Anda di halaman 1dari 13

TUGAS 3 PROSES PENGOLAHAN AIR MINUM

KOAGULASI FLOKULASI

Mekanisme dari system koagulasi dan flokulasi

Kelompok 7 :
1. Irfan Firmansyah (18034010044)
2. Yudha Heldy Cahyono (18034010045)
3. Silvia Qodariyati (18034010050)
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Penyediaan air bersih untuk masyarakat mempunyai peranan yang sangat
penting dalam meningkatkan kesehatan lingkungan atau masyarakat, yakni
mempunyai peranan dalam menurunkan angka penderita penyakit, khususnya yang
berhubungan dengan air, dan berperan dalam meningkatkan standar atau
taraf/kualitas hidup masyarakat.
Sampai saat ini, penyediaan air bersih untuk masyarakat diindonesia masih
dihadapkan pada beberpa permasalahan yang cukup kompleks dan sampai saat ini
belum dapat diatasi sepenuhnya. Salah satu masalah yang masih dihadapi sampai
saat ini yakni masih rendahnya tingkat pelayanan air bersih untuk masyarakat.
Oleh karena itu perlu dilakukan suatu upaya untuk mengatasi keterbatasan
air bersih akibat pencemaran air yang terjadi dan juga agar air yang akan digunakan
telah memenuhi standar yang telah ditetapkan. Salah satu cara pengolahan air bersih
yaitu dengan proses koagulasi-flokulasi.
Koagulasi adalah proses destabilisasi koloid dan partikel-partikel yang ada
di dalam air sehingga membentuk flok dengan melakukan penambahan bahan kimia
(koagulan) dan proses pengadukan cepat. Proses koagulasi ini berfungsi untuk
mengendapkan partikel-partikel kecil yang tidak dapat mengendap dengan
sendirinya. Sedangkan flokulasi adalah proses penggabungan flok-flok yang
dihasilkan dari proses koagulasi menjadi flok yang lebih besar sehingga membuat
partikel-partikel tersebut dapat mengendap. Penggabungan flok-flok tersebut
disebabkan karena proses pengadukan lambat. Karena itu koagulasi dan flokulasi
adalah proses yang terjadi berurutan dan tidak dapat dipisahkan.
1.2. Tujuan
1. Mengetahui apa itu pengertian koagulasi dan flokulasi
2. Mengetahui Proses dari koagulasi dan flokulasi dalam sistem penyediaan air minum
3. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi proses koagulasi dan flokulasi.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KOAGULASI
2.1.1 Pengertian Koagulasi
Koagulasi adalah proses penggumpalan partikel koloid karena penambahan bahan
kimia sehingga partikel-partikel tersebut bersifat netral dan membentuk endapan karena
adanya gaya grafitasi.
Koagulasi adalah suatu proses yang rumit di dalam sistem koloid darah yang
memicu partikel koloidal terdispersi untuk memulai proses pembekuan dan membentuk
trombus. Koagulasi adalah bagian penting dari hemostasis, yaitu saat penambalan dinding
pembuluh darah yang rusak oleh keping darah dan faktor koagulasi untuk menghentikan
pendarahan dan memulai proses perbaikan. Kelainan koagulasi dapat meningkatkan risiko
pendarahan atau trombosis.
Proses koagulasi terjadi segera setelah terjadinya luka pada pembuluh darah dengan
rusaknya endothelium. Langkah awal koagulasi adalah dengan pelepasan komponen
fosfolipid yang disebut faktor jaringan dan fibrinogen sebagai inisiasi sebuah reaksi
berantai]. Segera setelah itu keping darah bereaksi membentuk penyumbat pada permukaan
luka, reaksi ini disebut hemostasis awal.

2.1.2 Proses Koagulasi


1) Secara fisika
Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti :
1) Pemanasan, Kenaikan suhu sistem koloid menyebabkan tumbukan antar
partikel-partikel sol dengan molekul-molekul air bertambah banyak. Hal ini melepaskan
elektrolit yang teradsorpsi pada permukaan koloid. Akibatnya partikel tidak bermuatan.
contoh: darah
2) Pengadukan, contoh: tepung kanji
3) Pendinginan, contoh: agar-agar
2) Secara kimia
Sedangkan secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang
berbeda muatan, dan penambahan zat kimia koagulan. Ada beberapa hal yang dapat
menyebabkan koloid bersifat netral, yaitu:
a) Menggunakan Prinsip Elektroforesis. Proses elektroforesis adalah pergerakan
partikel-partikel koloid yang bermuatan ke elektrode dengan muatan yang berlawanan.
Ketika partikel ini mencapai elektrode, maka sistem koloid akan kehilangan muatannya dan
bersifat netral.
b) Penambahan koloid, dapat terjadi sebagai berikut:
Koloid yang bermuatan negatif akan menarik ion positif (kation), sedangkan koloid yang
bermuatan positif akan menarik ion negatif (anion). Ion-ion tersebut akan membentuk
selubung lapisan kedua. Apabila selubung lapisan kedua itu terlalu dekat maka selubung itu
akan menetralkan muatan koloid sehingga terjadi koagulasi. Makin besar muatan ion makin
kuat daya tariknya dengan partikel koloid, sehingga makin cepat terjadi koagulasi.
(Sudarmo,2004).
c) Penambahan Elektrolit. Jika suatu elektrolit ditambahkan pada sistem koloid,
maka partikel koloid yang bermuatan negatif akan mengadsorpsi koloid dengan muatan
positif (kation) dari elektrolit. Begitu juga sebaliknya, partikel positif akan mengadsorpsi
partikel negatif (anion) dari elektrolit. Dari adsorpsi diatas, maka terjadi koagulasi.
Pencampuran koloid yang berbeda muatan,dan penambahan zat kimia koagulan.
Contoh: Fe (OH)3 yang bermuatan positif akan menggumpal jika dicampur As2S3
yang bermuatan negatif.
Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan koloid bersifat netral, yaitu:
a) Menggunakan Prinsip Elektroforesis.
Proses elektroforesis adalah pergerakan partikel-partikelkoloid yang bermuatan ke
elektrode dengan muatan yang berlawanan. Ketika partikel ini mencapaielektrode, maka
sistem koloid akan kehilangan muatannya dan bersifat netral.
b) Penambahan koloid dengan muatan berlawanan.
Dapat terjadi sebagai berikut: Koloid yang bermuatan negatif akan menarik ion positif
(kation), sedangkan koloid yang bermuatan positif akan menarik ion negatif (anion). Ion-
ion tersebut akan membentuk selubung lapisan kedua. Apabila selubung lapisan kedua itu
terlalu dekat maka selubung itu akan menetralkan muatan koloid sehingga terjadi koagulasi.
Makin besar muatan ion makin kuat daya tariknya dengan partikel koloid,sehingga makin
cepat terjadi koagulasi. (Sudarmo,2004)
c) Penambahan Elektrolit.
Jika suatu elektrolit ditambahkan pada sistem koloid, maka partikel koloid yang
bermuatan negatif akan mengadsorpsi koloid dengan muatan positif (kation) dari elektrolit.
Begitu juga sebaliknya, partikel positif akan mengadsorpsi partikel negatif (anion) dari
elektrolit. Dari adsorpsi diatas, maka terjadi koagulasi.
d) Pendidihan
Kenaikan suhu sistem koloid menyebabkan jumlah tumbukan antara partikel-partikel sol
dengan molekul-molekul air bertambah banyak. Menyebabkan lepasnya elekrolit yang
teradsorpsi pada permukaan koloid.
Dalam proses koagulasi, stabilitas koloid sangat berpengaruh. Stabilitas merupakan
daya tolak koloid karena partikel-partikel mempunyai muatan permukaan sejenis
(negatif). Beberapa gaya yang menyebabkan stabilitas partikel, yaitu:
a) Gaya elektrostatik yaitu gaya tolak menolak terjadi jika partikel-partikel
mempunyai muatan yangsejenis.
b) Bergabung dengan molekul air (reaksi hidrasi)
c) Stabilisasi yang disebabkan oleh molekul besar yang diadsorpsi pada
permukaan.
Suspensi atau koloid bisa dikatakan stabil jika semua gaya tolak menolak antar
partikel lebih besardari ada gaya tarik massa, sehingga dalam waktu tertentu tidak terjadi
agregasi.Untuk menghilangkan kondisi stabil, harus merubah gaya interaksi antara partikel
denganpembubuhan zat kimia supaya gaya tarik menarik lebih besar.Untuk destabilisasi ada
beberapa mekanisme yang berbeda:
a) Kompresi lapisan ganda listrik dengan muatan yang berlawanan.
b) Mengurangi potensial permukaan yang disebabkan oleh adsorpsi molekul yang
spesifik denganmuatan elektrostatik berlawanan.
c) Adsorpsi molekul organik diatas permukaan partikel bisa membentuk jembatan
molekul diantara partikel.
d) Penggabungan partikel koloid kedalam senyawa presipitasi yang terbentuk dari
koagulan.
Secara garis besar (bedasarkan uraian diatas), mekanisme koagulasi adalah :
a) Destabilisasi muatan negatif partikel oleh muatan positip dari koagulan
b) Tumbukan antar partikel
c) Adsorpsi
Dalam proses koagulasi, stabilitas koloid sangat berpengaruh. stabilitas merupakan
daya tolak koloid karena partikel-partikel mempunyai muatan permukaan sejenis
(negatip). Beberapa gaya yang menyebabkan stabilitas partikel, yaitu:
1. Gaya elektrostatik yaitu gaya tolak menolak tejadi jikapartikel-partikel
mempunyai muatan yang sejenis.
2. Bergabung dengan molekul air (reaksi hidrasi)
3. Stabilisasi yang disebabkan oleh molekul besar yang diadsorpsi pada
permukaan.
Suspensi atau koloid bisa dikatan stabil jika semua gaya tolak menolk antar partikel
leih besar dari ada gaya tarik massa, sehingga dalam waktu tertentu tidak terjadi agregasi.
Untuk menghilangkan kondisi stabil, harus merubah gaya interaksi antara partikel
dengan pembubuhan zat kimia supaya gaya tarik menariklebih besar.Untuk destabilisasi ada
beberapa mekanisme yang berbeda:
a) Kompresi lapisan ganda listrik dengan muatan yang berlawanan.
b) Mengurangi potensial permukaan yang disebabkan oleh adsorpsi molekul yang
spesifik dengan muatan elektrostatik berlawanan.
c) Adsorpsi molekul organik diatas permukaan partikel bisa membentuk jembatan
moleku diantara partikel.
d) Penggabungan partikel koloid kedalam senyawa presipitasi yang terbentuk dari
koagulan.
Secara garis besar (bedasarkan uraian diatas), mekanisme koagulasi adalah :
a) Destabilisasi muatan negatif partikel oleh muatan positip dari koagulan
b) Tumbukan antar partikel
c) Adsorpsi
2.1.3 Faktor Yang Mempengaruhi Proses Koagulasi
1) Pemilihan bahan kimia
Untuk melaksanakan pemilihan bahan kimia, perlu pemeriksaan terhadap karakteristik air
baku yang akan diolah yaitu :
 Suhu
 pH
 Alkalinitas
 Kekeruhan
 Warna

Efek karakteristik tersebut terhadap koagulan adalah:


 Suhu berpengaruh terhadap daya koagulasi dan memerlukan pemakaian bahan
kimia berlebih, untuk mempertahankan hasil yang dapat diterima.
 pH Nilai ekstrim baik tinggi maupun rendah, dapat berpengaruh terhadap koagulasi.
pH optimum bervariasi tergantung jenis koagulan yang digunakan.
 Alkalinitas yang rendah membatasi reaksi ini dan menghasilkan koagulasi yang
kurang baik, pada kasus demikian, mungkin memerlukan penambahan alkalinitas ke
dalam air, melalui penambahan bahan kimia alkali/basa ( kapur atau soda abu)
 Makin rendah kekeruhan, makin sukar pembentukkan flok.Makin sedikit partikel,
makin jarang terjadi tumbukan antar partikel/flok, oleh sebab itu makin sedikit
kesempatan flok berakumulasi. Warna dimana zat organik .
 Warna berindikasi kepada senyawa organik, bereaksi dengan koagulan,
menyebabkan proses koagulasi terganggu selama zat organik tersbut berada di
dalam air baku dan proses koagulasi semakin sukar tercapai.

2) Penentuan dosis optimum koagulan


Untuk memperoleh koagulasi yang baik, dosis optimum koagulan harus ditentukan. Dosis
optimum mungkin bervariasi sesuai dengan karakteristik dan seluruh komposisi kimiawi di
dalam air baku, tetapi biasanya dalam hal ini fluktuasi tidak besar, hanya pada saat-saat
tertentu dimana terjadi perubahan kekeruhan yang drastis (waktu musim hujan/banjir) perlu
penentuan dosis optimum berulang-ulang.
3) Penentuan pH optimum
Penambahan garam aluminium atau garam besi, akan menurunkan pH air, disebabkan oleh
reaksi hidrolisa garam tersebut, seperti yang telah diterangkan di atas. Koagulasi optimum
bagaimanapun juga akan berlangsung pada nilai pH tertentu.
Apabila muatan koloid dihilangkan, maka kestabilan koloid akan berkurang dan dapat
menyebabkan koagulasi atau penggumpalan. Penghilangan muatan koloid dapat terjadi
pada sel elektroforesis atau jika elektrolit ditambahkan ke dalam sistem koloid. Apabila
arus listrik dialirkan cukup lama ke dalam sel elektroforesis maka partikel koloid akan
digumpalkan ketika mencapai elektrode. Jadi, koloid yang bermuatan negatif akan
digumpalkan di anode, sedangkan koloid yang bermuatan positif digumpalkan di katode.
Koagulan yang paling banyak digunakan dalam praktek di lapangan adalah alumunium
sulfat [Al2(SO4)3], karena mudah diperoleh dan harganya relatif lebih murah dibandingkan
dengan jenis koagulan lain.

2.2. FLOKULASI
Flokulasi adalah proses lambat yang bergerak secara terus menerus selama
partikelpartikel tersuspensi bercampur di dalam air, sehingga partikel akan menjadi lebih
besar dan begerak menuju proses sedimentasi. Ide dasar dari flokulasi adalah untuk
mengendapkan flok-flok dengan penambahan flokulan.
Flokulasi merupakan suatu kombinasi pencampuran dan pengadukan atau agitasi
yang menghasilkan agregasi yang akan mengendap setelah penambahan flokulan. Flokulasi
adalah proses fisika yang mana air yang terpolusi diaduk untuk meningkatkan tumbukan
interpartikel yang memacu pembentukan partikel-partikel besar sehingga dalam waktu 1-2
jam partikel-partikel tersebut akan mengendap. Proses flokulasi dalam pengolahan air
bertujuan untuk mempercepat proses penggabungan flok-flok yang telah dibibitkan pada
proses koagulasi. Partikel-partikel yang telah distabilkan selanjutnya saling bertumbukan
serta melakukan proses tarik-menarik dan membentuk flok yang ukurannya makin lama
makin besar serta mudah mengendap. Gradien kecepatan merupakan faktor penting dalam
desain bak flokulasi. Jika nilai gradien terlalu besar maka gaya geser yang timbul akan
mencegah pembentukan flok, sebaliknya jika nilai gradien terlalu rendah/tidak memadai
maka proses penggabungan antar partikulat tidak akan terjadi dan flok besar serta mudah
mengendap akan sulit dihasilkan. Untuk itu nilai gradien kecepatan proses flokulasi
dianjurkan berkisar antara 90/detik hingga 30/detik.
Untuk membantu instalasi dalam mengoptimalkan proses-proses koagulasi
flokulasi, perlu ditentukan dosis optimum dari koagulan yang digunakan dalam proses
pengolahan limbah. Jartest adalah rangkaian test untuk mengevaluasi proses-proses
koagulasi dan flokulasi serta menentukan dosis pemakaian bahan kimia. Standar nasional
untuk metode pengujian koagulasi flokulasi dengan cara jartest ditetapkan dalam SNI 19-
6449-2000 termasuk prosedur umum untuk pengolahan dalam rangka mengurangi bahan-
bahan terlarut, koloid dan yang tidak mengendap dalam air dengan menggunakan bahan
kimia dalam proses koagulasi flokulasi, yang dilanjutkan dengan pengendapan secara
gravitasi. Jartest floculattor adalah alat yang digunakan untuk mengevaluasi proses-proses
koagulasi dan flokulasi serta menentukan dosis pemakaian bahan kimia.

2.2.1 Efektivitas Flokulasi


Efisiensi dari proses flokulasi pada prakteknya seringkali dapat dilihat dari kualitas
air setelah dilakukan pemisahan flok secara mekanik. Dengan demikian, cara pemisahan zat
padat atau flok sangat penting dan sangat dipengaruhi oleh bentuk flok yang ada, misalnya
untuk melakukan flotasi diperlukan bentuk flok yang lain berbeda dengan flok untuk
sedimentasi. Jika dipakai sedimentasi diperlukan flok dengan berat jenis dan diameter yang
besar. Pada proses flotasi dibutuhkan flok yang lebih kecil dan mempunya berat jenis yang
lebih ringan tetapi mempunyai sifat untuk bergabung dengan gelembung udara. Untuk
filtrasi dibutuhkan flok yang kompak yang cukup homogen dengan struktur yang kuat
terhadap abrasi dan dengan sifat mudah melekat diatas partikel media penyaring (filter)
untuk menjamin pemisahan yang efisien dan operasional penyaringan yang ekonomis.
Untuk efek penjernihan air secara keseluruhan, belum cukup apakah flok bisa
dipisahkan dari air secara efektif, karena belum dapat menjamin dengan pasti apakah
kualitas air yang diinginkan bisa tercapai hanya dengan kondisi ini saja. Selain itu
dibutuhkan bahwa semua zat yang akan dihilangkan dari air juga melekat pada flok.
Proses koagulasi selalui diikuti oleh proses flokulasi, yaitu penggabungan inti flok
atau flok kecil menjadi flok yang berukuran besar. Tahap awal dimulai dengan proses
koagulasi, koagulasi melibatkan netralisasi dari muatan partikel dengan penambahan
elektrolit. Dalam hal ini bahan yang ditambahkan biasanya disebut sebagai koagulan atau
dengan jalan mengubah pH yang dapat menghasilkan agregat/kumpulan partikel yang dapat
dipisahkan. Hal ini dapat terjadi karena elektrolit atau konsentrasi ion yang ditambahkan
cukup untuk mengurangi tekanan elektrostatis di antara kedua partikel. Agregat yang
terbentuk akan saling menempel dan menyebabkan terbentuknya partikel yang lebih besar
yang dinamakan mikroflok, dimana mikroflok ini tidak dapat dilihat oleh mata telanjang.
Pengadukan cepat untuk mendispersikan koagulan dalam larutan dan mendorong terjadinya
tumbukan partikel sangat diperlukan untuk memperoleh proses koagulasi yang bagus.
Biasanya proses koagulasi ini membutuhkan waktu sekitar 1-3 menit.

Tahap selanjutnya dari proses koagulasi adalah proses flokulasi. Flokulasi disebabkan
oleh adanya penambahan sejumlah kecil bahan kimia yang disebut sebagai flokulan (Rath
& Singh, 1997). Mikroflok yang terbentuk pada saat proses koagulasi sebagai akibat
penetralan muatan, akan saling bertumbukan dengan adanya pengadukan lambat.
Tumbukan tersebut akan menyebabkan mikroflok berikatan dan menghasilkan flok yang
lebih besar. Pertumbuhan ukuran flok akan terus berlanjut dengan penambahan flokulan
atau polimer dengan bobot molekul tinggi. Polimer tersebut menyebabkan terbentuknya
jembatan, mengikat flok, memperkuat ikatannya serta menambah berat flok sehingga
meningkatkan rate pengendapan flok. Waktu yang dibutuhkan untuk proses flokulasi
berkisar antara 15-20 menit hingga 1 jam.
Proses koagulasi-flokulasi terjadi pada unit pengaduk cepat dan pengaduk lambat,
(seperti terlihat pada gambar 1.3) . Pada bak pengaduk cepat, dibubuhkan bahan kimia
(disebut koagulan). Pengadukan cepat dimaksudkan agar koagulan yang dibubuhkan dapat
tercampur secara merata/homogen. Pada bak pengaduk lambat, terjadi pembentukan flok
yang berukuran besar hingga mudah diendapkan pada bak sedimentasi.

Gambar : Proses Koagulasi-Flokulasi

Koagulan yang banyak digunakan dalam pengolahan air minum adalah aluminium
sulfat atau garam-garam besi. Kadang-kadang koagulan-pembantu, seperti polielektrolit
dibutuhkan untuk memproduksi flok yang cepat mengendap. Faktor utama yang
mempengaruhi koagulasi dan flokulasi air adalah kekeruhan, padatan tersuspensi,
temperatur, pH, komposisi dan konsentrasi kation dan anion, durasi dan tingkat agitasi
selama koagulasi dan flokulasi, dosis koagulan, dan jika diperlukan, koagulan-pembantu.
2.2.2 Pengadukan
Faktor penting pada proses koagulasi-flokulasi adalah pengadukan. Berdasarkan
kecepatannya, pengadukan dibedakan menjadi dua, yaitu pengadukan cepat dan
pengadukan lambat. Kecepatan pengadukan dinyatakan dengan gradien kecepatan (G),
yang merupakan fungsi dari tenaga yang disuplai (P):

Gambar 1.9

2.2.3. Kelebihan Koagulasi - Flokulasi


Lebih cepat, efektif dan efisien menghilangkan bahan-bahan limbah dalam bentuk
koloid, dengan menambahkan koagulan. Dengan koagulasi, partikel-partikel koloid akan
saling menarik dan menggumpal membentuk flok (Suryadiputra, 1995), serta memudahkan
partikel-partikel tersuspensi yang sangat lembut dan bahan-bahan koloidal di dalam air
menjadi agregat/jonjot (proses sebelum penggumpalan) dan membentuk flok, sehingga
dapat dipisahkan dengan proses pengendapan dan dapat juga berfungsi menghilangkan
beberapa jenis organisme dalam air. Flokulasi terjadi setelah koagulasi dan berupa
pengadukan pelan pada air limbah. Dengan mengendapnya koloid, diharapkan laju fouling
yang terjadi pada membran akan berkurang, sehingga penggunaan mikrofiltrasi dalam
proses pengolahan air bersih menjadi layak untuk dilakukan. Dengan aplikasi teknologi
koagulasi-flokulasi zat yang berbentuk suspensi atau koloid dirubah bentuknya menjadi zat
yang dapat dipisahkan dari air.
Ringkasan Proses Koagulasi-Flokulasi
Koagulasi Flokulasi
 Destabilisasi partikel koloid  Pembentukan dan pembesaran flok
 Pembubuhan bahan kimia:  Dilakukan pengadukan lambat
koagulan, misal koagulan, misal: (slow mixing):
tawas  Pneumatis
 Dilakukan pengadukan cepat  Mekanis
(rapid mixing):  Hidrolis
 Hidrolis: terjunan atau  Waktu operasi: 15 – 30
hidrolik jump menit
 Mekanis: menggunakan
batang pengaduk
 Lamanya proses: 30 – 90
detik

Pentingnya koagulasi-flokulasi di IPA terhadap air baku air permukaan dan air tanah
yang sudah mengalami pengolahan pendahuluan; seringkali terdapat zat padat dalam
bentuk atau ukuran yang tidak memungkinkan mengendap pada proses sedimentasi
saja atau dengan proses lain di dalam waktu dentensi yang efisien.

BAB III

KESIMPULAN
Koagulasi-flokulasi merupakan proses berkelanjutan, dimana koagulasi adalah proses
awal dengan pengadukan cepat untuk menyatukan koloid-koloid menjadi flok-flok kecil.
Kemudian dilanjutkan dengan proses flokulasi yaitu pengadukan lambat untuk membentuk
flok menjadi lebih besar sehingga lebih mudah untuk dipisahkan dengan air.
Proses koagulasi memiliki beberapa kelebihan yaitu lebih cepat, efektif dan efisien
menghilangkan bahan-bahan limbah dalam bentuk koloid, dengan menambahkan koagulan.

DAFTAR PUSTAKA
Budi Sudi Setyo. Penurunan Fosfat Dengan Penambahan Kapur(Lime), Tawas\ Dan
Filtrasi Zeolit Pada Limbah Cair. Disitasi
http://eprints.undip.ac.id/18012/1/Sudi_Setyo_Budi.pdf
Eva Fathul,dkk. Pralakuan Koagulasi Dalam Proses Pengolahan Air Dengan
Membran:Pengaruh Waktu Pengadukan Pelan Koagulan Alumunium Sulfat Terhadap
Kinerja Membran. Disitasi
http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/2/954e09694f76ae1f5563e5096ae07700e91
d827.pdf
Ravina, Louis. Coagulation and Floculation.1993.Virginia:Zeta-Meter,Inc
Suryadiputra,I.N.N. Pengantar Mata Kuliah Pengolahan Limbah:Pengolahan Air Limbah
Dengan Metode Kimia(Koagulasi dan Flokulasi).1995.Fakultas Perikanan, Institut
Pertanian Bogor
Anonim. Pengantar Pengolahan Air. 2009. Disitasi http://kuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-
content/uploads/2009/03/pengantar-pengolahan-air-bersih-compability-mode.pdf

Anda mungkin juga menyukai