benda yang bekerja pada bidang
sentuh dan selalu berlawanan dengan kecepatan gerak benda relatif terhadap bidang sentuh
lintasan.
Saat air track (benda 1) bergerak dan melewati dua buah sensor maka waktu akan tercatat
otomatis pada alat pencatat waktu. Pada alat tersebut waktu yang tercatat dalam t 1 dan t2.
Percobaan ini di lakukan 3 kali dengan 3 buah bandul (benda2) sebanyak 5 buah variasi, yakni
bandul 0,01 kg, 0,02 kg, 0,03 kg.
Dari data yang didapatkan, dapat dipergunakan untuk menghitung koefisien kinetik dengan
menggunakan persamaan berikut:
dimana, k
: koefisien gesek kinetik
W2
: gaya berat beban 2
W1
: gaya berat beban 1
a
: percepatan benda (m/s2)
persamaan 4 didapatkan dari system (Gambar 2) yang dapat digambarkan, sebagai berikut:
Gerak pada sistem 1 (benda 1):
F=0
W1-N=0
W1=N
Fk=k.N =>
= fk
Fx=m1.a
T-fk=m1.a
(m2.g-m2.a)-fk=m1.a
Fk=m2g-m2a-mia
........................................................................(5)
persamaan 5 jika disederhanakan akan sama seperti persamaan 4.
Dari persamaan diatas dapat dihitung (k):
m2=0,01 kg => k=0,067655 0,000001
m2=0,02 kg => k=0,23405 0,0012358
m2=0,03 kg => k=0,10290
Berdasarkan teori yang ada, besarnya suatu koefisien kinetik ( k) sama, dikarenakan besarnya
koefisien kinetik hanya dipengaruhi oleh sifat bahan.
Pada percobaan II yaitu menentukan koefisien gesek statis. Prinsip kerjanya adalah
gesekan statis akan timbul ketika benda tepat akan bergerak dengan sudut tertentu. Untuk
mengetahui besarnya koefisien gesek statis dapat diketahui dengan persamaan:
s=tan....................................................................................................(6)
dimana persamaan ini dapat diketahui dari Gambar 3 dan dapat digambarkan sebagai berikut:
F1=m2.a
karena benda diam, maka:
F1=m2(0)
W2-T=0
T=W2
Fx=mt.a
W1.sin=W2-fs=m.a
m1.g.sin+m2.g-s.W1.cos=mtot.a
m1.g.sin-s.w1.cos=(m1+m2)a-m2.g
m1.g(sin-s.cos)=(m1+m2)g-m2.g
m1.g(sin-s.cos)=m1.g+m2.g-m2.g
sin=s.cos
s=sin/cos
s=tan
dengan menggunakan s=tan (persamaan 6)didapatkan:
s tanpa alumunium : 0,1909340,000002
s dengan alumunium : 0,1549610,00000176
dapat dilihat bahwa besar s tanpa alumunium dan dengan alumunium tidak sama. Hal ini dikarenakan s
dengan alumunium lebih kecil dibandingkan dengan s tanpa alumunium. Hal ini dikarenakan licinnya (halusnya)
permukaan alumunium, sehinggga gesekan pada permukaan balok menjadi lebih kecil,sudut pun akan lebih kecil
untuk dapat menggerakkan balok kayu. Hal ini membuktikan bahwa sifat bahan yang bersentuhan berpengaruh
dalam percobaan ini.
Dari kedua percobaan ini dapat dilihat bahwa k > s, hal ini disebabkan karena gaya geseg statis yang
menahan benda saat diam (tepat akan bergerak) lebih besar dibandingkan gaya gesek kinetik yang menahan benda
ketika bergerak, hal ini juga dipengaruhi oleh sifat permukaan benda.
Oleh karena itu, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya koefisien gesek kinetik (k) dan
statis (s), antara lain:
IV.
1.
Massa beban
2.
3.
4.
Massa benda
Gaya normal
Sifat permukaan benda :
Permukaan halus s kecil
Pemukaan kasar s besar.
KESIMPULAN
1. Koefisien statis (s) ditentukan pada bidang miringdengan persamaan s=tan.
s tanpa alumunium : 0,1909340,000002
s dengan alumunium : 0,1549610,00000176
2. Koefisien kinetik (k) ditentukan oleh bidang datar dengan
persamaan:
3.
menggunakan
Massa beban
Massa benda
Gaya normal
V.
DAFTAR PUSTAKA
Giancoli, Douglas C., 2001, Fisika Jilid I (terjemahan), Jakarta : Penerbit Erlangga
Halliday dan Resnick, 1991, Fisika Jilid I, Terjemahan, Jakarta : Penerbit Erlangga
Young, Hugh D. & Freedman, Roger A., 2002, Fisika Universitas (terjemahan),Jakarta : Penerbit
Erlangga
Tipler, Paul A. 1991. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Erlangga. Jakarta
VI.
