Anda di halaman 1dari 23

Abstrak

Telah dilakukan praktikum gaya pegas dengan tujuan untuk menentukan


konstanta (k) pegas dengan prinsip hukum Hooke. Pada percobaan kami
menggunakan alat yang terdiri dari pegas, ring, pengait, meteran, triple beam
balance, dan penggantung. Kami melakukan tiga macam perecobaan yaitu
percobaan tunggal, seri dan paralel. Dari percobaan tersebut diperoleh hasil yaitu
pegas tunggal 5,757 N/m, pegas seri 2,82 N/m dan pegas paralel 8,93 N/m.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, ternyata semakin besar gaya yang
bekerja pada suatu pegas ,maka semakin besar pula pertambahan panjangnya.
Hal ini juga dipengaruhi oleh besarnya massa benda yang mempengaruhi
besarnya gaya tarik pegas. Dimana gaya tarik pegasnya berbanding lurus dengan
massa benda. Besarnya konstanta pegas tergantung dari pada jenis pegas yang
bekerja.

Kata kunci: gaya pegas, hukum hooke, konstanta


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ada banyak sekali ilmu fisika yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bahkan hampir semua kegiatan sehari-hari memiliki keterkaitan dengan ilmu fisika,
baik itu kegiatan yang dilakukan dari dalam diri hingga kegiatan yang dari luar diri
kita sendiri.
Salah satu ilmu fisika yang juga sering muncul dalam kehidupan harian adalah
soal pegas. Implementasi pegas dalam hidup sehari-hari, bisa dilihat dari sepeda
motor. Pada sepeda motor ini ada yang dinamakan shock breaker. Tanpa adanya
shock breaker, mengendarai sepeda motor tidak akan terasa nyaman.
Shock breaker memiliki sifat yang sangat elastis. Hal ini sama halnya dengan
pegas secara umum. Tidak hanya pada sepeda motor, implementasi pegas ini
digunakan oleh hampir semua kendaraan. Dari sini dapat diketahui bahwa prinsip
pegas banyak diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mengetahui
kemampuan sebuah benda untuk kembali pada bentuk awalnya, maka perlu
diketahui besaran konstanta atau sifat elastisitasnya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara menentukan besar konstanta gaya pada pegas?
2. Apa saja yang mempengaruhi konstanta pegas?
1.3 Tujuan
1. Menentukan konstanta (k) pegas dengan prinsip hokum Hooke
2. Menentukan rumus persamaan F dan EP
3. Menentukan hubungan pertambahan panjang dengan gaya
4. Menentukan hubungan pertambahan panjang dengan energi potensial
1.4 Manfaat
Dalam kehidupan sehari hari gaya pegas memiliki banyak manfaat, salah satunya
adalah shock breaker pada kendaraan. Jika tidak ada prinsip gaya pegas, maka akan
terjadi hal hal yang tidak diinginkan saat berkendara.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
Secara umum pegas merupakan salah satu dari sekian banyak benda bersifat
elastis. Karena sifat elastisnya ini, pegas yang memiliki gaya tekan dan regang pun
dapat kembali pada bentuk awal setelah gaya yang diberikan padanya dihilangkan.

Gaya dasar pegas memiliki banyak manfaat untuk berbagai kebutuhan harian.
Dua contoh dasar manfaat pegas adalah pada springbed dan shock breaker. Pada
suatu kendaraan, pegas ini difungsikan untuk meredam getaran yang terjadi pada roda
akibat permukaan jalanan yang tidak merata. Sedangkan, implementasi pegas pada
springbed akan memberikan kenyamanan tersendiri pada orang yang tidur di atas
permukaannya (Mikarajuddin, 2008).

Dalam pelajaran pegas, ada yang dinamakan dengan hukum hooke. Hukum
hooke ini hanya bisa berlaku dari daerah elastis sampai batas titik hukum hooke, jika
ada gaya yang diaplikasikan pada suatu benda.

Apabila suatu benda diberikan gaya tekanan dan mencapai batas hukum
hooked an sifat elastisnya, maka benda tersebut akan kembali seperti bentuk dasarnya
sebelum diberikan gaya.

Adapun jika gaya pada benda terbilang sangat besar hingga batas elastis
terlewat, maka benda tersebut dapat dikatakan telah masuk pada daerah plastis.
Kondisi ini akan membuat benda tidak bisa kembali pada bentuk awal ketika gaya
dihilangkan.

Begitu pula jika panjang benda ini diberikan gaya hingga mencapai titik
patah, maka ia tidak akan menjadi elastis lagi namun patah. Persamaan hukum hooke
bisa dilihat di bawah ini:

F= k.ΔL
Jika dilihat dari persamaan tersebut, L (pertambahan panjang benda) akan
bergantung pada besarnya nilai gaya (F) yang diberikan, dimensi benda (k), dan
materi penyusun pada benda tersebut. Pertambahan panjang benda dapat berbeda
apabila benda dibentuk dengan materi yang berbeda pula.Hal tersebut berlaku
meskipun pada praktiknya, gaya yang diberikan adalah sama. Contoh sederhananya
ada pada tulang dan besi (Giancoli, 2001).

Sebuah getaran atau yang sering disebut oscillation, dapat didefinisikan


sebagai bentuk gerak benda dengan banyak gejala. Benda yang diberikan getaran
akan melakukan sebuah gerakan bolak-balik dan melalui titik setimbang benda
tersebut.

Waktu yang dibutuhkan benda dalam melakukan getaran gerak bolak-balik


tersebut sering dikenal atau disebut dengan periode. Periode ini dalam rumus
dilambangkan dengan T. Satuan periodenya disebut dengan sekon (s), sedangkan
simpangan maksimumnya disebut amplitude (Tripler, 1998).

Ada beberapa jenis penyusunan pegas. Ada pegas yang disusun secara
tunggal, dan nada juga yang penyusunannya dilakukan secara seri/ pararel.
Penyusunan pegas secara seri, memiliki total penambahan panjang yang sama dengan
jumlah pertambahan panjang pada masing-masing pegas. Kondisi tersebut dapat
digambarkan pada persamaan pertambahan total x = x1 + x2. Adapun jika
penyusunan pegas dilakukan secara pararel, maka pertambahan panjang pegasnya
sama. Persamaannya digambarkan seperti x1 = x2 = x3, maka diperoleh juga
perumusan kp = k1 + k2…..

Dalam hal ini, harus selalu diingat bahwa hukum hooke hanya diberlakukan
pada benda dengan sifat elastis dan tidak berlaku untuk benda-benda plastik. Menurut
Hooke sendiri, nilai regangan akan sebanding dengan tegangan yang
mengikutinya.Regangan yang dimaksud di sini adalah persentase perubahan dimensi.
Sedangkan tegangan yang dimaksud adalah gaya menegangkan per satuan luas
penampang yang dikenai (Keenan, 1980).

Ada banyak sekali faktor yang dapat mempengaruhi tetapan pegas. Faktor
pertama bisa dilihat dari luas permukaan pegas. Jika luas permukaan pegas semakin
besar nilainya, maka nilai tetapannya juga akan semakin besar. Berlaku juga untuk
kondisi sebaliknya. Faktor kedua adalah mengenai suhu pegas. Jika suatu pegas
memiliki suhu yang semakin tinggi, maka nilai ketetapannya akan semakin kecil. Hal
ini berlaku juga untuk kondisi sebaliknya. Faktor ketiga adalah diameter pegas.

Besar diameter pegas yang semakin besar, akan mempengaruhi nilai ketetapan
menjadi semakin kecil. Begitupun sebaliknya. Terakhir ada faktor lilitan pegas. Jika
jumlah lilitan yang ada pada pegas semakin banyak, maka nilai ketetapannya juga
akan semakin besar. Begitupun sebaliknya (Crowell, 2006).

Bila suatu benda dikenai sebuah gaya dan kemudian gaya tersebutdihilangkan,
maka benda akan kembali ke bentuk semula, berarti benda itu adalah benda elastis.
Namun pada umumnya benda bila dikenai gaya tidak dapat kembalike bentuk semula
walaupun gaya yang bekerja sudah hilang. Benda seperti inidisebut benda elastis.
Contoh benda elastis adalah karet ataupun pegas. Pegasmerupakan gulungan
lingkaran kawat, yang digulung sedemikian rupa agarmemiliki kelenturan. Pegas ini
biasanya terbuat dari besi, tembaga dan lainnya. Kelenturannya juga disebut dengan
elastisitas pegas. Jika pegas dikaitkan dengan sebuah beban yang memiliki massa
kemudian pegas digantung atau ditarik, pegas akan mengalami
perpanjangan.Perpanjangannya ini sebanding dengan gaya yang bekerja pada pegas.
Pada saat pegas ditarik atau di tekan (pada pegas bekerja gaya F) pegas bertambah
panjangatau mungkin bertambah pendek. Pegas tersebut juga memberikan gaya
perlawanan terhadap gaya yang bekerja pada pegas yang dinamakan gaya lenting
pulih (Fр)

Besarnya gaya lenting pulih sama dengan gaya penyebabnya tetapi arahnya
belawanan dengan gaya penyebabnya. Sehingga hukum hooke juga disebut sebagai
keelastisan suatu benda. Bila pegas ditarik melebihi batasan tertentu maka benda itu
tidak akan elastis lagi.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
1. Meteran
Untuk mengukur pegas yang dihasilkan

2. Pengait
Untuk mengaitkan pegas dengan gantungan

3. Triple beam balance


Untuk menimbang beban ring
4. Penggantung
Untuk menggantungkan pengait

3.1.2Bahan

1. Ring
Sebagai beban pegas

2. Pegas
Media percobaan
3.2 Langkah kerja
1. Siapkan alat dan bahan
2. Menimbang ring sebanyak 7 buah
3. Menimbang ring satu-persatu dengan metode tunggal menggunakan pegas
4. Menimbang ring satu-persatu dengan metode seri menggunakan dua pegas
yang di gabung atas dan bawah, atas sebagai X1 dan bawah sebagai X2.
5. Menimbang ring satu-persatu dengan metode paralel menggunakan 2 pegas
yang di gabung sejajar
3.3 Analisis data
3.3.1 Pegas Tunggal

No. Massa (g) Pamjang Panjang Pertatambaha


awal (cm) akhir (cm) n panjanag
(cm)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

 Gaya pegas (F)

F= K.ΔX

= 5.75.ΔX
 Gaya potensial (EP)
1
EP= . K .(ΔX)2
2
1
= . 5.7774 (ΔX)2
2

3.3.2 Pegas Seri


No. Massa (g) Pamjang Panjang Pertatambaha
awal (cm) akhir (cm) n panjanag
(cm)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

 Gaya pegas(F)
F=K. ΔX
=2,81. ΔX
 Energi potensial(EP)
1
EP=( ¿. K . (ΔX)2
2
1
EP=( ¿. 2,8198.(ΔX)2
2

3.3.3 Pegas Paralel


No. Massa (g) Pamjang Panjang Pertatambaha

 Gaya pegas awal (cm) akhir (cm) n panjanag


(cm)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
F=K. ΔX
=8,93. ΔX
 Energi potensial
1
EP=( ). K. (ΔX)2
2
1
EP=( ). K. (ΔX)2
2
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL
a. Sususnan Pegas Tunggal

Panjan Pertambaha
Panjang Akhir Gaya
No Massa (m) g awal n Panjang
(Xn) (F)
(Xo) (ΔX)
  g kg cm m m m (N)
               
               
1 44 0,044 22 0,22 0,16 0,06 0,43
2 78,2 0,0782 28 0,28 0,16 0,12 0,77
3 113,2 0,1132 34 0,34 0,16 0,18 1,11
4 147 0,147 41 0,41 0,16 0,25 1,44
1,77070
5
180,5 0,1805 47 0,47 0,16 0,31 5
2,05225
6
209,2 0,2092 52 0,52 0,16 0,36 2
2,49468
7
254,3 0,2543 60 0,6 0,16 0,44 3

1. Konstanta gaya pegas (k)


K=5.7568 N /M
Grafik Nilai Konstanta Pegas Tunggal
3.00

2.50
f(x) = 5.75676587748966 x
R² = 0.99881898667308
2.00

Gaya Pegas,F (N) 1.50

1.00

0.50

0.00
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 0.5

Pertambahan Panjang.∆X
2. gaya pegas (F)
F=K . ∆ X
F = 5.75 . ∆ X

Grafik Hub Pertambahan panjang dan


gaya Pegas Pada Pegas Tunggal
3.00
2.50
Gaya Pegas , F (N)
f(x) = 5.7568 x
2.00 R² = 1
1.50
1.00
0.50
0.00
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 0.5
Pertambahan Panjang , ∆X (m)

3. Energi Potensial (EP)

EP=( 12 ). K . ¿
EP=( ) . 5.7774 . ¿
1
2

Grafuk : Hub Pertambahan Panjang dan Energi


Potensial Pada Susunan Pegas Tunggal
0.60
0.50
Energi Pot , EP (Nm)

0.40 f(x) = 1.00074428560691 x


R² = 0.936556046181897
0.30
0.20
0.10
0.00
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 0.5
Pertambahan Panjang, ∆X (m)
b. Susunan pegas seri

Panjang
Pertambahan
No Massa (m) Panjang Akhir (Xn) awal Gaya (F)
Panjang (ΔX)
(Xo)

      X1 X2 Xt      
  g kg cm cm cm m m m (N)
                   
1 44 0,044 30 21 51 0,51 0,38 0,13 0,432
2 78,2 0,0782 36 27 63 0,63 0,38 0,25 0,767
3 113,2 0,1132 47 33 80 0,8 0,38 0,42 1,110
4 147 0,147 49 39 88 0,88 0,38 0,5 1,442
5 180,5 0,1805 55 45 100 1 0,38 0,62 1,770705
6 209,2 0,2092 60 50 110 1,1 0,38 0,72 2,052252
7 254 0,254 69 59 128 1,28 0,38 0,9 2,49174

1. Konstanta Pegas ( k )
K=2,8186 N /M

Grafik Nilai Konst Pegas Pada Pegas Seri


3.00

2.50
f(x) = 2.81860852790048 x
R² = 0.998997169435284
2.00

1.50

1.00

0.50

0.00
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
2. Gaya pegas (F)
F=K . ∆ X
F = 2,81 . ∆ X

Grafik Hub Pertambahan Panjang dan Gaya Pada


Sususnan Pegas seri
3.00

2.50
f(x) = 2.81980004507347 x
R² = 0.999012986617629
2.00

1.50

1.00

0.50

0.00
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1

3. Energi potensial (EP)

EP=( 12 ). K . ¿
EP=( ) . 2,8198 . ¿
1
2

Grafik Hubungan Pertambahan Panjang dan


Energi Potensial pada Sususnan Pegas Seri
6.00

5.00

4.00 f(x) = 4.55721742014033 x


R² = 0.941313403304439
3.00

2.00

1.00

0.00
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
c. Sususnan Pegas Pararel

Panjang
Pertambahan
No Massa (m) Panjang Akhir (Xn) awal Gaya (F)
Panjang (ΔX)
(Xo)

      X1 X2 Xr      
  g kg cm cm cm m m m (N)
1 44 0,044 18 17 17,5 0,175 0,1 0,075 0,43164
2 78,2 0,0782 21 20 20,5 0,205 0,1 0,105 0,767142
3 113,2 0,1132 24 23 23,5 0,235 0,1 0,135 1,110492
4 147 0,147 27 26 26,5 0,265 0,1 0,165 1,44207
5 180,5 0,1805 31 30 30,5 0,305 0,1 0,205 1,770705
6 209,2 0,2092 33 32 32,5 0,325 0,1 0,225 2,052252
7 254,3 0,2543 36 35 35,5 0,355 0,1 0,255 2,494683

1. Konstanta pegas (k)


K=8,93/ M

Grafik Nilai Konst Pegas Pada Pegas paralel


3.00

2.50 2.49

2.00 f(x) = 8.92583901717666 x 2.05


R² = 0.991587487756796 1.77
1.50 1.44
1.11
1.00
0.77
0.50 0.43
0.00
0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3
2. Gaya pegas (F)
F=K . ∆ X
F = 8,93 . ∆ X

Grafik Hub Pertambahan Panjang dan Gaya


pada susunan pegas paralel
3. 3.00

2.50

f(x) = 8.92737467864862 x
2.00 R² = 0.991709404477626

1.50

1.00

0.50

0.00
0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3

Energi Potensial (EP)

EP=( 12 ). K . ¿
EP=( ) . 8,93 . ¿
1
2

Grafik Hubungan Pertambahan Panjang dan Energi


Potensial pada Sususnan Pegas paralel
0.12

0.10

0.08
f(x) = 0.325021903635826 x
R² = 0.931388985747172
0.06

0.04

0.02

0.00
0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3
4.2 PEMBAHASAN
Pada praktikum yang telah dilakukan terdapat tiga kegiatan yaitu kegiatan
pertama adalah menentukan hubungan gaya yang bekerja pada pegas dengan
pertambahan panjang yang dialami pegas setiap ditambahi beban sebanyak tujuh
beban. Pada kegiatan pertamasatu buah pegas digantungakan pada statif kemudian
diukur panjang awalnya dengan menggunakan mistar, begitupun dengan beban yang
digunakan masing-masing massanya diukur dengan menggunakan neraca ohaus. Dari
kegiatan pertama yang telah dilakukan, diperoleh Konstanta kedua pegas. Dimana
berdasarkan grafik hubungan antara gaya dengan pertambahan panjang pegas
pertama, besar konstanta pegas pertama yaitu 5,7568 N/m. Kemudian pada kegiatan
kedua pegas disusun secara seri. Dari kegiatan kedua yang telah dilakukan diperoleh
konstanta pegas yang disusun seri berdasarkan grafik yaitu 2,8186 N/m, sedangkan
pegas yang disusun secara diperoleh besar konstantanya berdasarkan grafik yaitu
8,2974 N/m.  Dari praktikum yang telah dilakukan pegas kedua memiliki konstanta
yang lebih besar dibandingkan dengan konstanta pegas pertama, hal ini dikarenakan
tingkat konstanta elastisitas pada kedua pegas itu sendiri berbeda. Selain dari itu, dari
hasil pengamatan telah terlihat jelas bahwa semakin berat beban maka semakin
panjang pula pertambahan panjang yang dihasilkan, hal inilah yang membuktikan
hukum hooke yang menyatakan bahwa gaya yang diberikan pada pegas akan
sebanding dengan pertambahan panjang pegas itu sendiri. Dari hasil praktikum yang
diperoleh, pegas yang disusun secara paralel memiliki konstanta yang jauh lebih
besar dibanding susunan seri hal ini terjadi karena tingkat konstanta elastisitas pegas
paralel lebih tinggi dari pada pegas seri.  Pada praktikum, kita juga dapat mengetahui
perbandingan antara nilai konstanta yang diperoleh dari praktikum yang disajikan
dalam bentuk grafik dan nilai konstanta yang diperoleh berdasarkan teori yang telah
ada.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, ternyata semakin besar gaya
yang bekerja pada suatu pegas, maka semakin besar pula pertambahan
panjangnya. Hal ini juga dipengaruhi oleh besarnya massa benda yang
mempengaruhi besarnya gaya tarik pegas. Dimana gaya tarik pegasnya
berbanding lurus dengan massa benda. Besarnya konstanta pegas tergantung dari
pada jenis pegas yang bekerja.

5.1 Saran
4. Sebaiknya fasilitas laboratorium di perbarui alat yang sudah kurang
berfungsi sempurna.
5. Sebaiknya peralatan laboratorium di jaga dan di rawat oleh yang
melakukan praktikum bukan hanya petugas laboratorium.
6. Laboratorium seharusnya di tata lebih rapi lagi supaya terlihat lebih bersih
dan bagus.
DAFTAR PUSTAKA
Academia. (2020, 11 6). Laporan praktikum konstanta pegas. Retrieved from
academia.co.id: https://academia.co.id/laporan-praktikum-konstanta-pegas/

Hatimah, H. (2013, 10 8). Laporan praktikum pegas. Retrieved from academia.edu:


https://academia.co.id/laporan-praktikum-konstanta-pegas/

Crowell, Bejamin. 2006. Konsep Fisika. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Giancoli. 2001. Fisika Edisi 5 Jilid 1 Jakarta: Erlangga.

Mikarajuddin. 2008. IPA FISIKA: Jilid 1. Jakarta: Esis.

Anda mungkin juga menyukai