Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA TERAPAN

“TETAPAN PEGAS”

NAMA : ACHMAD AFANDI OKTAVIANTO


NPM : 20034010074
KELOMPOK : B2
PARALEL :B
DOSEN PEMIMBING : RIZKA NOVEMBRIANTO, ST., MT.

TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL
“VETERAN” JAWA TIMUR SURABAYA
2020/2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fisika adalah Ilmu Pengetahuan berbasis hasil pengamatan atau fenomena alam dan
interaksinya. Untuk kebanyakan pelajar menganggap fisika adalah pelajaran yang sulit
seperti dengan halnya matematika. Dalam memperlajari fisika kita harus memahami teori
dan rumus sebelumnya dengan baik.
Dalam kehidupan sehari-hari, prinsip-prinsip fisika sering diterapkan dalam berbagai
aktivitas. Salah satu contoh dari prinsip fisika yang diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari adalah prinsip penggunaan pegas. Pegas merupakan benda elastis yang digunakan
untuk menyimpan energi mekanik. Pegas biasanya terbuat dari baja. Kegunaan pegas
sangat banyak diantaranya melunakkan tumbukan dengan memanfaatkan sifat elastisitasan
bahannya, menyerap dan menyimpan energy dalam waktu yang singkat. Pegas sering
ditemukan ditempat tidur atau yang biasa kita sebut dengan springbed dan sistem suspense
mobil atau motor. Pada springbed pegas berfungsi untuk membuat kita nyaman ketika kita
duduk atau tidur diatasnya. Sedangkan sistem suspense pada kendaraan mempunyai fungsi
untuk menyerap kejut dari jalan dan getaran roda agar tidak diteruskan pada
badan kendaraan secara langsung. pegas memiliki batas keelastisan. Apabila terdapat gaya
yang menyebabkan pegas tersebut tertarik melampaui batas elastinya, maka akan
menyebabkan fungsi pegas tidak optimal lagi.
Setiap pegas memiliki nilai konstanta yang berbeda – beda tergantung gaya yang
diberikan dan pertambahan panjang yang terjadi pada pegas tersebut. Maka penting bagi
kita untuk mengetahui nilai tetapan dari suatu pegas yang menggambarkan kekakuan dari
suatu pegas. Oleh karena itu, praktikum tetapan pegas ini dilakukan agar kita dapat
memanfaatkan suatu pegas dengan tepat

1.2 Tujuan Praktikum

Berdasarkan latar berlakang di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan praktikum kali ini
sebagai berikut :
1. Mahasiswa dapat menentukan besar tetapan pegas.
2. Mahasiswa dapat menentukan tetapan pegas menggunakan beberapa metode, yaitu
metode pembebanan, metode osilasi, dan metode osilasi pegas pipih.
1.3 Ruang Lingkup

Adapun ruang lingkup yang akan dibahas di dalam penulisan laporan antara lain :
1. Instruksi kinerja dalam menentukan besar tetapan pegas ini didasarkan pada praktikum
yang dilakukan secara daring melalui G-meet, yang materinya berupa tayangan melalui
youtube. Pada hari Jumat, 28 Mei 2021.
2. Instruksi kerja ini mencakup cara menentukan besar tetapan pegas dengan metode
pembebanan, metode osilasi, dan metode osilasi pegas pipih yang didasarkan pada
praktikum yang dilakukan secara daring melalui G-meet, yang materinya berupa
tanyangan melalui youtube. Pada hari Jumat, 7 Mei 2021.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian

Pegas adalah salah satu contoh benda elastis. Oleh sifat elastisnya ini, suatu pegas
yang diberi gaya tekan atau gaya regang akan kembali pada keadaan setimbangnya mula-
mula apabila gaya yang bekerja padanya dihilangkan. Gaya pemulih pada pegas banyak
dimanfaatkan dalam bidang teknik dan kehidupan sehari-hari. Misalnya di dalam
shockbreaker dan springbed. Sebuah pegas berfungsi meredam getaran saat roda kendaraan
melewati jalan yang tidak rata. Pegas-pegas yang tersusun didalamspringbed akan
memberikan kenyamanan pada saat orang tidur. (Mikarajuddin,2008)

Jika sebuah benda diberikan gaya maka Hukum Hooke hanya berlaku sepanjang
daerah elastis sampai pada titik yang menunjukkan batas Hukum Hooke. Jika benda
diberikan gaya hingga melewati batas Hukum Hooke dan mencapai batas elastisitas, maka
panjang benda akan kembali seperti semula. Jika benda diberikan gaya yang sangat besar
hingga melewati batas elastisitas, maka benda tersebut akan memasuki daerah plastis dan
ketika gaya dihilangkan, panjang benda tidak akan kembali seperti semula, benda tersebut
akan berubah bentuk secara tetap. Jika pertambahan panjang benda mencapai titik patah,
maka benda tersebut akan patah.
F = k.∆L ..........(1)
Berdasarkan persamaan Hukum Hookediatas, pertambahan panjang (L) suatu benda
bergantung pada besarnya gaya yang diberikan (F), materi penyusun, dan dimensi
benda(dinyatakan dalam konstanta k). Benda yang dibentuk oleh materi yang berbeda akan
memiliki pertambahan panjang yang berbeda walaupun diberikan gaya yang sama,
misalnya tulang dan besi. (Giancoli,2001).

2.2 Hukum Hooke


Elastisitas yaitu kemampuan suatu benda untuk kembali ke bentuk awal sesudah gaya
pada benda tersebut dihilangkan. Keadaan dimana suatu benda tidak bisa lagi kembali ke
bentuk semula akibat gaya yang diberikan terhadap benda terlalu besar disebut sebagai
batas elastis.Sedangkan, Hukum Hooke adalah gagasan yang diperkenalkan oleh Robert
Hooke yang menyelidiki hubungan antar gaya yang bekerja pada sebuah pegas/benda
elastis lainnya supaya benda tersebut dapat kembali ke bentuk semua atau tidak melampaui
batas elastisitasnya.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Hukum Hooke mengkaji jumlah gaya
maksimum yang dapat diberikan pada sebuah benda yang sifatnya elastis (seringnya pegas)
agar tidak melewati batas elastisnya dan menghilangkan sifat elastis benda tersebut.

2.3 Osilasi
Getaran (oscillation) merupakan salah satu bentuk gerak benda yang cukup banyak
dijumpai gejalanya. Dalam getaran sebuah benda melakukan gerak bolak-balik menurut
lintasan tertentu melalui titik setimbangnya. Waktu yang diperlukan untuk melakukan satu
getaran bolak-balik dinamakan periode(dilambangkan dengan T, satuannya sekon(s)).
Simpangan maksimum getaran dinamakan amplitude. (Tipler,1998).
Pegas ada yang disusun secara tunggal, ada juga yang disusun seri atau pararel.
Untuk pegas yag disusun seri, pertambahan panjang total sama dengan jumlah masing-
masing pertambahan panjang pegas. Sehingga pertambahan total x adalah : x = x 1 + x2.
Sedangkan untuk pegas yang disusun pararel, pertambahan panjang masing-masing pegas
sama, yaitu : x1 = x2 = x3 dengan demikian :
kp = k1 + k2 ..........(2)
Perlu selalu diingat bahwa Hukum Hooke hanya berlaku untuk daerah elasik, tidak
berlaku untuk daerah plastik maupun benda-benda plastik. Menurut Hooke, regangan
sebanding dengan tegangannya, dimana yang dimaksud dengan regangan adalah
presentase perubahan dimensi. Tegangan adalah gaya yang menegangkan per satuan luas
penampang yang dikenainya. (Keenan,1980).

2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tetapan Pegas


Tentu saja nilai tetapan pegas dari setiap pegas berbeda-beda yang disebabkan
oleh berbagai faktor yaitu :
1. Luas permukaan pegas.
Semakin besar luas permukaan suatu pegas maka akan semakin besar pula nilai
tetapannya, begitu pula sebaliknya.
2. Suhu
Semakin tinggi suhu yang diterima oleh suatu pegas maka akan semakin kecil nilai
tetapannya, begitu pun sebaliknya. saat suhu tinggi, partikel-partikel penyusun
pegas mendapat energi dari luar sehingga memberikan energi pula kepada partikel
penyusun pegas untuk bergerak sehingga ikatan antar partikel merenggang.
3. Diameter pegas
Semakin besar diameter yang dimiliki suatu pegas maka akan semakin kecil nilai
tetapannya, begitu pula sebaliknya.
4. Jumlah lilitan pegas
Semakin banyak jumlah lilitan pegas maka akan semakin besar nilai tetapannya,
begitu pula sebaliknya. Hal-hal tersebutlah yang menyebabkan nilai tetapan pegas
tidak sama, tergantung pada kondisi yang dialami oleh setiap pegas masing-masing.
(Crowell,2006).

