Rekan Kerja :
Gracia Marchella Br. Hutabarat (022200016)
Hafizah Rahma Alyani (022200017)
Inkairisma Sabilla Widyaningrum (022200019)
Kuntum Khairunnisa (022200021)
Momen inersia adalah ukuran inersia suatu benda yang berputar pada porosnya, momen
inersia juga dikenal sebagai besaran dalam gerak rotasi mirip dengan massa dalam gerak
translasi. (Banjarnahor, 2012; Zhang, 2014).
Pada umumnya semua benda yang berada di alam semesta dapat mengalami perubahan
bentuk apabila diberikan suatu gaya. Seperti baja yang mempunyai bentuk dengan tekstur atau
bentuk yang sangat keras akan berubah jika dipengaruhi oleh suatu gaya yang sangat besar,
akan tetapi setelah gaya dihilangkan gaya tersebut bentuk benda dapat kembali ke bentuk
semula, namun ada juga yang bersifat permanen yang berarti tetap pada bentuk yang baru. Pada
beberapa pembahasan mengenai gaya, terdapat dua contoh pengaruh gaya pada benda yaitu:
benda yang mengalami perubahan bentuknya dapat dilihat secara langsung, misalnya sebuah
karet yang ditarik, ada juga bahan yang perubahan bentuknya tidak dapat dilihat secara
langsung, misalnya bila anda menarik kawat beton. Perubahan panjang kawat tidak dapat
dilihat secara langsung tetapi jika dipasang suatu alat ukur yang sangat peka terhadap
perubahan panjang kawat beton akan dapat diamati. Perubahan pada suatu barang terhadap
pembebanan atau penarikan merupakan salah satu sifat mekanik yang dimiliki bahan tersebut,
bila gaya yang diterapkan terhadap suatu bahan dihilangkan, bahan tersebut dapat kembali ke
bentuk semula contohnya adalah pegas dan karet. Adapula bahan yang mengalami perubahan
bentuk permanen bila diterapkan gaya pada bahan tersebut, contohnya tanah liat dan lilin.
Untuk membedakan karakteristik kedua jenis bahan ini, maka didefinisikan suatu sifat bahan
yang disebut elastisitas.
Di dalam percobaan kali ini kita akan mengamati perbedaan simpangan pada alat
momen inersia untuk setiap penambahan beban dan untuk setiap gaya. Tidak hanya itu pada
percobaan kali ini kita juga mengamati momen inersia diri pada alat momen inersia,
mengamati periode setiap benda sebanyak 10 getaran setiap detiknya, dan kita juga mengukur
massa, diameter luar, dan diameter dalam, serta tinggi dari benda yang akan diukur. Selain itu
kita juga mengukur kelengkungan pada logam yang telah dipilih untuk diukur mengunakan
alat yang telah disediakan. Dengan demikian kita dapat menghitung dari data hasil percobaan
yang telah kita dapatkan.
1.2 Tujuan
a. Momen Inersia
1. Dapat menentukan konstanta pegas spiral
2. Dapat menentukan momen inersia diri pada alat momen inersia
3. Dapat menentukan momen inersia Benda
b. Modulus Young
1. Dapat menjelaskan definisi dan prinsip pengukuran modulus elastisitas Young
2. Dapat menentukan nilai modulus Young beberapa bahan.
BAB II
DASAR TEORI
Apabila torka tersebut bekerja pada suatu system benda yang putarannya ditahan
oleh pegas spiral, dalam hal ini adalah momen inersia, besarnya torka tersebut sebanding
dengan simpangan 𝜃, sehingga dapat dituliskan:
dengan 𝑘 merupakan konstanta pegas spiral (N.m/radian), sehingga dari persamaan (1) dan
(2) dapat diperoleh persamaan:
dengan I0 adalah momen inersia diri dan T0 adalah periode diri Alat Momen Inersia.
2. Sebuah sistem yang terdiri dari tiga buah partikel dengan massa m1, m2, dan m3
membentuk suatu benda tegar yang ditunjukkan oleh Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Sistem benda tegar dengan tiga partikel berputar pada sumbu di titik O
Dapat dihitung momen inersia untuk berbagai benda, seperti yang ditunjukkan pada Tabel
2.1.
Tabel 2.1. Tabel rumus Momen Inersia berbagai benda
Apabila sebuah benda dipasangkan pada Alat Momen Inersia, kemudian diosilasikan,
periode osilasinya adalah:
(8)
dengan menggabungkan persamaan (7) dan persamaan (8), maka momen inersia benda yang
terpasang pada alat dapat diketahui dengan persamaan:
(9)
dimana:
T = periode osilasi (detik)
I = momen inersia (kg/m2)
K = konstanta pegas torsional (N.m/radian)
Modulus tersebut memiliki satuan yang sama dengan tegangan yaitu N/m2 atau Pa.
Modulus yang besar di butuhkan untuk menghasilkan regangan yang diberikan benda tersebut
kaku (Budi, 2011). Maka dari itu semakin kaku suatu bahan maka akan semakin tinggi
Modulus Young nya (Mikrajuddin, 2016):
𝜎
ϒ= 𝛿
………………………………………………………………………. ( 2 )
Dengan,
𝐹
𝜎= ………………………………………………………………………. (3)
𝐴
F = Gaya (N)
A = Luas Penampang (m2)
𝛿 = Regangan
∆𝐿
𝛿= …………………………………………………………………….. (4)
𝐿0
∆𝐿 = Pertambahan Panjang ( m )
L0 = Panjang Mula-Mula ( m )
Nilai E hanya bergantung pada bahan kawat atau batang, dan tidak bergantung pada
dimensi atau konfigurasinya. Sebagai konsekuensinya, modulus young adalah ukuran dasar
yang penting dari perilaku mekanis bahan (Bueche, 2006).
Tabel 2.2 Nilai Modulus Young Beberapa Logam
No Bahan Modulus Young
1 Alumunium 69 – 70
2 Kuningan 90
3 Tembaga 103 – 104
4 Kaca Kerona 60
5 Timbal 16
6 Nikel 210
(sumber: Mikrajuddin, 2016)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
b. Langkah Kerja
D.1. Persiapan:
1. Pasanglah alat momen inersia pada dasar statif.
2. Ikatkan benang nilon pada salah satu baut yang ada di tepi dudukan silinder kemudian
lilitkan benang tersebut beberapa lilitan.
3. Baringkan alat momen inersia di bagian tepi meja (Lihat Gambar 2).
D.2. Percobaan:
a. Menentukan Konstanta Pegas
1. Timbanglah massa tiap-tiap beban.
2. Gantungkan satu buah beban pada benang, amati simpangan yang terjadi. Catatlah
sebagai θ1. Ulangi beberapa kali. Catat di Tabel A.
3. Tambahkan 1 buah beban berikutnya dan catatlah simpangan pada Tabel A.
4. Lakukan langkah 3 untuk simpangan yang berbeda. Catat hasilnya pada Tabel B
Laporan Sementara.
b. Menentukan Momen Inersia Diri Alat Momen Inersia
1. Tegakkan kembali alat momen inersia. Buka benang yang terpasang pada dudukan
silinder.
2. Pasang gerbang cahaya pada dasar statif. Atur posisinya sehingga jarum penunjuk
pada alat momen inersia dapat melintasi gerbang cahaya.
3. Hubungkan gerbang cahaya dengan timer counter AT-01 (Gambar 3).
4. Hidupkan timer counter AT-01, pilih fungsi CYCLE dengan menekan tombol
FUNCTION. Tekan tombol CH. OVER sebanyak 10 kali untuk membatasi sepuluh
getaran yang akan teramati.
5. Simpangkan dudukan silinder sampai 180° kemudian lepaskan sehingga terjadi
gerakan bolak-balik atau osilasi.
6. Amati timer counter. Timer counter akan menghitung mundur jumlah getaran.
Setelah 10 getaran alat tersebut secara otomatis akan menampilkan waktu untuk 10
getaran. Catat waktu (t1) tersebut pada Tabel C.
7. Tekan tombol FUNCTION satu kali untuk meng-nol-kan nilai pada layar.
8. Ulangi langkah 5 sampai 7, catat waktunya sebagai t2, t3, t4, dst.
c. Menentukan Momen Inersia Benda
1. Timbanglah semua benda yang akan ditentukan momen inersianya! Catat hasilnya
pada Tabel D.
2. Ukurlah tinggi dan diameter masing-masing benda. Catat hasilnya pada Tabel D.
3. Pasanglah bola pejal pada alat momen inersia.
4. Hubungkan gerbang cahaya dengan alat pencacah pewaktu AT-01.
5. Hubungkan alat pencacah pewaktu dengan tegangan 220 VAC kemudian.
nyalakan.
Pilih fungsi CYCLE dengan menekan tombol FUNCTION. Tekan tombol CH.
OVER sebanyak 10 kali untuk membatasi sepuluh getaran yang akan teramati.
6. Simpangkan bola tersebut sebesar 180°, kemudian lepaskan sehingga berosilasi.
Catat waktu 10 getaran yang ditunjukkan alat pencacahan pewaktu pada Tabel E
sebagai t1.
7. Tekan tombol FUNCTION satu kali untuk membuat nilai nol pada layar.
8. Ulangi langkah 6 dan 7 sebanyak 10 kali. Catat hasil tersebut pada Tabel E.
9. Hitung waktu 10 getaran rata-rata, kemudian hitung periode getarannya. Catat
hasilnya pada Tabel F.
10. Ganti bola pejal dengan benda sesuai urutan pada Tabel F. Lakukan langkah 6-9
untuk setiap benda. Catat hasil tersebut pada Tabel F.
3.2 Modulus Young
b. Langkah kerja
Untuk tahapan yang dilakukan pada praktikum kali ini yaitu sebagai berikut:
1. Susun peralatan seperti Gambar 3.1
ANALISIS DATA
Simpangan
M (g)
1 2 3 4 5 𝜃rerata
0 0 0 0 0 0 0
50,46 20 20 20 20 20 20
100,46 42 42 43 43 43 42,8
150,46 63 63 63 63 64 63,4
200,46 83 83 83 84 84 83,4
250,46 103 103 103 103 103 103
𝜏=RxF 𝜃rerata K
m (kg) F (N) (Nm) (rad) (Nm/rad)
0 0 0 0 0
0,05046 0,5 0,022 0,37 0,06
0,10046 0,98 0,044 0,756 0,059
0,15046 1,47 0,066 1,117 0,06
0,20046 1,96 0,088 1,448 0,061
0,25046 2,45 0,11 1,779 0,062
Periode
diri, T0
Waktu 10 getaran (s) (s)
t1 t2 t3 t4 t5 t6 t7 t8 t9 t10 𝑡̅
6,065 5,466 5,676 5,348 5,598 5,079 4,761 5,044 5,909 4,625 5,357 0,53571
Periode diri, T0 = 0,53571 s
𝑘 0,060
Momen inersia diri, I0 = 4𝜋2 𝑇02 = (0,53571)2 = 0,00044 kgm2
4𝜋 2
PEMBAHASAN
Pada data yang sudah kita ambil dapat kita analisis lebih lanjut terkait perhitungan dari tiap-
tiap data yang telah kita ambil, yaitu sebagai berikut:
Pada tabel a data yang kita ambil yaitu massa pada bandul dan data 5 kali simpangan
menggunakan bandul atau tidak menggunakan bandul beserta rata-ratanya berikut salah satu
perhitungan pada tabelnya:
Massa: 50,46 g
20+20+20+20+20
𝜃rerata: = 20
5
Pada tabel b data yang kita ambil yaitu massa yang dikonversikan menjadi satuan SI dan kita
diarahkan untuk menghitung F, 𝜏, 𝜃rerata, dan k berikut salah satu perhitungan pada tabelnya.
Jika diketahui percepatan gravitasi bumi = 9,8 m/s2, untuk setiap gaya dengan R= 4,5 cm =
0,045 m (jari – jari dudukan silinder), dan untuk menghitung simpangan 𝜃 ke dalam satuan
radian k = 0,060.
Gaya (F = 𝑚 × 𝑔)
Torsi (𝜏 = 𝑅 × 𝐹)
𝜏
Simpangan (𝜃rerata = )
𝑘
0,022
𝜃rerata = = 0,36667 ≈ 0,37 rad
0,060
Hubungan antara 𝜏 dengan 𝜃
2
1.8
1.6
1.4
𝜃 rerata (rad)
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
1 2 3 4 5 6
𝜏 (Nm)
Dari gambar grafik di atas dapat kita simpulkan bahwa saat jumlah torsi meningkat maka
simpangan rata-ratanya juga meningkat.
𝜏
Konstanta spiral (K = )
𝜃
0,022
K= = 0,0594594595 ≈ 0,06 Nm/rad
0,37
Pada tabel c kita mengambil data waktu 10 getaran sebanyak sepuluh kali lalu kita
menghitung rata-rata dari kesepuluh data tersebut dari hasil rata-rata kesepuluh data yang
sudah dihitung kita bisa mendapatkan nilai dari periode diri (T0) dengan cara sebagai berikut:
𝑡1+𝑡2+𝑡3+𝑡4+𝑡5+𝑡6+𝑡7+𝑡8+𝑡9+𝑡10
𝑡̅ = 10
6,065+5,466+5,676+5,348+5,598+5,079+4,761+5,044+5,909+4,625+5,357
𝑡̅ = 10
= 5,3571 s
Selanjutnya dari data yang sudah kita hitung dapat kita olah lagi untuk menentukan momen
inersia diri pada benda berikut merupakan cara perhitungannya:
𝑘 0,060
I0 = 4𝜋2 𝑇02 = (0,53571)2 = 0,00044 kgm2
4𝜋 2
Pada tabel d kita mengambil data massa, diameter luar, diameter dalam, dan tinggi benda
yang berbeda-beda bentuknya tanpa harus kita apa-apakan lagi.
Pada tabel e kita mengambil data waktu 10 getaran sebanyak sepuluh kali lalu menghitung
rata-rata dari kesepuluh data tersebut dari hasil rata-rata kesepuluh data yang sudah dihitung
kita bisa mendapatkan nilai dari periode diri (T0) berikut merupakan salah satu contoh
perhitungan dari tabel:
𝑡1+𝑡2+𝑡3+𝑡4+𝑡5+𝑡6+𝑡7+𝑡8+𝑡9+𝑡10
𝑡̅ bola pejal = 10
7,174+7,162+7,205+7,191+7,117+7,169+7,173+7,181+7,194+7,195
𝑡̅ bola pejal = = 7,19 s
10
Pada tabel f kita dianjurkan untuk menghitung momen inersia benda secara teori dan
menghitung momen inersia menggunakan persamaan (9). Setelah mendapatkan nilai dari
momen inersia yang menggunakan teori dan yang menggunakan persamaan maka kita dapat
menghitung KSR dari data yang telah kita dapatkan. Berikut merupakan salah satu contoh
perhitungan dari tabel:
2𝑚𝑅 2
I teori bola pejal =
5
2(0,509)(0,06)2
I teori bola pejal = = 0,00183 kgm2
5
𝑇2
I persamaan 9 bola pejal = ( − 1) 𝐼0
𝑇02
0,7192
I persamaan 9 bola pejal = (0,5632 − 1) 0,0004 = 0,00032 kgm2
𝑠𝑒𝑙𝑖𝑠𝑖ℎ
KSR bola pejal = × 100%
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎
0,00183
KSR bola pejal = × 100% = 2,1016 %
0,00032
Pada tabel diketahui bahwa massa tiap benda hampir sama akan tetapi hasil dari perhitungan
momen inersia tiap bendanya akan tetap berbeda hal ini dikarenakan adanya teori momen
inersia yang berbeda tiap bendanya.
Momen inersia sebuah benda adalah ukuran kecenderungan atau kelembaman suatu benda
untuk berotasi pada porosnya.
5.2 Pembahasan Modulus Elastisitas Young
Pada data yang sudah kita ambil dapat kita analisis lebih lanjut terkait perhitungan dari tiap-
tiap data yang telah kita ambil, yaitu sebagai berikut:
Pada tabel a data yang diambil dari bahan aluminium dengan panjang 300 mm, lebar 10 mm,
dan tebal 1 mm. Dari data yang sudah diambil dapat kita hitung modulus young dari tiap
massa dan nilai errornya berikut merupakan salah satu contoh perhitungannya:
𝑊𝐿3
𝛾=
4𝐻𝑏𝑡 3
(0,2)(0,3)3
𝛾= = 0,38 Gpa
4(0,25)(0,01)(0,001)3
𝑠𝑒𝑙𝑖𝑠𝑖ℎ
% error = × 100%
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎
|0,38−69|
% error = × 100% = 0,62 %
69
Pada tabel b data yang diambil dari bahan kuningan dengan panjang 300 mm, lebar 10 mm,
dan tebal 1 mm. Dari data yang sudah diambil dapat kita hitung modulus young dari tiap
massa dan nilai errornya berikut merupakan salah satu contoh perhitungannya:
𝑊𝐿3
𝛾=
4𝐻𝑏𝑡 3
(0,2)(0,3)3
𝛾= = 0,306 Gpa
4(0,44)(0,01)(0,001)3
𝑠𝑒𝑙𝑖𝑠𝑖ℎ
% error = × 100%
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎
|0,306−90|
% error = × 100% = 0,604 %
90
Pada tabel c data yang diambil dari bahan logam 2 dengan panjang 300 mm, lebar 10 mm,
dan tebal 1 mm. Dari data yang sudah diambil dapat kita hitung modulus young dari tiap
massa akan tetapi tidak bisa didapatkan nilai errornya karena tidak ada kejelasan jenis logam
yang digunakan berikut merupakan salah satu contoh perhitungannya:
𝑊𝐿3
𝛾=
4𝐻𝑏𝑡 3
(0,2)(0,3)3
𝛾= = 1,68 Gpa
4(0,08)(0,01)(0,001)3
Pada tabel d data yang diambil dari bahan logam 4 dengan panjang 300 mm, lebar 15 mm,
dan tebal 1 mm. Dari data yang sudah diambil dapat kita hitung modulus young dari tiap
massa akan tetapi tidak bisa didapatkan nilai errornya karena tidak ada kejelasan jenis logam
yang digunakan berikut merupakan salah satu contoh perhitungannya:
𝑊𝐿3
𝛾=
4𝐻𝑏𝑡 3
(0,2)(0,3)3
𝛾= = 0,56 Gpa
4(0,16)(0,015)(0,001)3
Pada percobaan kali ini ada beberapa faktor yang mempengaruhi nilai modulus young
sehingga nilainya berbeda-beda, yaitu jenis logam yang digunakan, panjang logam, lebar
logam, tebal logam, berat beban, dan kelengkungan.
BAB VI
PENUTUP
Kesimpulan
• Momen inersia adalah ukuran inersia suatu benda yang berputar pada porosnya, momen
inersia juga dikenal sebagai besaran dalam gerak rotasi mirip dengan massa dalam
gerak translasi.
• Elastisitas adalah sifat suatu benda untuk kembali ke bentuk awalnya setelah gaya luar
dihilangkan. Perubahan bentuk tersebut dapat berupa pertambahan atau pengurangan
panjang.
• Tegangan adalah gaya-gaya yang merenggang per satuan luas penampang yang
dikenainya.
• Regangan (ε) adalah perubahan bentuk akibat tegangan, diukur sebagai rasio
perubahan dari sejumlah dimensi benda terhadap dimensi awal dimana perubahan
terjadi.
• Modulus Young merupakan besaran yang menyatakan sifat elastis suatu bahan
tertentu dan bahan menunjukkan langsung seberapa jauh sebuah batang atau kabel
atau pegas yang bersangkutan mengalami perubahan akibat pengaruh beban.
DAFTAR PUSTAKA
Chusni, M. M., Rizaldi, M. F., Nurlaela, S., Nursetia, S., & Susilawati, W. (2018). Penentuan
momen inersia benda silinder pejal dengan integral dan tracker. Jurnal Pendidikan
Fisika Dan Keilmuan, 4(1), 42-47.
Abdullah, Mikrajuddin. 2016. Diktat Fisika Dasar 1. Bandung : Institut Teknologi Bandung
Bahtiar., Nugroho N, dan Surjokusumo. 2010. Estimating Young’s Modulus and Modulus of
Rupture of Coconut Logs using Reconstruction Method. Jurnal Civil Engineering
Dimension Volume 12, Nomor 2
Budi, Gatot Setya. 2011. Pengujian Kuat Tarik dan Modulus Elastisitas Tulangan Baja
(Kajian terhadap Tulangan Baja dengan Sudut Bengkok 45°, 90°, 135°). Jurnal
Teknik Sipil Untan Volume 11, Nomor 1.
Bueche, Frederick J dan Eugene Hecht. 2006. Fisika Universitas. Erlangga. Jakarta
Gandavi, Ariv. 2010. Pengaruh Perubahan Waktu Annealing Hingga 20 menit terhadap
Struktur Mikro dan Kuat Tarik Baja Tabung JIS G3116 SG 295. Jakarta
Robert C. Reid. 1991. Sifat Gas dan Zat Cair. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Sears, Francis W., Mark W. Zemansky, dan Hugh D. Young. 1984. University Physics Sixth
Edition Part I. Addison-Wesley. Massachusetts
Momen Inersia
Modulus Young