Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIKA DASAR
KONSTANTA PEGAS

Nama : Diky Taruna


NPM : 19420027
Grup/Kelompok : K1,K2/ R02
Dosen : E. Desi Fatma, S.Pd, M.Si

POLITEKNIK STTT BANDUNG


KIMIA TEKSTIL
2019/2020
KONSTANTA PEGAS
Diky Taruna (19420027). Kimia Tekstil Politeknik STTT Bandung.
e-mail : dikytaruna25@gmail.com
Phone : 082276023051

ABSTRAK

Konstanta pegas merupakan suatu elemen penting yang terdapat pada


pegas. Untuk mendapatkan nilai konstanta pegas, yang biasanya digunakan adalah
persamaan hukum Hooke 𝐹 = −𝐾. ∆𝑋 . Pegas adalah benda elastis yang
digunakan untuk menyimpan energi mekanis, menyerap kejur dari jalan dan
getaran roda agar tidak diteruskan ke bodi kendaraan secara langsung, dan untuk
menambah daya cengkeram ban terhadap permukaan jalan. Gerak harmonik
sederhana adalah gerak bolak-balik benda melalui suatu titk kesetimbangan
tertentu dengan banyaknya getaran benda dalam setiap sekon yang selalu konstan.
Adapun hukum Newon dan hukum Hooke yang berkaitan dengan grafitasi dan
konstanta pegas.
Cara kerja untuk menentukan nilai percepatan grafitasi yaitu dengan
mengetahui terlebih dahulu periode dan panjang tali pada bandul. Yang akan
𝑙(2𝜋)2
didapatkan nilai grafitasi dari rumus 𝒈 = . Setelah kita dapatkan nilai
𝑇2

grafitasi, lalu kita dapat pula mencari nilai dari konstanta pegas yang akan
𝑔
didapatkan dari rumus 𝑘 = 𝑀 .
𝑔𝑟𝑎𝑑𝑖𝑒𝑛

Berdasarkan hasil praktikum ini, kita dapat mengetahui apakah hasil nilai
percepatan grafitasi pada saat eksperimen dan literatur memiliki nilai yang tidak
berbeda jauh. Karena ketidaktelitian pada saat eksperimen dapat menyebabkan
nilai koefisien pada hasil eksperimen menghasilkan nilai yang berbeda dengan
yang ada pada buku literatur.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari banyak ditemukan benda yang


bergetar. Contohnya dari getaran senar gitar, getaran garpu tala, gataran
pita suara pada saat berbicara, getaran pegas yang diberi beban, dan masih
banyak lagi. Getaran dan gelombang merupakan dua hal yang saling
berkaitan. Getaran adalah suatu gerak bolak-balik disekitar kesetimbangan.
Sedangkan gelombang adalah suatu getaran yang merambat, yang
membawa energi selama perambatannya. Dengan kata lain, getaran
merupakan penyebab adanya suatu gelombang.

Pada percobaan kali ini yang akan dibahas adalah Getaran (


Konstanta Pegas. Pegas, dalam mekanika adalah sebuah perangkat yang
dapat menyerap dan melepaskan energi bersama perubahan dalam
bentuknya. Contoh sederhana pegas yaitu bantalan antara roda dan bodi
pada sepada motor, mobil, dan sepeda. Gerak harmonik sederhana adalah
suatu gerak bolak-balik benda melalui suatu titik keseimbangannya tanpa
teredam. Contoh aplikasi gerak harmonik sederhana yaitu pada kasus
ayunan bandul sederhana, gerak benda pada lintasan licin yang berbentuk
busur lingkaran, gerak benda yang digetarkan pada pegas, dan gerak zat
cair yang digerakkan naik turun pada sebuah pipa U. Pada percobaan kali
ini digunakan sistem bandul dan alat percobaan pegas untuk menentukan
percepatan grafitasi dan konstanta elastisitas pegas.
1.2 Tujuan

1) Mampu menentukan percepatan grafitasi.


2) Mampu menentukan konstanta pegas.
3) Mempunyai kemampuan menggunakan teori ralat dalam melakukan.
eksperimen.
4) Mengerti cara penulisan ilmiah.
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Getaran

Getaran adalah suatu gerak bolak-balik disekitar kesetimbangan.


Kesetimbangan disini maksudnya adalah keadaan dimana suatu benda
berada pada posisi diam, jika tidak ada gaya yang bekerja pada benda
tersebut. Getaran mempunyai amplitudo (jarak simpangan terjauh dengan
titik tengah) yang sama. Getaran bebas terjadi bila sistem mekanis dimulai
dengan gaya awal, lalu dibiarkan bergetar secara bebas. Contoh getaran
seperti ini adalah memukul garpu tala dan membiarkannya bergetar, atau
bandul yang ditarik dari keadaan setimbang lalu dilepaskan.

2.2 Gerak Harmonik Sederhana

Gerak harmonik sederhana adalah gerak bolak-balik benda melalui


suatu titik kesetimbangan tertentu dengan banyaknya getaran benda dalam
setiap sekon yang selalu konstan. Gerak harmonik sederhana dibedakan
menjadi 2 bagian, yaitu Gerak Harmonik Sederhana Linier, misalnya
penghisap dalam silinder gas, gerak osilasi air raksa/air dalam pipa U,
gerak horizontal/vertical dari pegas, dan Gerak Harmonik Sederhana
Angular, misalnya gerak bandul/bandul fisis, osilasi ayunan torsi, dan
sebagainya.