2.5 Metode Analisa Tetapan Pegas


Dalam menganalisa tetapan pegas, terdapat 2 metode yang seringkali
digunakan yaitu :
A. Cara Statis
Jika suatu bahan dapat merenggang atau menyusut karena pengaruh gaya dari
luar dan dapat kembali ke keadaan semula jika gaya yang bekerja padanya
dihilangkan, maka keadaan tersebut dikatakan mempunyai sifat elastis (misalnya
pegas).

ketika pada sebuah pegas dibebani dengan sebuah massa m1, maka gaya yang
menyebabkan pegas bertambah panjang adalah gaya dari massa tersebut atau
apabila suatu pegas dengan tetapan pegas K diberi beban W, maka ujung pegas
akan bergeser sepanjang ∆x sesuai dengan persamaan :
m.g = k.x ..........(3)
B. Cara Dinamis
Selain dengan cara statis / pembebanan, konstanta pegas k dapat dicari dengan
cara getaran pada pegas. Sebuah benda bermassa m dibebankan pada pegas dan
disimpangkan dari posisi setimbangnya, maka akan terjadi getaran pegas dengan
periode getaran T atau Apabila pegas yang telah diberi beban tadi dihilangkan
bebannya maka pegas akan mengalami getaran selaras dengan periode sebagai
berikut

dengan nilai pi (π) mendekati 3,14 (Halliday,1997).


keterangan : m = massa beban
g = percepatan gravitasi bumi
T = Periode getar= t / jumlah simpangan
k = konstanta pegas
BAB III
PERALATAN DAN BAHAN
3.1 Peralatan
Peralatan :
1. Tempat beban
2. Batang Statif
3. Beban
4. Neraca Teknis
5. Pegas
6. Penggaris
7. Stopwatch
BAB IV
PROSEDUR DAN GAMBAR ALAT KERJA
4.1 Prosedur Kerja
1. Cara Kerja Statis
NO. Prosedur Kerja Gambar
1. Menggantungkan pegas tanpa beban pada
statif.

2. Ukur dan catat panjang pegas tanpa beban


menggunakan penggaris

3. Menambahkan massa beban pada pegas.

4. Ukurlah pegas yang sudah terdapat beban,


kemudian mengulangi langkah-langkah di
atas sampai 3 kali.
2. Cara Kerja Dinamis
NO. Prosedur Kerja Gambar

1. Menggantungkan pegas tanpa beban pada


statif.

2. Menambahkan massa beban pada pegas.

3. Memberikan simpangan sejauh 6 cm


kemudian lepaskan bersamaan dengan
ditekannya tombol start pada stopwatch.
Kemudian, mencatat waktu yang dibutuhkan
oleh pegas yang telah diberi beban untuk 15
kali getaran.

4.2 Gambar Alat Kerja

Penggaris Pegas Stopwatch

Neraca teknis Statif


BAB V

HASIL PENGAMATAN & PEMBAHASAN

5.1 Hasil Pengamatan

5.1.1 Cara Statis

Massa Percobaan Gravitasi X1 X2 ΔX k


beban ke- (m/s2) (m) (m) (m) (N/m)
(kg)
1 0,24 0,267 0,027 34,12
0,094 2 9,8 0,238 0,267 0,029 31,77
3 0,24 0,266 0,026 35,43
Rata-rata 33,77

Hasil perhitungan konstanta pegas :

- Percobaan 1

𝑚.𝑔 0,094 . 9,8


k= = = 34,12 N/m
ΔX 0,027

- Percobaan 2

𝑚.𝑔 0,094 . 9,8


k= = = 31,77 N/m
ΔX 0,029

- Percobaan 3

𝑚.𝑔 0,094 . 9,8


k= = = 35,43 N/m
ΔX 0,026

34,12 +31,77+35,43 101,32


- k Rata-rata = = = 33,77 N/m
3 3
5.1.2 Cara Dinamis

Simpangan = 0,06 m

Masa Percobaan Gravitasi Getaran Waktu T (t/banyak k


beban ke- (m/s2) (s) getaran) (N/m)
(kg)
1 9,76 0,650 2,34
0,02504 2 9,8 15 9,7 0,647 2,36
3 10,03 0,669 2,21
Rata-rata 2,30

Hasil perhitungan konstanta dinamis :

- Percobaan 1
4 𝑥 𝜋2 𝑥 𝑚 4 𝑥 3,142 𝑥 0,02504 0,9875
k= = = 0,4225 = 2,34 N/m
𝑇2 0,6502

- Percobaan 2
4 𝑥 𝜋2 𝑥 𝑚 4 𝑥 3,142 𝑥 0,02504 0,9875
k= = = = 2,36 N/m
𝑇2 0,6472 0,4186

- Percobaan 3
4 𝑥 𝜋2 𝑥 𝑚 4 𝑥 3,142 𝑥 0,02504 0,9875
k= = = 0,4476 = 2,21 N/m
𝑇2 0,6692
2,34 + 2,36 + 2,21 6,91
- k Rata-rata = = = 2,30 N/m
3 3

5.2 Pembahasan

Dalam praktikum tetapan pegas untuk mencari nilai tetapan pegas dapat dilakukan
dengan dua metode yaitu statis dan dinamis. Pada metode statis, pegas diberi beban tanpa diberi
simpangan. Untuk metode ini digunakan satu pegas dengan diberikan beban yang diujikan 3
kali sehingga memperoleh hasil yang akurat. Dari percobaan metode statis, didapatkan data
yaitu massa beban sebesar 0,094 kg. Kemudian, pada percobaan pertama didapat konstanta
pegas sebesar 34,12 N/m, pada percobaan kedua didapatkan konstanta pegas sebesar 31,77
N/m, dan pada percobaan ketiga didapatkan konstanta pegas sebesar 35,43 N/. Kemudian dari
hasil 3 kali perhitungan tadi dibuat rata-rata dan dihasilkan konstanta sebesar 33,77 N/m.

Selanjutnya untuk cara dinamis, pegas diberikan beban sebesar 0,02504 kg, simpangan
sebesar 6 cm, dan diberikan getaran sebanyak 5 kali. Kemudian, pada percobaan pertama
didapatkan konstanta pegas sebesar 0,372 N/m, pada percobaan kedua didapatkan konstanta
pegas sebesar 0,376 N/m, dan pada percobaan ketiga didapatkan konstanta pegas sebesar 0,354
N/m. Kemudian dari hasil 3 kali perhitungan, dibuatkan rata-rata dan dihasilkan konstanta
sebesar 0,367 N/m. Pada metode dinamis ini digunakan satu massa beban saja dengan 3 kali
pengujian agar diperoleh hasil yang akurat. Jika dilihat dari data yang diperoleh, periode (T)
mempengaruhi besar kecilnya konstanta pegas, semakin besar periode (T) maka semakin kecil
konstanta pegasnya dan berlaku juga sebaliknya.

5.3 Tugas Pendahuluan


A. Buktikan persamaan 3.1 dan 3.2 !
Motode statis yaitu dilakukan dengan menggantungkan beban lalu diukur
pertambahan panjang dengan menggunakan batang statis dengan mengukur panjang
pegas tanpa beban terlebih dahulu. Sedangkan metode dinamis dengan cara
menggantungkan beban pada ujung pegas kemudian digantungkan pada statif lalu
diukur pertambahan panjang pegas tersebut sebagai panjang mula mula setelah itu pegas
diberi simpangan agar terjadi getaran selaras dalam waktu tertentu. Pada percobaan
metode statis, semakin besar massa bebannya maka panjang simpangan akan semakin
besar juga sehingga konstanta pegas tetap. Sedangkan, pada metode dinamis semakin
besar massa beban maka periode getaran akan semakin besar juga sehingga konstanta
pegas bernilai tetap.
B. Turunkan persamaan pegas gabungan bila 2 pegas dihubungkan seri pararel. !
 Seri
Setiap pegas dirangkaian seri mengalami gaya yang sama sehingga
persamaanya adalah sebagai berikut :
K1.∆x1 = K2.∆x2 = K3.∆x3 = Ktot (∆x1+∆x2+∆x3)=F
F = Ktot( F / k1 + F/ k2 + F/ k3 )
1/ Ktot = 1/ k1 + 1 /k2 + 1/ k3
 Paralel
Gaya pada pegas susunan paralel gayanya berbeda namun panjangnya sama,
sehingga persamaanya adalah sebagai berikut :
∆x1 = ∆x2 = ∆x3 = ∆x
F = Ktot.∆x = K1. ∆x1 + K2. ∆x2 + K3. ∆x3
F = Ktot = K1 + K2 + K
C. Apa yang dimaksud dengan getaran selaras?
Getaran selaras merupakan gerak proyeksi sebuah titik yang bergerak melingkar
beraturan, yang saat diproyeksikan pada salah satu garis tengah lingkaran gaya yang
bekerja pada gerak ini berbanding lurus dengan simpangan benda dan arahnya menuju
ke titik setimbangnya.

D. Gambar grafik w = f (x) dari statis dan tentukan harga k dari grafik tersebut !

Panjang Massa Panjang Pegas Pertambahan


Percobaan Pegas Beban Ketika Dibebankan Panjang
ke- Awal (X1) (kg) Beban (X2) (∆x)
(m) (m) (m)

1 0,24 0,267 0,027


0,094
2 0,238 0,267 0,029

3 0,24 0,266 0,026

- Percobaan 1

𝑚.𝑔 0,094 . 9,8


k= = = 34,12 N/m
ΔX 0,027

- Percobaan 2

𝑚.𝑔 0,094 . 9,8


k= = = 31,77 N/m
ΔX 0,029

- Percobaan 3

𝑚.𝑔 0,094 . 9,8


k= = = 35,43 N/m
ΔX 0,026

Sehingga grafik yag diperoleh adalah :


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari praktikum tetapan pegas dengan menggunakan metode statis dan metode dinamis
dapat disimpulkan bahwa :

1. Dalam menentukan besarnya nilai tetapan pegas atau konstanta pegas dapat
menggunakan beberapa metode, diantaranya adalah metode statis dan metode
dinamis.
2. Faktor yang mempengaruhi nilai tetapan pegas diantaranya adalah luas permukaan
pegas, suhu, diameter pegas, periode getaran, dan jumlah lilitan pegas.
3. Dalam metode statis, jika massa beban yang diberikan semakin besar, maka panjang
pegas akan semakin besar pula. Untuk metode dinamis, semakin panjang
simpangan yang diberikan pada pegas, maka semakin besar pula gaya yang bekerja
pada pegas.
4. Dari hasil praktikum menentukan konstanta pegas menggunakan metode statis
diberikan massa sebesar 0,094 kg dan dilakukan dengan 3 kali pengujian, dan
didapatkan nilai konstanta pegas secara berturut-turut sebesar 34,12 N/m, 31,77
N/m, 35,43 Nm, dan jika dirata-rata besar konstanta pegasnya adalah 33,77 N/m.
5. Dalam menentukan konstanta pegas menggunakan metode dinamis, diberikan
massa sebesar 0,02504 kg, simpangan sebesar 0,06 m, dan getaran sebanyak 15
kali, kemudian dilakukan dengan 3 kali pengujian, dan didapatkan nilai konstanta
pegas secara berturut-turut 2,34 N/m, 2,36 N/m, 2,21 N/m, dan jika dirata-rata besar
konstanta pegasnya adalah 2,30 N/m.

6.2 Saran

Dalam melaksanakan praktikum tetapan pegas ini, sebaiknya dilaksanakan sesuai


prosedur yang telah ada, selain itu dalam proses pengukuran dan perhitungan harus dilakukan
dengan hati-hati dan teliti, agar data-data yang diperoleh dari hasil praktikum ini akurat dan
dapat dipertanggungjawabkan.
BAB VII

DAFTAR PUSTAKA

- Crowell, Bejamin.2006. Konsep Fisika. Yogyakarta : Graha ilmu.


- Giancoli, Douglas C. Fisika Jilid I. Jakarta : Erlangga.
- Halliday, David.1997. Fisika Dasar. Jakarta : Erlangga.
- Keenan, Charles W.1980. Fisika untuk Universitas Jilid I. Jakarta : Erlangga.
- Mikarajuddin.2008. Fisika Mekanika Klasik. Jakarta : Esis.
- Tipler, Paul A.1998. Fisika untuk Sains dan Teknik. Jakarta : Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai