Anda di halaman 1dari 27

Abstrak

Telah dilakukan praktikum atau percobaan gaya gesek dimana tujuan dari
praktikum ini adalah menentukan μs (koefisien gesek statis) dari balok yang yang
mempunyai permukaan berbeda beda yaitu alumunium, besi, kaca, dan kayu. Adapun
alat dan bahan yang dibutuhkan adalah neraca pegas (dinamometer), katrol meja,
balok dimana terdapat empat permukaan yang berbeda-beda, dua buah beban yang
massanya masing-masing 50 gram, dan bidang yang masing masing permukaannya
berbeda. Didalam percobaan kali ini terdapat dua kegiatan yaitu percobaan pada
bidang datar dengan tujuan mengetahui μs dari tiap balok, dan yang kedua percobaan
pada bidang miring dengan tujuan mengetahui besar sudut ketika balok tepat saat
akan bergerak. Kelompok kami melakukan percobaan pada tiap balok. Denga masing
masing balok dilakukan 5 kali percobaan. Dari percobaan yang telah dilakukan
didapatkan hasil sebagai berikut: Metode pertama yaitu menggunakan bidang datar.
Pada percobaan pertama dilakakuan antara balok kayu dengan bidang yang sama
yaitu kayu menghasilkan gaya sebesar F=140 gram dan w=m x g
w=0,14 x 9,81=1,37 N , Percobaan kedua dilakukan antara balok yang dilapisi
dengan kaca dengan bidang yang sama yaitu permukaan kaca menghasilkan gaya
sebesar F=260 gram dan w=m x g w=0,26 x 9,81=2,55 N , percobaan ketiga
dilakukan antara balok yang dilapisi dengan besi dengan bidang yang sama yaitu
permukaan besi menghasilkan gaya F=230 gram dan w=m x g
w=0,23 x 9,81=2,26 N , dan percobaan yang terakhir dilakukan antara balok yang
dilapisi alumunium dengan bidang yang sama yaitu permukaan alumunium yang
menghasilkan gaya F=170 gram dan w=m x g w=0,17 x 9,81=1,67 N . Metode
kedua yaitu menggunakan bidang miring yang diantaranya bidang tersebut adalah a.)
kayu b.) kaca c.) besi dan d.) alumunium dengan dihasilkan Nilai koefisien gesek
statis pada masing-masing sudut diperoleh rata-rata pada koefisien gesek adalah a.)
kayu = 0,47 N b.) kaca = 0,38 N c.) besi = 0,48 N d.) = 0,502 N. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa titik berat sebuah benda merupakan titik tangkap resultan
seluruh gaya berat yang bekerja pada setiap partikel penyusun benda tersebut. Letak
titik berat benda tergantung pada dimensi atau bentuk benda tersebut. Untuk beberapa
benda homogen letak titik beratnya dapat ditentukan berdasarkan rumus yang sudah
menjadi ketetapan. Dapat diambil kesimpulan bahwa besarnya gesek kinetik dan gaya
gesek statis suatu benda itu dipengaruhi oleh besar gaya normal, gaya tarik, koefisien
gesek, dan permukaan benda.

