KOAGULASI FLOKULASI
Kelompok 7 :
1. Irfan Firmansyah (18034010044)
2. Yudha Heldy Cahyono (18034010045)
3. Silvia Qodariyati (18034010050)
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KOAGULASI
2.1.1 Pengertian Koagulasi
Koagulasi adalah proses penggumpalan partikel koloid karena penambahan bahan
kimia sehingga partikel-partikel tersebut bersifat netral dan membentuk endapan karena
adanya gaya grafitasi.
Koagulasi adalah suatu proses yang rumit di dalam sistem koloid darah yang
memicu partikel koloidal terdispersi untuk memulai proses pembekuan dan membentuk
trombus. Koagulasi adalah bagian penting dari hemostasis, yaitu saat penambalan dinding
pembuluh darah yang rusak oleh keping darah dan faktor koagulasi untuk menghentikan
pendarahan dan memulai proses perbaikan. Kelainan koagulasi dapat meningkatkan risiko
pendarahan atau trombosis.
Proses koagulasi terjadi segera setelah terjadinya luka pada pembuluh darah dengan
rusaknya endothelium. Langkah awal koagulasi adalah dengan pelepasan komponen
fosfolipid yang disebut faktor jaringan dan fibrinogen sebagai inisiasi sebuah reaksi
berantai]. Segera setelah itu keping darah bereaksi membentuk penyumbat pada permukaan
luka, reaksi ini disebut hemostasis awal.
2.2. FLOKULASI
Flokulasi adalah proses lambat yang bergerak secara terus menerus selama
partikelpartikel tersuspensi bercampur di dalam air, sehingga partikel akan menjadi lebih
besar dan begerak menuju proses sedimentasi. Ide dasar dari flokulasi adalah untuk
mengendapkan flok-flok dengan penambahan flokulan.
Flokulasi merupakan suatu kombinasi pencampuran dan pengadukan atau agitasi
yang menghasilkan agregasi yang akan mengendap setelah penambahan flokulan. Flokulasi
adalah proses fisika yang mana air yang terpolusi diaduk untuk meningkatkan tumbukan
interpartikel yang memacu pembentukan partikel-partikel besar sehingga dalam waktu 1-2
jam partikel-partikel tersebut akan mengendap. Proses flokulasi dalam pengolahan air
bertujuan untuk mempercepat proses penggabungan flok-flok yang telah dibibitkan pada
proses koagulasi. Partikel-partikel yang telah distabilkan selanjutnya saling bertumbukan
serta melakukan proses tarik-menarik dan membentuk flok yang ukurannya makin lama
makin besar serta mudah mengendap. Gradien kecepatan merupakan faktor penting dalam
desain bak flokulasi. Jika nilai gradien terlalu besar maka gaya geser yang timbul akan
mencegah pembentukan flok, sebaliknya jika nilai gradien terlalu rendah/tidak memadai
maka proses penggabungan antar partikulat tidak akan terjadi dan flok besar serta mudah
mengendap akan sulit dihasilkan. Untuk itu nilai gradien kecepatan proses flokulasi
dianjurkan berkisar antara 90/detik hingga 30/detik.
Untuk membantu instalasi dalam mengoptimalkan proses-proses koagulasi
flokulasi, perlu ditentukan dosis optimum dari koagulan yang digunakan dalam proses
pengolahan limbah. Jartest adalah rangkaian test untuk mengevaluasi proses-proses
koagulasi dan flokulasi serta menentukan dosis pemakaian bahan kimia. Standar nasional
untuk metode pengujian koagulasi flokulasi dengan cara jartest ditetapkan dalam SNI 19-
6449-2000 termasuk prosedur umum untuk pengolahan dalam rangka mengurangi bahan-
bahan terlarut, koloid dan yang tidak mengendap dalam air dengan menggunakan bahan
kimia dalam proses koagulasi flokulasi, yang dilanjutkan dengan pengendapan secara
gravitasi. Jartest floculattor adalah alat yang digunakan untuk mengevaluasi proses-proses
koagulasi dan flokulasi serta menentukan dosis pemakaian bahan kimia.
Tahap selanjutnya dari proses koagulasi adalah proses flokulasi. Flokulasi disebabkan
oleh adanya penambahan sejumlah kecil bahan kimia yang disebut sebagai flokulan (Rath
& Singh, 1997). Mikroflok yang terbentuk pada saat proses koagulasi sebagai akibat
penetralan muatan, akan saling bertumbukan dengan adanya pengadukan lambat.
Tumbukan tersebut akan menyebabkan mikroflok berikatan dan menghasilkan flok yang
lebih besar. Pertumbuhan ukuran flok akan terus berlanjut dengan penambahan flokulan
atau polimer dengan bobot molekul tinggi. Polimer tersebut menyebabkan terbentuknya
jembatan, mengikat flok, memperkuat ikatannya serta menambah berat flok sehingga
meningkatkan rate pengendapan flok. Waktu yang dibutuhkan untuk proses flokulasi
berkisar antara 15-20 menit hingga 1 jam.
Proses koagulasi-flokulasi terjadi pada unit pengaduk cepat dan pengaduk lambat,
(seperti terlihat pada gambar 1.3) . Pada bak pengaduk cepat, dibubuhkan bahan kimia
(disebut koagulan). Pengadukan cepat dimaksudkan agar koagulan yang dibubuhkan dapat
tercampur secara merata/homogen. Pada bak pengaduk lambat, terjadi pembentukan flok
yang berukuran besar hingga mudah diendapkan pada bak sedimentasi.
Koagulan yang banyak digunakan dalam pengolahan air minum adalah aluminium
sulfat atau garam-garam besi. Kadang-kadang koagulan-pembantu, seperti polielektrolit
dibutuhkan untuk memproduksi flok yang cepat mengendap. Faktor utama yang
mempengaruhi koagulasi dan flokulasi air adalah kekeruhan, padatan tersuspensi,
temperatur, pH, komposisi dan konsentrasi kation dan anion, durasi dan tingkat agitasi
selama koagulasi dan flokulasi, dosis koagulan, dan jika diperlukan, koagulan-pembantu.
2.2.2 Pengadukan
Faktor penting pada proses koagulasi-flokulasi adalah pengadukan. Berdasarkan
kecepatannya, pengadukan dibedakan menjadi dua, yaitu pengadukan cepat dan
pengadukan lambat. Kecepatan pengadukan dinyatakan dengan gradien kecepatan (G),
yang merupakan fungsi dari tenaga yang disuplai (P):
Gambar 1.9
Pentingnya koagulasi-flokulasi di IPA terhadap air baku air permukaan dan air tanah
yang sudah mengalami pengolahan pendahuluan; seringkali terdapat zat padat dalam
bentuk atau ukuran yang tidak memungkinkan mengendap pada proses sedimentasi
saja atau dengan proses lain di dalam waktu dentensi yang efisien.
BAB III
KESIMPULAN
Koagulasi-flokulasi merupakan proses berkelanjutan, dimana koagulasi adalah proses
awal dengan pengadukan cepat untuk menyatukan koloid-koloid menjadi flok-flok kecil.
Kemudian dilanjutkan dengan proses flokulasi yaitu pengadukan lambat untuk membentuk
flok menjadi lebih besar sehingga lebih mudah untuk dipisahkan dengan air.
Proses koagulasi memiliki beberapa kelebihan yaitu lebih cepat, efektif dan efisien
menghilangkan bahan-bahan limbah dalam bentuk koloid, dengan menambahkan koagulan.
DAFTAR PUSTAKA
Budi Sudi Setyo. Penurunan Fosfat Dengan Penambahan Kapur(Lime), Tawas\ Dan
Filtrasi Zeolit Pada Limbah Cair. Disitasi
http://eprints.undip.ac.id/18012/1/Sudi_Setyo_Budi.pdf
Eva Fathul,dkk. Pralakuan Koagulasi Dalam Proses Pengolahan Air Dengan
Membran:Pengaruh Waktu Pengadukan Pelan Koagulan Alumunium Sulfat Terhadap
Kinerja Membran. Disitasi
http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/2/954e09694f76ae1f5563e5096ae07700e91
d827.pdf
Ravina, Louis. Coagulation and Floculation.1993.Virginia:Zeta-Meter,Inc
Suryadiputra,I.N.N. Pengantar Mata Kuliah Pengolahan Limbah:Pengolahan Air Limbah
Dengan Metode Kimia(Koagulasi dan Flokulasi).1995.Fakultas Perikanan, Institut
Pertanian Bogor
Anonim. Pengantar Pengolahan Air. 2009. Disitasi http://kuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-
content/uploads/2009/03/pengantar-pengolahan-air-bersih-compability-mode.pdf