Gerak harmonik pada bandul, sebuah bandul adalah massa yang


digantungkan pada salah satu ujung tali dengan panjang l dan membuat
simpangan dengan sudut kecil. Gaya yang menyebabkan bandul ke posisi
kesetimbangan dinamakan gaya pemulih dan panjang busur adalah
kesetimbangan gayanya. Benda yang bergerak harmonis sederhana pada
ayunan sederhana memiliki periode. Periode ayunan (T) adalah waktu
yang diperlukan benda untuk melakukan satu getaran. Benda dikatakan
melakukan satu getaran jika benda bergerak dari titik dimana benda
tersebut mulai bergerak dan kembali lagi ke titik tersebut.

2.3 Hukum Hooke

Suatu pegas jika diberi gaya berat dengan besar tertentu, maka
secara otomatis benda tersebut mengalami pertambahan panjang.
Hubungan antara besar gaya yang bekerja pada pegas dengan pertambahan
panjang pegas adalah konsep dasar dari hukum Hooke. Bunyi hukum
Hooke sebagai berikut “Jika gaya tarik yang diberikan pada sebuah pegas
tidak melampaui batas elastis bahan maka pertambahan panjang pegas
berbanding lurus atau sebanding dengan gaya tariknya”.

2.4 Hukum Newton II

Hukum Newton adalah hukum yang menggambarkan hubungan


antara gaya yang bekerja pada suatu benda dan gerak yang disebabkannya.
Hukum gerak ini merupakan pondasi mekanika klasik yang dijabarkan
dalam tiga Hukum Fisika.

Hukum Newton II Berbunyi: “Percepatan sebuah benda


berbanding lurus dengan gaya total yang bekerja padanya dan
berbanding terbalik dengan massanya. Arah percepatan sama dengan
arah gaya total yang bekerja padanya”.

Berdasarkan Hukum Newton II, kamu dapat memahami bahwa


suatu benda akan bertambah kelajuannya jika diberikan gaya total yang
arahnya sama dengan arah gerak benda. Akan tetapi, jika arah gaya total
yang diberikan pada benda tersebut berlawanan dengan arah gerak benda
maka gaya tersebut akan memperkecil laju benda atau bahkan
menghentikannya.
Karena perubahan kelajuan atau kecepatan merupakan percepatan.
Maka dapat disimpulkan bahwa gaya total yang diberikan pada benda
dapat menyebabkan percepatan. Contoh penerapan hukum Newton II
dapat kamu amati apabila kamu menendang sebuah bola (artinya kamu
memberikan gaya kepada bola), maka bola tersebut akan bergerak dengan
percepatan tertentu.

Hukum Newton II dinotasikan dengan rumus:

Dimana:
= gaya total yang bekerja pada benda (N)
= massa benda (kg)
= percepatan benda (m/s2)

2.5 Pegas

Pegas adalah benda elastis yang digunakan untuk menyimpan energi


mekanis. Pegas biasanya terbuat dari baja. Pegas juga ditemukan di sistem
suspensi mobil. Jika suatu bahan dapat meregang atau menyusut karena
pengaruh gaya dari luar dan dapat kembali ke keadaan semula jika gaya
yang bekerja padanya dihilangkan, maka keadaan tersebut dikatakan
mempunyai sifat elastis (misalnya pegas). Selama batas elastisnya belum
terlampaui maka perubahan panjang pegas akan sebanding dengan gaya
yang bekerja padanya, menurut hukum Hooke dinyatakan sebagai berikut :
𝐹 = −𝑘. 𝑥 … (1)

Dengan F adalah gaya (N), k adalah konstanta pegas (N/m) dan x adalah
perubahan panjang pegas (m).
Ketika pada sebuah pegas dibebani dengan sebuah masa, maka gaya yang
menyebabkan pegas bertambah panjang adalah gaya dari massa tersebut,
sehingga berlaku :𝑚𝑔 = 𝑘𝑥 … (2)

Dengan g adalah percepatan grafitasi (m/s2). Selain dengan cara


pembebanan, konstanta pegas k dapat dicari dengan getaran pada pegas.
Sebuah benda bermassa m dibebankan pada pegas dan disampingkan dari
posisi setimbangnya, maka akan terjadi getaran pegas dengan periode
getaran T sebagai berikut :
𝑚
𝑇 = 2𝜋√ … (3)
𝑘
Hukum hooke menyatakan hubungan antara gaya F yang
meregangkan pegas dan pertambahan panjang (x), didaerah yang ada
dalam batas kelentingan pegas. F = k. ∆x , dengan k adalalah suatu tetapan
yang disebut tetapan pegas yang nilainya berbeda untuk pegas yang
berbeda. Tetapan pegas adalah gaya per satuan tambahan panjang (N/m).
Persamaan gerak getaran dapat diturunkan dari dua hukum gerak, yaitu
Hukum II Newton dan Hukum Hooke. Jika gaya pegas adalah satu-
satunya gaya luar yang bekerja pada benda, maka pada benda berlaku
Hukum II newton.

2.6 Getaran Bebas Tanpa Peredam

Gambar-1 Sistem getaran sederhana


(https://id.wikipedia.org/wiki/Getaran/ ,2016)
Pada Gambar 2.1 redaman dianggap dapat diabaikan, dan tidak ada
gaya luar yang mempengaruhi massa. Dalam keadaan ini gaya yang
berlaku pada pegas F sebanding dengan panjang peregangan x dikalikan
dengan konstanta pegas k, sesuai dengan hukum Hooke, atau bila
dirumuskan secara matematis:
𝑭(𝑷𝒆𝒈𝒂𝒔) = −𝒌𝒙(Pegas)=-kx...(1)
Arah gaya pegas berlawanan arah dengan arah gerak partikel massa m,
dengan k adalah tetapan pegas. Sesuai Hukum Kedua Newton, gaya yang
ditimbulkan sebanding dengan percepatan massa:
𝒅𝒗 𝑑2 𝑥
∑𝑭 = 𝒎 = 𝑚 𝑑𝑡 2 ...(2)
𝒅𝒕
𝑑2 𝑥
𝑚𝑔 − 𝑘𝑥 = 𝑚 𝑑𝑡 2 g-kx=md^2x/dt^2 ...(3)
𝒅𝟐 𝒙
𝒎 𝒅𝒕𝟐 + 𝒌𝒙 = 𝒎𝒈 ...(4)

𝒎𝒙 + 𝒌𝒙 = 𝒎𝒈mx+kx=mg ...(5)
𝒌
𝒙 + 𝒎 𝒙 = 𝒈+k/mx=g ...(6)

Untuk benda dalam keadaan setimbang, berlaku:


𝒌𝒙 = 𝒎𝒈x=mg ...(7)
𝑔
𝑥 = 𝑘 𝑚 → 𝑦 = 𝑀𝑔𝑟𝑎𝑑𝑖𝑒𝑛 =g/km→y=M_gradien ...(8)

Yang merupakan persamaan garis lurus dengan 𝒌=


𝒈⁄𝑴𝒈𝒓𝒂𝒅𝒊𝒆𝒏 =g/M_gradien. Untuk pegas berosilasi dengan suatu
percepatan tertentu, maka:
𝒌
(𝑫𝟐 + 𝒎) 𝒙 = 𝒈 ...(9)

𝑘 𝑘
𝐷12 = ±√− 𝑚 = ±𝑖√𝑚 ...(10)

Jika memulai getaran sistem dengan meregangkan pegas sejauh A


kemudian melepaskannya, solusi persamaan diatas yang memberikan
gerakan massa adalah:
𝒌 𝒌
𝒙(𝒕) = 𝒈 + 𝑨𝒆𝒙𝒑𝒊√𝒎 𝒕 + 𝑩𝒆𝒙𝒑 − 𝒊√𝒎 𝒕 ...(11)

𝒌 𝒌
𝒙(𝒕) = 𝒈 + 𝑨 𝒄𝒐𝒔 √𝒎 𝒕 + 𝑩 𝒔𝒊𝒏 √𝒎 𝒕 ...(12)

𝒙 = 𝒈 + 𝑨 𝒄𝒐𝒔 𝝎𝒕 + 𝑩 𝒔𝒊𝒏 𝝎𝒕=g+A cos ωt+B sin ωt ...(!3)


𝒙 = 𝑨 𝒔𝒊𝒏 (𝝎𝒕 + 𝒚) = 𝑨 𝒔𝒊𝒏 (𝟐𝝅𝒇𝒕 + 𝒚)=A sin ωt+y=A sin (2πft+y)
...(14)
𝒅𝒗
𝒗 = 𝒅𝒙 𝑨𝝎 𝒄𝒐𝒔 (𝝎𝒕 + 𝒚)=dv/dxAω cos (ωt+y)

...(15)
𝒅𝒗
𝒂= = 𝑨𝝎𝟐 𝒔𝒊𝒏 (𝝎𝒕 + 𝒚)=dv/dt=Aω^2 sin (ωt+y)
𝒅𝒕

...(16)
Solusi ini menyatakan bahwa massa akan berosilasi dalam gerak
harmonis sederhana yang memiliki amplitudo A dan frekuensi f. Bilangan
f adalah salah satu besaran yang terpenting dalam analisis getaran, dan
dinamakan frekuensi alami takredam. Untuk sistem massa-pegas
sederhana, didefinisikan sebagai:
𝟐𝝅𝒇 = 𝝅𝝎 ...(17)
𝟐𝝅 𝒌
𝟐𝝅𝒇 = = √𝒎πf=2π/T=&k/m ...(18)
𝑻

𝟏 𝒎
𝑻 = 𝟐𝝅 √ 𝒌 =1/2π&m/k ...(19)

Frekuensi sudut dengan satuan radian per detik kerap kali digunakan dalam
persamaan karena menyederhanakan persamaan, namun besaran ini
biasanya diubah ke dalam frekuensi “standar” (satuan Hz) ketika
menyatakan frekuensi sistem. Bila massa dan kekakuan (tetapan k)
diketahui, frekuensi getaran sistem akan dapat ditentukan menggunakan
rumus di atas
𝟏 𝟏
𝑬 = 𝟐 𝒎𝒗𝟐 + 𝟐 𝒌𝒙𝟐 =1/2mv^2+1/2kx^2 ...(20)

Saat posisi x sama dengan amplitudo A, maka energi kinetik = 0, sedangkan


energi total adalah sama dengan energi potensial maksimumnya, yaitu:
𝟏
𝑬 = 𝟐 𝒌𝑨𝟐 =1/2kA^2 ...(21)

Saat posisi x = 0, maka energi kinetiknya akan maksimal, sedangkan energi


potensialnya adalah nol
𝟏
𝑬 = 𝟐 𝒎𝒗𝒎𝒂𝒙 =1/2mv_max2 ...(22)
2.7 Gerakan Osilasi Bebas pada Bandul