Kata kunci: benda homogen, bidang datar, bidang miring, gaya gesek, koefisien gesek
statis.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gaya gesek adalah gaya yang berarah melawan gerak benda atau arah
kecenderungan benda akan bergerak. Gaya gesek muncul apabila dua buah
benda bersentuhan. Benda-benda yang dimaksud di sini tidak harus berbentuk
padat, melainkan dapat pula berbentuk cair, ataupun gas. Gaya gesek antara
dua buah benda padat misalnya adalah gaya gesek statis dan kinetis,
sedangkan gaya antara benda padat dan cairan serta gas adalah gaya Stokes.
Di mana suku pertama adalah gaya gesek yang dikenal sebagai gaya gesek
statis dan kinetis, sedangkan suku kedua dan ketiga adalah gaya gesek pada
benda dalam fluida.
Gaya gesek dapat merugikan dan juga bermanfaat. Panas pada poros
yang berputar, engsel pintu dan sepatu yang aus adalah contoh kerugian yang
disebabkan oleh gaya gesek. Akan tetapi tanpa gaya gesek manusia tidak
dapat berpindah tempat karena gerakan kakinya hanya akan menggelintir di
atas lantai. Tanpa adanya gaya gesek antara ban mobil dengan jalan, mobil
hanya akan slip dan tidak membuat mobil dapat bergerak. Tanpa adanya gaya
gesek juga tidak dapat tercipta parasut
Gaya gesek merupakan akumulasi interaksi mikro antar kedua
permukaan yang saling bersentuhan. Gaya-gaya yang bekerja antara lain
adalah gaya elektrostatik pada masing-masing permukaan. Dulu diyakini
bahwa permukaan yang halus akan menyebabkan gaya gesek (atau tepatnya
koefisien gaya gesek) menjadi lebih kecil nilainya dibandingkan dengan
permukaan yang kasar, akan tetapi dewasa ini tidak lagi demikian. Konstruksi
mikro (nano tepatnya) pada permukaan benda dapat menyebabkan gesekan
menjadi minimum, bahkan cairan tidak lagi dapat membasahinya (efek lotus)
pada permukaan daun (misalnya setetes air di atas daun keladi).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan koefisien statis?
2. Berapa nilai koefisien statis dari balok dengan permukaan kayu?
3. Berapa nilai koefisien statis dari balok dengan permukaan kaca?
4. Berapa nilai koefisien statis dari balok dengan permukaan alumunium?
5. Berapa nilai koefisien statis dari balok dengan permukaan besi?
1.3 Tujuan
1. Menentukan gaya gesek
2. Menentukan koefisien gesek dari balok dengan permukaan kayu
3. Menentukan koefisien gesek dari balok dengan permukaan kaca
4. Menentukan koefisien gesek dari balok dengan permukaan alumunium
5. Menentukan koefisien gesek dari balok dengan permukaan besi
1.4 Manfaat
Manfaat dari gaya gesek dalam kehidupan sehari hari sangat banyak,
contohnya pada rem mobil. Adanya gaya gesek antara rem mobil dengan ban
menyebabkan rotasi pada mobil semakin pelan. Sehingga laju mobil juga
semakin pelan dan akhirnya berhenti. Dan masih banyak lagi manfaat gaya
gesek lainnya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Gaya Gesek

Gaya gesek adalah gaya yang berarah melawan gerak benda atau arah
kecenderungan benda akan bergerak. Gaya gesek muncul apabila dua buah benda
bersentuhan. Benda-benda yang dimaksud disini tidak harus berbentuk padat,
melainkan dapat pula berbentuk cair ataupun gas. Gaya gesek antara dua buah benda
padat misalnya adalah gaya gesek statis dan kinetis, sedangkan gaya antara benda
padat dan cairan serta gas adalah gaya stokes. Gaya gesek dapat merugikan atau
bermanfaat.
Panas pada poros yang berputar, engsel pintu yang berderit dan sepatu yang
aus adalah contoh kerugian yang disebabkan oleh gaya gesek. Akan tetapi tanpa gaya
gesek manusia tidak dapat berpindah tempat karena gerakan kakinya hanya akan
menggelincir di lantai. Tanpa adanya gaya gesek kita tidak akan pernah bisa berjalan.
Gaya gesek merupakan akumulasi interaksi mikro antar kedua permukaan yang saling
bersentuhan. Permukaan yang sangat halus akan menyebabkan gesek menjadi lebih
kecil nilainya dibandingkan dengan permukaan yang kasar, akan tetapi tidak lagi
demikian. Kontruksi mikro ataupun nano pada permukaan benda dapat menyebabkan
gesekan menjadi minimum, bahkan cairan tidak lagi dapat membasahi (Khusnul,
2009).

2.2 Gaya Gesekan dan Gerak Benda

Apabila ada dua benda yang berinteraksi melalui kontak atau sentuhan
langsung pada permukaan, maka akan selalu timbul suatu gaya yang disebut gaya
kontak. Gaya kontak ini memiliki komponen yang sejajar dengan permukaan sentuh
yang secara khusus disebut gaya gesekan, sedangkan komponen lain yang tegak lurus
dengan permukan sentuh disebut gaya normal. Karena arah gesekan sejajar dengan
permukaan sentuh, maka akan mempengaruhi gerak suatu benda. Arah gaya gesekan
ini selalu berlawanan dengan arah gerak benda sehingga bersifat menghambat gerak
benda.
Walaupun gaya normal arahnya tegak lurus dengan arah gerak benda, namun
gaya normal memberikan pengaruh pada besarnya gaya gesekan. Semakin besar gaya
normal, maka semakin besar pula gaya gesekan yang terjadi. Besar gaya gesekan
disamping bergantung pada gaya normal, juga sangat bergantung pada kekasaran
permukaan sentuh. Semakin kasar permukaan sentuh, umumnya semakin besar gaya
gesekan yang timbul. Hal ini menjelaskan mengapa terjadi perbedaan jarak yang
ditempuh oleh kelereng pada saat menggelinding dikarpet dan dilantai berkeramik.
Secara sepintas kita memperoleh pesan bahwa setiap gaya gesekan akan bersifat
merugikan, akan tetapi bila kita perhatikan tidak sedikit keuntungan yang akan kita
peroleh dengan adanya gaya gesekan ini, misalnya gesekan antara roda dan porosnya
akan mengurangi laju mobil, namun tidak mungkin mobil bias bergerak tanpa adanya
gaya gesekan antara ban mobil dengan permukaan jalan (Khusnul, 2009).
2.3 Asal Gaya Gesek
Jika permukaan suatu benda bergesekan dengan permukaan benda lain,
masing-masing benda tersebut mengerjakan gaya gesek antara satu dengan yang lain.
Gaya gesek pada benda yang bergerak selalu berlawanan arah dengan arah gerakan
benda tersebut.Selain menghambat gerak benda, gesekan dapat menimbulkan aus dan
kerusakan. Hal ini dapat kita amati pada mesin kendaraan, misalnya ketika kita
memberi minyak pelumas pada mesin mobil agar gesekan pada komponen-komponen
mesin dapat diperkecil. Jika tidak diberi minyak pelumas maka komponen mesin
akan mengalami gesekan yang sangat besar sehingga komponen akan aus dan rusak
(Hasriani, dkk, 2014).
2.4 Jenis – Jenis Gaya Gesek

Terdapat dua jenis gaya gesek antara dua buah benda yang padat saling
bergerak lurus, yaitu gaya gesek statis dan gaya gesek kinetis, yang dibedakan antara
titik titik sentuh antara kedua permukaan yang tetap atau saling berganti. Untuk benda
yang dapat menggelinding, terdapat pula jenis gaya gesek lain yang disebut gaya
gesek menggelinding (rolling friction). Untuk benda yang berputar tegak lurus pada
permukaan atau berspin, terdapat pula gaya gesek spin (spin friction) (Khusnul,
2009).

2.5 Gaya Gesek Statis

Gaya gesek statis adalah gesekan antara dua benda padat yang tidak bergerak
relatif atau sama lainnya. Seperti contoh, gesekan statis dapat mencegah benda
meluncur kebawah pada bidang miring. Koefesien gesek statis umumnya dinotasikan
dengan µs, dan pada umumnya lebih besar dari koefisien gesek kinetis. Gaya gesek
statis dihasilkan dari sebuah gaya yang diaplikasikan tepat sebelum benda tersebut
bergerak. Gaya gesekan maksimum antara dua permukaan sebelum gerakan terjadi
adalah hasil dari koefisien gesek statis dikalikan dengan gaya normal f = µs Fn.
Ketika tidak ada gerakan yang terjadi gaya gesek dapat memiliki nilai dari nol hingga
gaya gesek maksimum. Setiap gaya yang lebih kecil dari gaya gesek maksimum yang
berusaha untuk menggerakkan salah satu benda akan dilawan oleh gaya gesekan yang
setara dengan besar gaya tersebut namun berlawanan arah. Setiap gaya gesek yang
lebih besar dari gaya gesek maksimum akan menyebabkan gerakan terjadi. Setelah
gerakan terjadi, gaya gesekan statis tidak lagi dapat digunakan untuk menggambarkan
kinetika benda, sehingga digunakan gaya gesek kinetis.

2.6 Gaya Gesek Kinetis

Gaya gesek kinetis (dinamis) terjadi ketika dua benda bergerak relatif satu
sama lainnya dan saling bergesekan. Koefisien gesek kinetis umumnya dinotasikan
dengan µk dan pada umumnya selalu lebih kecil dari gaya gesek statis untuk material
yang sama. Lantai yang licin membuat kita sulit berjalan di atasnya karena gaya
gesekan yang terjadi antara kaki kita dengan lantai sangat kecil. Permasalahan ini
berhubungan dengan gaya gesekan. Gaya gesek atau gaya gesekan merupakan gaya
yang ditimbulkan oleh dua permukaan yang saling bersentuhan. Untuk menggerakkan
balok kayu diatas lantai dibutuhkan gaya yang dapat mengatasi gaya gesekan statis.
Setelah bergerak, gaya itu mempertahankan gerak benda dan digunakan untuk
mengatasi gaya gesekan kinetis. Sehingga hanya diperlukan gaya yang lebih kecil
dari pada gaya yang digunakan untuk mulai menggerakkannya. Setelah bergerak,
gaya gesek statis berkurang sedikit demi sedikit dan berubah menjadi gaya gesekan
kinetis, sehingga gaya gesekan kinetis selalu lebih besar dari pada gaya gesekan statis
maksimum.
BAB III

METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan


1. Neraca pegas
Untuk mengukur massa suatu benda namun dalam praktikum kali ini neraca pegas
digunakan untuk menarik beban.

2. Balok kayu dan Besi


Sebagai objek yang akan diukur gaya geseknya.
3. Abney level
Untuk mengukur derajat kemiringan suatu benda.

4. Bidang uji
Untuk meletakkan balok kayu dan menguji gesekannya.Pada praktikum kali ini
terdapat bidang uji yaitu:kayu,kaca,aluminium dan seng/besi.
5. Katrol meja
Untuk mengangkat bidang uji guna didapatkan sudut yang diinginkan.

3.2 Langkah Kerja


3.2.1 Bidang uji datar
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Timbang balok kayu menggunakan neraca pegas kemudian catat massanya.
3. Letakkan objek uji diatas bidang datar dengan alas balok kayu.
4. Tarik balok kayu menggunakan neraca pegas sampai balok kayu tepat akan
bergerak.
5. Catat gaya yang diberikan pada saat balok kayu tepat akan bergerak.
6. Lakukan hal tersebut hingga lima kali pengulangan dengan alas yang sama.
7. Ulangi langkah yang sama menggunakan bahan alas yang berbeda.
3.2.2 Bidang uji miring
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Timbang balok kayu yang akan diukur gaya geseknya menggunakan neraca
pegas lalu catat hasilnya.
3. Letakkan balok kayu diatas alas bidang uji dengan sudut 0°.
4. Kaitkan alas bidang uji pada katrol.
5. Perbesar sudut kemiringan dengan menarik katrol ke atas secara perlahan
sampai bahan uji tepat akan meluncur.
6. Hitung sudut yang dibentuk menggunkan alat abneny level catat hasil
perhitungan.
7. Lakukan hal tersebut hingga lima kali pengulangan dengan alas yang sama.
8. Ulangi langkah yang sama menggunakan bahan alas yang berbeda.
3.3 Analisis Data
3.3.1 Metode bidang datar
F-Fs=0
F-s=F
F
Fs=
W
W=mg(N)
Fs=µN
fs
µs=
N
3.3.2 Metode bidang datar
Fs-Wsinθ=0
Fs=Wsinθ
µ-Wcosθ=0
N=Wcosθ
fs
µs=
N
wsinθ
=
wcosθ
µs=tanθ
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Hasil pengamatan bidang datar
1. Kayu