LAMPIRAN
Koefisien gesek kinetik
10gra
m
t1 (s) t2 (s)
V1 (m/s)
4,4185
1,2312
0,022632115
4,7046
1,3301
0,021255792
5,8124
1,3276
0,017204597
4,0169
1,2297
0,024894819
4,3864
1,2604
0,022797738
V2 (m/s)
0,77160493
8
0,71423201
3
0,71557698
1
0,77254614
9
0,75372897
5
a (m/s)
0,313085246
0,268250294
0,26934443
0,313793579
0,298730332
20gra
m
t1 (s)
4,9088
4,8432
3,6897
4,8073
5,0186
30gra
t2 (s)
0,9359
9
0,9496
3
0,8585
2
0,8467
6
0,8592
5
V1 (m/s)
0,020371578
0,020647506
0,257473507
0,020801697
0,019925876
V2 (m/s)
1,01496810
9
1,00038962
5
1,10655546
8
1,12192356
7
1,10561536
2
k
0,06539
6
0,07035
1
0,07023
0,06531
8
0,06698
2
0,06765
5
k
-0,002259652
0,00269579
0,002574859
-0,002337941
-0,000673056
0,000001
a (m/s)
0,54197119
0,52650162
3
0,60956441
9
0,66225251
6
0,64315173
1
0,240098
0,00604768
0,241808
0,007757474
0,232627
-0,00142315
0,226804
-0,007246572
0,228915
0,23405
-0,005135432
0,0012358
m
t1 (s)
0,018680764
4,3755
t2 (s)
0,7127
6
0,7158
5
0,7568
7
0,7394
7
4,1746
0,7547
0,023954391
5,7486
5,3531
5,3122
V1 (m/s)
0,01739554
0,018824592
0,022854531
13
dengan
al
12
9
8
8
7
V2 (m/s)
1,33284696
1
1,32709366
5
1,25516931
6
1,28470391
1,25877832
3
a (m/s)
0,934830746
0,926751908
0,828997708
0,868390424
0,833657396
k
0,09667
7
k
-0,006223196
0,09757
0,10837
4
-0,005330272
0,10402
0,10785
9
0,1029
0,001120208
0,005474139
0,004959121
0
15
s
0,212556
0,158384
0,14054
0,14054
0,122784
0,154961
s
0,0575952
0,0034232
-0,0144208
-0,0144208
-0,0321768
0,00000176
tanpa al
13
12
11
10
8
s
0,230868
0,212556
0,19438
0,176326
0,14054
0,190934
s
0,039934
0,021622
0,003446
-0,014608
-0,050394
0,000002
Terdapat dua jenis gaya gesek antara dua buah benda yang padat saling bergerak lurus,
yaitu gaya gesek statis dan gaya gesek kinetis, yang dibedakan antara titik-titik sentuh antara
kedua permukaan yang tetap atau saling berganti (menggeser). Untuk benda yang dapat
menggelinding, terdapat pula jenis gaya gesek lain yang disebut gaya gesek menggelinding
(rolling friction). Untuk benda yang berputar tegak lurus pada permukaan atau ber-spin, terdapat
pula gaya gesek spin (spin friction). Gaya gesek antara benda padat dan fluida disebut
sebagai gaya Coriolis-Stokes atau gaya viskos (viscous force).
Gaya gesek statis adalah gesekan antara dua benda padat yang tidak bergerak relatif satu
sama lainnya. Seperti contoh, gesekan statis dapat mencegah benda meluncur ke bawah
padabidang miring. Koefisien gesek statis umumnya dinotasikan dengan s, dan pada umumnya
lebih besar dari koefisien gesek kinetis.
Gaya gesek statis dihasilkan dari sebuah gaya yang diaplikasikan tepat sebelum benda
tersebut bergerak. Gaya gesekan maksimum antara dua permukaan sebelum gerakan terjadi
adalah hasil dari koefisien gesek statis dikalikan dengan gaya normal f = s Fn. Ketika tidak ada
gerakan yang terjadi, gaya gesek dapat memiliki nilai dari nol hingga gaya gesek maksimum.
Setiap gaya yang lebih kecil dari gaya gesek maksimum yang berusaha untuk menggerakkan
salah satu benda akan dilawan oleh gaya gesekan yang setara dengan besar gaya tersebut namun
berlawanan arah. Setiap gaya yang lebih besar dari gaya gesek maksimum akan menyebabkan
gerakan terjadi. Setelah gerakan terjadi, gaya gesekan statis tidak lagi dapat digunakan untuk
menggambarkan kinetika benda, sehingga digunakan gaya gesek kinetis.
Gaya gesek kinetis (atau dinamis) terjadi ketika dua benda bergerak relatif satu sama
lainnya dan saling bergesekan. Koefisien gesek kinetis umumnya dinotasikan dengan k dan
pada umumnya selalu lebih kecil dari gaya gesek statis untuk material yang sama.
Yang memperngaruhi gaya gesek adalah sebagai berikut :
1. Koefisien gesekan ( ) adalah tingkat kekasaran permukaan yang bergesekan. Makin kasar
kontak bidang permukaan yang bergesekan makin besar gesekan yang ditimbulkan.
Jika bidang kasar sekali , maka = 1.
