Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA UMUM

BENDA TEGAR DAN ELASTISITAS

Nama : Katherina Sari Dewi


NIM : 022200020

Rekan Kerja :
Gracia Marchella Br. Hutabarat (022200016)
Hafizah Rahma Alyani (022200017)
Inkairisma Sabilla Widyaningrum (022200019)
Kuntum Khairunnisa (022200021)

Dosen Pengampu : Dr. Sunarko, B.Eng, M.Si

PRODI ELEKTRONIKA INSTRUMENTASI


SEMESTER GANJIL 2022/20023

POLITEKNIK TEKNOLOGI NUKLIR INDONESIA


BADAN RISET DAN INOVASI NASIONAL
YOGYAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai mahasiswa dari elektronika instrumentasi, praktikum terkait fisika umum


menjadi salah satu pilar penting dari keseluruhan perkuliahan. Karena dari praktikum fisika
umum ini nantinya kita tidak hanya mempelajari teorinya saja, tetapi juga mempelajari tentang
praktiknya. Salah satu praktikum penting di dalam fisika umum, yaitu benda tegar dan
elastisitas yaitu momen inersia.

Momen inersia adalah ukuran inersia suatu benda yang berputar pada porosnya, momen
inersia juga dikenal sebagai besaran dalam gerak rotasi mirip dengan massa dalam gerak
translasi. (Banjarnahor, 2012; Zhang, 2014).

Pada umumnya semua benda yang berada di alam semesta dapat mengalami perubahan
bentuk apabila diberikan suatu gaya. Seperti baja yang mempunyai bentuk dengan tekstur atau
bentuk yang sangat keras akan berubah jika dipengaruhi oleh suatu gaya yang sangat besar,
akan tetapi setelah gaya dihilangkan gaya tersebut bentuk benda dapat kembali ke bentuk
semula, namun ada juga yang bersifat permanen yang berarti tetap pada bentuk yang baru. Pada
beberapa pembahasan mengenai gaya, terdapat dua contoh pengaruh gaya pada benda yaitu:
benda yang mengalami perubahan bentuknya dapat dilihat secara langsung, misalnya sebuah
karet yang ditarik, ada juga bahan yang perubahan bentuknya tidak dapat dilihat secara
langsung, misalnya bila anda menarik kawat beton. Perubahan panjang kawat tidak dapat
dilihat secara langsung tetapi jika dipasang suatu alat ukur yang sangat peka terhadap
perubahan panjang kawat beton akan dapat diamati. Perubahan pada suatu barang terhadap
pembebanan atau penarikan merupakan salah satu sifat mekanik yang dimiliki bahan tersebut,
bila gaya yang diterapkan terhadap suatu bahan dihilangkan, bahan tersebut dapat kembali ke
bentuk semula contohnya adalah pegas dan karet. Adapula bahan yang mengalami perubahan
bentuk permanen bila diterapkan gaya pada bahan tersebut, contohnya tanah liat dan lilin.
Untuk membedakan karakteristik kedua jenis bahan ini, maka didefinisikan suatu sifat bahan
yang disebut elastisitas.
Di dalam percobaan kali ini kita akan mengamati perbedaan simpangan pada alat
momen inersia untuk setiap penambahan beban dan untuk setiap gaya. Tidak hanya itu pada
percobaan kali ini kita juga mengamati momen inersia diri pada alat momen inersia,
mengamati periode setiap benda sebanyak 10 getaran setiap detiknya, dan kita juga mengukur
massa, diameter luar, dan diameter dalam, serta tinggi dari benda yang akan diukur. Selain itu
kita juga mengukur kelengkungan pada logam yang telah dipilih untuk diukur mengunakan
alat yang telah disediakan. Dengan demikian kita dapat menghitung dari data hasil percobaan
yang telah kita dapatkan.

1.2 Tujuan
a. Momen Inersia
1. Dapat menentukan konstanta pegas spiral
2. Dapat menentukan momen inersia diri pada alat momen inersia
3. Dapat menentukan momen inersia Benda
b. Modulus Young
1. Dapat menjelaskan definisi dan prinsip pengukuran modulus elastisitas Young
2. Dapat menentukan nilai modulus Young beberapa bahan.
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Momen Inersia


1. Menentukan Konstanta Pegas dan Momen Inersia Diri
Sebuah gaya F bekerja pada benda tegak lurus terhadap R, dengan R adalah jari-jari benda,
besarnya troka yang bekerja pada benda tersebut dapat dituliskan:

Apabila torka tersebut bekerja pada suatu system benda yang putarannya ditahan
oleh pegas spiral, dalam hal ini adalah momen inersia, besarnya torka tersebut sebanding
dengan simpangan 𝜃, sehingga dapat dituliskan:

dengan 𝑘 merupakan konstanta pegas spiral (N.m/radian), sehingga dari persamaan (1) dan
(2) dapat diperoleh persamaan:

Persamaan (3) menunjukkan bahwa simpangan sebanding dengan gaya, sehingga


apabila dibuat grafik simpangan terhadap gaya diperoleh garis lurus.
Torka yang bekerja pada alat momen inersia sebanding dengan momen inersia, I dan
ⅆ2 θ
percepatan sudut, α = ⅆ𝑡 2 yang dapat dituliskan:

sehingga persamaan (2) dapat dituliskan menjadi:

dengan I adalah momen inersia benda terhadap sumbu putar.


Persamaan (4) merupakan persamaan gerak osilasi sederhana dengan periode:
dari persamaan (6) diatas, kita dapat mengetahui besar momen inersia dari Alat Momen
Inersia dengan mengukur periode osilasinya yang dirumuskan sebagai berikut:

dengan I0 adalah momen inersia diri dan T0 adalah periode diri Alat Momen Inersia.
2. Sebuah sistem yang terdiri dari tiga buah partikel dengan massa m1, m2, dan m3
membentuk suatu benda tegar yang ditunjukkan oleh Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Sistem benda tegar dengan tiga partikel berputar pada sumbu di titik O
Dapat dihitung momen inersia untuk berbagai benda, seperti yang ditunjukkan pada Tabel
2.1.
Tabel 2.1. Tabel rumus Momen Inersia berbagai benda

Apabila sebuah benda dipasangkan pada Alat Momen Inersia, kemudian diosilasikan,
periode osilasinya adalah:

(8)
dengan menggabungkan persamaan (7) dan persamaan (8), maka momen inersia benda yang
terpasang pada alat dapat diketahui dengan persamaan:

(9)
dimana:
T = periode osilasi (detik)
I = momen inersia (kg/m2)
K = konstanta pegas torsional (N.m/radian)

2.2 Modulus Young


1. Elastisitas
Elastisitas adalah sifat suatu benda untuk kembali ke bentuk awalnya setelah gaya luar
dihilangkan. Perubahan bentuk tersebut dapat berupa pertambahan atau pengurangan panjang
(Bueche, 2006).
Sebuah benda dikatakan elastik sempurna jika setelah gaya penyebab perubahan bentuk
dihilangkan. Sifat dari elastik adalah lentur, fleksibel, dapat mengikuti bentuk dan tidak getas.
Banyak benda yang hampir elastik sempurna, yaitu sampai depormasi yang terbatas disebut
limit elastiknya, dan apabila gaya-gaya dihilangkan, maka benda tersebut tidak kembali ke
bentuk semula. Beberapa bahan mendekati sifat tidak elastik sempurna dan menunjukkan tidak
ada kecenderungan untuk kembali ke bentuk semula setelah gaya dihilangkan. Bahan ini
disebut bersifat pelastik yakni getar, keras namun relatif mudah hancur dibanding benda pejal
atau solid (Soedojo, 2004).
2. Tegangan
Tegangan adalah gaya-gaya yang merenggang per satuan luas penampang yang
dikenainya (Bahtiar, 2010). Secara kuantitatif tegangan dapat dinyatakan dengan berbagai cara,
yang paling sering adalah tegangan permukaan, yakni gaya yang dikerahkan ke bidang
permukaan per satuan panjang (Robert, 1991).
3. Regangan
Regangan (ε) adalah perubahan bentuk akibat tegangan, diukur sebagai rasio perubahan
dari sejumlah dimensi benda terhadap dimensi awal dimana perubahan terjadi. Jika suatu benda
ditarik atau ditekan, gaya P yang diterima benda mengakibatkan adanya ketegangan
antarpartikel dalam material yang besarnya berbanding lurus. Perubahan tegangan partikel ini
menyebabkan adanya pergeseran struktur material regangan atau himpitan yang besarnya juga
berbanding lurus. Karena adanya pergeseran, maka terjadilah deformasi bentuk material
misalnya perubahan panjang menjadi L + ∆L (atau L - ∆L). Dimana L adalah panjang awal
benda dan ∆L adalah perubahan panjang yang terjadi. Rasio perbandingan antara ∆L terhadap
L inilah yang disebut strain (regangan) dan dilambangkan dengan “ε” (epsilon) (Gandavi,
2010).
4. Modulus Young
Modulus Young merupakan besaran yang menyatakan sifat elastis suatu bahan tertentu
dan bahan menunjukkan langsung seberapa jauh sebuah batang atau kabel atau pegas yang
bersangkutan mengalami perubahan akibat pengaruh beban. Konstanta k atau perbandingan
gaya terhadap perpanjangan disebut konstanta gaya atau kekuatan pegas. Bilangannya sama
dengan gaya yang diperlukan untuk menghasilkan perpanjangan satuan (Sears, 1984).

Gambar 2.2 Kurva Modulus Young


(Sears, 1984)
Perbandingan tegangan terhadap regangan, atau tegangan per satuan regangan, disebut
Modulus Young bahan yang bersangkutan. Semakin besar Modulus Young, semakin besar pula
tegangan yang diperilakukan untuk regangan tertentu. Menentukan Modulus Young dari suatu
bahan tidak terlepas dari sifat elastisitas suatu benda dan batas elastisnya. Modulus Young atau
Modulus elastisitas di definisikan sebagai:
𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
𝑀𝑜𝑑𝑢𝑙𝑢𝑠 𝑌𝑜𝑢𝑛𝑔 = ……………………………………………………. ( 1 )
𝑅𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛

Modulus tersebut memiliki satuan yang sama dengan tegangan yaitu N/m2 atau Pa.
Modulus yang besar di butuhkan untuk menghasilkan regangan yang diberikan benda tersebut
kaku (Budi, 2011). Maka dari itu semakin kaku suatu bahan maka akan semakin tinggi
Modulus Young nya (Mikrajuddin, 2016):
𝜎
ϒ= 𝛿
………………………………………………………………………. ( 2 )
Dengan,

ϒ = Modulus Young (N/m2) atau (Pa)


𝜎 = Tekanan (N/m2 ) atau (Pa)

𝐹
𝜎= ………………………………………………………………………. (3)
𝐴
F = Gaya (N)
A = Luas Penampang (m2)

𝛿 = Regangan
∆𝐿
𝛿= …………………………………………………………………….. (4)
𝐿0

∆𝐿 = Pertambahan Panjang ( m )
L0 = Panjang Mula-Mula ( m )

Nilai E hanya bergantung pada bahan kawat atau batang, dan tidak bergantung pada
dimensi atau konfigurasinya. Sebagai konsekuensinya, modulus young adalah ukuran dasar
yang penting dari perilaku mekanis bahan (Bueche, 2006).
Tabel 2.2 Nilai Modulus Young Beberapa Logam
No Bahan Modulus Young
1 Alumunium 69 – 70
2 Kuningan 90
3 Tembaga 103 – 104
4 Kaca Kerona 60
5 Timbal 16
6 Nikel 210
(sumber: Mikrajuddin, 2016)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Momen Inersia


a. Alat dan Bahan
Tabel 3.1 Tabel Alat dan Bahan

b. Langkah Kerja
D.1. Persiapan:
1. Pasanglah alat momen inersia pada dasar statif.
2. Ikatkan benang nilon pada salah satu baut yang ada di tepi dudukan silinder kemudian
lilitkan benang tersebut beberapa lilitan.
3. Baringkan alat momen inersia di bagian tepi meja (Lihat Gambar 2).
D.2. Percobaan:
a. Menentukan Konstanta Pegas
1. Timbanglah massa tiap-tiap beban.
2. Gantungkan satu buah beban pada benang, amati simpangan yang terjadi. Catatlah
sebagai θ1. Ulangi beberapa kali. Catat di Tabel A.
3. Tambahkan 1 buah beban berikutnya dan catatlah simpangan pada Tabel A.
4. Lakukan langkah 3 untuk simpangan yang berbeda. Catat hasilnya pada Tabel B
Laporan Sementara.
b. Menentukan Momen Inersia Diri Alat Momen Inersia
1. Tegakkan kembali alat momen inersia. Buka benang yang terpasang pada dudukan
silinder.
2. Pasang gerbang cahaya pada dasar statif. Atur posisinya sehingga jarum penunjuk
pada alat momen inersia dapat melintasi gerbang cahaya.
3. Hubungkan gerbang cahaya dengan timer counter AT-01 (Gambar 3).
4. Hidupkan timer counter AT-01, pilih fungsi CYCLE dengan menekan tombol
FUNCTION. Tekan tombol CH. OVER sebanyak 10 kali untuk membatasi sepuluh
getaran yang akan teramati.
5. Simpangkan dudukan silinder sampai 180° kemudian lepaskan sehingga terjadi
gerakan bolak-balik atau osilasi.
6. Amati timer counter. Timer counter akan menghitung mundur jumlah getaran.
Setelah 10 getaran alat tersebut secara otomatis akan menampilkan waktu untuk 10
getaran. Catat waktu (t1) tersebut pada Tabel C.
7. Tekan tombol FUNCTION satu kali untuk meng-nol-kan nilai pada layar.
8. Ulangi langkah 5 sampai 7, catat waktunya sebagai t2, t3, t4, dst.
c. Menentukan Momen Inersia Benda
1. Timbanglah semua benda yang akan ditentukan momen inersianya! Catat hasilnya
pada Tabel D.
2. Ukurlah tinggi dan diameter masing-masing benda. Catat hasilnya pada Tabel D.
3. Pasanglah bola pejal pada alat momen inersia.
4. Hubungkan gerbang cahaya dengan alat pencacah pewaktu AT-01.
5. Hubungkan alat pencacah pewaktu dengan tegangan 220 VAC kemudian.
nyalakan.
Pilih fungsi CYCLE dengan menekan tombol FUNCTION. Tekan tombol CH.
OVER sebanyak 10 kali untuk membatasi sepuluh getaran yang akan teramati.
6. Simpangkan bola tersebut sebesar 180°, kemudian lepaskan sehingga berosilasi.
Catat waktu 10 getaran yang ditunjukkan alat pencacahan pewaktu pada Tabel E
sebagai t1.
7. Tekan tombol FUNCTION satu kali untuk membuat nilai nol pada layar.
8. Ulangi langkah 6 dan 7 sebanyak 10 kali. Catat hasil tersebut pada Tabel E.
9. Hitung waktu 10 getaran rata-rata, kemudian hitung periode getarannya. Catat
hasilnya pada Tabel F.
10. Ganti bola pejal dengan benda sesuai urutan pada Tabel F. Lakukan langkah 6-9
untuk setiap benda. Catat hasil tersebut pada Tabel F.
3.2 Modulus Young

a. Alat dan Bahan


Alat dan Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah :
1. Rel aluminium, Panjang 600 mm
2. Statif penyangga batang besi, Panjang 300 mm Batang rel aluminium
3. Indikator dengan dudukan
4. 5x beban 50 gram
5. Penggantung beban dengan celah bentuk V Batang uji

b. Langkah kerja
Untuk tahapan yang dilakukan pada praktikum kali ini yaitu sebagai berikut:
1. Susun peralatan seperti Gambar 3.1

Gambar 3.1 Susunan Peralatan


2. Pasang batang rel alumunium tepat ditengah rel ( diskala 30 cm ).
3. Pilih batang yang akan digunakan pada percobaan. Ukur lebar (b) dan tebal (t) batang.
4. Pasang pemegang batang tepat ditengah batang.
5. Sesuaikan posisi statif penyangga batang dengan batang yang digunakan. Pastikan agar
posisinya tetap menempatkan batang rel aluminium agar berada di tengah. Catat jarak
antar statif penyangga batang sebagai nilai L.
6. Letakkan batang yang akan diukur pada penyangga dan atur posisinya agar seimbang
sisi kiri dan kanan.
7. Letakkan beban pada pemegang beban kemudian tambahkan bebannya hingga
mencapai massa maksimum: 250 gram. Catat massa beban pada tabel sebagai nilai 0
gram.
8. Sesuaikan tinggi indikator dan pastikan ujung sensor indikator tepat menyentuh celah
bentuk V pada pemegang beban.
Amati skala pembacaan pada indikator, dan catat nilainya sebagai tinggi lengkungan
batang H saat beban 0 gram.
9. Lepaskan beban satu per sat, catat berat beban dan hasil pengukurannya.
Catatan: batang yang bengkok dan indikator akan kembali ke posisi awalnya dalam
waktu dan cara yang berbeda. Pastikan bahwa meja yang digunakan tidak bergerak
(kokoh) saat melakukan percobaan, dan lepaskan beban secara perlahan untuk
menghindari kesalahan pengukuran.
10. Lepaskan satu beban, perhatikan bahwa celah penggantung beban akan naik dan
menekan indikator. Baca nilai yang terukur dan catat hasilnya di dalam tabel. Setiap
massa beban yang dilepaskan sama dengan massa beban yang ditambahkan pada
penggantung beban. Maka pada kolom Massa Beban, catat total massa yang dilepaskan
bukan yang digantung.
11. Nilai berat beban dan tinggi lekukan batang seharusnya berbanding lurus.
12. Ulangi langkah 2-9 menggunakan batang yang berbeda. Lakukan hingga pengukuran
untuk 6 jenis batang selesai dilakukan.
13. Hitung nilai modulus young masing-masing batang dan bandingkan dengan nilai
referensi.
14. Ingat untuk mengurangi tinggi lengkungan untuk tiap massa beban dan dengan tinggi
lengkungan saat beban 0 gram.
BAB IV

ANALISIS DATA

4.1 Analisis Data Momen Inersia

1. Percobaan Menentukan Konstanta Pegas

Tabel A. Simpangan Alat Momen Inersia untuk setiap penambahan beban

Simpangan
M (g)
1 2 3 4 5 𝜃rerata
0 0 0 0 0 0 0
50,46 20 20 20 20 20 20
100,46 42 42 43 43 43 42,8
150,46 63 63 63 63 64 63,4
200,46 83 83 83 84 84 83,4
250,46 103 103 103 103 103 103

Tabel B. Simpangan Alat Momen Inersia untuk setiap gaya

𝜏=RxF 𝜃rerata K
m (kg) F (N) (Nm) (rad) (Nm/rad)

0 0 0 0 0
0,05046 0,5 0,022 0,37 0,06
0,10046 0,98 0,044 0,756 0,059
0,15046 1,47 0,066 1,117 0,06
0,20046 1,96 0,088 1,448 0,061
0,25046 2,45 0,11 1,779 0,062

2. Percobaan Menentukan Momen Inersia Diri Alat momen inersia

Tabel C. Periode diri Alat Momen Inersia, T0

Periode
diri, T0
Waktu 10 getaran (s) (s)

t1 t2 t3 t4 t5 t6 t7 t8 t9 t10 𝑡̅
6,065 5,466 5,676 5,348 5,598 5,079 4,761 5,044 5,909 4,625 5,357 0,53571
Periode diri, T0 = 0,53571 s
𝑘 0,060
Momen inersia diri, I0 = 4𝜋2 𝑇02 = (0,53571)2 = 0,00044 kgm2
4𝜋 2

3. Percobaan Momen Inersia Benda

Tabel D. Dimensi dan Momen Inersia benda


Massa Diameter Diameter
No. Nama Benda (kg) Luar (m) Dalam (m) Tinggi

1. Bola pejal 0,509 0,12 0,12


2. Silinder pejal 0,506 0,094 0,143
3. Silinder berongga 0,504 0,073 0,063 0,06
4. Piringan 213 0,506 0,24 0,02
5. Piringan 714 0,5 0,212 0,03
6. Kerucut 0,521 0,16 0,133

Tabel E. Periode untuk setiap benda

Waktu 10 getaran (s)


Nama
Benda t1 t2 t3 t4 t5 t6 t7 t8 t9 t10 t T (s)
Bola pejal 7,174 7,162 7,205 7,191 7,177 7,169 7,173 7,181 7,194 7,195 7,19 0,719
Silinder
pejal 7,001 7,002 7,013 7,044 7,008 7,016 7,017 7,011 7,005 7,01 7,01 0,781
Silinder
berongga 7,121 7,02 7,108 7,045 7,054 7,037 7,041 7,038 7,05 7,029 7,05 0,705
Piringan
213 16,33 22,78 20,63 19,35 16,33 21,41 20,27 19,56 16,3 20,13 19,3 1,93
Piringan
714 14,49 14,53 14,52 14,51 14,52 14,52 14,53 14,5 14,52 14,53 14,52 1,452
Kerucut 8,829 8,828 8,834 8,825 8,945 8,832 8,814 8,835 8,816 8,829 8,84 0,884

Tabel F. Momen Inersia hasil percobaan

Nama Benda I teori T (s) I (kgm2) KSR (%)


Bola pejal 0,00183 0,719 0,00032 2,1016
Silinder pejal 0,000559 0,701 0,000284 1,0077
Silinder
0,00283 0,705 0,000292 8,4464
berongga
Piringan 213 0,00486 1,93 0,00479 0,0634
Piringan 714 0,00374 1,452 0,00253 13,7826
Kerucut 0,001 0,884 0,000688 0,4534
4.2 Analisis Data Modulus Young
I. Tabel A. Data Percobaan Beban 1
Bahan : Aluminium Panjang (L) : 300 mm
Lebar (b) : 10 mm Tebal (t) : 1 mm
No. Massa Beban, m Berat, W Tinggi Modulus
(kg) (N) lengkungan, Young, Y Error (%)
H (m) (Gpa)
1. 0,025 0,25 0 0 0
2. 0,020 0,20 0,25 0,38 0,62
3. 0,015 0,15 1,12 8,03 7,03
4. 0,010 0,10 1,52 0,044 0,956
5. 0,005 0,05 2,43 1,38 0,38
Rata-rata 1,9668 1,7972

II. Tabel B. Data Percobaan Beban 2


Bahan : Kuningan Panjang (L) : 300 mm
Lebar (b) : 10 mm Tebal (t) : 1 mm
No. Massa Beban, m Berat, W Tinggi Modulus
(kg) (N) lengkungan, Young, Y Error (%)
H (m) (Gpa)
1. 0,025 0,25 0 0 0
2. 0,020 0,20 0,44 0,306 0,604
3. 0,015 0,15 0,82 0,031 0,969
4. 0,010 0,10 1,19 0,0564 0,9433
5. 0,005 0,05 1,51 0,0223 0,767
Rata-rata 0,08314 0,65666

III. Tabel C. Data Percobaan Beban 3


Bahan : Logam 2 Panjang (L) : 300 mm
Lebar (b) : 10 mm Tebal (t) : 1 mm
No. Massa Beban, m Berat, W Tinggi Modulus
(kg) (N) lengkungan, Young, Y Error (%)
H (m) (Gpa)
1. 0,025 0,25 0 0
2. 0,020 0,20 0,08 1,68
3. 0,015 0,15 0,28 0,361
4. 0,010 0,10 0,51 0,13
5. 0,005 0,05 0,74 0,43
Rata-rata 0,5202

IV. Tabel D. Data Percobaan Beban 4


Bahan : Logam 4 Panjang (L) : 300 mm
Lebar (b) : 15 mm Tebal (t) : 1 mm
No. Massa Beban, m Berat, W Tinggi Modulus
(kg) (N) lengkungan, Young, Y Error (%)
H (m) (Gpa)
1. 0,025 0,25 0 0
2. 0,020 0,20 0,16 0,56
3. 0,015 0,15 0,50 0,135
4. 0,010 0,10 0,84 0,053
5. 0,005 0,05 1,17 0,0064
Rata-rata 0,15088
BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Pembahasan Momen Inersia

Pada data yang sudah kita ambil dapat kita analisis lebih lanjut terkait perhitungan dari tiap-
tiap data yang telah kita ambil, yaitu sebagai berikut:

Pada tabel a data yang kita ambil yaitu massa pada bandul dan data 5 kali simpangan
menggunakan bandul atau tidak menggunakan bandul beserta rata-ratanya berikut salah satu
perhitungan pada tabelnya:

Massa: 50,46 g

Simpangan 1,2,3,4,5 : 20,20,20,20,20

20+20+20+20+20
𝜃rerata: = 20
5

Pada tabel b data yang kita ambil yaitu massa yang dikonversikan menjadi satuan SI dan kita
diarahkan untuk menghitung F, 𝜏, 𝜃rerata, dan k berikut salah satu perhitungan pada tabelnya.
Jika diketahui percepatan gravitasi bumi = 9,8 m/s2, untuk setiap gaya dengan R= 4,5 cm =
0,045 m (jari – jari dudukan silinder), dan untuk menghitung simpangan 𝜃 ke dalam satuan
radian k = 0,060.

Massa : 50,46 g = 0,05046 kg

Gaya (F = 𝑚 × 𝑔)

F = 0,05046 × 9,8 = 0,494508 ≈ 0,5 N

Torsi (𝜏 = 𝑅 × 𝐹)

𝜏 = 0,045 × 0,5 = 0,0225 ≈ 0,022 Nm

𝜏
Simpangan (𝜃rerata = )
𝑘

0,022
𝜃rerata = = 0,36667 ≈ 0,37 rad
0,060
Hubungan antara 𝜏 dengan 𝜃
2
1.8
1.6
1.4
𝜃 rerata (rad)

1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
1 2 3 4 5 6
𝜏 (Nm)

Grafik 5.1 Hubungan Antara 𝜏 dengan 𝜃

Dari gambar grafik di atas dapat kita simpulkan bahwa saat jumlah torsi meningkat maka
simpangan rata-ratanya juga meningkat.

𝜏
Konstanta spiral (K = )
𝜃

0,022
K= = 0,0594594595 ≈ 0,06 Nm/rad
0,37

Pada tabel c kita mengambil data waktu 10 getaran sebanyak sepuluh kali lalu kita
menghitung rata-rata dari kesepuluh data tersebut dari hasil rata-rata kesepuluh data yang
sudah dihitung kita bisa mendapatkan nilai dari periode diri (T0) dengan cara sebagai berikut:

𝑡1+𝑡2+𝑡3+𝑡4+𝑡5+𝑡6+𝑡7+𝑡8+𝑡9+𝑡10
𝑡̅ = 10

6,065+5,466+5,676+5,348+5,598+5,079+4,761+5,044+5,909+4,625+5,357
𝑡̅ = 10
= 5,3571 s

T0 = 0,1 x 5,3571 = 0,53571 s

Selanjutnya dari data yang sudah kita hitung dapat kita olah lagi untuk menentukan momen
inersia diri pada benda berikut merupakan cara perhitungannya:

𝑘 0,060
I0 = 4𝜋2 𝑇02 = (0,53571)2 = 0,00044 kgm2
4𝜋 2

Pada tabel d kita mengambil data massa, diameter luar, diameter dalam, dan tinggi benda
yang berbeda-beda bentuknya tanpa harus kita apa-apakan lagi.
Pada tabel e kita mengambil data waktu 10 getaran sebanyak sepuluh kali lalu menghitung
rata-rata dari kesepuluh data tersebut dari hasil rata-rata kesepuluh data yang sudah dihitung
kita bisa mendapatkan nilai dari periode diri (T0) berikut merupakan salah satu contoh
perhitungan dari tabel:

𝑡1+𝑡2+𝑡3+𝑡4+𝑡5+𝑡6+𝑡7+𝑡8+𝑡9+𝑡10
𝑡̅ bola pejal = 10

7,174+7,162+7,205+7,191+7,117+7,169+7,173+7,181+7,194+7,195
𝑡̅ bola pejal = = 7,19 s
10

T = 0,1 x 7,19 = 0,719 s

Pada tabel f kita dianjurkan untuk menghitung momen inersia benda secara teori dan
menghitung momen inersia menggunakan persamaan (9). Setelah mendapatkan nilai dari
momen inersia yang menggunakan teori dan yang menggunakan persamaan maka kita dapat
menghitung KSR dari data yang telah kita dapatkan. Berikut merupakan salah satu contoh
perhitungan dari tabel:

2𝑚𝑅 2
I teori bola pejal =
5

2(0,509)(0,06)2
I teori bola pejal = = 0,00183 kgm2
5

𝑇2
I persamaan 9 bola pejal = ( − 1) 𝐼0
𝑇02

0,7192
I persamaan 9 bola pejal = (0,5632 − 1) 0,0004 = 0,00032 kgm2

𝑠𝑒𝑙𝑖𝑠𝑖ℎ
KSR bola pejal = × 100%
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎

0,00183
KSR bola pejal = × 100% = 2,1016 %
0,00032

Pada tabel diketahui bahwa massa tiap benda hampir sama akan tetapi hasil dari perhitungan
momen inersia tiap bendanya akan tetap berbeda hal ini dikarenakan adanya teori momen
inersia yang berbeda tiap bendanya.

Momen inersia sebuah benda adalah ukuran kecenderungan atau kelembaman suatu benda
untuk berotasi pada porosnya.
5.2 Pembahasan Modulus Elastisitas Young

Pada data yang sudah kita ambil dapat kita analisis lebih lanjut terkait perhitungan dari tiap-
tiap data yang telah kita ambil, yaitu sebagai berikut:

Pada tabel a data yang diambil dari bahan aluminium dengan panjang 300 mm, lebar 10 mm,
dan tebal 1 mm. Dari data yang sudah diambil dapat kita hitung modulus young dari tiap
massa dan nilai errornya berikut merupakan salah satu contoh perhitungannya:

𝑊𝐿3
𝛾=
4𝐻𝑏𝑡 3

(0,2)(0,3)3
𝛾= = 0,38 Gpa
4(0,25)(0,01)(0,001)3

𝑠𝑒𝑙𝑖𝑠𝑖ℎ
% error = × 100%
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎

|0,38−69|
% error = × 100% = 0,62 %
69

Pada tabel b data yang diambil dari bahan kuningan dengan panjang 300 mm, lebar 10 mm,
dan tebal 1 mm. Dari data yang sudah diambil dapat kita hitung modulus young dari tiap
massa dan nilai errornya berikut merupakan salah satu contoh perhitungannya:

𝑊𝐿3
𝛾=
4𝐻𝑏𝑡 3

(0,2)(0,3)3
𝛾= = 0,306 Gpa
4(0,44)(0,01)(0,001)3

𝑠𝑒𝑙𝑖𝑠𝑖ℎ
% error = × 100%
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎

|0,306−90|
% error = × 100% = 0,604 %
90

Pada tabel c data yang diambil dari bahan logam 2 dengan panjang 300 mm, lebar 10 mm,
dan tebal 1 mm. Dari data yang sudah diambil dapat kita hitung modulus young dari tiap
massa akan tetapi tidak bisa didapatkan nilai errornya karena tidak ada kejelasan jenis logam
yang digunakan berikut merupakan salah satu contoh perhitungannya:

𝑊𝐿3
𝛾=
4𝐻𝑏𝑡 3
(0,2)(0,3)3
𝛾= = 1,68 Gpa
4(0,08)(0,01)(0,001)3

Pada tabel d data yang diambil dari bahan logam 4 dengan panjang 300 mm, lebar 15 mm,
dan tebal 1 mm. Dari data yang sudah diambil dapat kita hitung modulus young dari tiap
massa akan tetapi tidak bisa didapatkan nilai errornya karena tidak ada kejelasan jenis logam
yang digunakan berikut merupakan salah satu contoh perhitungannya:

𝑊𝐿3
𝛾=
4𝐻𝑏𝑡 3

(0,2)(0,3)3
𝛾= = 0,56 Gpa
4(0,16)(0,015)(0,001)3

Pada percobaan kali ini ada beberapa faktor yang mempengaruhi nilai modulus young
sehingga nilainya berbeda-beda, yaitu jenis logam yang digunakan, panjang logam, lebar
logam, tebal logam, berat beban, dan kelengkungan.
BAB VI

PENUTUP

Kesimpulan

• Momen inersia adalah ukuran inersia suatu benda yang berputar pada porosnya, momen
inersia juga dikenal sebagai besaran dalam gerak rotasi mirip dengan massa dalam
gerak translasi.
• Elastisitas adalah sifat suatu benda untuk kembali ke bentuk awalnya setelah gaya luar
dihilangkan. Perubahan bentuk tersebut dapat berupa pertambahan atau pengurangan
panjang.
• Tegangan adalah gaya-gaya yang merenggang per satuan luas penampang yang
dikenainya.
• Regangan (ε) adalah perubahan bentuk akibat tegangan, diukur sebagai rasio
perubahan dari sejumlah dimensi benda terhadap dimensi awal dimana perubahan
terjadi.
• Modulus Young merupakan besaran yang menyatakan sifat elastis suatu bahan
tertentu dan bahan menunjukkan langsung seberapa jauh sebuah batang atau kabel
atau pegas yang bersangkutan mengalami perubahan akibat pengaruh beban.
DAFTAR PUSTAKA

Chusni, M. M., Rizaldi, M. F., Nurlaela, S., Nursetia, S., & Susilawati, W. (2018). Penentuan
momen inersia benda silinder pejal dengan integral dan tracker. Jurnal Pendidikan
Fisika Dan Keilmuan, 4(1), 42-47.
Abdullah, Mikrajuddin. 2016. Diktat Fisika Dasar 1. Bandung : Institut Teknologi Bandung

Bahtiar., Nugroho N, dan Surjokusumo. 2010. Estimating Young’s Modulus and Modulus of
Rupture of Coconut Logs using Reconstruction Method. Jurnal Civil Engineering
Dimension Volume 12, Nomor 2

Budi, Gatot Setya. 2011. Pengujian Kuat Tarik dan Modulus Elastisitas Tulangan Baja
(Kajian terhadap Tulangan Baja dengan Sudut Bengkok 45°, 90°, 135°). Jurnal
Teknik Sipil Untan Volume 11, Nomor 1.

Bueche, Frederick J dan Eugene Hecht. 2006. Fisika Universitas. Erlangga. Jakarta

Gandavi, Ariv. 2010. Pengaruh Perubahan Waktu Annealing Hingga 20 menit terhadap
Struktur Mikro dan Kuat Tarik Baja Tabung JIS G3116 SG 295. Jakarta

Robert C. Reid. 1991. Sifat Gas dan Zat Cair. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Sears, Francis W., Mark W. Zemansky, dan Hugh D. Young. 1984. University Physics Sixth
Edition Part I. Addison-Wesley. Massachusetts

Soedojo, Peter. 2004. Fisika Dasar. Andi. Yogyakarta


LAMPIRAN

Momen Inersia
Modulus Young

Anda mungkin juga menyukai