No. Gaya berat benda Gaya tarik (F) Gaya Gaya Koefisien
(W) gesek normal Gesek
Massa Gaya Massa Gaya (Fs) (N) (µs)
benda berat (m) Tarik
(mb) (W) (F)
1. 540 5,2974 250 24,52 24,525 5,2974 462,96
5
2. 540 5,2974 300 29,43 29,43 5,2974 555,55
3. 540 5,2974 320 31,39 31,392 5,2974 592,59
2
4. 540 5,2974 280 27,46 27,468 5,2974 518,51
8
5. 540 5,2974 315 30,90 30,901 5,2974 583,33
1
Rata- 542,59
rata
2. Kaca

No. Gaya berat Gaya Tarik (F) Gaya Gaya Koefisien


benda (W) gesek normal gesek
(Fs) (N) (µs)
Massa Gaya Massa Gaya
benda berat (m) Tarik
(mb) (W) (F)
1. 660 6,4746 150 14,715 14,715 6,4746 227,27
2. 660 6,4746 210 20,601 20,601 6,4746 318,18
3. 660 6,4746 200 19,620 19,620 6,4746 303,03
4. 660 6,4746 220 21,582 21,582 6,4746 333,33
5. 660 6,4746 230 22,563 22,563 6,4746 348,48
Rata- 306,058
rata
3. Besi

No. Gaya berat Gaya tarik (F) Gaya Gaya Koefisien


benda (W) gesek normal gesek
Massa Gaya Massa Gaya (Fs) (N) (µs)
benda berat (m) Tarik
(m) (W) (F)
1. 630 6,1803 150 14,715 14,715 6,1803 238,09
2. 630 6,1803 205 20,110 20,110 6,1803 325,39
3. 630 6,1803 230 22,563 22,563 6,1803 365,07
4. 630 6,1803 210 20,601 20,601 6,1803 333,33
5. 630 6,1803 220 21,582 21,582 6,1803 349,20
Rata- 322,22
rata
4. Alumunium

No. Gaya berat Gayatarik (F) Gaya Gaya Koefisien


benda (W) gesek normal gesek
Massa Gaya Massa Gaya (Fs) (N) (µs)
benda berat (m) Tarik
(m) (W) (F)
1. 580 5,6898 200 19,620 19,620 5,6898 344,82
2. 580 5,6898 150 14,715 14,715 5,6898 258,62
3. 580 5,6898 150 14,715 14,715 5,6898 258,62
4. 580 5,6898 150 14,715 14,715 5,6898 258,62
5. 580 5,6898 140 13,734 13,734 5,6898 241,37
Rata- 272,41
rata

4.1.2 Hasil pemgamatan bidang miring


1. Kayu

No Sudut miring (ɵ) Koef Gesek

(DMS) (*)
1. 30˚60’00” 30˚ 0,6
2. 22˚50’00” 22˚ 0,42
3. 22˚50’00” 22˚ 0,42
4. 18˚10’00” 18˚ 0,32
5. 29˚50’00” 29˚ 0,57
Rata-rata 0,47
2. Kaca

No Sudut miring (ɵ) Koef Gesek

(DMS) (*)
1. 18 10 00 18 0,32
2. 19 60 00 19 0,36

3. 15 60 00 15 0,28
4. 24 50 00 24 0,46
5. 25 60 00 25 0,48
Rata-rata 0,38

3. Besi

No Sudut miring (ɵ) Koef Gesek

(DMS) (*)
1. 24 50 00 24 0,46
2. 22 50 00 25 0,42
3. 21 60 00 21 0,4
4. 27 50 00 27 0,52
5. 30 60 00 30 0,6
Rata-rata 0,48
4.
4. Alumunium

No Sudut miring (ɵ) Koef Gesek

(DMS) (*)
1. 24 50 00 24 0,46
2. 30 60 00 30 0,6
3. 23 40 00 23 0,43
4. 27 50 00 27 0,52
5. 26 50 00 26 0,5
Rata-rata 0,502