Jika bidang halus sekali , maka = 0.
2. Gaya normal (N) adalah gaya reaksi dari bidang akibat gaya aksi dari benda. Makin besar gaya
normalnya makin besar gesekannya.
Cara merumuskan gaya normal adalah dengan memakai persamaan hukum I Newton,
yaitu ;
Benda di atas bidang datar ditarik gaya mendatar
N = w = m.g
Benda di atas bidang datar ditarik gaya membentuk sudut
Benda di atas bidang miring membentuk sudut
1.2.2. Hubungan antara Gaya Gesek dengan Hukum Newton 1 dan Hukum Newton 2.
Hukum pertama Newton menyatakan bahwa sebuah benda dalam keadaaan diam atau
bergerak dengan kecepatan konstan akan tetap diam atau akan terus bergerak dengan kecepatan
kostan kecuali ada gaya eksternal yang berkerja pada benda itu. Kecenderungan yang
digambarkan dengan mengatakan bahwa benda mempunyai kelembaman.
Pada Hukum pertama dan kedua Newton dapat dianggap sebagai definisi gaya. Gaya adalah
suatu pengaruh pada sebuah benda yang menyebabkan benda mengubah kecepatannya, artinya,
dipercepat. Arah gaya adalah percepatan yang disebabkan jika gaya itu adalah satu-satunya gaya
yang bekerja pada benda tersebut. Besaran gaya adalah hasil kali massa benda dan besaran
percepatan yang dihasilkan gaya.
Sedangkan Massa adalah sifat instrinsik sebuah benda yang mengukur resistansinya
terhadap percepatan.
F = m.a
Hukum kedua Newton menetapkan hubungan antara besaran dinamika gaya dan massa dan
kinematika percepatan, kecepatan dan perpindahan. Hal ini bermanfaat karena memungkinkan
menggambarkan aneka gejala fisika yang luas dengan menggunakan sedikit hukum gaya yang
relative mudah.
BAB II
ALAT DAN BAHAN
2.1.
1)
2)
3)
BAB III
METODA KERJA
1.
2.
3.
4.
5.
Diletakkan balok di atas bidang luncur pada tempat yang sudah diberi tanda. Ukur panjang
lintasan yang akan dilalui oleh benda (St).
Diangkat bidang luncur perlahan-lahan hingga balok pada kondisi akan meluncur. Diukur posisi
vertikal (y) dan horizontal (x) balok.
Diangkat bidang luncur sedikit ke atas lagi hingga balok meluncur. Dengan menggunakan
stopwatch diukur waktu yang diperlukan balok selama meluncur sepanjang lintasan tadi.
Diulang percobaan nomor 1 sampai 3 lima kali, kemudian hitung koefisien gesek statis (s),
percepatan (a), koefisien gesek kinetis (k), dan kecepatan benda pada saat mencapai ujung
bawah bidang luncur (Vt).
Dilakukan percobaan diatan dengan menggunakan benda lain.
BAB IV
DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
4.1.
Data Pengamatan
Berdasarkan data percobaan dan perhitungan yang telah dilakukan tanggal 21 Oktober 2011,
maka dapat dilaporkan hasil sebagai berikut.
Keadaan ruangan
P (cm)Hg
T (oC)
C (%)
Sebelum percobaan
74,6
30,5
65 %
Sesudah percobaan
74,7
30
77 %
Balok A
Massa : 114,6 gram
N
x
y
o
sin
cos
34,4
25,3
42,8
2
0,7
0,59
1
0,803
0,736
0,217
408,1
6
285,7
1
36,2
9
33,3
25,8
42,1
0,8
0,61
3
0,791
0,775
0,372
312,5
250
37,7
3
33,8
5
25,5
5
42,4
6
0,7
5
0,60
2
0,797
0,755
5
0,294
360,3
3
267,8
5
37,0
1
0,55
0,25
0,36
0,0
5
0,01
1
0,006
0,019
5
0,077
5
47,83
17,85
0,72
sin
cos
Balok B
Massa : 123,1 gram
N
x
y
o
1
29
25,5
38,6
2
0,
6
0,660
0,751
0,87
8
0,12
4
555,5
5
333,
3
41,29
28,5
25,8
38
0,
6
0,663
0,75
0,88
4
0,12
8
555,5
5
333,
3
41,52
28,7
5
25,5
5
38,3
1
0,
6
0,661
5
0,750
5
0,88
1
0,12
6
555,5
5
333,
3
41,40
5
0,25
0,25
0,31
0,001
5
0,000
5
0,00
3
0,00
2
0,115
sin
cos
Balok C
Massa : 109,2 gram
N
x
y
o
1
28,2
25,4
37,
9
0,7
9
0,67
0,74
0,905
0,46
3
320,5
1
253,2
0
42,06
28,5
25,3
38,
0,6
0,65
0,74
0,892
0,29
420,1
289,9
41,29
28,3
5
25,3
5
38
0,7
4
0,66
0,74
