Nama Pengujian/Analisis/Materi
: Alkalinitas
Mata Kuliah
Semester
: VI (enam)
Asisten Praktikum
Disusun oleh :
Ryani Dwi Rivyantanti
25010111120018
HALAMAN PENGESAHAN
1. Judul Kegiatan
2. Materi
: Alkalinitas
3. Penyusun
Nama
NIM
: 25010111120018
4. Lokasi Kegiatan
Praktikan
25010110141208
25010111120018
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul..................................................................................................
ii
Daftar Isi...........................................................................................................
iii
iii
iii
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang .....................................................................................
Bab IV Penutup
A. Kesimpulan ..........................................................................................
B. Saran .....................................................................................................
10
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1Indikator yang dapat Digunakan untuk Titrasi Alkalinitas ...............
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1Sampel saat ditambahkan indikator PP tidak mengalami
perubahan warna .........................................................................
Gambar 1.2 Sampel saat dititrasi dengan H2SO4 0,02 N tidak terjadi
perubahan warna (warna tetap merah) ........................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air merupakan komponen kehidupan yang sangat penting. Hampir
seluruh aktivitas alam maupun manusia membutuhkan air untuk dapat
melakukan fungsinya dengan baik. Dalam berbagai aktivitas tersebut
membutuhkan
jenis
air
yang
berbeda-beda
tergantung
pada
tujuan
penggunaannya. Air yang baik harus memenuhi syarat secara biologi, fisik, dan
kimia sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh pemerintah seperti dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001.
Salah satu parameter yang perlu diketahui untuk menentukan kualitas
air yakni alkalinitas. Alkalinitas Alkalinitas adalah pengukuran kapasitas air
untuk menetralkan asam-asam lemah, meskipun asam lemah atau basa lemah
juga dapat sebagai penyebabnya. Penyusun alkalinitas perairan adalah anion
bikarbonat (HCO3-), karbonat (CO3-), dan hidroksida (OH-).
Penilaian mengenai kadar alkanitas pada suatu air penting adanya
karena alkalinitas berperan sebagai penyangga yakni adanya bikarbonat yang
terdapat pada perairan dengan nilai alkalinitas total tinggi berperan sebagai
penyangga perairan terhadap perubahan pH yang drastis. Selain itu alkalinitas
juga berperan untuk koagulasi bahan kimia, proses pelunakan air, pengendalian
korosi, serta dalam limbah industri alkalinitas ialah suatu faktor yang penting
didalam penentuan kemampuan dari limbah untuk pengolahan secara biologi.
Karena besar keterkaitannya antara alkalinitas dengan parameter lain
seperti kadar CO2, pH, dan beberapa parameter lainnya, maka perlu adanya
ketelitian dalam menghitung nilai alkalinitas suatu sampel air agar didapatkan
hasil yang tepat dan akurat.
B. Tujuan Praktikum
Untuk menentukan kadar alkalinitas phenolphthalein dan alkalinitas
total dalam sampel air Polder Tawang
C. Manfaaat Praktikum
Untuk mengetahui kadar alkalinitas phenolphthalein dan alkalinitas
total dalam sampel air Polder Tawang
BAB II
METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
1) Alat
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
Erlenmeyer
Buret
Pipet
Gelas ukur
Corong
Beaker glass
Statip/penyangga
2) Bahan
a)
b)
c)
d)
e)
B. Skema Kerja
1. Alkalinitas Phenolphtalein
Sampel dimasukkan ke dalam erlenmeyer sebanyak 100 ml
jika sampel menjadi merah jambu, dititrasi dengan 0,02 N H2SO4 dari
buret sampai warna hilang, dicatat kebutuhan asam yang digunakan
(digunakan dasar putih sehingga ttik perubahan tampak jelas
Dimana:
A = ml H2SO4
B = Normalitas H2SO4
C = ml sampel
50,4 = berat molekul/2 dari CaCO3
2. Alkalinitas Total
Ditambahkan 3 tetes indikator Metil Orange ke dalam contoh yang telah
ditentukan alkalinitas PP-nya
Dimana:
A = ml H2SO4 (untuk alkalinitas PP)
B = Normalitas H2SO4
C = ml sampel
D = ml H2SO4 (untuk alkalinitas total)
50,4 = berat molekul/2 dari CaCO3
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Perhitungan
Sampel : air Polder Tawang
1. Alkalinitas Phenolphtalein
Setelah memasukkan 100 ml sampel dalam Erlenmeyer dan ditambahkan 20
tetes indikator Phenolphthalein hasil yang terlihat sampel tidak mengalami
perubahan warna menjadi merah jambu, melainkan tetap seperti warna aslinya
(hijau sedikit keruh).
Alkalinitas PP
=0
2. Alkalinitas total
Setelah ditambahkan 10 tetes Metil Orange terlihat sampel berubah menjadi
merah (seharusnya berwarna kuning), lalu dititrasi dengan 0,02 N H2SO4 tidak
terjadi perubahan warna, dimana sampel masih berwarna merah (seharusnya
terjadi perubahan warna dari kuning menjadi jingga pucat).
Alkalinitas total
=0
Pembahasan
Pemeriksaan pada praktikum ini menggunakan sampel dari Polder
Tawang. Pada penetapan alkalinitas air digunakan dua indikator yaitu PP dan MO.
Alkalinitas PP akan bernilai positif apabila setelah ditetesi PP maka larutan akan
berwarna merah muda. Namun, alkalinitas PP akan bernilai negatif atau nol bila
setelah ditetesi PP larutan tidak berwarna. Dua prinsip diatas menjadi patokan
untuk menghitung alkalinitas PP selanjutnya.(1)
Pada analisa Alkalinitas Phenolphtalein yang dilakukan pertama kali yakni
memasukkan 100 ml sampel dalam Erlenmeyer dan menambahkan 3 tetes
indikator Phenolphtalein, namun setelah ditetesi indikator belum terjadi
perubahan warna, kemudian ditambahkan lagi sampai 20 tetes indikator
Phenolphtalein. Namun masih belum terjadi perubahan warna menjadi merah
jambu. Dalam pengujian, setelah ditetesi PP, larutan tetap tidak berwarna. Hal ini
berarti nilai P= 0 sehingga nilai alkalinitas PP adalah negatif.(1)
Setelah itu dilanjutkan dengan titrasi H2SO4, dan warna sampel air tetap
tidak berubah. Apabila sampel air bersifat basa atau alkali seharusnya terjadi
perubahan warna ketika dititrasi dengan H2SO4 yakni dari warna merah jambu
menjadi tidak berwarna.
Kemudian dilanjutkan analisa alkalinitas total dengan menambahkan 3
tetes indikator metil orange ke dalam sampel air yang telah ditentukan alkalinitas
Phenophtaleinnya, warna sampel berubah menjadi merah. Lalu sampel ditritasi
dengan 0,02 N H2SO4 dari buret namun hingga penggunaan 20 ml larutan H2SO4
warna sampel tetap tidak berubah. Seharusnya terjadi perubahan warna dari
kuning menjadi jingga pucat. Berikut merupakan tabel indikator yang dapat
digunkan untuk titrasi alkalinitas.
Tabel 1.1 Indikator yang dapat Digunakan untuk Titrasi Alkalinitas
(Sartika, 1984)
Gambar 1.2 sampel saat dititrasi dengan H2SO4 0,02 N tidak terjadi
perubahan warna (warna tetap merah)
Berdasarkan hasil praktikum, maka kita dapat mengetahui bahwa air
sampel yang berasal dari polder tawang tidak bersifat alkali. Pada air alamiah,
alkalinitas dikaitkan dengan konsentrasi bikarbonat, karbonat dan hidroksidannya.
Alkalinitas keseluruhan biasanya dinyatakan dengan padanan kalsium karbonat
dalam mg/lt. PH tidak mengukur seluruh kemasaman atau alkalinitas, suatu
metode titrasi (penurunan kadar) yang dibutuhkan untuk memperkirakan jumlah
yang sebenarnya dari pada keasaman atau alkali yang ada.
Dalam air murni yang tidak bersifat asam atau mengandung alkali, jumlah
ion hidrogen adalah sama dengan jumlah ion hidroxyl. Apabila terdapat kelebihan
ion hidrogen, maka air tersebut menjadi asam, kekurangan ion hidrogen
menyebabkan air mengandung alkali.(2) Nilai alkalinitas berkisar antara 30-500
mg/l. nilai alkalinitas di perairan berkisar antara 5 hingga ratusan mg/l. nilai
alkalinitas yang alami pada perairan adalah 400 mg/l. perairan dengan nilai >40
mg/l disebut sadah, sedangkan perairan dengan nilai <40 mg/l disebut lunak.
Sedangkan standar baku konsentrasi alkalinitas pada air baku menurut PP
no 82 tahun 2001 yaitu 500 mg/lt. Air leding memerlukan ion alkalinitas tersebut
dalam konsentrasi tertentu, jika kadar alkalinitas tinggi (dibandingkan dengan
kadar Ca2+ dan Mg2+ yaitu kadar kesadahan rendah) air menjadi agresif dan
menyebabkan kerak pada pipa, sebaliknya alkalinitas yang rendah dan tidak
seimbang dengan kesadahan tinggi maka dapat menyebabkan kerak CaCO3 pada
dinding pipa instalasi yang dapat memperkecil penampang pipa basah.
Alkalinitas tidak memiliki dampak langsung terhadap kesehatan
Alkalinitas yang optimal akan mampu menyangga perubahan pH perairan serta
dapat mendukung laju pertumbuhan yang optimum. Kadar alkalinitas yang sangat
rendah, air kehilangan kemampuan menyangga perubahan keasaman dan pH yang
berfluktuasi sangat cepat sehingga dapat menggangu kehidupan ikan budidaya.
Ikan sangat sensitif pada kondisi kadar alkalinitas yang rendah.(5)
Kandungan alkalinitas yang rendah, akan berdampak negatif pada
produktifitas suatu organisme seperti akan mempengaruhi kesehatan dan
pertumbuhan untuk kelangsungan hidupnya serta akan memepengaruhi kuantitas
kadar parameter lain diantaranya CO2, pH dan parameter lainya. Penyebab yang
mempengaruhi terjadinya penurunan pH salah satunya yaitu terhadap bahan
organik dimana akibat pH yang kurang stabil maka konsentrasi total alkalinitas
juga akan terpengaruh. Hal ini disebabkan karena pada keadaan asam banyak
tersedia ion hidrogen bebas yang kemudian hidrogen bebas tersebut akan
membentuk senyawa asam dengan mengikat basa-basa bebas seperti karbonat
maupun bikarbonat yang merupakan unsur pembentuk total alkalinitas air,
akibatnya menurunkan konsentrasi total alkalinitas.
Standar baku mutu untuk perairan adalah nilai alkalinitas alami tidak
pernah melebihi 500 mg/liter CaCO3 menurut PP no 82 tahun 2001. Perairan
dengan nilai alkalinitas yang terlalu tinggi tidak terlalu disukai oleh organisme
akuatik karena biasanya diikuti dengan nilai kesadahan yang tinggi atau kadar
garam natrium yang tinggi.
Tabel 1.2 Kualitas Air Berdasarkan Alkalinitas
Alkalinitas (mg/l)
0 10
10 50
50 200
>500
Kondisi perairan
Tidak dapat dimanfaatkan
Alkalinitas rendah, kematian mungkin terjadi,
CO2 rendah, ph bervariasi, dan perairan kurang
produktif
Alkalinitas sedang, ph bervariasi, CO2 sedang,
produktivitas sedang
Stabil, produktivitas rendah, ikan terancam
5. Sabun (detergen)
dan
lumpur dapat
mempengaruhi
elektroda
dan
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Alkalinitas air umunya diakibatkan oleh karbonat, bikarbonat, dan
hidroksida yang terdapat dalam air. Nilai alkalinitas dapat di tentukan
dengan cara titrasi menggunakan larutan asam mineral kuat standar dengan
indikator tertentu, yakni indikator Phenolphtalein dan indikator Metil
Orange.
2. Pada analisis alkalinitas Phenolphtalein setelah diteteskan indikator
Phenolphtalein sebanyak 20 tetes terlihat tidak ada perubahan warna pada
sampel tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa kadar hidroksida dan karbonat
sangat sedikit atau bahkan tidak ada.
3. Pada alkalinitas total setelah ditambahkan 3 tetes Metil Orange larutan
berubah menjadi warna merah lalu dititrasi dengan 0,02 N H2SO4 tidak
terjadi perubahan warna, setelah dilakukan titrasi hingga 20 ml sampel
masih berwarna merah seperti sebelumnya..
B. Saran
Dalam melakukan analisis alkalinitas, hendaknya diperhatikan titik
pengambilan sampel, waktu dan cara pengambilan sampel, wadah yang
digunakan untuk mengambil sampel serta indikator PP agar diperoleh nilai
alkalinitas yang akurat.
10
DAFTAR PUSTAKA
(1)
Noerati K., S. Teks.,M.T., Diktat Praktikum Kualitas Air Proses Dan Air
Limbah Industri Tekstil, Sekolah Tinngi Teknologi Tekstil, Bandung.
2004
(2)
Abditya, Hendra. 2010. Analisis Biaya Uji Kualitas Air Sumur. Surakarta:
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret.
http://eprints.uns.ac.id/182/1/168430609201011061.pdf (diakses 2014-0409)
(3)
Industri.
Medan:
USU
Repository.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13855/1/09E00361.pdf
(diakses 2014-04-09)
(4)
(5)
11