4.1.3 Hasil perhitungan bidang datar


 Kayu
1. µ = Fs/ N
= 2.452,5/5,2974
= 462,9
2. µ = Fs/ N
= 2.943/5,2974
= 555,55
3. µ = Fs/ N
= 3.139,2/5,2974
= 592,59
4. µ = Fs/ N
= 2.746,8/5,2974
= 518,51
5. µ = Fs/ N
= 3090,15/5,2974
= 583,33
 Kaca
1. µ = Fs/ N
= 1.471,5/6,4746
= 227,27
2. µ = Fs/ N
= 2.060,1/6,4746
= 318,18
3. µ = Fs/ N
= 1.962/6,4746
= 303,03

4. µ = Fs/ N
= 2.158,2/6,4746
= 333,33
5. µ = Fs/ N
= 2.256,3/6,4746
= 348,48
 Besi
1. µ = Fs/ N
= 1.471,5/6,1803
= 238,09
2. µ = Fs/ N
= 2.011,05/6,1803
= 325,39
3. µ = Fs/ N
= 2.256,3/6,1803
= 365,07
4. µ = Fs/ N
= 2.060,1/6,1803
= 333,33
5. µ = Fs/ N
= 2.158,2/6,1803
= 249,20
 Alumunium
1. µ = Fs/ N
= 1.962/5,6898
= 344,82
2. µ = Fs/ N
= 1.471,5/5,6898
= 258,62
3. µ = Fs/ N
= 1.471,5/5,6898
= 258,62
4. µ = Fs/ N
= 1.471,5/5,6898
= 258,62
5. µ = Fs/ N
= 1.373,4/5,6898
= 241,37
4.1.4 Hasil perhitungan bidang miring
 Kayu
1. µ = tan ɵ
= tan 30° 60’ 00”
= 0,6
2. µ = tan ɵ
= tan 22° 50’ 00”
= 0,42
3. µ = tan ɵ
= tan 22° 50’ 00”
= 0,42
4. µ = tan ɵ
= tan 18° 10’ 00”
= 0,32
5. µ = tan ɵ
= tan 29° 50’ 00”
= 0,57
 Kaca
1. µ = tan ɵ
= tan 18° 10’ 00”
= 0,32
2. µ = tan ɵ
= tan 19° 60’ 00”
= 0,36
3. µ = tan ɵ
= tan 15° 60’ 00”
= 0,28
4. µ = tan ɵ
= tan 24° 50’ 00”
= 0,46
5. µ = tan ɵ
= tan 25° 60’ 00”
= 0,48
 Besi
1. µ = tan ɵ
= tan 24° 50’ 00”
= 0,46
2. µ = tan ɵ
= tan 22° 50’ 00”
= 0,42
3. µ = tan ɵ
= tan 21° 60’ 00”
= 0,4
4. µ = tan ɵ
= tan 27° 50’ 00”
= 0,52

5. µ = tan ɵ
= tan 30° 60’ 00”
= 0,6
 Alumunium
1. µ = tan ɵ
= tan 24° 50’ 00”
= 0,46
2. µ = tan ɵ
= tan 30° 60’ 00”
= 0,6
3. µ = tan ɵ
= tan 23° 40’ 00”
= 0,43
4. µ = tan ɵ
= tan 27° 50’ 00”
= 0,52
5. µ = tan ɵ
= tan 26° 50’ 00”
= 0,5
4.2 Pembahasan
Gaya tarik sangat berpengaruh terhadap keadaan suatu benda. Semakin
besar gaya tarik yang diberikan pada sebuah benda maka semakin besar pula
kemungkinan benda tersebut mengalami perubahan keadaan, yakni ketika
gaya tariknya lebih besar dari gaya gesek yang bekerja pada benda maka
benda tersebut akan mengalami perubahan dari keadaan awal diam menjadi
bergerak lurus beraturan. Dari kegiatan pertama telah dilakukan Pada
percobaan kali ini yaitu gaya gesekan yang mempunyai dua tujuan yaitu
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi gaya gesekan,dan memahami
konsep gaya gesekan statik dan kinetik, menentukan koefisien gesek statik
dan kinetik. Adapun alat dan bahan yang dibutuhkan adalah neraca pegas 0-5
N, dan 4 bidang datar yang berbeda yaitu a.) kayu b.) kaca c.) besi d.)
alumunium.
Metode pertama pada percobaan kali ini menggunakan bidang datar.
Pada percobaan pertama dilakakuan antara balok kayu dengan bidang yang
sama yaitu kayu menghasilkan gaya sebesar F=140 gram dan w=m x g
w=0,14 x 9,81=1,37 N, Percobaan kedua dilakukan antara balok yang dilapisi
dengan kaca dengan bidang yang sama yaitu permukaan kaca menghasilkan
gaya sebesar F=260 gram dan w=m x g w=0,26 x 9,81=2,55 N, percobaan
ketiga dilakukan antara balok yang dilapisi dengan besi dengan bidang yang
sama yaitu permukaan besi menghasilkan gaya F=230 gram dan w=m x g
w=0,23x 9,81=2,26 N, dan percobaan yang terakhir dilakukan antara balok
yang dilapisi alumunium dengan bidang yang sama yaitu permukaan
alumunium yang menghasilkan gaya F=170 gram dan w=m x g w=0,17 x
9,81=1,67N.
Metode kedua pada percobaan kali menggunakan bidang miring.
Bidang miring yang digunakan diantaranya adalah a.)kayu b.)kaca c.)besi dan
d.)alumunium hingga dihasilkan nilai koefisien gesek statis pada masing-
masing sudut dengan nilai rata-rata adalah a.) kayu = 0,47 N b.) kaca = 0,38
N c.) besi = 0,48 N d.) = 0,502 N. Dengan demikian,dapat disimpulkan
bahwa titik berat sebuah benda merupakan titik tangkap resultan seluruh gaya
berat yang bekerja pada setiap partikel penyusun benda tersebut.Letak titik
berat benda tergantung pada dimensi atau bentuk benda tersebut.Untuk
beberapa benda homogen letak titik beratnya dapat ditentukan berdasarkan
rumus yang sudah menjadi ketetapan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dan analisis data yang kami peroleh, dapat kami simpulkan
beberapa hal yakni:
 Gaya gesek terjadi jika dua buah benda bersentuhan, hingga menghasilkan
sebuah gesekan.
 Gaya tarik berpengaruh terhadap keadaan benda, jika F <f s maka balok
dalam keadaan diam. Dan jika F = f s maka benda tepat saat akan
bergerak,serta F >fs benda dalam keadaan bergerak lurus beraturan.
 Gaya normal berpengaruh terhadap besarnya gaya gesekan.Semakin
besargaya normal yang diberikan pada suatu benda maka semakin besar
pulagaya gesekan yang terjadi. Begitupula sebaliknya.
 Besarnya gaya gesekan juga dipengaruhi oleh jenis permukaan. Semakinkasar
permukaan suatu benda atau bidang maka semakin besar pula gaya geseknya.
 Koefisien gesek statik dimiliki oleh benda yang diam, dan gaya gesek kinetik
dimiliki oleh benda yang bergerak
5.2 Saran
Untuk pengembangan dan kemajuan dalam praktikum selanjutnya maka dapat
disampaikan saran-saran sebagai berikut:
1. Perlunya perawatan yang ekstra terhadap peralatan praktikum yang digunakan
agar tidak terjadi kerusakan pada saat ingin digunakan.
2. Perlunya sosialisasi tambahan kepada para praktikan agar selalu berhati hati
dalam menggunakan alat-alat laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA

Al Irsyad, d. (2020, Maret 08). Laporan Praktikum Gaya Gesek Fisika Dasar 2022 .
Retrieved from THINKS PHYSICS:
https://www.thinksphysics.com/2020/03/laporan-praktikum-gaya-gesek-fisika-
dasar.html
Jember, T. F. (2022). Buku Kerja Praktek Mahasiswa (Fisika). Jember: Politeknik Negeri
Jember.
Silfia Juliana, d. (2012). Dinamika Gaya Gesek. Laporan Praktikum Fisika Dasar, 1-2.

Anda mungkin juga menyukai