0,898
5
0,38
1
370,3
3
271,5
5
41,67
5
0,15
0,05
0,1
0,0
5
0,01
0,006
5
0,08
2
49,82
5
36,35
5
0,385
4.2. Perhitungan
1. Balok A
Perhitungan x
= 0,55
Ketelitian =
=
= 98,37 %
Perhitungan y
= 0,25
Ketelitian =
=
= 99,02 %
Perhitungan r
= 0,36
Ketelitian =
=
= 99,15 %
Perhitungan t
= 0,05
Ketelitian =
=
= 93,33 %
Perhitungan sin
= 0,011
Ketelitian =
=
= 81,73 %
Perhitungan cos
= 0,006
Ketelitian =
=
= 99,24 %
Perhitungan s
= 0,0195
Ketelitian =
=
= 97,42 %
Perhitungan k
g = 980 cm/s2
= 0,0775
Ketelitian =
=
= 73,68 %
Perhitungan a
st = 100cm
= 47,33
Ketelitian =
=
= 86,86 %
Perhitungan V
= 17,85
Ketelitian =
=
= 93,33 %
Perhitungan
= 0,72
Ketelitian =
=
= 98,05 %
2. Balok B
Perhitungan x
= 0,25
Ketelitian =
=
= 98,13 %
Perhitungan y
= 0,15
Ketelitian =
= 99,40 %
Perhitungan r
= 0,31
Ketelitian =
=
= 99,19 %
Perhitungan t
=0
Ketelitian =
=
= 100 %
Perhitungan sin
= 0,0015
Ketelitian =
=
= 99,77 %
Perhitungan cos
= 0,0005
Ketelitian =
=
= 99,93 %
Perhitungan s
= 0,003
Ketelitian =
=
= 99,67 %
Perhitungan k
g = 980 cm/s2
= 0,002
Ketelitian =
=
= 98,41 %
Perhitungan a
st = 100cm
=0
Ketelitian =
=
= 100 %
Perhitungan V
=0
Ketelitian =
=
= 100 %
Perhitungan
= 0,115
Ketelitian =
=
= 99,72 %
3. Balok C
Perhitungan x
= 0,15
Ketelitian =
=
= 99,47 %
Perhitungan y
= 0,15
Ketelitian =
=
= 99,40 %
Perhitungan r
,1
= 0,1
Ketelitian =
=
= 99,73 %
Perhitungan t
= 0,05
Ketelitian =
=
= 93,24 %
Perhitungan sin
= 0,01
Ketelitian =
=
= 98,48 %
Perhitungan cos
=0
Ketelitian =
=
= 100 %
Perhitungan s
= 0,0065
Ketelitian =
=
= 99,27 %
Perhitungan k
g = 980 cm/s2
= 0,082
Ketelitian =
=
= 78,47 %
Perhitungan a
st = 100cm
370,33
= 49,825
Ketelitian =
=
= 86,55 %
Perhitungan V
= 36,355
Ketelitian =
=
= 97,25 %
Perhitungan
= 0,115
Ketelitian =
=
= 99,64 %
BAB V
PEMBAHASAN
Gaya gesek adalah gaya yang berarah melawan gerak benda atau arah kecenderungan
benda akan bergerak. Gaya gesek muncul apabila dua buah benda bersentuhan. Benda-benda
yang dimaksud di sini tidak harus berbentuk padat, melainkan dapat pula berbentuk cair,
ataupungas. Gaya gesek merupakan akumulasi interaksi mikro antar kedua permukaan yang
saling bersentuhan. Gaya-gaya yang bekerja antara lain adalah gaya elektrostatik pada masingmasing permukaan. Dulu diyakini bahwa permukaan yang halus akan menyebabkan gaya gesek
(atau tepatnya koefisien gaya gesek) menjadi lebih kecil nilainya dibandingkan dengan
permukaan yang kasar.
Permukaan bidang yang kasar akan membuat gesekan semakin besar sehingga kecepatan
laju balok sedikit lambat atau lebih cepat balok yang permukaannya licin atau halus, pada saat
mendorong benda secara terus-menerus maka akan muncul fs (arah gaya gesek) yang membesar
sampai benda itu tepat bergerak, setelah benda bergerak, gaya gesek menurun sampai mencapai
nilai yang tepat, keadaan itu dikenal dengan gaya gesek kinetis. Maka gesekan kinetis akan besar
ketika sedut kemiringan itu rendah, sedang semakin tinggi gaya gesek semakin kecil.
Maka percepatannya akan berbeda antara balok yang beratnya ringan dengan yang lebih
berat. Sebab massa juga mempengaruhi kecepatan dan gaya. Seperti pada Hukum Newton 2
F = m. a
Dari rumus tersebut dapat dibuktikan bahwa massa dan percepatan berbanding lurus.
Pada sudut kemiringan bidangnya lebih besar benda yang lebih berat dikarenakan terjadi
tekanan pada bidang miring dengan berat benda yang menyebabkan hambatan, sedangkan benda
yang lebih ringan akan mengalami tekanan pada bidang lebih kecil, yang menghasilkan sudut
kemiringan lebih kecil pula.
