Anda di halaman 1dari 21

Laporan Lengkap

FISIKA DASAR

PERCOBAAN I
ELASTISITAS
OLEH :

KELOMPOK 2
UNI KARMEDA (A24122008)
MOH. IKHSAN (A24122016)
SITI FAITUL HIDAYAH (A24122029)
SRI WAHYUNI ULANDARI (A24122040)
SERLIYANTI GLORI TUNGGELE (A24122092)
SUKMA (A24122104)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2023
LEMBAR KOREKSI

KELOMPOK : II (DUA)
ASISTEN : AKBAR BIRRKAHFI

No Hari/Tanggal Koreksi Paraf

1. Minggu, 2 april Perbaiki :


2023
 Sampul
 Tujuan percobaan
 Dasar teori
 Hasil pengamatan
 Analisis data
 Pembahasan

2. Kamis, 5 april 2023 Perbaiki ;

 Dasar Teori
 Analisis Data
 pembahasan
PERCOBAAN I
ELASTISITAS

I. Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut :
I.1 Tujuan Pembelajaran Umum
Memahami konsep elastisitas suatu bahan melalui percobaan.
I.2 Tujuan Pembelajaran Khusus
1. Mengamati sifat elastisitas bahan
2. Mengukur / menghitung elastisitas bahan
3. Membuat grafik hubungan antara tegangan dan renggangan.

II. Dasar Teori


Elastisitas adalah kemampuan suatu benda untuk kembali pada
keadaan semula apabila gaya yang mengubah atau terdapat pada benda itu
telah menghilang. Elastisitas dapat juga berarti kecenderungan yang terjadi
pada suatu benda untuk berubah dari keadaan semula baik berupa
perubahan panjang, lebar. maupun tinggi. tetapi massanya tetap, hal itu
disebabkan oleh gaya-gaya yang menekan atau menariknya, pada saat
gaya ditiadakan bentuk kembali seperti semula. (Halliday, 2011). Benda-
benda yang memiliki sifat elestisitas antara lain pada umumnya adalah
karet dan pegas, karena karet dan pegas dapat kembali kepada keadaaan
sebelumnya jika gaya yang terjadi pada benda-benda tersebut telah
dihilangkan.
Berdasarkan tingkat elastisitasnya, benda padat dibagi menjadi
dua, yaitu benda elastis dan benda plastis. Benda-benda elastis memiliki
kemampuan untuk kembali ke bentuk atau ukuran semula saat gaya yang
diterapkannya dihilangkan. Kebalikannya, benda-benda plastis adalah
benda yang tidak dapat kembali kebentuk dan ukuran semula saat gaya
yang diterapkan dihilangkan.
Sifat Mekanis adalah sifat-sifat dari bahan yang berkaitan dengan
kelakuan (behavior) terhadap pembebanan mekanik pada sebuah logam.
Sifat-sifat ini perlu dipertimbangkan ketika menentukan produk material
konstruksi berbahan logam yang akan digunakan serta proses pengolahan
yang dilakukan.
Sifat-sifat mekanis dari sebuah bahan material tersebut didasarkan pada
hasil percobaan dengan melakukan pembebanan yang meliputi keadaan
beban, arah beban, dan lama waktu pembebanan.
Berikut ini adalah beberapa sifat mekanis bahan material yang dapat
mempengaruhi bagaimana sebuah material merespon beban yang bekerja
padanya :
1. Kekakuan (Stiffness)
Kekakuan merupakan kemampuan renggang pada sebuah material
terhadap tegangan tinggi, tanpa diikuti regangan yang besar.
2. Kekuatan (Strength)
Ketika sebuah bahan logam dikenai tegangan paling besar maka
akan terjadi renggang sebelum rusak atau patah (failure). Nah, nilai
kekuatan pada sifat mekanik bahan dapat dibagi menjadi dua,
yaitu:
 Yield strength (kekuatan luluh), ialah tegangan minimum
ketika suatu material logam kehilangan sifat elastisnya.
 Tensile strength (kekuatan tarik), ialah tegangan maksimum
yang bisa ditahan oleh sebuah material logam ketika
diregangkan atau ditarik, sebelum bahan tersebut rusak
(failure).
Yang pasti adalah tidak ada satu nilai yang cukup bisa untuk
mendefinisikan kekuatan, karena perilaku bahan produk berbeda
terhadap beban dan sifat pembebanan. Oleh karenanya terdapat
kekuatan tarik maksimum yang menentukan kisaran nilai yang
diizinkan pada pembebanan ataupun uji tarik.
3. Kekerasan (Toughness)
Yaitu sifat mekanis material yang dipengaruhi oleh beban impack
tinggi atau beban kejut. Jika sebuah material mendapat beban
impack, maka sebagian energi diserap dan sebagian energi
dipindahkan.
4. Kelenturan (Resilience)
Yaitu sifat mekanis material yang ditunjukkan dengan menerima
beban impack tinggi (pembebanan cepat), tanpa menimbulkan
tegangan lebih pada batas elastis.

Proses ini diubah dalam berbagai respon dengan menyerap energi


selama proses pembebanan disimpan dan dikeluarkan jika material
tidak dibebani.

Elastisitas juga berkaitan dengan tegangan, regangan, dan modulus


elastisitas (young) yang terjadi pada benda yang dikenal dengan gaya
tertentu akan mengalami perubahan bentuk. Perubahan bentuk bergantung
pada arah dan letak gaya tersebut.
Tegangan adalah besarnya gaya yang bekerja pada setiap satuan
luas penampang suatu benda atau batang. Suatu batang dikatakan dalam
keadaan tegang apabila masing-masing ujung batang tersebut mengalami
gaya tarik yang sama besarnya dan berlawanan arah. Apabila batang
tersebut diiris tegak lurus sama besar, maka masing-masing potongannya
dalam keadaan setimbang Potongan akan mengerjakan tarikan terhadap
potongan yang berlawanan arah yang terdistribusi merata pada luas
penampang (A) dengan gaya F. Tegangan ini merupakan tegangan normal
bukan merupakan besaran vektor. Hal ini dikarenakan oleh kita tidak
memberi arah tertentu (Zemansky Sears, 2004). Tegangan yang berbeda
pada zat padat merupakan tekanan hidrostatis asalkan tegangan disemua
titik permukaan itu adalah sama. Secara matematis, stress dirumuskan
sebagai berikut.
F
σ= A

Dengan:
σ = tegangan (N/m2);
F = gaya (N); dan
A = luas penampang (m2).

Regangan adalah perubahan yang relative dimensi atau bentuk benda yang
mengalami tegangan. Regangan yang dapat berarti pertambahan panjang
untuk tiap-tiap satu satuan Panjang (Sorajo, 2002) Jika diketahui
pertambahan panjang dan panjang mula-mula sebelum benda itu diberi
gaya, maka dapat ditentukan regangannya dengan persamaan berikut ini:
∆L
Ԑ= l˳
Dengan:
Ԑ = strain atau regangan;
∆L = pertambahan panjang pegas (m); dan
lo = Panjang pegas mula-mula (m).

Modulus young adalah perbandingan tegangan tarik terhadap


regangan tarik untuk benda yang berbahan tertentu dan sama dengan
perbandingan tegangan kompresi terhadap regangan kompresi. Modulus
Young adalah besaran yang menunjukkan kekuatan suatu benda untuk
kembali ke bentuk semula akibat pengaruh gaya dari luar Modulus Young
merupakan perbandingan antara stress dan strain. Secara matematis,
dirumuskan sebagai berikut.
σ
Ɣ= Ԑ
Dengan:
Ɣ = modulus Young (N/m2);
σ = tegangan (N/m2);
Ԑ = strain atau regangan;

Hukum Hooke adalah hukum yang mengatur hubungan antara


besarnya gaya yang dibebankan pada pegas beserta peregangannya.
Hukum ini ditemukan oleh seorang ilmuwan asal Inggris, yaitu Robert
Hooke. Lalu, apa hubungan hukum Hooke dengan elastisitas? Hukum
Hooke hanya berlaku pada benda-benda yang memiliki elastisitas atau
kemampuan elastis, contohnya pegas. Bunyi hukum Hooke adalah
“besarnya pertambahan panjang pegas sebanding dengan gaya yang
diberikan”. Namun, pernyataan itu hanya berlaku di daerah elastis benda,
ya. Artinya, selama benda atau pegasnya belum sampai putus atau hampir
putus (Tipler, 1998). Secara matematis, persamaan hukum Hooke adalah
sebagai berikut:

F = -K∆x

Dengan:
F = gaya luar yang diberikan (N);
k = konstanta pegas (N/m); dan
∆x = perubahan panjang pegas (m).
ketika sebuah pegas diberi gaya luar dengan ditarik, maka pegas akan
mengeluarkan gaya yang besarnya sama dengan gaya luar yang
menariknya, tetapi arahnya berlawanan (aksi = reaksi).
III. Alat dan Bahan
1. Base A
2. Statif dengan 2 klem
3. Mistar (100 cm)
4. Beban 10 buah (5 gr)
5. Karet ventil atau karet gelang (± 20 cm)
6. Jarum penunjuk skala
IV. Prosedur Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Mengukur Panjang karet mula-mula (lO). Kemudian catat panjangnya
3. Menimbang beban bermassa m, kemudian gantungkan beban tersebut
pada karet. Kemudian catat Panjang karet (l1)
4. Menghitung pertambahan panjang karet ( l= l1 – lO).
5. Menambahkan beban pada ujung karet sedikit demi sedikit. Setiap
beban yang ditambahkan, massanya dicatat. Begitu pula, catat panjang
karet setiap penambahan beban dan hitung pertambahan panjangnya.
6. Memasukkan data-data anda kedalam tabel pengamatan.
V. Hasil Pengamatan
V.1Cara I
5.1.1 Karet gelang
p = 147 x 10-3 m
l = 0,3 x 10-3 m
lo = 147 x 10-3 m
NO m (gr) l (m) ∆l (m)
1. 5 x 10-2 195 x 10-3 48 x 10-3
2 10 x 10-2 295 x 10-3 148 x 10-3
3 15 x 10-2 396 x 10-3 249 x 10-3
4 20 x 10-2 472 x 10-3 325 x 10-3
5 25 x 10-2 545 x 10-3 398 x 10-3

V.2Cara 2
5.2.1 Karet ban
p = 147 x 10-3 m
l = 0,3 x 10-3 m
lo = 147 x 10-3 m
N m (gr) l (m) ∆l (m)
O
1. 5 x 10-2 170 x 10-3 3 x 10-3
2. 10 x 10-2 181 x 10-3 14 x 10-3
3. 15 x 10-2 191 x 10-3 24 x 10-3
4. 20 x 10-2 205 x 10-3 38 x 10-3
5. 25 x 10-2 220 x 10-3 53 x 10-3
NST Jangka sorong = 0,01 cm = 1x10-2 m
NST Mistar = 0,1 cm = 1x10-1 m
NST Neraca digital = 0,01 g = 1x10-3 kg

VI. Analisis Data


VI.1 Cara I
A. Karet Gelang
1) Menghitung Gaya
F =m.g
F1 = 5 x10-2 . 10
=50 x 10-2 N
F2 = 10 x 10-2 . 10

= 100 x 10-2 N
F3 = 15 x 10-2 . 10
= 150 x 10-2 N
F4 = 20 x 10-2 . 10
= 200 x 10-2 N
F5 = 25 x 10-2 . 10
= 250 x 10-2 N

2) Menghitung Tegangan
F
σ =
A
−2
50 x 10
σ1 = −6
44 ,1 x 10
= 1,134 x 104 N/m2
−2
100 x 10
σ2 = −6
44 ,1 x 10
= 2,268 x 104 N/m2
−2
150 x 10
σ3 = −6
44 ,1 x 10
=3,401 x 104 N/m2
−2
200 x 10
σ4 = −6
44 ,1 x 10
= 4,535 x 104 N/m2
−2
250 x 10
σ5 = −6
44 ,1 x 10
= 5,669 x 104 N/m2
3) Menghitung Regangan
∆L
Ԑ =
lo
−3
48 x 10
Ԑ1 = −3
147 x 10
= 0,327 = 327 x 10-3
−3
148 x 10
Ԑ2 = −3
147 x 10
= 1,007 = 1007 x 10-3
−3
249 x 10
Ԑ3 = −3
147 x 10
= 1,694 = 1694 x 10-3
−3
325 x 10
Ԑ4 = −3
147 x 10
= 2,211 = 2211 x 10-3
−3
398 x 10
Ԑ5 = −3
147 x 10
= 2,707 = 2707 x 10-3

4) Menghitung Modulus Young


σ
Ɣ =
Ԑ
4
1,134 x 10
Ɣ1 = −3
327 x 10
= 3,468 x 104 N/m2
4
2,268 x 10
Ɣ2 = −3
1007 x 10
=2,252 x 104 N/m2
4
3,401 x 10
Ɣ3 = −3
1694 x 10
= 2,007 x 104 N/m2
4
4,535 x 10
Ɣ4 = −3
2211 x 10
= 2,051 x 104 N/m2
4
5,669 x 10
Ɣ5 = −3
2707 x 10
= 2,094 x 104 N/m2
5) Grafik Hubungan Antara Tegangan dan Regangan

VI.2 Cara II
A. Karet Ban
1) Menghitung Gaya
F =m.g
F1 = 5 x10-2 . 10
=50 x 10-2 N
F2 = 10 x 10-2 . 10
= 100 x 10-2 N
F3 = 15 x 10-2 . 10
= 150 x 10-2 N
F4 = 20 x 10-2 . 10
= 200 x 10-2 N
F5 = 25 x 10-2 . 10
= 250 x 10-2 N

2) Menghitung Tegangan
F
σ =
A
−2
50 x 10
σ1 = −6
87 , 5 x 10
= 0,571x 104 N/m2
−2
100 x 10
σ2 = −6
87 , 5 x 10
= 1,143 x 104 N/m2
−2
150 x 10
σ3 = −6
87 , 5 x 10
=1,714 x 104 N/m2
−2
200 x 10
σ4 = −6
87 , 5 x 10
= 2,286 x 104 N/m2
−2
250 x 10
σ5 = −6
87 , 5 x 10
= 2,857 x 104 N/m2

3) Menghitung Regangan
∆L
Ԑ =
lo
−3
3 x 10
Ԑ1 = −3
167 x 10
= 0,018 = 18 x 10-3
−3
14 x 10
Ԑ2 = −3
167 x 10
= 0,084 = 84 x 10-3
−3
24 x 10
Ԑ3 = −3
167 x 10
= 0,144 = 144 x 10-3
−3
38 x 10
Ԑ4 = −3
167 x 10
= 0,227 = 227 x 10-3
−3
53 x 10
Ԑ5 = −3
167 x 10
= 0,317 = 317 x 10-3

4) Menghitung Modulus Young


σ
Ɣ =
Ԑ
4
0,571 x 10
Ɣ1 = −3
18 x 10
= 31,72 x 104 N/m2
4
1,143 x 10
Ɣ2 = −3
84 x 10
= 13,61 x 104 N/m2
4
1,714 x 10
Ɣ3 = −3
144 x 10
= 11,90 x 104 N/m2
4
2,286 x 10
Ɣ4 = −3
227 x 10
= 10,70 x 104 N/m2
4
2,857 x 10
Ɣ5 = −3
317 x 10
= 9,012 x 104 N/m2

5) Grafik Hubungan Antara Tegangan dan Regangan


7. Pembahasan
Elastisitas adalah kemampuan suatu benda untuk kembali ke
ukuran dan bentuk semula setelah gaya dari luar dihilangkan. Bahan-bahan
yang memiliki kemampuan seperti itu disebut sebagai bahan elastis.
Hukum yang berlaku pada percobaan kali ini adalah hukum Hooke.
Hukum Hooke sendiri adalah hukum yang mengatur hubungan antara
besarnya gaya yang dibebankan pada pegas beserta peregangannya.
Hukum Hooke hanya berlaku pada benda-benda yang memiliki elastisitas
atau kemampuan elastis, contohnya pegas.
Dalam percobaan ini ada beberapa alat dan bahan yang kami
gunakan seperti, Base A berfungsi untuk menopang statif dan klem, statif
dengan 2 klem yang berfungsi sebagai penopang dan penjepit objek yang
digunakan dalam percobaan, physics string berfungsi untuk mengikat karet
pada statif dan mengikat pengait beban pada karet, beban (50-250gr)
berfungsi sebagai beban pada percobaan untuk melihat keelastisitasan
objek (karet ban & karet gelang), mistar 100 cm berfungsi untuk mengukur
Panjang awal karet dan pertambahan Panjang karet dalam percobaan,
jangka sorong berfungsi untuk mengukur ketebalan karet ban dan karet
gelang dalam percobaan, pengait beban berfungsi untuk mengaitkan beban
dan karet, dan gunting berfungsi untuk memotong physics string.
Adapun prosedur kerja yang kami lakukan dalam percobaan kali
ini yang pertama menyiapkan alat dan bahan, selanjutnya mengukur
panjang karet mula-mula (lO), lalu catat panjangnya. Setelah itu timbang
beban bermassa m, kemudian gantungkan beban tersebut pada karet, dan
catat Panjang karet (l1). Setelah mencatat dilanjutkan dengan menghitung
pertambahan panjang karet ( l= l1 – lO). Lalu tambahkan beban pada
ujung karet sedikit demi sedikit. Setiap beban yang ditambahkan,
massanya dicatat. Dan catat juga pertambahan panjang karet pada setiap
penambahan beban lalu hitung pertambahan panjangnya. Kemudian
memasukkan data-data yang telah didapatkan kedalam tabel pengamatan.
Dari percobaan yang telah kami lakukan pada cara pertama dimana
kami menggunakan karet gelang didapatkan hasil p = 147 x 10 -3 m, l = 0,3
x 10-3 m, l0 = 147 x 10-3m. Untuk perlakuan pertama digunakan beban
sebesar 50gr atau 5 x 10-2 gr dan kami mendapatkan panjang karet gelang
setelah diberikan beban sebesar 195 x 10-3m, serta pertambahan panjang
karet sebesar 48 x 10-3m. Untuk perlakuan kedua digunakan beban sebesar
100gr atau 10 x 10-2 gr dan kami mendapatkan panjang karet gelang
setelah diberikan beban sebesar 295 x 10 -3m, serta pertambahan Panjang
karet sebesar 148 x 10-3m. Untuk perlakuan ketiga digunakan beban
sebesar 150gr atau 15 x 10-2 gr dan kami mendapatkan panjang karet
gelang setelah diberikan beban sebesar 396 x 10 -3m, serta pertambahan
panjang karet sebesar 249 x 10-3m. Untuk perlakuan keempat digunakan
beban sebesar 200gr atau 20 x 10 -2 gr dan kami mendapatkan panjang karet
gelang setelah diberikan beban sebesar 472 x 10 -3m, serta pertambahan
panjang karet sebesar 325 x 10-3m. Dan untuk perlakuan kelima
digunakan beban sebesar 250gr atau 25 x 10-2 gr dan kami mendapatkan
panjang karet gelang setelah diberikan beban sebesar 545 x 10 -3m, serta
pertambahan panjang karet sebesar 398x103m.
Dari percobaan yang telah kami lakukan pada cara kedua dimana
kami menggunakan karet ban didapatkan hasil p = 147 x 10 -3m, l = 0,3 x
10-3m, l0= 147 x 10-3m. Untuk perlakuan pertama digunakan beban sebesar
50gr atau 5 x 10-2 gr dan kami mendapatkan panjang karet ban setelah
diberikan beban sebesar 170 x 10-3m, serta pertambahan panjang karet
sebesar 3 x 10-3m. Untuk perlakuan kedua digunakan beban sebesar 100gr
atau 10 x 10-2 gr dan kami mendapatkan panjang karet ban setelah
diberikan beban sebesar 181 x 10-3m, serta pertambahan panjang karet
sebesar 14 x 10-3m. Untuk perlakuan ketiga digunakan beban sebesar
150gr atau 15 x 10-2 gr dan kami mendapatkan panjang karet ban setelah
diberikan beban sebesar 191 x 10-3m, serta pertambahan panjang karet
sebesar 24 x 10-3m. Untuk perlakuan keempat digunakan beban sebesar
200gr atau 20 x 10-2 gr dan kami mendapatkan panjang karet ban setelah
diberikan beban sebesar 205 x 10-3m, serta pertambahan panjang karet
sebesar 38x10-3m. Dan untuk perlakuan pertama digunakan beban sebesar
250gr atau 25 x 10-2 gr dan kami mendapatkan panjang karet ban setelah
diberikan beban sebesar 220 x 10-3m, serta pertambahan panjang karet
sebesar 53 x 103m.
Perbandingan yang kami dapatkan antara literatur menurut ( Binti
Dwi Suryani ) dengan percobaan yang kami lakukan adalah sama. Mereka
mendapatkan hasil pengamatan pada karet gelang dimana untuk lo=0,14
pada perlakuan pertama mereka menambahkan beban sebesar W=0,5N
dan mendapatkan panjang tali l=0,14m serta pertambahan Panjang tali
∆I=0m, kemudian pada perlakuan kedua mereka menggunakan beban
sebesar W=1,0N dan mendapatkan panjang tali l=0,19m serta pertambahan
Panjang tali ∆I=0,05m,selanjutnya pada perlakuan ketiga mereka
menggunakan beban sebesar W=1,5N dan mendapatkan panjang tali
l=0,25m serta pertambahan Panjang tali ∆I=0,11m. Dari hasil percobaan
tersebut menunjukan bahwa “Semakin bertambah berat suatu beban maka
semakim besar pula pertambahan panjang pada karet gelang”. Sedangkan
pada percobaan yang kami lakukan yaitu pada karet gelang. Untuk lo= 147
x 10-3 m pada perlakuan pertama kami menambahkan beban sebesar
m=50gr dan mendapatkan panjang tali l=195 x 10-3m serta pertambahan
Panjang tali ∆I=48 x 10-3m, kemudian pada perlakuan kedua kami
menggunakan beban sebesar m=10x10-2gr dan mendapatkan panjang tali
l=295x10-3m serta pertambahan Panjang tali ∆I=148 x 10-3m, selanjutnya
pada perlakuan ketiga kami menggunakan beban sebesar m=15 x 10 -2gr
dan mendapatkan panjang tali l=396 x 10 -3m serta pertambahan Panjang
tali ∆I=249 x 10-3m.
kesalahan-kesalahan yang terjadi pada saat kami melakukan
percobaan diantaranya adalah saat mengikatkan tali (fishing string) pada
statif, seharusnya tali dapat dipanjangkan saja, tidak perlu
dirapatkan pada statif. Kesalahan kedua terdapat ketidakseimbangan pada
dasar atau penempatan base A, kesalahan juga terdapat pada pemahaman
konsep kami terkait persamaan yang digunakan sehingga terjadi banyak
kesalahan angka perhitungan yang kami lakukan.

8. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang telah kami lakukan dapat kami
ketahui bahwa, elastisitas adalah kemampuan suatu benda untuk kembali
ke bentuknya atau bentuk awal segera setelah gaya luar yang diberikan
kepada benda tersebut dihilangkan. Pada percobaan ini kami mengamati
karet ban dan karet gelang, dan kedua benda tersebut memilki elastisitas
yang berbeda, karet gelang lebih elastis daripada karet ban, tetapi karet ban
memiliki batas elastis yang lebih besar daripada karet gelang. Hasil yang
kami dapatkan setelah melakukan praktikum sama jika dibandingkan
dengan hasil yang didapatkan oleh literatur yang ada, yaitu dimana
Semakin bertambah berat suatu beban maka semakim besar pula
pertambahan panjang pada karet gelang dan karet ban. Untuk cara pertama
pada perlakuan pertama dimana kami menggunakan karet gelang
didapatkan hasil p = 147 x 10 -3 m, l = 0,3 x 10 -3 m, l0 = 147 x 10-3m. Beban
yang digunakan sebesar 50gr atau 5 x 10 -2 gr dan kami mendapatkan
panjang karet gelang setelah diberikan beban sebesar 195 x 10 -3m, serta
pertambahan panjang karet sebesar 48 x 10-3m. Gaya yang diperoleh
sebesar 50 x 10-2 N, tegangan sebesar 1,134 x 104 N/m2,
9. Saran
Saran yang dapat kami berikan, untuk kedepannya diharapkan
kepada praktikkan untuk selalu bertanya mengenai hal-hal yang sekiranya
kurang di pahami untuk memahami suatu konsep, agar tidak terdapat
kesalahan yang sama seperti yang kami lakukan.
DAFTAR PUSTAKA

Resnickl, H. d. (2011). fisika dasar. jakarta: erlangga.

Sarojo. (2022). fisika dasar seri mekanika. jakarta: salemba teknika.

Sears, F.W.,Zemansky, M. W. (2004). fisika universitas. jakarta: erlangga.

Tipler. (1998). fisika untuk sains dan teknik jilid I. jakarta: erlangga.

Anda mungkin juga menyukai