Gerak pada bandul adalah salah satu contoh getaran selaras


sederhana yang merupakan gerak bolak-balik. Suatu benda digantungkan
pada seutas tali dengan panjang / kemudian benda tersebut diputar dengan
sudut 𝜃. Maka persamaan gerak osilasi pada bandul adalah:
𝟏
𝑳 = 𝟐 𝒎(𝒙𝟐 + 𝒚𝟐 + 𝒛𝟐 ) − (𝒎𝒈𝒚) ...(23)

Ditinjau dari posisi benda yang bermassa


𝒙, 𝒚, 𝒛 = 𝒍 𝒔𝒊𝒏, −𝒍 𝒄𝒐𝒔(𝜽), 𝟎 ...(24)
Ditinjau dari perubahan posisi terhadap perubahan waktu
𝒅 𝒅
(𝒙, 𝒚, 𝒛) = (𝒍 𝒔𝒊𝒏 𝜽, −𝒍 𝒄𝒐𝒔 𝜽, 𝟎) ...(25)
𝒅𝒕 𝒅𝒕

Panjang tidak mengalami perubahan untuk setiap waktu t sekon,


sedangkan sudut 𝜃 mengalami perubahan untuk setiap waktu t sekon,
sehingga persamaan diatas akan menjadi:
𝒅 𝒅
(𝒙, 𝒚, 𝒛) = 𝒍 (𝒔𝒊𝒏 𝜽, −𝒄𝒐𝒔 𝜽, 𝟎) ...(26)
𝒅𝒕 𝒅𝒕
𝒅 𝒅𝜽 𝒅
(𝒙, 𝒚, 𝒛) = 𝒍 (𝒔𝒊𝒏 𝜽, 𝒍 𝒄𝒐𝒔 𝜽, 𝟎) ...(27)
𝒅𝒕 𝒅𝒕 𝒅𝜽
𝒅
(𝒙, 𝒚, 𝒛) = 𝒍 𝜽 𝒄𝒐𝒔 𝜽, 𝒍 𝜽 𝒔𝒊𝒏 𝜽, 𝟎) ...(28)
𝒅𝒕

Dimasukkan persamaan diatas


𝟏
𝑳 = 𝟐 𝒎(𝒙𝟐 + 𝒚𝟐 + 𝒛𝟐 ) − (𝒎𝒈𝒚) ...(29)

Persamaan Euler-Lagrange adalah:


𝒅 𝒅𝑳 𝒅𝑳
( ) = 𝒅𝒒 ...(30)
𝒅𝒕 𝒅𝒒
𝒅 𝒅𝑳 𝒅𝑳
( ) = 𝒅𝜽 ...(31)
𝒅𝒕 𝒅𝜽
𝒅
𝒎𝒍𝟐 𝜽 = −𝒎𝒈𝒍 𝒔𝒊𝒏 𝜽 ...(32)
𝒅𝒕
𝒈
𝜽 = − 𝒍 𝒔𝒊𝒏 𝜽 ...(33)

Untuk sudut yang kecil dapat digunakan deret Fourier, sehingga


penyelesaian masalah ini adalah:
𝒈
𝜽+ 𝒍𝜽=𝟎 ...(34)
𝒈
𝜽+ 𝒍𝜽=𝟎 ...(35)
𝒈
(𝑫𝟐 + 𝒍 ) 𝜽 = 𝟎 ...(36)

𝒈 𝒈
𝑫𝟏,𝟐 = ±√− 𝒍 = ±𝒊√ 𝒍 ...(37)

Jika memulai getaran sistem dengan meregangkan bandul sejauh A


kemudian melepaskannya, solusi untuk persamaan diatas yang
memberikan gerakan massa adalah:
𝒈 𝒈
𝜽 = 𝑨𝒆𝒙𝒑𝒊√ 𝒍 𝒕 + 𝑩𝒆𝒙𝒑 − 𝒊√ 𝒍 𝒕 ...(38)

𝒈 𝒈
𝜽 = 𝑨 𝒄𝒐𝒔√ 𝒍 𝒕 + 𝑩 𝒔𝒊𝒏 + √ 𝒍 𝒕 ...(39)

𝜽 = 𝑨 𝒄𝒐𝒔 𝝎𝒕 + 𝑩 𝒔𝒊𝒏 𝝎𝒕 ...(40)


𝜽 = 𝑨 𝒔𝒊𝒏 (𝝎𝒕 + 𝒚) ...(41)
𝜽 = 𝑨 𝒔𝒊𝒏 (𝟐𝝅𝒇𝒕 + 𝒚) ...(42)
𝒅𝜽
𝝎= = 𝑨 𝝎 𝒄𝒐𝒔 (𝝎𝒕 + 𝒚) ...(43)
𝒅𝒕
𝒅𝝎
𝒂= = −𝑨 𝝎𝟐 𝒔𝒊𝒏(𝝎𝒕 + 𝒚) ...(44)
𝒅𝒕

Besar periode bandul adalah memenuhi persamaan:


𝒍
𝑻 = 𝟐𝝅√𝒈 ...(45)
BAB III
METODE EKSPERIMEN

Metode eksperimen akan menjabarkan bagaimana metode yang digunakan serta


alat dan bahan yang akan digunakan pada eksperimen ini.

