Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari banyak kita temui berbagai jenis zat. Secara
kimia zat dalam kehidupan dapat dibedakan menjadi empat yaitu zat padat (solid), zat cair
(liquid), zat gas (gas), dan larutan (aqueous). Dari berbagai jenis zat ini terdapat zat-zat
yang memilki sifat berbeda satu dengan lainnya, sifat zat tersebut meliputi sifat asam, sifat
basa, dan sifat netral. Ketiga sifat ini menimbulkan perbedaan karakteristik dan sifat zat
tersebut. Beberapa jenis zat asam, basa, dan netral dapat diklasifikasi secara mudah
dengan menggunakan indra pengecapan karena sifat zat tersebut. Namun, tidak semua zat
dapat diklasifikasi secara mudah dengan indra pengecap, maka dari itu diciptakanlah suatu
indikator yang dapat membedakan sifat suatu zat. Indikator tersebut dapat berupa
indikator alami dan indikator buatan (contohnya : kertas lakmus, indikator universal, dan
pH meter). Selain itu ada tiga teori yang berkaitan dengan sifat dan klasifikasi asam dan
basa, diantaranya teori asam basa Arhhenius, Brownsted-Lowry, dan Lewis. Ketiga teori
ini memiliki kelemahan dan keunggulan masing-masing. Dari ketiga teori ini, teori asam
basa Arhhenius merupakan teori yang sangat mudah digunakan dalam pengklasifikasian
zat dengan menggunakan indikator buatan, selain itu kekuatan pH dari suatu zat dapat
diukur dengan indikator universal dan dapat juga membandingkan pH-nya berdasarkan
teori Arhhenius. Maka dari itu kami melaksanakan sebuah praktikum yang berlandaskan
pada teori asam basa Arhhenius untuk mengklasifikasi sifat zat yang ada di lingkungan
sekitar.

1.2 Tujuan
1.2.1 Analisa pH
Untuk menentukan tingkat keasaman atau basa dalam suatu larutan melalui
konsentrasi ion Hidrogen (H+).

1.2.2 Analisa Suhu

Untuk menganalisa dan mengetahui temperatur dari sampel air sungai

1.3. Ruang Lingkup


Ruang lingkup praktikum ini antara lain :

a. Air Baku yang digunakan adalah air di Sungai Krian


b. Penelitian menggunakan analisa pH dan suhu
c. Penelitian dilakukan di Laboratorium Lingkungan Teknik Lingkungan Fakultas
Teknik di UPN “Veteran” Jawa Timur
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Didalam manajemen kualitas air adalah merupakan suatu upaya memanipulasi kondisi
lingkungan sehingga mereka berada dalam kisaran yang sesuai untuk kehidupan dan
pertumbuhan ikan. Di dalam usaha perikanan, diperlukan untuk mencegah aktivitas manusia
yang mempunyai pengaruh merugikan terhadap kualitas air dan produksi ikan (Widjanarko,
2005).
Air yang baik idealnya tidak berbau, tidak berwarna, tidak memiliki rasa/ tawar dan
suhu untuk air minum idealnya ±30 C. Padatan terlarut total (TDS) dengan bahan terlarut
diameter <10-6 dan koloid (diameter 10-6-10-3 mm) yang berupa senyawa kimia dan bahan-
bahan lain (Effendi, 2003).
Air untuk minum umumnya berasal dari Air Permukaan (Surface Water) seperti danau,
sungai dan cadangan air lainnya di permukaan Bumi atau dari Air Tanah (Ground Water) atau
air yang di pompa (melalui pengeboran) dari dalam tanah yang umumnya bebas dari
kandungan zat berbahaya, namun tidak selalu bersih (Krisnandi, 2009).
Kualitas air yang baik ini minimal mengandung oksigen terlarut sebanyak lebih 5 mg/l.
Oksigen terlarut ini dapat ditingkatkan dengan menambah oksigen ke dalam air dengan
menggunakan aerator atau air yang terus mengalir. Kelebihan plankton dapat menyebabkan
kandungan oksigen didalam air menjadi berkurang. Maka dengan itu plankton dalam kolam
harus selalu dipantau (Ansori, 2008).
Pengukuran kualitas air dapat dilakukan dengan dua cara, yang pertama adalah
pengukuran kualitas air dengan parameter fisika dan kimia (suhu, O2 terlarut, CO2 bebas, pH,
konduktivitas, kecerahan, alkalinitas ), sedangkan yang kedua adalah pengukuran kualitas air
dengan parameter biologi (plankton dan benthos) (Sihotang, 2006).
Suhu air merupakan factor yang banyak mendapatkan perhatian dalam pengkajian-
pengkajian. Data suhu air dapat dimanfaatkan bukan saja hanya untuk mempelajari gejala-
gejala fisika dalam laut tetapi juga dalam kaitannya dengan kehidupan hewan atau tumbuhan,
bahkan dapat juaga dimanfaatkan untuk mengkaji metodologi (Notji, 1989).
Nilai pH menunjukkan derajat keasaman atau kebebasan suatu perairan. Di dalam air
pH di pengaruhi oleh kapasitas penyangga “ buffer” yaitu adanya garam-garam karbohidrat
dan bikarbonat).

pH adalah cerminan dari derajat keasaman yang di ukur dan jumlah ion hidrogen
menggunakan rumus pH = -log (H⁺ ). Air murni terdiri dari ion H⁺ dan ion OH ⁻ dalam
jumlah berimbang hingga pH air murni biasa 7. Makin banyak ion H⁻ dalam larutan cairan
makin rendah ion H⁺ dan makin tinggi pH, cairan demikian disebut cairan alkalis. Sebaliknya
makin ttinggi ion H⁺ makin rendah pH dan cairan tersebut bersifat asam ( Andayani, 2005).

pH air mempengaruhi tingkat kesuburan perairan karena mempengaruhi kehidupan jasad


renik perairan asam atau kurang produktif. Malah dapat menumbuhkan hewan budidaya. Pada
pH rendah ( keasaman yang tinggi ) kandungan oksigen terlarut akan berkurang. Hal yang
sebaliknya menjadi pada suasana basa . Atas dasar ini maka usaha budidaya di perairan akan
berhasil baik dalam air dengan pH 6,5 – 9,0 dan kisaran optimal pH 7,8 – 8,7 (Kardi dan
Andi, 2007).

BAB III
PERALATAN DAN BAHAN

3.1 Peralatan dan Bahan

3.1.1 Analisa pH

 pH meter
 Beaker Glass
 Larutan Buffer Ph 7
 Air Sungai daerah Krian

3.1.3 Analisa Suhu

 Termometer
 Beaker Glass
 Air Sungai daerah Krian

BAB IV

PROSEDUR KERJA

4.1 Prosedur Analisa Ph menggunakan Ph meter


NO PROSEDUR KERJA GAMBAR KERJA ALAT
1. Menuangkan sampel kedalam beaker
glass.

2. Mencelupkan pH meter dalam keadaan


on kedalam beaker glass yang berisi
aquades kemudian mengangkat ph
meter dan tekan tombol “cal”.

3. Masukkan Ph meter kedalam larutan


buffer 7.
4 Mencuci batang sensor ph meter dengan
aquades, kemudian mengangkat ph
meter dan tekan tombol on/off.

5 Mencelupkan ph meter kedalam


sampel, kemudian catat angka yang
tertera pada ph meter sebagai ph sampel
dan ulangi percobaan hingga 2x

4.2 Prosedur Analisa Suhu

NO PROSEDUR KERJA GAMBAR KERJA ALAT


1. Menuangkan sampel kedalam beaker
glass secukupnya.

2. Mencelupkan batang thermometer


kedalam sampel selama 1 menit.

3. Mencatat suhu yang tertera pada


thermometer sebagai suhu sampel dan
ulangi percobaan hingga 2x

4.3 Analisa Kekeruhan Metode Turbidimeter

NO PROSEDUR KERJA GAMBAR KERJA ALAT


1. Mengkocok air sampel, kemudian
masukkan sampel kedalam tabung
kuvet.

2. Memasukkan larutan standart


kekeruhan, kemudian set alat pada
tombol standart sehingga display
menunjukkan angka.

2. Masukkan tabung kuvet yang berisi


cairan putih kedalam turbidimeter dan
set tombol pada alat sehingga display
menunjukkan angka yang sesuai dengan
nilai larutan standart yaitu ..... NTU.
3. Masukkan kuvet yang berisi sampel
kedalam alat turbidimeter, catat angka
yang dihasilkan pada display alat
turbidimeter sebagai angka kekeruhan
sampel.
BAB V

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Pengamatan

5.1.1 Analisa pH

Tabel 5.1 Metode Potensiometri ( dengan menggunakan pH meter).

No Sampel Percobaan Nilai pH


1 Air Sungai 1 7,2
2 Air sungai 2 7,4
x rata-rata (ẋ) 7,3

Nilai RPD = = 2,74% < 5 % (memenuhi

kriteria)

5.1.2 Analisa Suhu

Tabel 5.3 Menggunakan alat termometer.

No Sampel Percobaan Suhu (ºC)


1 Air Sungai 1 23
2 Air sungai 2 23
x rata-rata (ẋ) 23

Nilai RPD = = 0% < 5 % (memenuhi

kriteria)
5.2 Pembahasan

Praktikum menganalisa sampel air dengan parameter pH, Kekeruhan, dan suhu dari
sampel air sungai Driyorejo. Air sampel tersebut ini pada saat pengujian pH dengan
menggunakan pH meter didapatkan nilai air sungai senilai 7,2 dan 7,4 yang masing – masing
dilakukan 2 kali percobaan. Bahwa air yang diuji dalam keadaan mendekati pH normal yaitu
7. Dari data perhitungan analisa pH diperoleh RPD yaitu air sungai senilai 2,74%. Bahwa
nilai RPD yang didapatkan masih dibawah 5% yang berarti saat melakukan praktikum sesuai
prosedur kerja.

Pada praktikum analisa suhu dengan menggunakan termometer pada sampel


didapatkan air sungai senilai 23oC. dilakukan 2 kali percobaan. Maka dari hasil pengamatan
didapatkan hasil dibawah suhu normal senilai 27oC. Dari data yang didapatkan nilai RPD Dari
data perhitungan analisa suhu diperoleh RPD pada air sungai senilai 0 %. Bahwa nilai RPD
yang didapatkan masih dibawah 5% yang berarti saat melakukan praktikum sesuai prosedur
kerja.

Salah satu factor baku mutu air minum adalah suhu dan ph. Apabila ph sesuai
standart air minum, maka air minum tersebut layak digunakan untuk bahan baku air minum,
dan apabila suhu sudah sesuai standart maka dapat dikatakan bahwa air tersebut dapat
menjadi bahan baku air minum.
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

 Analisa pH, kekeruhan dan suhu berdasarkan PERMENKES RI NO.492/ MENKES/


PER/IV/2010 sebagai parameter baku mutu persyaratan kualitas air minum.
 pH dari sampel menunjukan nilai pH 6,85 yang masih dalam baku mutu sesuai
dengan PERMENKES yaitu 6,5-8,5.
 Nilai kekeruhan dari sampel adalah 51,25 NTU yang diatas baku mutu PERMENKES
yaitu dengan kadar maksimum <5 NTU. Sehingga tidak aman tingkat kekeruhannya,
 Suhu yang diperoleh dari sampel menunjukkan bahwa sampel termasuk dalam baku
mutu PERMENKES.

6.2 Saran

Pada saat melakukan percobaan hendaknya sesuai dengan prosedur yang ada agar
tidak salah langkah-langkahnya. Selain itu pada saat prsktikum harus dilakukan dengan teliti
agar tidak terjadi kesalahan.
BAB VII

DAFTAR PUSTAKA

Petunjuk Praktikum Analisa Pencemaran Lingkungan UPN “Veteran” Jawa Timur

Ansori, A.K. 2008. Penentuan Kekeruhan Pada Air Reservoir di PDAM Tirtanadi Instalasi
Pengolahan Air Sunggal Medan Metode Turbidimetri. Karya Ilmiah. Program Studi
Diploma III Kimia Analis Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Program Studi Diploma III Kimia Analis Universitas Sumatera Utara.
Medan.
Ardayani,Sri.2005.Manajemen Kualitas Air untuk Budidaya Perairan.Universitas
Brawijaya.Malang.
Effendi,H.2003.Telaah Kualitas Air.Yogyakarta.
Krisnandi, Y.K. 2009. Kimia Dalam Air. Bahan ajar. KBI Kimia Anorganik Universitas
indonesia. Jakarta
Kardi,K.M.N.G dan Andi Basli Tancung.2007.Pengelolaan Kualitas Air dalam Budidaya
Perairan.PT Bineka Cipta.Jakarta.

Nontji,Anugerah.1987.Laut Nusantara.PT Grafindo.Jakarta.


Widjanarko., 2005. Tingkat Kesuburan Perairan. Kendari.

Analisa

Anda mungkin juga menyukai