Anda di halaman 1dari 8

Analisis Kualitas Air: pH, Temperatur, TDS, Minyak dan

Alkalinitas
Water Quality Analysis : pH, Temperature, TDS, Oil and Alkalinity
Eka Warsiti
210107008
TPPL 2A
5

(Micho Alfian Setia Hadi: Syifha Asparandika)

ABSTRAK

1. PENDAHULUAN
Air sungai merupakan salah satu sumber daya alam yang penting bagi kehidupan manusia
dan makhluk hidup lainnya (KLHK, 2017). Air sungai memiliki peran penting dalam
menjaga keseimbangan ekosistem dan memenuhi kebutuhan manusia akan air bersih. Namun,
kualitas air sungai dapat tercemar oleh berbagai faktor, seperti limbah industri, limbah
domestik, dan aktivitas pertanian. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengelolaan kualitas air
sungai untuk menjaga agar kualitas air tetap terjaga dan memenuhi baku mutu air yang telah
ditetapkan. Beberapa parameter yang digunakan untuk mengevaluasi kualitas air sungai
antara lain kekeruhan, pH, oksigen terlarut, BOD, COD, dan kandungan logam berat.
Pengukuran parameter-parameter tersebut dapat membantu dalam menentukan status kualitas
air sungai dan menentukan tindakan yang perlu dilakukan untuk menjaga kualitas air sungai.

2. METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan pada tanggal 5 juni 2023 tempatnya di Laboratorium Teknik Kimia
Gedung Teknik Informatika dan Lingkungan Politeknik Negeri Cilacap. Penelitian ini
bersifat sebagai mata kuliah praktik pengendalian pencemaran air. Dengan dilakukannya
analisis kualitas air dengan parameter yang sudah ditentukan yaitu parameter pH,
Temperatur, TDS, Minyak,Salinitas, Konduktivitas, Kekekruhan, dan Alkalinis dengan air
sampel yang digunakan berssumber pada air sungai jl.Sengono. Jumlah sampel yang
digunakan yaitu 400 mL(100 mL untuk menentukan parameter pH, Temperatur, TDS,
Minyak,Salinitas, Konduktivitas, Kekekruhan;300 mL untuk menentukan Alkalinitas).
Metode penelitian yang dilakukan yaitu untuk penentuan pH menggunakan alat pH meter
dengan cara mencelupkan alat kedalam air sampel yang sudah disiapkan didalam gelas beker.
Pengukuran temperature dilakukan dengan menggunakan alat thermometer. Pengukuran
TDS, Salinitas, dan Konduktivitas menggunakan alat conductivity plus. Pengukuran
kekeruhan air menggunakan alat turbidimeter. Pengukuran kandungan minyak di dalam air
menggunakan alat oil in water analyzer. Dan metode yang dilakukan untuk mengukur
alkalinitas yaitu dengan tutrasi menggunakan larutan H 2SO4.penetralan dilakukan dengan
indicator phenolphthalein menghasilkan P-Alkalinitas dan menggunakan indicator Metyl
orange menghasilakan M-Alkalinitas. Untuk persamaan yang di gunakan yaitu untuk
perhitungan alkalinitas:
mg ∇ H 2 SO 4 XN H 2 SO 4 X BM CaCO 3 x 1000
A lkalinitas , =
L V sampel
Dimana:
∇ H2SO4 : Volume asam sulfat,mL
N H2SO4 : Normalitas asam sulfat, N
BM CaCO3 : Berat Molekul CaCO3, g/mol
V sampel : Volume air sampel, mL
Untuk mementukan seberapa jauh data tersebar dari nilai rata-rata atau mean digunakan
perhitungan yaitu satandar deviasi:

Dimana :
s=
√ ∑ (v 1−¿ ∇)2 ¿
n−1

v1 : volume H2SO4, mL
n : jumlah sampel
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Analisis pH, Temperatur, TDS, Salinitas, Konduktivitas
Penelitian ini dilakukan untuk menentukan dan menganalisa parameter pH, Temperatur,
TDS, Minyak, Salinitas, Konduktivitas, Kekeruhan dan Alkalinitas pada suatu sampel air
sungai jl. Sengono.
Tabel 1. Analisis pH,Temperatur, dan TDS

No Parameter Hasil Baku Mutu

1 Ph 8,12 6-9 (PERMENLH NOMOR 5 TAHUN 2014)

2 Temperature, ℃ 26,5

3 TDS, mg/L 423

2,19
4 Minyak, mg/L 10 mg/l (PERMENLH NOMOR 5 TAHUN 2014)
9

5 Salinitas, PSU 0,3

Konduktivitas,
6 596
μS

7 Kekeruhan, NTU 58,5

pH (Derajat Keasaman)
Berdasarkan pada tabel 1. Ini menunjukan bahwa pH air sampel dalam kondisi basa. pH air
yang terlalu tinggi dapat mempengaruhi kualitas air dan organisme yang hidup di dalamnya.
Pada pH yang tinggi, kandungan oksigen terlarut dalam air akan menurun, sehingga dapat
mempengaruhi konsumsi oksigen dan aktifitas pernafasan organisme hidup di dalamnya
(Taufiqullah, 2022). Selain itu, pH air yang terlalu tinggi atau basa dapat mempengaruhi
ketersediaan nutrisi bagi organisme hidup di dalamnya. Oleh karena itu, pengukuran pH air
sangat penting sebagai parameter kualitas air karena pH dapat mengontrol tipe dan laju
kecepatan reaksi beberapa bahan dalam air. Berdasarkan KEPMENLH
TEMPERATUR
Berdasarkan Pada pengukuran yang dilakukan terukur suhu air sampel sesuai dengan tabel 1.
yaitu 26,5. Suhu air sungai dapat mempengaruhi kualitas air dan organisme yang hidup di
dalamnya. Suhu air yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat mempengaruhi ketersediaan
oksigen terlarut dalam air dan dapat mempengaruhi kehidupan organisme hidup di dalamnya
(Yunita, 2020).Selain itu, suhu air juga dapat mempengaruhi laju reaksi beberapa bahan
dalam air dan dapat mempengaruhi kualitas air. Berdasarkan baku mutu
TDS
TDS (Total Dissolved Solids) air sungai sebesar 423 mg/L mengartikan bahwa air sungai
tersebut mengandung sejumlah zat terlarut dalam air dengan konsentrasi sebesar 423 mg/L.
TDS dapat terdiri dari berbagai zat terlarut seperti mineral, garam, logam, dan senyawa
organik. Kandungan TDS dalam air sungai dapat mempengaruhi kualitas air dan organisme
yang hidup di dalamnya. Kandungan TDS yang terlalu tinggi dapat mempengaruhi
ketersediaan oksigen terlarut dalam air dan dapat mempengaruhi kehidupan organisme hidup
di dalamnya (Rohman, 2021). Selain itu, kandungan TDS juga dapat mempengaruhi rasa dan
warna air, serta dapat meningkatkan kekeruhan air (SORAYA, 2014). Oleh karena itu,
pengukuran TDS sangat penting sebagai parameter kualitas air dan dapat memberikan
informasi tentang kondisi lingkungan air tersebut.Berdasarkan baku mutu
MINYAK
Kandungan minyak dalam air 2,119 mg/l mengartikan bahwa air sungai tersebut masih
memenuhi baku mutu air limbah yang telah ditetapkan. Baku mutu air limbah yang
ditetapkan dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2014 tentang Baku
Mutu Air Limbah untuk minyak adalah 10 mg/l. Oleh karena itu, kandungan minyak dalam
air sungai yang hanya mencapai 2,119 mg/l masih jauh di bawah baku mutu air limbah yang
telah ditetapkan. Kandungan minyak dalam air sungai yang melebihi baku mutu air limbah
dapat menyebabkan pencemaran lingkungan hidup serta membahayakan kesehatan manusia
dan makhluk hidup lainnya yang bergantung pada air tersebut. Oleh karena itu, perlu
dilakukan upaya pengelolaan kualitas air untuk menjaga agar kualitas air sungai tetap terjaga
dan memenuhi baku mutu air limbah yang telah ditetapkan.
SALINITAS
Kandungan salinitas dalam air sungai sebesar 0,3 PSU mengartikan bahwa air sungai tersebut
memiliki tingkat salinitas yang rendah. Salinitas adalah kandungan garam dalam air laut atau
air asin. Air sungai umumnya memiliki tingkat salinitas yang rendah atau bahkan tidak
memiliki salinitas sama sekali. andungan salinitas dalam air sungai sebesar 0,3 PSU tidak
menunjukkan adanya pencemaran atau perubahan kualitas air sungai yang signifikan.
KONDUKTIVITAS
Konduktivitas air sungai sebesar 596 μS/cm mengartikan bahwa air sungai tersebut memiliki
konduktivitas yang cukup tinggi. Konduktivitas air adalah kemampuan air untuk
menghantarkan arus listrik (MARTANTO, 2013). Semakin tinggi konduktivitas air, semakin
banyak ion yang terlarut dalam air tersebut. Konduktivitas air murni berkisar antara 0-200
μS/cm (low conductivity), sedangkan konduktivitas air sungai besar/major berkisar antara
200-1000 μS/cm (mid range conductivity) (AFRI, 2019). Oleh karena itu, konduktivitas air
sungai sebesar 596 μS/cm menunjukkan bahwa air sungai tersebut memiliki kandungan ion
yang cukup tinggi. Konduktivitas air sungai dapat digunakan sebagai salah satu parameter
untuk mengetahui kualitas air, karena kandungan ion dalam air dapat berasal dari berbagai
sumber, seperti limbah industri, limbah domestik, atau aliran air tanah yang tercemar.
KEKEKRUHAN
Kekeruhan air sungai sebesar 58,5 NTU mengartikan bahwa air sungai tersebut memiliki
tingkat kekeruhan yang cukup tinggi. Kekeruhan air adalah kemampuan air untuk
menyebarkan cahaya. Semakin tinggi tingkat kekeruhan air, semakin banyak partikel padat
yang terlarut dalam air tersebut. Kadar maksimal kekeruhan air yang baik untuk dikonsumsi
adalah 5 NTU (Nephelometric Turbidity Unit). Tingkat kekeruhan air dapat diukur dengan
menggunakan alat yang disebut turbidimeter. Kadar kekeruhan air yang tinggi dapat
disebabkan oleh berbagai faktor, seperti sedimentasi, erosi, atau pencemaran air oleh limbah
industri atau limbah domestik. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengelolaan kualitas air untuk
menjaga agar kualitas air sungai tetap terjaga dan memenuhi baku mutu air yang telah
ditetapkan. Peraturan Menteri Perindustrian RI No. 78 tahun 2016 mengatur bahwa tingkat
kekeruhan air bersih tidak boleh melebihi 25 NTU

Tabel 2. Data P – alkalinitas

No V V ∇ P- Baku Perubahan warna


sampel, H2SO4 H2SO4, Alkalinitas Mutu
mL mL Awal +indicator Titik
PP akhir

1 100 mL 1 mL
Bening Merah Bening
2 100 mL 0,8 mL 0,87 mL 17,4 mg/L
Keruh Janbu Keruh
3 100 mL 0,8 mL

P-alkalinitas air sungai sebesar 17,4 mg/L mengartikan bahwa air sungai tersebut memiliki
kandungan alkalinitas yang cukup rendah. P-alkalinitas adalah ukuran konsentrasi ion
bikarbonat (HCO3-) dan karbonat (CO32-) dalam air. Semakin tinggi p-alkalinitas, semakin
tinggi konsentrasi ion bikarbonat dan karbonat dalam air. Kandungan alkalinitas dalam air
dapat berasal dari berbagai sumber, seperti aliran air tanah yang mengandung batuan kapur
atau batuan dolomit. Kandungan alkalinitas yang rendah dapat menyebabkan air menjadi
lebih asam dan berpotensi merusak lingkungan hidup. Oleh karena itu, perlu dilakukan
pengelolaan kualitas air untuk menjaga agar kualitas air sungai tetap terjaga dan memenuhi
baku mutu air limbah yang telah ditetapkan

Tabel 3. Data M – alkalinitas

No V V ∇ P- Baku Perubahan warna


sampel, H2SO4 H2SO4, Alkalinitas Mutu
mL mL Awal +indicator Titik
PP akhir

16,1
1 100 mL
mL

16,1 Bening
2 100 mL 16 mL 320 mg/L Kuning Peach
mL Keruh

15,8
3 100 mL
mL

M-alkalinitas air sungai 320 mg/L mengartikan bahwa air sungai tersebut memiliki
kandungan alkalinitas yang cukup tinggi. M-alkalinitas adalah ukuran konsentrasi ion
bikarbonat (HCO3-) dan karbonat (CO32-) dalam air. Semakin tinggi m-alkalinitas, semakin
tinggi konsentrasi ion bikarbonat dan karbonat dalam air. Kandungan alkalinitas dalam air
dapat berasal dari berbagai sumber, seperti aliran air tanah yang mengandung batuan kapur
atau batuan dolomit. Kandungan alkalinitas yang tinggi dapat menyebabkan air menjadi lebih
basa dan berpotensi merusak lingkungan hidup. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengelolaan
kualitas air untuk menjaga agar kualitas air sungai tetap terjaga dan memenuhi baku mutu air
limbah yang telah ditetapkan
4. KESIMPULAN

SARAN

Pada praktikum yang selanjutnya, disarankan untuk memahami prinsip metode penelitian
sebelum praktikum dilaksanakan agar dapat menegtahui gambaran yang akan terjadi ketika praktikum
dilakuakan.

UCAPAN TERIMAKASIH

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar besarnya kepada Dosen
pengampu mata kuliah praktik pengendalian pencemaran air Ibu Ilma Fadlilah, S.Si.,M.Eng.,C.EIA
dan juga kepada kakak tingkat selaku asisten laboratorium yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu yang telah membantu berjalannya melakukan praktikum. Dan ucapan terimakasih kepada
Micho Alfian dan Syifa Asparandika sebagai teman kelompok 5 di praktik PPA ini yang sudah
berkejasama menyelesaikan praktikum dengan maksimal.

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN 1 : SCAN LAPORAN SEMENTARA
LAMPIRAN 2 : FOTO KEGIATAN PRAKTIK

(Keterangan : Tanggal Praktik) (Keterangan : Tanggal Praktik) (Keterangan : Tanggal Praktik) (Keterangan : Tanggal Praktik)

(Keterangan : Tanggal Praktik) (Keterangan : Tanggal Praktik) (Keterangan : Tanggal Praktik) (Keterangan : Tanggal Praktik)

Anda mungkin juga menyukai