Kecepatannya lebih cepat yang ringan, karena berat balok mempengaruhi tekanan balok ke
bidang kasar, sehingga gesekan semakin besar, bisa dihubungkan dengan W = m x g. jadi ada
gravitasi yang mempengaruhi gesekan dan mempengaruhi terhadap kecepatan.
Kecepatan pada Balok A, massa = 114,6 gram
BAB VI
KESIMPULAN
Dari percobaan, pengamatan dan perhitungan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut.
Gaya gesek adalah gaya yang berarah melawan gerak benda atau arah kecenderungan benda akan
bergerak.
Massa pada balok mempengaruhi kecepatan meluncur balok tersebut diatas bidang miring
Sudut kemiringan bidang mempengaruhi kecepatan dan waktu tempuh balok saat meluncur
Perhitungan hasil percobaan dilakukan dengan bantuan fungsi SD pada kalkulator
LAMPIRAN
1.
2.
a.
b.
c.
Tugas Akhir
Apa yang dapat anda simpulkan hubungan antara kekasaran balok (koefisien gesek statis)
dengan sudut kemiringan bidang luncur.
Jika dua balok yang beratnya berbeda tetapi kekasarannya sama, apa yang dapat anda simpulkan
mengenai:
Sudut kemiringan bidangnya
Percepatan (pada yang sama)
Kecepatan pada jarak tempuh dan waktu yang sama. Perkuat pendapat anda dengan rumusrumus yang berlaku pada teori.
Jawab
Permukaan bidang yang kasar akan membuat gesekan semakin besar sehingga kecepatan laju
balok sedikit lambat atau lebih cepat balok yang permukaannya licin atau halus, pada saat
mendorong benda secara terus-menerus maka akan muncul fs (arah gaya gesek) yang membesar
sampai benda itu tepat bergerak, setelah benda bergerak, gaya gesek menurun sampai mencapai
nilai yang tepat, keadaan itu dikenal dengan gaya gesek kinetis. Maka gesekan kinetis akan besar
ketika sedut kemiringan itu rendah, sedang semakin tinggi gaya gesek semakin kecil
a. Sudut kemiringan bidangnya lebih besar benda yang lebih berat dikarenakan terjadi tekanan
pada bidang miring dengan berat benda yang menyebabkan hambatan, sedangkan benda yang
lebih ringan akan mengalami tekanan pada bidang lebih kecil, yang menghasilkan sudut
kemiringan lebih kecil pula.
b. Maka percepatannya akan berbeda antara balok yang beratnya ringan dengan yang lebih berat.
Sebab massa juga mempengaruhi kecepatan dan gaya. Seperti pada Hukum Newton 2
F = m. a
Dari rumus tersebut dapat dibuktikan bahwa massa dan percepatan berbanding lurus.
c. Kecepatannya lebih cepat yang ringan, karena berat balok mempengaruhi tekanan balok ke
bidang kasar, sehingga gesekan semakin besar, bisa dihubungkan dengan W = m x g. jadi ada
gravitasi yang mempengaruhi gesekan dan mempengaruhi terhadap kecepatan.
Kecepatan pada Balok A, massa = 114,6 gram
1.
2.
DAFTAR PUSTAKA
Giancoli, Douglas C., 2001, Fisika Jilid I (terjemahan), Jakarta : Penerbit Erlangga
Halliday dan Resnick, 1991, Fisika Jilid I, Terjemahan, Jakarta : Penerbit Erlangga
Young, Hugh D. & Freedman, Roger A., 2002, Fisika Universitas (terjemahan),Jakarta : Penerbit
Erlangga
Tipler, Paul A. 1991. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Erlangga. Jakarta
Buku Penuntun Praktikum Fisika Dasar . Universitas Pakuan. Bogor
I.
Judul percobaan
II.
Tujuan percobaan :
III.
gaya gesek adalah gaya yang berarah berlawanan gerak benda atau arah kecenderungan benda akan
bergerak. Gaya gesek muncul apabila dua buah benda bersentuhan. Benda-benda yang dimaksud disini
tidak harus berbentuk padat melainkan dapat pula berbentuk cairan maupun gas. Gaya gesek antara dua
buah benda padat adalah misalnya adalah gaya gesek statis dan kinetic, sedangkan gaya antara benda
padat dengan cairan atau gas adalah gaya stokes dimana suku pertama adalah gaya gesek yang dikenal
sebagai gaya gesek statis dan kinetis sedangkan suku pertama dan kedua dan ketiga adalah gaya gesek
pada benda dan fluida (giancoli,2001).
Gaya gesek dapat merugikan dan juga bermanfaat. Panas pada poros putar, engsel pada pintu, dan
sepatu yang aus adalah contoh kerugian yang disebabkan oleh gaya gesek. Akan tetapi tanpa gaya
gesek manusia tidak dapat berpindah tempat karena gerakan kakinya hanya akan tergelincir diatas
permukaan tanah. Tanpa adanya gaya gesek antara ban mobil dan jalan, mobil hanya akan slip dan tidak
membuat mobil dapat bergerak. Tanpa adanya gaya gesek juga tidak dapat tercipta parasut
(giancoli,2001).
Gaya gesek statis adalah gesekan antara dua benda padat yang tidak bergerak relative sama satu sama
lain. Seperti contoh gesekan statis dapat mencegah benda meluncur kebawah pada bidang miring.
Koefisien gesek statis umumnya di notasikan s dan pada umumnya lebih besar dari koefisien gesek
kinetis (halliday dan resnick,1991)
Gaya gesek statis dihasilkan dari sebuah gaya yang diaplikasikan tepat sebelum benda tersebut bergerak
gaya gesekan maksimum antara dua permukaan sebelum gerakan terjadi adalah hasil dari koefisien
gesek statis dikalikan dengan gaya normal f = s.fs. ketika tidak ada gerakan yang terjadi, gaya gesek
dapat memiliki nilai dari nol hingga gaya gesek maksimum. Setiap gaya yang lebih kecil dari gaya gesek
maksimum yang berusaha untuk menggerakan salah satu benda akan dibawa oleh gaya gesekan yang
setara dengan besar gaya tersebut namun berlawanan arah. Setiap gaya yang lebih besar dari gaya
gesek maksimum akan menyebabkan gerakan terjadi setelah gerakan terjadi, gaya gesek statis tidak lagi
dapat digunakan untuk menggambarkan kinetika benda sehingga digunakan gaya gesek kinetis (halliday
dan resnick ,1991)
Gaya gesek kinetis atau dinamis terjadi ketika dua benda bergerak reatif satu sama lain dan saling
bergesekan. Koefisien gesek kinetis umumnya dinotasikan dengan k dan pada umumnya selalu lebih
kecil dari gaya gesek statis untuk material yang sama
(halliday dan resnick,1991).
Daftar pustaka
Anonym A, 2013.energy kinetic dan potensial. http://fisikamudah danasik.blogspot.com (diaskes 20
desember 2013)
Giancoli, douglas C.2001.fisika jilid 1 (terjemahan).jakarta :erlangga.
Halliday dan resnick.1991.fisika jilid 1 (terjemahan). Jakarta : erlangga.
Judul: Laporan gaya pada bidang miring
Rating Blog: 5 dari 5
Ditulis oleh Hilyadi edstiv bagayo
Anda sedang membaca artikel Laporan gaya pada bidang miring. Jika ingin mengutip, harap memberikan link aktif
dofollow ke URL http://yadibagayo.blogspot.co.id/2013/12/laporan-gaya-pada-bidang-miring.html. Terima kasih sudah
singgah di blog ini.
http://yadibagayo.blogspot.co.id/2013/12/laporan-gaya-pada-bidang-miring.html
Fisika~TEORI KOEFISIEN
GESEKAN
LANDASAN TEORI KOEFISIEN GESEKAN
PENGERTIAN GAYA
Gaya adalah suatu dorongan atau tarikan. Gaya dapat
mengakibatkan perubahan perubahan sebagai berikut :
1) benda diam menjadi bergerak
2) benda bergerak menjadi diam
3) bentuk dan ukuran benda berubah
hukum newton
Newton merupakan ilmuwan Inggris yang mendalami Dinamika,
yaitu cabang fisika yang mempelajari tentang gerak. Newton
mengemukakan tiga hukum tentang gerak :
Hukum III Newton
Hukum aksi reaksi
Suatu benda mendapatkan gaya dikarenakan berinteraksi
dengan benda yang lain
F aksi = F reaksi
tanda (-) menunjukkan arah gaya yang berlawanan .
Gaya gesek
Gaya gesek (Ff) dari benda yang bergerak di atas suatu papan
permukaan
Gaya gesek adalah gaya yang berarah melawan
gerakbenda atau arah kecenderungan benda akan bergerak.
Gaya gesek muncul apabila dua buah benda bersentuhan.
Benda-benda yang dimaksud di sini tidak harus
berbentukpadat, melainkan dapat pula berbentuk cair,
ataupun gas. Gaya gesek antara dua buah benda padat misalnya
adalah gaya gesek statis dan kinetis, sedangkan gaya antara
benda padat dan cairan serta gas adalah gaya Stokes.
Secara umum gaya gesek dapat dituliskan sebagai suatuekspansi
deret, yaitu
di mana suku pertama adalah gaya gesek yang dikenal sebagai
gaya gesek statis dan kinetis, sedangkan suku kedua dan ketiga
adalah gaya gesek pada benda dalam fluida.
Gaya gesek dapat merugikan atau
bermanfaat. Panaspada poros yang berputar, engsel pintu yang
berderit, dan sepatu yang aus adalah contoh kerugian yang
disebabkan oleh gaya gesek. Akan tetapi tanpa gaya
gesek manusia tidak dapat berpindah tempat karena
gerakan kakinya hanya akan menggelincir di atas lantai. Tanpa
adanya gaya gesek antara ban mobil dengan jalan,mobil hanya
akan slip dan tidak membuat mobil dapat bergerak. Tanpa
adanya gaya gesek juga tidak dapat tercipta parasut.
Cara memperkecil gaya gesekan :
(1) memperlicin permukaan, misal dengan pemberian minyak
pelumas atau mengampelas permukaan.
(2) memisahkan kedua permukaan yang bersentuhan dengan
Gaya gesek statis adalah gesekan antara dua benda padat yang
tidak bergerak relatif satu sama lainnya. Seperti contoh,
gesekan statis dapat mencegah benda meluncur ke bawah
pada bidang miring. Koefisien gesek statis umumnya dinotasikan
dengan s, dan pada umumnya lebih besar dari koefisien gesek
kinetis.
Gaya gesek statis dihasilkan dari sebuah gaya yang
diaplikasikan tepat sebelum benda tersebut bergerak. Gaya
gesekan maksimum antara dua permukaan sebelum gerakan
terjadi adalah hasil dari koefisien gesek statis dikalikan dengan
gaya normal f = s Fn. Ketika tidak ada gerakan yang terjadi,
gaya gesek dapat memiliki nilai dari nol hingga gaya gesek
maksimum. Setiap gaya yang lebih kecil dari gaya gesek
maksimum yang berusaha untuk menggerakkan salah satu benda
akan dilawan oleh gaya gesekan yang setara dengan besar gaya
tersebut namun berlawanan arah. Setiap gaya yang lebih besar
dari gaya gesek maksimum akan menyebabkan gerakan terjadi.
Setelah gerakan terjadi, gaya gesekan statis tidak lagi dapat
digunakan untuk menggambarkan kinetika benda, sehingga
digunakan gaya gesek kinetis.
Rumus untuk koefisien gesek statik sering dinyatakan dengan:
= tan
Koefisien gesek ( ) dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara gaya
gesek ( F )dengan gaya normal ( N ),
F :gayagese
kan
N : gaya normal
Terlihat bahwa nilai sudut adalah spesial, tidak bisa divariasikan sembarangan, hanya
terdapat satu nilai untuk koefisien gesek statik antara bahan kayu dan kayu. Hal ini
mengakibatkan
bahwa
rumus
diatas
tidak
bisa
dipahami
sebagai
hubungan
Pada bidang miring, koefisien gesek statik diberikan oleh ekspresi : = tan , dimana
adalah sudut kemiringan. Secara matematis ini ekuivalen.
Hukum Newton 1
setiap benda akan tetap berada dalam keadaan diam atau bergerak lurus
beraturan kecuali jika ia dipaksa untuk mengubah keadaan itu oleh gaya-gaya yang
berpengaruh padanya.
Sesungguhnya hukum Newton pertama ini memberikan pernyataan tentang
kerangka acuan. Pada umumnya, percepatan suatu benda bergantung kerangka acuan
mana ia diukur. Hukum ini menyatakan bahwa jika tidak ada benda lain di dekatnya
(artinya tidak ada gaya yang bekerja, karena setiap gaya harus dikaitkan dengan benda
dengan lingkungannya) maka dapat dicari suatu keluarga kerangka acuan sehingga suatu
partikel tidak mengalami percepatan. (Silaban, Sucipto: 1985)
Kenyataan bahwa tanpa gaya luar suatu benda akan tetap diam atau tetap
bergerak lurus beraturan sering dinyatakan dengan memberikan suatu sifat pada benda
yang disebut inersia (kelembaman), karena itu hukum Newton pertama sering disebut
hukum inersia dan kerangka acuan dimana hukum ini berlaku disebut kerangka inersial.
Kerangka acuan ini sering dianggap diam terhadap bintang yang sangat jauh.
Hukum Newton 2
percepatan yang dialami oleh suatu benda sebanding dengan besarnya gaya yang bekerja
dan berbanding terbalik dengan massa benda itu
Hukum Newton 2 dapat ditulis dengan persamaan:
a = F/m
Dalam persamaan ini F adalah jumlah (vektor) semua gaya yang bekerja pada
benda, m adalah massa benda, dan a adalah (vektor) percepatannya. (Wijaya: 2007)
Percepatan sebuah benda berbanding lurus dengan gaya yang bekerja pada
benda, dan berbanding terbalik dengan massa benda itu. Arah percepatan sama dengan
arah gaya itu.
Sebagai contoh adalah saat kita mendorong buku yang berada di atas meja, kemudian
kita lepaskan. Buku itu akan bergerak tetapi kemudian berhenti. Menurut hukum II
Newton, perubahan gerak ini adalah disebabkan oleh adanya gaya yang arahnya
berlawanan dengan arah gerak buku itu.kalau gaya ini tidak ada, tentulah buku itu tidak
akan bergerak beraturan, menurut hukum I Newton.gaya apakah yang mengubah gerak
benda (buku) dari bergerak sampai berhenti? Gaya itu tentulah berasal dari pergesekan
antara benda yang satu (buku) dengan benda yang lain (meja). Gaya ini dikenal dengan
gaya gesekan.
Jika dinyatakan dalam bentuk persamaan, pernyataan di atas dapat ditulis sebagai
berikut:
f gesekan = N
Dengan: = koefisien gesek
N = gaya normal
Misalkan kita menarik sebuah balok yang berada dalam keadaan diam dengan
sebuah gaya F seperti pada gambar, pada waktu balok masih seimbang, jika gaya yang kita
berikan kecil, gaya gesekan statis itupun kecil. Makin besar gaya gesekan yang kita
berikan, makin besar gaya gesekan statis itu, selama benda masih seimbang.jika gaya terus
diperbesar, akhirnya keseimbangan benda hilang. Benda bergerak kearah gaya yang kita
berikan. Ini berarti gaya gesekan tidak dapat bertambah besar lagi. Gaya gesekan statis
mencapai nilai maksimum. Nilai maksimum ini disebut gaya gesekan (statis maksimum)
untuk kedua permukaan yang bergesekan. Pada saat gaya gesekan maksimum,benda pada
saat tepat akan bergerak.
fk kN
Hukum Newton 1
setiap benda akan tetap berada dalam keadaan diam atau bergerak lurus
beraturan kecuali jika ia dipaksa untuk mengubah keadaan itu oleh gaya-gaya yang
berpengaruh padanya.
Sesungguhnya hukum Newton pertama ini memberikan pernyataan tentang
kerangka acuan. Pada umumnya, percepatan suatu benda bergantung kerangka acuan
mana ia diukur. Hukum ini menyatakan bahwa jika tidak ada benda lain di dekatnya
(artinya tidak ada gaya yang bekerja, karena setiap gaya harus dikaitkan dengan benda
dengan lingkungannya) maka dapat dicari suatu keluarga kerangka acuan sehingga suatu
partikel tidak mengalami percepatan. (Silaban, Sucipto: 1985)
Kenyataan bahwa tanpa gaya luar suatu benda akan tetap diam atau tetap
bergerak lurus beraturan sering dinyatakan dengan memberikan suatu sifat pada benda
yang disebut inersia (kelembaman), karena itu hukum Newton pertama sering disebut
hukum inersia dan kerangka acuan dimana hukum ini berlaku disebut kerangka inersial.
Kerangka acuan ini sering dianggap diam terhadap bintang yang sangat jauh.
Hukum Newton 2
percepatan yang dialami oleh suatu benda sebanding dengan besarnya gaya yang bekerja
dan berbanding terbalik dengan massa benda itu
Hukum Newton 2 dapat ditulis dengan persamaan:
a = F/m
Dalam persamaan ini F adalah jumlah (vektor) semua gaya yang bekerja pada
benda, m adalah massa benda, dan a adalah (vektor) percepatannya. (Wijaya: 2007)
Percepatan sebuah benda berbanding lurus dengan gaya yang bekerja pada
benda, dan berbanding terbalik dengan massa benda itu. Arah percepatan sama dengan
arah gaya itu.
Sebagai contoh adalah saat kita mendorong buku yang berada di atas meja, kemudian
kita lepaskan. Buku itu akan bergerak tetapi kemudian berhenti. Menurut hukum II
Newton, perubahan gerak ini adalah disebabkan oleh adanya gaya yang arahnya
berlawanan dengan arah gerak buku itu.kalau gaya ini tidak ada, tentulah buku itu tidak
akan bergerak beraturan, menurut hukum I Newton.gaya apakah yang mengubah gerak
benda (buku) dari bergerak sampai berhenti? Gaya itu tentulah berasal dari pergesekan
antara benda yang satu (buku) dengan benda yang lain (meja). Gaya ini dikenal dengan
gaya gesekan.
Jika dinyatakan dalam bentuk persamaan, pernyataan di atas dapat ditulis sebagai
berikut:
f gesekan = N
Dengan: = koefisien gesek
N = gaya normal
Misalkan kita menarik sebuah balok yang berada dalam keadaan diam dengan
sebuah gaya F seperti pada gambar, pada waktu balok masih seimbang, jika gaya yang kita
berikan kecil, gaya gesekan statis itupun kecil. Makin besar gaya gesekan yang kita
berikan, makin besar gaya gesekan statis itu, selama benda masih seimbang.jika gaya terus
diperbesar, akhirnya keseimbangan benda hilang. Benda bergerak kearah gaya yang kita
berikan. Ini berarti gaya gesekan tidak dapat bertambah besar lagi. Gaya gesekan statis
mencapai nilai maksimum. Nilai maksimum ini disebut gaya gesekan (statis maksimum)
untuk kedua permukaan yang bergesekan. Pada saat gaya gesekan maksimum,benda pada
saat tepat akan bergerak.
Daftar Pustaka:
http://basicsphysics.blogspot.com/2008/12/gaya-gesek.html
Silaba & Sucipto. 1985. Fisika Dasar Jilid 1. Jakarta. Erlangga
Wijaya. 2008. Fisika Dasar Jilid 2. Jakarta. Erlangga
Redaksi Kawan Pustaka. 2008. Rangkuman Rumus MIPA SMA. Jakarta. PT. Kawan
Pustaka
http://evasitumorang.blogspot.co.id/2012/10/teori-koefisien-gesekan.html