3.1 Alat dan Bahan

1. Seperangkat Alat Percobaan Pegas


2. Sistem Bandul
3. Massa Beban (mi)
4. Neraca Ohaus
5. Stopwatch
6. Penggaris ( alat ukur )
7. Alat Tulis

3.2 Skema Percobaan

3.3 Langkah Kerja

1. Menghitung panjang pegas awal sebelum diberi tambahan beban


2. Menimbang berat beban dengan neraca ohaus
3. Menentukan pertambahan panjang pegas setiap pertambahan massa
beban (mi)
4. Membuat kurva y-x dibuat dengan massa sebagai sumbu-x dan
pertambahan panjang sebagai sumbu-y
5. Besar konstanta pegas dapat ditentukan dari besar gradient Mg
6. Melakukan percobaan gerak osilasi bebas pada bandul sebanyak 3x
dengan panjang tali bandul dan sudut amplitudo tertentu, untuk
mendapatkan besar T ( periode )
7. Menghitung terlebih dahulu besar konstanta percepatan grafitasi g
𝒍
menggunakan persamaan : 𝑻 = 𝟐𝝅√𝒈

𝒍(𝟐𝝅)𝟐
𝒈= 𝑻𝟐

8. Menghitung konstanta pegas menggunakan persamaan :


𝒈
𝒙 = 𝒎 → 𝒚 = 𝑴𝒈𝒓𝒂𝒅𝒊𝒆𝒏
𝒌

9. Menentukan besar ralat konstanta pegas


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Percobaan Pegas

Data Pengamatan Awal

Panjang Awal Pegas ( Panjang0 ) (2.9 ± 0.05) cm


Massa Beban Ember ( M0 ) (34.43 ± 0.005) gram
Massa Beban 1 ( M1 ) (5.23 ± 0.005) gram
Massa Beban 2 (M2 ) (10.37 ± 0.005) gram

Massa Beban 3 ( M3 ) (8.98 ± 0.005) gram


Massa Beban 4 ( M4 ) (9.89 ± 0.005) gram
Massa Beban 5 ( M5 ) (10 ± 0.005) gram

No.
Massa Panjang1 Pertambahan Panjang

Beban ( Panjang1 - Panjang0)


(M±∆M) gram (𝑥±∆𝑥) 𝑐𝑚 (𝑥±∆𝑥) 𝑐𝑚

1 M0+M1 (39.66 ± 0.005) (7.6 ± 0.05) (4.7 ± 0.05)


2 M0+M1+M2 (50.03 ± 0.005) (8.9 ± 0.05) (6.0 ± 0.05)
3 M0+M1+M2+M3 (59.01 ± 0.005) (9.8 ± 0.05) (6.9 ± 0.05)
4 M0+M1+M2+M3+M4 (68.9 ± 0.005) (11 ± 0.05) (8.1 ± 0.05)
5 M0+M1+M2+M3+M4+M5 (78.9 ± 0.005) (12.2 ± 0.05) (9.3 ± 0.05)
Tabel 1. Pertambahan Pegas
12
y1 = 0.1682x - 2.9896
R² = 0.9999
10
Pertambahan Panjang (cm)

9.3
y = 0.1172x + 0.1127 M Gradien
8 8.1
R² = 0.9991
6.9 M Gradien1
6 6 M Gradien2
4.7
4 Linear (M Gradien)
Linear (M Gradien1)
y 2= 0.0663x + 3.0437
2 R² = 0.9987 Linear (M Gradien2)

0
0 20 40 60 80 100
Pertambahan Massa Beban (gram)
Grafik 1. Pertambahan panjang terhadap massa

Berikut adalah perhitungan untuk mendapatkan hasil M gradien


pada Grafik 1.

𝑦2 − 𝑦1 9.3−4.7 𝑐𝑚 4.6 𝑐𝑚
𝑀𝑔𝑟𝑎𝑑𝑖𝑒𝑛 = = =
𝑥2 −𝑥1 (78.9−39.66) 𝑔𝑟𝑎𝑚 39.24 𝑔𝑟𝑎𝑚

= 0.1172 𝑐𝑚/𝑔𝑟𝑎𝑚

= 1.172 𝑚/𝑘𝑔

(𝑦2 + ∆𝑦) − (𝑦1 − ∆𝑦) (9.3 + 1 𝑐𝑚) − (4.7 − 1 𝑐𝑚)


𝑀𝑔𝑟𝑎𝑑𝑖𝑒𝑛1 = =
𝑥2 − 𝑥1 (78.9 − 39.66) 𝑔𝑟𝑎𝑚

(10.3 𝑐𝑚)−(3.7 𝑐𝑚)


=
(78.9−39.66) 𝑔𝑟𝑎𝑚

6.6 𝑐𝑚
=
39.24 𝑔𝑟𝑎𝑚

= 0.1681 𝑐𝑚/𝑔𝑟𝑎𝑚

= 1.681 𝑚/𝑘𝑔
(𝑦2 − ∆𝑦) − (𝑦1 + ∆𝑦) (9.3 − 1 𝑐𝑚) − (4.7 + 1 𝑐𝑚)
𝑀𝑔𝑟𝑎𝑑𝑖𝑒𝑛2 = =
𝑥2 − 𝑥1 (78.9 − 39.66) 𝑔𝑟𝑎𝑚

(8.3 𝑐𝑚)−(5.7 𝑐𝑚)


=
(78.9−39.66) 𝑔𝑟𝑎𝑚

2.6 𝑐𝑚
=
39.24 𝑔𝑟𝑎𝑚

= 0.0662 𝑐𝑚/𝑔𝑟𝑎𝑚

= 0.662 𝑚/𝑘𝑔

|𝑀𝑔𝑟𝑎𝑑1 −𝑀𝑔𝑟𝑎𝑑 |+|𝑀𝑔𝑟𝑎𝑑2 −𝑀𝑔𝑟𝑎𝑑 |


∆𝑀𝑔𝑟𝑎𝑑 =
2

|1.681 − 1.172 | + |0.662 − 1.172|


=
2
| 0,509 | + | 0,51 |
=
2

1.019
=
2
= 0,5095 𝑚/𝑘𝑔
4.2 Percobaan Bandul 1

Berikut adalah data pengamatan yang didapatkan dari percobaan


bandul yang pertama dengan panjang tali ( 𝑙 ) = 11,8 cm.

𝑡 (𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 )
𝑇 ( 𝑃𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 ) =
𝑛 (𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑔𝑒𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛)

No. Jumlah Getaran ( n ) Waktu ( t ) Perioda ( T ) Perioda (T2)

1 13 getaran 10 sec 0.7692 sec 0.5916 sec2


2 14 getaran 10 sec 0.7142 sec 0.51 sec2
3 14 getaran 10 sec 0.7142 sec 0.51 sec2
∑ 41 getaran 30 sec 2.1976 sec 1.6116 sec2

X 14 getaran 10 sec 0.7325 sec 0.5372 sec2


Tabel 2. Data Pengamatan Percobaan Bandul 1

1) Mengetahui 𝑙 ± ∆𝑙 (pengukuran menggunakan mistar)


Nilai satuan terkecil (Nst) untuk mistar adalah : 0.1 cm
1
∆𝑙𝑡𝑎𝑙𝑖 = 2 × 𝑛𝑠𝑡
1
∆𝑙𝑡𝑎𝑙𝑖 = 2 × 0.1 𝑐𝑚

∆𝑙𝑡𝑎𝑙𝑖 = 0.05 𝑐𝑚
𝑙𝑡𝑎𝑙𝑖 ± ∆𝑙𝑡𝑎𝑙𝑖 = (11.8 𝑐𝑚 ± 0.05 𝑐𝑚)
𝑙𝑡𝑎𝑙𝑖 ± ∆𝑙𝑡𝑎𝑙𝑖 = (0.118 𝑚 ± 0.0005 𝑚)

2) Mencari Periode dan nilai ralatnya. Disini, kita menggunakan nilai


ralat pengukuran berulang (𝑇 ± ∆𝑇)

1 𝑁 × ∑T 2 − (∑T)𝟐
∆𝑇 = × √
𝑁 𝑁−1

1 3 × 1.6116 sec 2 − (2.1976 sec)𝟐


∆𝑇 = × √
3 3−1
1 4.8348 sec 2 − 4.8294sec 2
∆𝑇 = × √
3 2

1 0.0054 sec 2
∆𝑇 = × √
3 2
1
∆𝑇 = × √0.0027 sec 2
3
1
∆𝑇 = × 0.0519 𝑠𝑒𝑐
3
∆𝑇 = 0.0173 𝑠𝑒𝑐

Maka ( T ±∆𝑇) = (0.7325 sec ± 0.0173 sec)

3) Mencari nilai gravitasi dan nilai ralatnya (𝑔 ± ∆𝑔)

 Nilai Gravitasi (𝑔)


𝑙
𝑔= 2
(𝑇⁄2𝜋)
𝑙 × (2𝜋)2
𝑔=
𝑇2
0.118 𝑚 × (2 × 3.14)2
𝑔=
(0.7325 sec)2
0.118 𝑚 × (6.28)2
𝑔=
0.536 𝑠𝑒𝑐 2
0.118 𝑚 × 39.438
𝑔=
0.536 𝑠𝑒𝑐 2
4.653 𝑚
𝑔=
0.536 𝑠𝑒𝑐 2
𝑔 = 8.680 𝑚/𝑠𝑒𝑐 2
 Nilai Ralat Gravitasi (∆𝑔)

𝜕𝑔 𝜕𝑔
∆𝑔 = | ∆𝑙 | + | ∆𝑇 |
𝜕𝑙 𝜕𝑇
1 2
∆𝑔 = | 2
∆𝑙 | + | 𝑙(2𝜋)2 3 ∆𝑇 |
(𝑇/2𝜋) 𝑇
1 2
∆𝑔 = | 2
0.0005| + |0.1(2 × 3.14)2 0.0173 |
(0.7325/2 × 3.14) (0.7325)3
1 2
∆𝑔 = | 2
0.0005 | + | 0.1(6.28)2 0.0173 |
(0.7325/6.28) 0.393
1 2
∆𝑔 = | 2
0.0005 | + | 0.1 × 39.438 0.0173 |
(0.1166) 0.393
1 7.887
∆𝑔 = | 0.0005 | + | 0.0339 |
0.0136 0.393
∆𝑔 = |0.036 | + | 0.347 |
∆𝑔 = 0.383 𝑚/𝑠𝑒𝑐 2

Maka (𝑔 ± ∆𝑔) = (8.680 𝑚/𝑠𝑒𝑐 2 ± 0.383 𝑚/𝑠𝑒𝑐 2 )

4.3 Percobaan Bandul 2

Berikut adalah data pengamatan yang didapatkan dari percobaan


bandul yang pertama dengan panjang tali ( 𝑙 ) = 21.5 cm.

𝑡 (𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 )
𝑇 ( 𝑃𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 ) =
𝑛 (𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑔𝑒𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛)

No. Jumlah Getaran ( n ) Waktu ( t ) Perioda ( T ) Perioda (T2)

1 10 getaran 10 sec 1 sec 1 sec2


2 11 getaran 10 sec 0.909 sec 0.826 sec2
3 10 getaran 10 sec 1 sec 1 sec2
∑ 31 getaran 30 sec 2.909 sec 2.826 sec2

X 10.3 getaran 10 sec 0.969 sec 0.942 sec2


Tabel 3. Data Pengamatan Percobaan Bandul 2
1) Mengetahui 𝑙 ± ∆𝑙 (pengukuran menggunakan mistar)
Nilai satuan terkecil (Nst) untuk mistar adalah : 0.1 cm
1
∆𝑙𝑡𝑎𝑙𝑖 = 2 × 𝑛𝑠𝑡
1
∆𝑙𝑡𝑎𝑙𝑖 = 2 × 0.1 𝑐𝑚

∆𝑙𝑡𝑎𝑙𝑖 = 0.05 𝑐𝑚
𝑙𝑡𝑎𝑙𝑖 ± ∆𝑙𝑡𝑎𝑙𝑖 = (21.5 𝑐𝑚 ± 0.05 𝑐𝑚)
𝑙𝑡𝑎𝑙𝑖 ± ∆𝑙𝑡𝑎𝑙𝑖 = (0.215 𝑚 ± 0.0005 𝑚)

2) Mencari Periode dan nilai ralatnya. Disini, kita menggunakan nilai


ralat pengukuran berulang (𝑇 ± ∆𝑇)

1 𝑁 × ∑T 2 − (∑T)𝟐
∆𝑇 = × √
𝑁 𝑁−1

1 3 × 2.826 sec 2 − (2.909 sec)𝟐


∆𝑇 = × √
3 3−1

1 8.478 sec 2 − 8.462 sec 2


∆𝑇 = × √
3 2

1 0.016 sec 2
∆𝑇 = × √
3 2
1
∆𝑇 = × √0.008 sec 2
3
1
∆𝑇 = × 0.089 𝑠𝑒𝑐
3
∆𝑇 = 0.0296 𝑠𝑒𝑐

Maka ( T ±∆𝑇) = (0.969 sec ± 0.0296 sec)


3) Mencari nilai gravitasi dan nilai ralatnya (𝑔 ± ∆𝑔)

 Nilai Gravitasi (𝑔)


𝑙
𝑔= 2
(𝑇⁄2𝜋)
𝑙 × (2𝜋)2
𝑔=
𝑇2
0.215 𝑚 × (2 × 3.14)2
𝑔=
(0.969 sec)2
0.215 𝑚 × (6.28)2
𝑔=
0.938 𝑠𝑒𝑐 2
0.215 𝑚 × 39.438
𝑔=
0.938 𝑠𝑒𝑐 2
8.479 𝑚
𝑔=
0.938 𝑠𝑒𝑐 2
𝑔 = 9.039 𝑚/𝑠𝑒𝑐 2

 Nilai Ralat Gravitasi (∆𝑔)

𝜕𝑔 𝜕𝑔
∆𝑔 = | ∆𝑙 | + | ∆𝑇 |
𝜕𝑙 𝜕𝑇
1 2
2
∆𝑔 = | ∆𝑙 | + | 𝑙(2𝜋) ∆𝑇 |
(𝑇/2𝜋)2 𝑇3
1 2
∆𝑔 = | 2
0.0005 | + | 0.1(2 × 3.14)2 0.0296 |
(0.969/2 × 3.14) (0.969)3
1 2
∆𝑔 = | 2
0.0005 | + | 0.1(6.28)2 0.0296 |
(0.969/6.28) 0.909
1 2
∆𝑔 = | 2
0.0005 | + | 0.1 × 39.438 0.0296 |
(0.154) 0.909
1 7.887
∆𝑔 = | 0.0005 | + | 0.0339 |
0.023 0.909
∆𝑔 = |0.021 | + | 0.294 |
∆𝑔 = 0.315 𝑚/𝑠𝑒𝑐 2

Maka (𝑔 ± ∆𝑔) = (9.039 𝑚/𝑠𝑒𝑐 2 ± 0.315 𝑚/𝑠𝑒𝑐 2 )


4.3 Konstanta Pegas

Akan didapatkan 2 buah nilai Konstanta Pegas, yaitu nilai


Konstanta pegas untuk percobaan bandul 1 dan nilai Konstanta Pegas
untuk percobaan bandul 2.

 Konstanta Pegas 1 ( Percobaan Bandul 1 )


Mencari nilai Konstanta Pegas dan nilai ralatnya (𝑘 ± ∆𝑘)
𝑔
𝑘=
𝑀𝑔𝑟𝑎𝑑𝑖𝑒𝑛

8.680 𝑚/𝑠𝑒𝑐 2
𝑘=
1.172 𝑚/𝑘𝑔
𝑘 = 7.406 𝑘𝑔/𝑠𝑒𝑐 2

𝑔
∆𝑘 = ( 2 × ∆𝑀𝑔𝑟𝑎𝑑𝑖𝑒𝑛 )
(𝑀𝑔𝑟𝑎𝑑𝑖𝑒𝑛 )

8.680 𝑚/𝑠𝑒𝑐 2
∆𝑘 = ( × 0.5095 𝑚/𝑘𝑔)
(1.172 𝑚/𝑘𝑔)2

4.422 𝑚2 /𝑠𝑒𝑐 2 . 𝑘𝑔
∆𝑘 = ( )
1.373 𝑚2 /𝑘𝑔2

∆𝑘 = 3.22 𝑘𝑔/𝑠𝑒𝑐 2

Maka (𝑘 ± ∆𝑘) = (7.406 𝑘𝑔/𝑠𝑒𝑐 2 ± 3.22 𝑚/𝑠𝑒𝑐 2 )

 Konstanta Pegas 2 ( Percobaan Bandul 2 )


Mencari nilai Konstanta Pegas dan nilai ralatnya (𝑘 ± ∆𝑘)
𝑔
𝑘=
𝑀𝑔𝑟𝑎𝑑𝑖𝑒𝑛

9.039 𝑚/𝑠𝑒𝑐 2
𝑘=
1.172 𝑚/𝑘𝑔
𝑘 = 7.712 𝑘𝑔/𝑠𝑒𝑐 2
𝑔
∆𝑘 = ( 2 × ∆𝑀𝑔𝑟𝑎𝑑𝑖𝑒𝑛 )
(𝑀𝑔𝑟𝑎𝑑𝑖𝑒𝑛 )

9.039 𝑚/𝑠𝑒𝑐 2
∆𝑘 = ( × 0.5095 𝑚/𝑘𝑔)
(1.172 𝑚/𝑘𝑔)2

4.605 𝑚2 /𝑠𝑒𝑐 2 . 𝑘𝑔
∆𝑘 = ( )
1.373 𝑚2 /𝑘𝑔2

∆𝑘 = 3.353 𝑘𝑔/𝑠𝑒𝑐 2

Maka (𝑘 ± ∆𝑘) = (7.712 𝑘𝑔/𝑠𝑒𝑐 2 ± 3.353 𝑚/𝑠𝑒𝑐 2 )


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Telah saya pelajari cara menggunakan teori ralat secara


pengukuran tunggal dan pengukuran berulang dan telah saya pelajari untuk
menghitung percepatan gravitasi dan elastisitas pegas ( konstanta pegas )
dari tiap tiap percobaan yang telah dilakukan. Hasil eksperimen untuk
mencari 𝑀𝑔𝑟𝑎𝑑𝑖𝑒𝑛 dengan percobaan pegas memperlihatkan bahwa
didapatkan 𝑀𝑔𝑟𝑎𝑑𝑖𝑒𝑛 sebesar 1.172 𝑚/𝑘𝑔 dan saya menggunakan ∆𝑦
sebesar 1 sehingga didapatkan 𝑀𝑔𝑟𝑎𝑑𝑖𝑒𝑛1 = 1.681 𝑚/𝑘𝑔 , 𝑀𝑔𝑟𝑎𝑑𝑖𝑒𝑛2 =
0.662 𝑚/𝑘𝑔 dan ∆𝑀𝑔𝑟𝑎𝑑𝑖𝑒𝑛 = 0,5095 𝑚/𝑘𝑔 . Untuk menentukan
konstanta pegas dilakukan percobaan bandul untuk mencari percepatan
grafitasi. Disini saya melakukan 2 kali percobaan bandul, untuk percobaan
bandul 1 didapatkan nilai percepatan grafitasi sebesar 𝑔 = 8.680 𝑚/𝑠𝑒𝑐 2
dan ralatnya ∆𝑔 = ± 0.383 𝑚/𝑠𝑒𝑐 2 .Maka dapat dituliskan (𝑔 ± ∆𝑔) =
(8.680 𝑚/𝑠𝑒𝑐 2 ± 0.383 𝑚/𝑠𝑒𝑐 2 )
Dari hasil ini dibuktikan bahwa eksperimen ini blum sesuai dengan nilai
literature, yaitu 9.8 𝑚/𝑠𝑒𝑐 2 dan didapatkan besar konstanta pegas yang
dapat dituliskan Maka (𝑘 ± ∆𝑘) = (7.406 𝑘𝑔/𝑠𝑒𝑐 2 ± 3.22 𝑚/𝑠𝑒𝑐 2)
Sedangkan dalam percobaan bandul 2 didapatkan nilai nilai
percepatan grafitasi sebesar 𝑔 = 9.039 𝑚/𝑠𝑒𝑐 2 dan ralatnya ∆𝑔 =
± 0.315 𝑚/𝑠𝑒𝑐 2 .Maka dapat dituliskan (𝑔 ± ∆𝑔) = (9.039 𝑚/𝑠𝑒𝑐 2 ±
0.315 𝑚/𝑠𝑒𝑐 2). Dari hasil ini dibuktikan bahwa eksperimen ini juga blum
sesuai dengan nilai literature, yaitu 9.8 /𝑠𝑒𝑐 2 , namun percobaan kedua ini
memiliki nilai yang lebih dekat dengan hasil literature. dan didapatkan
besar konstanta pegas yang dapat dituliskan ( 𝑘 ± ∆𝑘) = (7.712 𝑘𝑔/
𝑠𝑒𝑐 2 ± 3.353 𝑚/𝑠𝑒𝑐 2)
5.2 Saran

Dapat dilakukan uji berulang untuk menentukan konstanta


percepatan grafitasi dan menghitung besar konstanta pegas. Diharapkan
praktikan dapat melakukan eksperimen percobaan dengan teliti sehingga
didapatkan data dan hasil yang lebih akurat, dan sebisa mungkin praktikan
mengurangi kesalahan dalam pembacaan skala alat ukur
DAFTAR PUSTAKA

https://www.yuksinau.id/bunyi-soal-rumus-aplikasi-hukum-hooke/

https://id.wikipedia.org/wiki/Getaran/ ,2016

Putra, VGV dan Purnomosari, E, Pengantar Eksperimen Fisika (untuk SMA/S1).

CV Mulia Jaya Yogyakarta. 2015

Abdullah, Mikrajuddin. 2016. Fisika Dasar 1 Institut Teknologi Bandung.


Bandung:Tidak diterbitkan
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai