Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Limbah adalah sisa dari suatu usaha dan/atau kegiatan manusia baik bentuk
padat, cair, ataupun gas yang dipandang mudah tidak memiliki nilai ekonomis sehingga
cenderung untuk dibuang (Vini, 2011). Menurut Peraturan Pemerintah No. 85 Tahun
1999, limbah adalah sisa/buangan dari suatu usaha atau kegiatan manusia.
Sedangkan, berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup, Nomor:
112 Tahun 2003, tanggal 10 Juli 2013, baku mutu air limbah domestik adalah sebagai
berikut:

Tabel 1. Baku mutu air limbah domestik

Parameter Satuan Kadar Maksimum


pH - 6-9
BOD mg/L 100
TSS mg/L 100
Minyak dan Lemak mg/L 10
Untuk menentukan kandungan bahan organik dalam limbah cair restoran cina
digunakan titrasi permanganometri. Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan
berdasarkan reaksi oleh kalium permanganat (KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada
reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi antara KMnO 4 dengan bahan baku tertentu.
Titrasi permanganometri digunakan untuk menetapkan kadar reduktor dalam suasana
asam dengan menggunakan kalium permanganat sebagai titran. Dalam suasana
penetapan basa atau asam lemah akan terbentuk endapan coklat MnO2 yang
menggangu, oleh karena itu titrasi dilakukan dalam suasana asam karena akan lebih
mudah mengamati titik akhir titrasinya (Darwindra, 2010).
1.2 Tujuan
Menentukan besarnya zat organik atau nilai permanganate (KMnO4) dengan
metode oksidasi dalam contoh uji (air) yang mempunyai kadar klorida (Cl-) kurang dari
300 mg/L.
1.3 Ruang Lingkup
Terdapat beberapa ruang lingkup dalam praktikum ini, yaitu:
a. Sampel diambil di Sungai Kalimas Jln. Betro, Sedati, Sidoarjo. pukul 7.00 WIB.
b. Praktikum dilaksanakan di Laboratorium Lingkungan di Fakultas Arsitektur dan
Desain UPN Veteran Jawa Timur
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Permanganometri

Permanganometri adalah titrasi redoks yang menggunakan KMnO4 (oksidator kuat)


sebagai titran. Dalam permanganometri tidak diperlukan indikator, karena titran bertindak
sebagai indikator (auto indicator). Kalium permanganate bukan larutan baku primer, maka
larutan KMnO4 harus distandardisasi, antara lain arsen (III), oksida (As2O3), dan Natrium
Oksalat (N2C2O4). Permanganometri dapat digunakan untuk penentuan kadar besi, kalsium,
hidrogen peroksida. Pada penentuan besi pada bijih besi mula-mula dilarutkan asam klorida,
kemudian semua besi direduksi menjadi Fe2+, baru dititrasi secara permanganometri.
Sedangkan pada penetapan kalsium, mula-mula kalsium diendapakan, dilarutkan dan
oksalatnya dititrasi dengan permanganat. Kalium permanganat adalah oksidator kuat. Tidak
memerlukan indikator. Sedangkan kelemahannya adalah dalam medium HCl. Cl- dapat
teroksidasi, demikian juga larutannya, mempunyai kestabilan yang terbatas (Khopkar, 1990).

2.2 Natrium Oksalat

Asam oksalat adalah senyawa kimia yang memiliki rumus H2C2O4 dengan nama
sistematis asam etanadiot. Asam karboksilat paling sederhana ini biasanya digambarkan
dengan rumus HOOC-COOH. Merupakan asam organic yang relative kuat 10.000 kali lebih
kuat dari pada asam asetat. Dianionnya dikenal sebagai oksalatjuga agen pereduktor. Asam
oksalat terdistribusi secara luas dalambentuk garam potassium dan kalium yang terdapat pada
daun, akar dan rhizome dari berbagai macam tanaman. Asam oksalat juga terdapat pada air
kencing manusia dan hewan dalambentuk garam kalsium yang merupakan senyawa terbesar
dalam ginjal. Kelarutan asam oksalat pada suhu 15,6 oC dan etil eter pada suhu 25 oC adalah
23,7 gram / 100 gram solvent dan 1,5 gr/ 100 gram solvent. Makanan yang banyak
mengandung asam oksalat adalah cokelat, kopi, strawberry, kacang dan bayam. (Lehninger.
1984)

Asam oksalat merupakam asam dikarboksilat yang mempunyai berat molekul rendah,
berwujud padat serta berbentuk Kristal, asam oksalat akan mengurai menjadi asam formiat
dan karbondioksida. Jika dipanaskan diatas suhu 175 oC. Dilaboratorium asam okasat
digunakan pada titrasi. (Horizon. 2011).
Titik leleh suatu zat padat adalah suatu temperature dimana terjadinya
keadaansetimbang antara fasa padat dan fasa cair pada tekanan satu atmosfer. Untuk
mengukur titik leleh suatu senyawa dapat digunakan alat melthing point.  Prinsipnya, yaitu
suatu zat bisa meleleh karena ikatan antar molekul terputus dimana putusnya molekul itu
yangmemerlukan suhu berbeda-beda tergantung pada kekuatan ikatan tersebut. Semakin kuat
ikatannya, maka semakin tinggi suhu yang dibutuhkan untuk memutuskan ikatantersebut.
Dengan adanya zat pengotor, ikatan yang terputus akan lebih banyak atau intinya tergantung
pada zat pengotornya. Titik leleh juga bisa untuk mengukur gaya intermolekul antar senyawa
dimana makin tinggi titik leleh maka makin besar gaya intermolekulernya, beberapa molekul
dengan berat molekul sama, maka molekul yanglebih polar dan struktur molekul yang lebih
simetris akan lebih tinggi. Angka titik lelehdan kisarannya tergantung pada kecepatan
pemanasan, keakuratan pada thermometer yang digunakan dan sifat padatan senyawa yang
terdapat pada suatu padatan yang telah diisolasi, rentang lelehannya harus ditentukan untuk
memastikan identitas dan kemurniannya. (Poedjiadi, Anna. 1994).
BAB III
ALAT DAN BAHAN

3.1 Alat

1. Pemanas listrik
2. Buret 25 ml
3. Pipet volume 5 ml
4. Pipet volume 10 ml
5. Pipet volume 25 ml
6. Erlenmeyer 250 ml
7. Pipet tetes
8. Pipet pump
9. Buret
10. Statif
11. Labu ukur 100 ml
12. Beaker glass 100 ml

3.2 Bahan

1. Larutan H2SO4 8 N bebas organic


2. Larutan KMnO4 0.01 N
3. Larutan asam oksalat 0.01 N
4. Air bebas mineral dengan DHL < 2 μmhos/cm
BAB IV
PROSEDUR KERJA DAN GAMBAR ALAT KERJA

No. Prosedur Kerja Gambar Alat Kerja


1. Lakukan pengenceran dengan
memasukkan 5 ml sampel ke dalam
labu ukur dan masukkan aquades
sampai batas meniscus

2. Masukan larutan yang sudah


diencerkan ke dalam Erlenmeyer

3. Tetesi dengan KMnO4 sampai


berubah warna menjadi merah
muda

4. Tambahkan 10 ml H2SO4
5. Panaskan larutan sampai mendidih

6. Tambahkan 10 ml KMno4 dan


didihkan kembali selama 10 menit

7. Angkat larutan dari pemanas lalu


tambahkan 10 ml larutan asam
oksalat 0,01N

8. Titrasi lengan larutan KMnO4


sampai berubah warna merah muda

9. Catat volume pemakaian larutan


KMnO4
BAB V
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Pengamatan

Percobaan ke - Hasil
1 4,7
2 5,7
Rata rata 5,2

Penetapan nilai KMnO4


KMnO4 (mg/L) =
[ (10+ a ) b−( 10∗c ) ] ∗31,6∗1000 = [ ( 10+5,2 ) 0.01−( 10∗0.01 ) ]∗31,6∗1000 =164,32 mg/L
d 100

5.2 Pembahasan
Pada praktikum ini kami menggunakan air sumur ketegan, Sepanjang,
Sidoarjo. Penentuan nilai permanganat berdasarkan prinsip titrasi permanganometri
dalam suasana asam yaitu zat organic dioksidasi dengan KMnO 4 dalam suasana asam
dengan pemanasan. Sisa KMnO4 direduksi dengan asam oksalat berlebih. Kelebihan
asam oksalat dititrasi kembali dengan KMnO 4 . Titik akhir titrasi ditandai dengan
perubahan warna menjadi merah muda.
Hasil yang kami dapatkan dengan uji diplo dengan volume KMnO4 yang
dititrasi sebesar 4,7ml dan 5,7ml dengan rata-rata 5,2ml. Sehingga didapatkan
penetapan nilai KMnO 4 dihitung menggunakan rumus maka hasil 164,32mg/l.
Hasil yang didapat menunjukkan bahwa sampel air sumur tersebut
mengandung zat organic yang tinggi, berdasarkan kriteria air minum yang telah
ditetapkan oleh KEMENKES RI No.492/MENKES/SK/VI/2010, kadar zat organic
yang terkandung tidak boleh lebih dari 10mg/l. Kadar zat organic yang tinggi ini
kebanyakan disebabkan oleh banyaknya unsur karbon, zat yang umumnya merupakan
kotoran manusia, hewan maupun unsur lainnya. Zat organic yang tinggi dapat
mengakibatkan meningkatnya populasi mikroorganisme dan dapat menyebabkan
berkembangnya bakteri paogen yang berbahaya pada tubuh manusia, terutama bagi
system kekebalan tubuh. (Apriyanti, 2018)
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari praktikum yang telah dilakukan terdapat beberapa kesimpulan, yaitu


sebagai berikut :

a. Sampel yang digunakan yaitu air dari sumur di ketegan, Sepanjang, Sidoarjo
b. Praktikum dilakukan untuk menganalisa nilai permanganat
c. Analisa permanganat dilakukan secara 2 kali percobaan, hasil percobaan pertama
adalah 4,7 Mg/L dan hasil percobaan kedua adalah 5,7 Mg/L

6.2 Saran
Sebaiknya melakukan pengambilan air sampel sesuai dengan standar
prosedur pengambilan sampel yang dianjurkan oleh SNI atau peraturan praktikum
maupun penelitian yang ada. Pada saat praktikum hendaknya praktikan mengikuti
prosedur kerja sesuai dengan intruksi sehingga disapatkan hasil yang sesuai.
Praktikan menggunakan alat keselamatan berupa masker dan sarung tangan latex
ketika praktikum agar tidak terkontaminasi oleh sampel.
DAFTAR PUSTAKA

Panduan Praktikum Analisis Pencemar Lingkungan

Apriyanti, Ersy Monica. 2018. ALKIMIA: Jurnal Ilmu Kimia dan Terapan Vol.2 No.2.
Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Raden Fatah Palembang

Darwindra, H. D. 2010. Titrasi Redoks Permanganat. Tersedia pada


https://harisdianto.files.W

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup, Nomor: 112 Tahun 2003, tanggal 10 Juli
2013

Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI-Press.

Horizon. 2001. Penuntun Praktikum Kimia Organik II. Jambi : UNJA


Lehninger. 1984. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : Erlangga
Poedjiati, Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : Universitas
Indonesia

Widyaningsih, Vini. 2011. Pengolahan Limbah Cair Yongma FISIP UI, Skirpsi Program S1,
Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai