Anda di halaman 1dari 41

PRAKTIKUM KIMIA UMUM

Titrasi Permanganometri

Disusun oleh :
Nama : Puteri Bilqis Aprilia
NPM : 22420084
Dosen : 1. Rr. Wiwiek E.M., S.ST., MT.
2. Lestari W., S.Pd, M.Tr.
3. Danny Y. Sinuraya., ST.

Politeknik STTT Bandung

2022
BAB I

1.1 Judul

Standarisasi Larutan Kalium Permanganat (KMnO4)

1.1.1 Tanggal Praktikum

08 November 2022

1.1.2 Maksud dan Tujuan Praktikum

Maksud praktikum : mengetahui normalitas larutan KMnO4

Tujuan praktikum : standarisasi kalium permanganat (KMnO4) menggunakan


larutan asam oksalat 0,1000 N

1.2 Judul

Menetapkan Kadar Hidrogen Peroksida (H2O2) Secara Permanganometri

1.2.1 Tanggal Praktikum

15 November 2022

1.2.2 Maksud dan Tujuan Praktikum

Maksud praktikum : Mengetahui kadar H2O2secara permanganometri

Tujuan praktikum : Menetapkan kadar Hidrogen Peroksida (H2O2) secara


permanganometri
BAB II

2. Teori Dasar

Titrimetri adalah cara analisa jumlah berdasarkan pengukuran volume larutan


pereaksi yang mempunyai kepekatan tertentu yang direaksikan dengan larutan
contoh yang sedang ditetapkan kadarnya. Dalam percobaan ini metode
penitaran yang digunakan adalah titrasioksidimetri yaitu dengan cara
permanganometri. Dalam titrasi permanganometri digunakanlarutan penitar
KMnO4 (Kalium permanganat) yang merupa kan suatu oksidator. Titrasidengan
larutan KMnO4 umumnya dititrasi dengan larutan yang tidak berwarna karena
KMnO4 sudah berwarna violet dan biasanya digunakan pada kain denim.

Persyaratan titrasi permananometri

1). Suasana asam kuat karena pH yang harus dicapai adalah ≤ 4

2). Suhu antara 40-70⁰C

3). Tidak menggunakan indikator karena KMnO 4 sudah mampu memberikan


perubahan warna

Ada dua lingkungan pH yang dapat mempengaruhi daya oksidasi larutan KMnO 4
sehingga daya oksidasi tesebut berbeda kekuatannya.

Dalam suasana asam atau pH Asam, reaksinya sebagai berikut:

1). 2KMnO4 + 3H2SO4 → K2SO4 + 2 MnSO4 + 3H2O + 5 O

2). 2KMnO4 = 5 O = 10 H

3). KMnO4 = 5 H

Maka BE KMnO4 dalam pH asam = 1/5 Mr(BM)

BE KMnO4 = 1/5 x158 = 31,600

Larutan asam yang digunakan adalah H 2SO4 4 N (asam sulfat) Reaksi paling
kuat. Sedangkan dalam lingkungan pH Basa atau netral, reaksinya sebagai
berikut:

1). 2 KMnO4 + H2O → 2 MnO2 2 KOH + 3 O


2). 2 KMnO4 = 3 O = 6H

3). 1 KMnO4 = 3 H

Maka BE KMnO4 = 1/3 MR (BM)

BE KMnO4 = 1/3 x158 = 52,6667

 Oksidimetri

• Permanganometri merupakan oksidator kuat, dan dalam titrasi ini tidak


memerlukan indikator.

• Titrasi permanganometri adalah titrasi yang menggunakan prinsip reaksi


reduksi dan oksidasi.

 Auto-indikator

Pada proses titrasi tidak dibutuhkan indikator lain. Karena KMnO 4 sudah
mampu memberikan perubahan warna saat titik akhir titrasi yang ditandai
dengan terbentuknya warna merah muda. Sifat dari KMnO 4 ini dikenal
sebagai autoindikator.

 Cara Permanganometri /Titrasi Oksidimetri

1) Titrasi menggunakan larutan KMnO4

2) KMnO4merupakan oksidator kuat berwarna ungu, peka terhadap


cahaya sehingga penyimpanannya harus dalam botol berwana gelap.

Kalium permanganat adalah senyawa kimia yang memiliki sifat antibakteri dan
antijamur. Senyawa kalium permanganat memiliki rumus molekul KMnO 4. Ini
artinya, kalium permanganat mengandung kalium, mangan, dan oksigen. Kalium
permanganat adalah senyawa kimia yang dapat digunakan sebagai desinfektan
untuk mencegah terjadinya infeksi bakteri dan virus (Kuswiyanto, 2015).

Selain itu Kalium permanganat juga dapat digunakan sebagai antiseptik yang
dapat menghambat jaringan hidup dikarenakan bersifat oksidatif (Siswandono &
sukardjo 1995 dan Larson, 2013). Zat berbentuk kristal berwarna keunguan ini
biasa disebut juga PK (Permanganas Kalikus) atau jika sudah dilarutkan dalam
air disebut larutan PK.
Kalium permanganat merupakan senyawa oksidator kuat yang jika bersentuhan
dengan senyawa organik akan melepaskan oksigen. Kelebihan oksigen pada
proses oksidasi ini akan membunuh beberapa jenis bakteri dan jamur
(Siswandono & sukardjo 1995 dan Larson, 2013). Kalium permanganat
umumnya ditoleransi dengan baik. Namun ada beberapa efek samping yang
mungkin muncul jika tidak digunakan dengan baik dan benar.

Standarisasi kalium permanganat dapat dilakukan dengan menggunakan larutan


baku asam oksalat ( H2C2O4 ) dan larutan baku natrium oksalat ( Na2C2O4 ).
Metode yang digunakan untuk standarisasi larutan KMnO 4 adalah dengan
metode titrasi permanganometri.

 Standarisasi Kalium Permanganat

Penentuan standar Permanganat Menggunakan Metode Titrasi

• Dilakukan titrasi dalam suasana asam, ditambahkan asam kuat (asam


sulfat H2SO4 ).

• Fungsi penambahan asam sulfat adalah untuk memberikan suasana


asam.

• Dilakukan karena pengamatan titik akhir titrasi lebih mudah bila dalam
keadaan asam dan asam sulfat tersebut tidak menghasilkan produk dan
tidak mengganggu titran.

Titrasi permanganat disebut juga sebagai titrasi oksidimetri atau auto- indikator

 Penggunaan Kalium Permanganat (KMnO4) dalam industri tesktil


1. Pengolahan limbah :

• Manfaat Kalium permanganant dalam Pengolahan Limbah Pewarna


Blue Direct 2B

• Sebagai oksidator , yaitu untuk mengoksidasi senyawa- senyawa


polutan berbahaya ke dalam bentuk yang lebih ramah lingkungan.
Metode lain yang diharapkan lebih efektif dan efisien.
• Banyak oksidator yang dapat digunakan untuk keperluan degradasi
polutan, misalnya, KMnO4, Cr2O7 2- , H2O2, dan HNO3.

 Penggunaan Kalium Permanganat (KMnO4) dalam industri lainnya

1. Kalium permanganat adalah suatu senyawa kimia anorganik dan obat-


obatan.

2. Kalium permanganat sebagai obat digunakan untuk membersihkan


luka

3. Fungsinya sebagai antiseptik topikal untuk kasus dermatitis, luka


ringan pada kulit, infeksi bakter atau virus pada kulit.

4. Cara menghilangkan serbuk PK yang menempel pada kulit : Asam


oksalat ( nanas)

 Daya oksidasi larutan KMnO4 dipengaruhi oleh 2 lingkungan pH

pH Asam

1). 2 KMnO4+ 3H2SO4 → K2SO4 + 2 MnSO4 + 3H2O + 5 O

2). 2 KMnO4= 5 O = 10 H

3). 1 KMnO4= 5 H

Maka BE KMnO4dalam pH asam = 1/5 Mr(BM)

BE KMnO4= 1/5 x158 = 31,600

Larutan asam yang digunakan adalah H 2SO4 4 N (asam sulfat) Reaksi paling
kuat

pH Basa atau netral

1). 2 KMnO4+ H2O → 2 MnO2 2 KOH + 3 O

2). 2 KMnO4= 3 O = 6H

3). 1 KMnO4= 3 H

Maka BE KMnO4= 1/3 MR (BM)


BE KMnO4= 1/3 x158 = 52,6667

Jadi menurut reaksi diatas oksidasi paling kuat terjadi dalam lingkungan asam.
Larutan yang digunakan sebagai pengasam biasanya adalah larutan H 2SO4 4N
karena H2SO4 bersifat asam kuat. Dalam titrasi KMnO4 ini tidak diperlukan
oksidator lagi karena KMnO4 sendiri sudah berwarna sehingga titik akhir
ditunjukkan oleh warna KMnO4 yaitu merah jambu. Dalam perhitungan hasil
analisis titrimetric ada yang disebut dengan bobot setara atau bobot ekivalen
(BE) yaitu jumlah gram zat tersebut secara kimia serta dengan 1 gram atom/ion
hidrogen.
BAB III

3. Alat dan Bahan

Alat :

- Buret 50 ml, statif

- Erlenmeyer 250 ml

- Labu ukur 100 ml

- Labu semprot

- Corong

- Bulp filler

- Waterbath

- Pipet volume 10 ml/ 25 ml

- Gelas ukur 50 ml

- Piala gelas 100 ml

Bahan :

- Asam Oksalat (H2C2O4 0,1000 N)

- Asam Sulfat (H2SO4 4,000 N)

- Kalium Permanganat (KMnO4)

- hidrogen peroksida (H2O2)

- Asam sulfat 4N (H2SO4)

- Aquades
BAB IV

4.1 Langkah Kerja Standarisasi KMnO4

 Menyiapkan buret

a. Cuci buret menggunakan aquades

b. Bilas buret menggunakan larutan KMnO4

c. Isi buret dengan larutan KMnO4 sampai tepat skala nol dan pastikan
bagian bawah buret terisi penuh dan tidak ada gelembung

d. Simpan buret pada statif, pastikan buret tegak dan lurus

e. Buret siap digunakan

 Menyiapkan larutan asam oksalat 0,1000 N pada labu Erlenmeyer

a. Pipet larutan asam oksalat 0,1000N sebanyak 10 ml menggunakan


pipet gondok

b. Masukkan ke dalam labu Erlenmeyer

c. Tambahkan H2SO4 4N sebanyak 10ml menggunakan gelas ukur

d. Panaskan larutan dalam labu erlenmeyer menggunakan water bath


pada temperatur 60-700C

e. Larutan siap untuk dititrasi

 Proses titrasi

a. Posisikan labu erlenmeyer berisi asam oksalat 0,1000 N +

H2SO4 4 N di bawah buret

b. Lakukan proses titrasi hingga terjadi perubahan warna dari larutan


tidak berwarna menjadi larutan merah muda seulas, lakukan titrasi
sebanyak 2x (duplo)

c. Catat volume KMnO4 yang dipakai

d. Hitung normalitas KMnO4


4.2 Langkah Kerja Penetapan Kadar H2O2

 Menyiapkan buret

a. Cuci buret menggunakan aquades

b. Bilas buret menggunakan larutan KMnO4 0,1025 N

c. Isi buret dengan larutan KMnO 4 0,1025 N sampai tepat skala nol dan
pastikan bagian bawah buret terisi penuh dan tidak ada gelembung

d. Simpan buret pada statif, pastikan buret tegak dan lurus

e. Buret siap digunakan

 Mengencerkan larutan Hidrogen Peroksida (H2O2)

a. Pipet larutan H2O2sebanyak 10ml menggunakan pipet gondok

b. Masukkan ke dalam labu ukur 100ml

c. Tambahkan aquades sampai setengah labu,aduk, encerkan sampai


garis miniskus

d. Homogenkan/kocok larutan sebanyak 12x (larutan encer)

e. Larutan H2O2encer siap digunakan

 Menyiapkan larutan pada labu erlenmeyer

a. Pipet larutan H2O2encer sebanyak 10ml menggunakan pipet gondok

b. Tambahkan Asam Sulfat 4 N (H2SO4 4N) sebanyak 10ml


menggunakan gelas ukur

c. Larutan siap untuk dititrasi


BAB V

5.1 Data dan Perhitungan Standarisasi KMnO4

 Data :

Titrasi ke-1 : 9,40 ml

Titrasi ke-2 : 9,50 ml

Rata-rata : 9,45 ml

 Perhitungan :

BM = Mr KMnO4

= (39 x 1) + (55 x 1) + (16 x 4)

= 158

BE = 1/5 x BM

= 1/5 x 158

= 31,6

NKMnO4 = VH2C204 x NH2C204 / VKMnO4

= 10 x 0,1000 N / 9,45

= 0,1058 N

Kadar KMnO4 = NKMnO4 x BE

= 0,1058 x 31,6

= 3,3439 g/l

5.2 Data dan Perhitungan Penetapan Kadar H2O2

 Data :
Titrasi ke-1 : 22,20 ml

Titrasi ke-2 : 22,10 ml

Rata-rata : 22,15 ml

 Perhitungan :

BM H2O2 = 2(Ar H) + 2(Ar O)

= 2(1) + 2(16)

= 34

Valensi H2O2 = 2

BE = BM/2

= 34/2

= 17

P = 100/10 x 1000/10

= 1000

Mg/L = ml titrasi x NKMnO4 x BE x P

= 22,15 x 0,1058 x 17 x 1000

= 39.838,99

g/L = 39.838,99/1000

= 39,8389

% = 39,8389/1000x1 x100%

= 3,98%
BAB VI

6.1 Diskusi Standarisasi KMnO4

Penitaran larutan KMnO4 tidak membutuhkan suatu indikator karena KMnO4


sudah bewarna merah violet. Titik akhir ditunjukan oleh warna KMnO 4 yaitu
merah jambu. Reaksi yang berlangsung adalah sebagai berikut :

2KMnO4 + 3H2SO4 → K2SO4 + 2MnSO4 + 3H2O + 5O

5(COOH)2 → 5H2O + 5CO2

2KMnO4 + 3H2SO4 + 5(COOH)2 → K2SO4 + 2MnSO4 + 5CO2 + 8H2O + 5O

Penggunaan larutan KMnO4 di industri tekstil banyak digunakan sebagai


oksidikator untuk membuat efek lusuh pada penyempurnaan kain denim.

Syarat-syarat berlangsungnya titrasi cara permanganometri adalah :

- Suasana asam kuat karena pH yang harus diapai adalah ≤ pH 4.


- Suhu antara 40-70°C
- Tidak menggunakan indikator karena KMnO4 sudah bewarna.

6.2 Diskusi Penetapan Kadar H2O2

Dalam percobaan terjadi kesalahan karena volume titrasi terlalu besar. Selama
percobaan kesalahan terjadi karena kurangnya kosentrasi dalam melaksanakan
praktikum dan waktu percobaan yang singkat.

Reduksi MnO4- berlangsung sebagai berikut :

a. Dalam larutan asam [H+] 0,1 N atau lebih


MnO4- + 8H+ + 5e- → Mn2+ + 4H2O
b. Dalam larutan netral
MnO4- + 4H+ + 3e- → MnO2 ↓ + 2H2O
c. Dalam larutan basa,[OH-] 0,1 N atau lebih
MnO4- + e- → MnO42-

Hidrogen peroksida mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :

a. Bukan asam, tetapi dapat mengubah warna lakmus menjadi merah.


b. Larutan pekat hidrogen peroksida dapat merusak kulit
c. Memliki daya desinfektan

Dalam industry tekstil H2O2 banyak digunakan dengan memanfaatkan sifat


oksidatornya antara lain sebagai zat pengelantang dan sebagai pembangkit
warna pada proses pencelupan dengan zat warna bejana. Serta sebagai bahan
pemutih, juga desinfektan.

BAB VII

7.1 Kesimpulan Standarisasi KMnO4

Jadi standarisasi KMnO4 menggunakan H2C2O4 0,1000 N adalah 0,1058 N

7.2 Kesimpulan Penetapan Kadar H2O2

Jadi kadar H2O2 yang diperoleh sebesar 3,98 %

BAB VIII

8. Daftar Pustaka

Juju Juhana, AT,M.Si , Wulan Safrihatini Atikah, SST,MT , 2013, Pedoman


Praktikum Kimia Umum, Politeknik STTT Bandung: Bandung

Taufik, Hendrayana. 2007. Laporan Peramanganometri. Jurusan Teknologi


Pangan. Fakultas Teknik. Universitas Al-Ghifari Bandung : Bandung.

Hamdani, Syarif, Siti Uswatun Hasanah, Windari Safitri dan Romauli


Situmorang,2012. Panduan Praktikum Kimia Analisis STFI, Sekolah Tinggi
Farmasi Indonesia : Bandung
PRAKTIKUM KIMIA UMUM

Titrasi Iodometri
Disusun oleh :
Nama : Puteri Bilqis Aprilia
NPM : 22420084
Dosen : 1. Rr. Wiwiek E.M., S.ST., MT.
2. Lestari W., S.Pd, M.Tr.
3. Danny Y. Sinuraya., ST.

Politeknik STTT Bandung

2022
BAB I

1.1 Judul

Penetapan Normalitas Tiosulfat (Na2S2O3)

1.1.1 Tanggal Praktikum

22 November 2022

1.1.2 Maksud dan Tujuan Praktikum

Maksud Praktikum : mengetahui normalitas dari Na2S2O3

Tujuan Praktikum : standarisasi natrium tiosulfat (Na 2S2O3) menggunakan larutan


kalium dikromat (K2Cr2O7) 0,1000 N

1.2 Judul

Menetapkan Kadar Formaldehid HCHO

1.2.1 Tanggal Praktikum


29 November 2022

1.2.2 Maksud dan Tujuan Praktikum

Maksud praktikum : mengetahui kadar HCHO

Tujuan praktikum : menetapkan kadar formaldehid (HCHO) dengan metode titrasi


iodometri
BAB II

2. Teori Dasar

Iodometri adalah titrasi redoks yang melibatkan titrasi iodin yang diproduksi
dalam reaksi dengan larutan standar natrium tiosulfat.

Persyaratan Metode Titrasi Iodometri

1. Titrasi tidak langsung

2. Larutan penitar Na2S2O3

3. Zat oksidator mengoksidasi iodide (Iֿ) menjadi iodium (I2) yang selanjutnya
dititrasi menggunakan Na2S2O3

4. Untuk menetapkan zat yang bersifat oksidator, penambahan indikator kanji


(amilum) menjelang titik akhir titrasi

5. Pada titrasi iodometri menggunakan larutan kanji (amilum) sebagai indicator


yang berfungsi untuk menunjukkan titik akhir titrasi yang ditandai dengan
perubahan warna dari biru menjadi tepat warna biru hilang.

Natrium Tiosulfat atau biasa dikenal sebagai Sodium Tiosulfat merupakan salah
satu senyawa yang ada dalam obat untuk mengatasi efek samping yang timbul
akibat penggunaan obat kanker. Selain digunakan untuk mendampingi
penggunaan obat kanker, obat ini juga sering dikonsumsi untuk mengatasi
kondisi keracunan akibat sianida.

Senyawa ini memiliki formula molekul Na2O3S2 atau bisa juga Na2S2O3. Selain
dikenal dengan nama Natrium Tiosulfat, sodium thiosulfate, senyawa ini juga
dikenal dengan nama Sodo Thiol serta Sodium thiosulfate. Berat molekul
senyawa ini sebesar 158,11 g/mol.

Senyawa ini termasuk ke dalam garam sodium inorganic yang terdiri dari sodium
atau natrium dan thiosulfate.

Sifat fisika natrium tiosulfat adalah berupa padatan putih dan larut dalam air,
sedangkan sifat kimianya beracun. Digunakan sebagai pereaksi larutan standar
sekunder dan mudah teroksidasi oleh udara.
 Standarisasi Natrium Tiosulfat 0,1000 N

Cara membuat:

1. Timbang 2,4800 gram natrium tiosulfat, larutkan dengan aquades

2. Setelah larut masukkan dalam labu takar ukur 100 ml

3. Tambahkan dengan aquades sampai tanda batas pada labu ukur

 Kegunaan Natrium Tiosulfaft Pada Pabrik Tekstil dan Industri Lainnya

1. Pada pabrik tekstil, khlorin digunakan sebagai pemutih kain. Khlorin


yang berlebih dihilangkan melalui reaksinya dengan natrium tiosulfat

2. Menetralkan air yang mengandung khlor

3. Dalam pH pengujian zat pemutih, natrium tiosulfat menetralkan efek


penghilangan warna pada pemutih.

4. Berfungsi untuk mengatasi keracunan akibat sianida

5. Memiliki kemampuan sebagai obat antijamur

6. Memiliki kemampuan sebagai agen neuroprotektif (mekanisme yang


digunakan untuk melindungi atau mengurangi kerusakan saraf pada
system saraf pusat)

Persamaan reaksinya adalah Na2S2O3 + Cl2+ 2 H2O → 2 NaHSO4 + 2 HCl


(belum setara)

 Larutan Baku Kalium Dikromat (K2Cr2O7) 0,1000 N

Kalium dikromat atau Pottasium dikromat adalah senyawa kimia yang


berbentuk kristal dengan warna jingga kemerahan ( oranye) dan mudah
larut dalam air. Kalium dikromat mempunyai rumus kimia K 2Cr2O7. Kalium
dikromat merupakan oksidator kuat dan berbahaya sehingga dalam
penyimpanannya harus dalam wadah tertutup sangat rapat dan jauhkan
dari bahan yang mudah menyala dan sumber nyala api lainnya.

Kalium dikromat dilarutkan dengan asam sulfat bisa digunakan sebagai


pengoksidasi pada bahan kimia organik, atau di laboratorium bisa juga
digunakan sebagai larutan pencuci. Dalam bidang industry kalium
dikromat digunakan untuk industri penyamakan kulit, untuk warna print,
untuk bahan celup pada lukisan, bahan untuk membuat korek api dan
petasan.

 Membuat larutan K2Cr2O7 0,1000 N

1. Timbang 0.4900 gram K2Cr2O7, larutkan dengan aquades 50 ml. aduk


hingga larut

2. Masukkan larutan K2Cr2O7 ke dalam labu takar 100 ml, tambahkan


aquades sampai tanda batas

3. Diperoleh 100 ml kalium dikromat K2Cr2O7 0,1000 N

Senyawa kimia formaldehida (juga disebut metanal), merupakan aldehida,


bentuknya gas yang rumus kimianya HCHO. Formaldehida awalnya disintesa
oleh kimiawan Rusia Alexander Botlerov tahun1859, tetapi diidentifikasi oleh
Hoffman tahun 1867.

Formaldehida bisa dihasilkan dari membakar bahan yang mengandun g karbon.


Dikandung dalam asap dari kebakaran hutan, knalpot mobil dan asap tembakau.
Dalam atmosfer bumi, formaldehida dihadap metana dan hidrokarbon lain yang
ada di atmosfer. Formaldehida dalam kadar kecil sekali juga dihasilkan sebagai
metabolit kebanyakan organisme termasuk manusia. Larutan HCHO atau CH2O
ini tidak berwarna dan baunya sangat menyengat membuat pedih bias terkena
mata dan mengandung 37% formaldehid dalam air.

Kegunaan Formalin dalam industri

1. Bidang kesehatan : sebagai disinfektan dan pengawet mayat

2. Industri perkayuan dan plywood : sebagai perekat

3. Industry plastik : bahan campur produksi

4. Industri tekstil : sebagai resin, karet dan fotografi : mempercepat pewarnaan,


digunakan sebagai antiseptic dan anti hama untuk kain sutera dan wool, sebagai
zat anti kusut, pengawet kain tetapi kadar formaldehid bebas dibatasi agar tidak
perih ke mata dan mencegah iritasi ke kulit.
BAB III

3.1 Alat dan Bahan Standarisasi Tiosulfat

Alat :

- Labu ukur

- Pipet tetes

- Piala gelas

- Corong

- Bulp Filler

- Erlenmeyer

- Buret

Bahan :

- Na2S2O3

- Indikator kanji

- K2Cr2O7 0,7 N

- Kalium iodide kl 5%

- H2SO4 4N

3.2 Alat dan Bahan Penetapan Kadar Formalidehid

Alat :

- Erlenmeyer asah

- Labu ukur 100 ml

- Pipet volume 10 ml
- Buret

- Gelas ukur 10 ml

- Piala gelas 100 ml

- Bulp filler

- Corong

- Pipet tetes

Bahan :

- Larutan contoh formalin

- Yodium 0,1000 N

- NaOH 4 N

- HCl 4 N

- Natrium tiosulfat

- Indicator kanji
BAB IV

4.1 Langkah Kerja Standarisasi Tiosulfat

 Menyiapkan buret

a. Cuci buret menggunakan aquades

b. Bilas buret menggunakan larutan Na2S2O3

c. Isi buret dengan larutan Na2S2O3sampai tepat skala nol dan pastikan
bagian bawah buret terisi penuh dan tidak ada gelembung

d. Simpan buret pada statif, pastikan buret tegak dan lurus

e. Buret siap digunakan

 Menyiapkan larutan pada labu Erlenmeyer

a. Pipet larutan K2Cr2O70,1000N sebanyak 10 ml menggunakan pipet


gondok

b. Masukkan ke dalam labu Erlenmeyer

c. Tambahkan KI 5% sebanyak 10 ml menggunakan pipet gondok

d. Tambahkan H2SO4 4N sebanyak 10 ml menggunakan gelas ukur


(Larutan di dalam erlenmeyer berubah menjadi berwarna coklat)

e. Larutan siap untuk dititrasi

 Proses titrasi

a. Posisikan labu erlenmeyer yang berisi larutan berwarna coklat di


bawah buret

b. Lakukan proses titrasi hingga terjadi perubahan warna dari larutan


berwarna coklat menjadi larutan kuning

c. Tambahkan indikator kanji hingga larutan berubah menjadi warna biru


tua

d. Lanjutkan titrasi hingga larutan berubah menjadi biru kehijauan


e. Catat volume Na2S2O3yang dipakai

f. Hitung normalitas Na2S2O3

4.2 Langkah Kerja Penetapan Kadar Formaldehid

 Menyiapkan buret

a. Cuci buret menggunakan air, bilas dengan aquades

b. Bilas buret menggunakan larutan penitar, larutan Na2S2O3

c. Isi buret dengan larutan Na2S2O3 sampai tepat skala nol dan pastikan
bagian bawah buret terisi penuh dan tidak ada gelembung

d. Simpan buret pada statif, pastikan buret tegak dan lurus

e. Buret siap digunakan

 Mengencerkan larutan Formaldehid (HCHO)

a. Pipet larutan Formaldehid (HCHO) sebanyak 10ml menggunakan pipet


gondok

b. Masukkan ke dalam labu ukur 100ml

c. Tambahkan aquades sampai garis miniskus

d. Homogenkan/kocok larutan sebanyak 12x

e. Larutan Formaldehid encer siap digunakan

 Menyiapkan larutan pada labu erlenmeyer tutup asah

a. Pipet larutan formaldehid encer sebanyak 10ml menggunakan pipet


gondok

b. Tambahkan iodium (I2) 0,1000N sebanyak 10 ml menggunakan pipet


gondok, larutan berubah menjadi berwarna coklat
c. Tambahkan Natrium Hidoksida (NaOH) 4 N sebanyak 2 mL
menggunakan gelas ukur, larutan menjadi tidak berwarna kemudian tutup
labu Erlenmeyer

d. Simpan larutan pada tempat gelap selama 15 menit

e. Tambahkan larutan asam khlorida (HCl) 4 N sebanyak 4 mL (2x lipat


jumlah NaOH yang ditambahkan), larutan berubah menjadi warna coklat

f. Larutan siap untuk dititrasi

 Proses titrasi

a. Posisikan labu erlenmeyer yang berisi larutan berwarna coklat di


bawah buret

b. Lakukan proses titrasi hingga terjadi perubahan warna dari larutan


berwarna coklat menjadi larutan kuning muda

c. Tambahkan indikator kanji hingga larutan berubah menjadi warna biru


tua(Jod-kanji)

d. Lanjutkan titrasi hingga larutan berubah tepat warna biru jod- kanji
hilang
BAB V

5.1 Data dan Perhitungan Stanarisasi Tiosulfat

 Data :

Titrasi ke-1 : 10,7 ml

Titrasi ke-2 : 10,6 ml

Rata-rata : 10,65 ml

 Perhitungan :

VK2Cr2O2NK2Cr2O2 = VNa2S2O3NNa2S2O3

10 x 0,1000 = 10,65 x NNa2S2O3

NNa2S2O3 = 1/10,65

= 0,0938

5.2 Data dan Perhitungan Penetapan Kadar Formaldehid

 Data :
BM HCHO = 30,03
BE HCHO = BM/2
= 30,03/2
=15,015
P = 1000/10 x 100/10 = 1000

 Perhitungan :
Kadar HCHO = (blanko – contoh ) NNa2S2O3 x BE HCHO x P
= (10 – 0,4 ) 0,0983 x 15 x 1000
Mg/l = 13.507,2
g/l = 13.507,2/1000
= 13,5072
% = 13,5072/1000x1 x100%
= 1,35%
BAB VI

6.1 Diskusi Standarisasi Tiosulfat

Standarisasi Natrium Tiosulfat (Na2S2O3) menggunakan metode Iodometri (titrasi


tidak langsung) yang berarti harus diberi donor I2 terleih dahualu, biasanya
diperoleh dari donor KI. Karena I 2 merupakan larutan bewarna coklat yang peka
terhadap cahaya maka tidak boleh disimpan dalam botol bening. Oleh karena itu
ketika dituang harus segara digunakan. Dalam praktikum kali ini menggunaka
indikator kanji untuk mengetahui ada atau tidaknya kandungan iodium dalam
larutan. Dalam praktikum ini uga teradi perubahan warna yang banyak, yaitu 5
kali pergantian warna mulai dari warna orange yang berasal dari kalium bikromat
(K2Cr2O7) kemudian berubah menjadi coklat setelah ditambahkan KI (yodium),
setelah itu dititrasi dengan Na2S2O3 hingga bewarna kuning muda, lalu
ditambahkan 2 tetes kanji 0,5% dan warnanya berubah menjadi hitam, yang
terakhir dititrasi hingga berubah warna menjadi biru kehijauan.

6.2 Diskusi Penetapan Kadar Formaldehid

HCHO atau CH2O merupakan larutan yang mudah menguap sehingga tidak
boleh dibiarkan terbuka terlalu lama karna dapat menyebabkan mata merah dan
iritasi. Hal itu juga yang membuat praktikum kali ini menggguakan erlenmeyer
tutup asah yang berfungsi untuk menahan uap iodium. Reaksi senyawa organik
cenderung lambat dan I2 mudah terurai oleh cahaya, oleh karena itu setelah
penambahan I2 berlebih terukur larutan didiamkan selama 15 menit di tempat
gelap. Jika warna larutan setelah disimpan di ruang tertutup merah coklat
itu berarti warna larutan sempurna bereaksi dalam gelap, sedangkan jika
larutan tidak berwarna maka larutan belum bereaksi di tempat gelap.
Larutan disimpan di tempat gelap karena yodium mudah menyublim jika
terkena cahaya sehingga reaksi tidak sempurna.. Dalam praktikum
penggunaan pipet dapat mempengaruhi keakuratan data titrasi.
BAB VII

7.1 Kesimpulan Standarisasi Tiosulfat

Standarisasi NNa2S2O3 menggunakan K2Cr2O7 adalah 0,0938

7.2 Kesimpulan Penetapan Kadar Formaldehid

Jadi kadar formaldehid (HCHO) adalah sebesar 1,35%

BAB VIII

8. Daftar Pustaka

Juju Juhana, AT,M.Si , Wulan Safrihatini Atikah, SST,MT , 2013, Pedoman


Praktikum Kimia Umum, Politeknik STTT Bandung: Bandung

Achmad, Hiskia. (1993). Penuntun Dasar-dasar Praktikum Kimia. Depdikbud,


Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan
Pendidikan Tinggi: Jakarta

Chang, Raymon. (2005). Kimia Dasar Konsep-konsep Inti Edisi Tiga. Erlangga:
Jakarta
PRAKTIKUM KIMIA UMUM

Titrasi Iodimetri

Disusun oleh :
Nama : Puteri Bilqis Aprilia
NPM : 22420084
Dosen : 1. Rr. Wiwiek E.M., S.ST., MT.
2. Lestari W., S.Pd, M.Tr.
3. Danny Y. Sinuraya., ST.

Politeknik STTT Bandung

2022
Penetapan Kadar Natrium Hidrosulfit (Na2S2O4)

6 Desember 2022

I. Maksud dan Tujuan Praktikum

Maksud Praktikum : mengetahui kadar Natrium Hidrosulfit (Na2S2O4)

Tujuan Praktikum : menetapkan kadar Natrium Hidrosulfit (Na 2S2O4) dengan


metode iodimetri.

II. Teori Dasar

Sodium hidrosulfit adalah bahan kimia fleksibel yang digunakan terutama dalam
pewarnaan kain, produksi kertas, zat pemutih bisnis, pemutihan makanan dan
terapi rambut sebagai zat reduksi. Natrium hidrosulfit memiliki formula Na 2S2O4,
juga dikenal sebagai natrium dionionit atau hidros.

Hidrosulfit bersifat reduktor, berbau sulfur atau belerang karna mengandung dua
mol sulfur, mudah menguap sehingga keberadaannya harus selalu dalam
keadaan tertutup. Bentuk fisik dari hidrosulfit adalah serbuk putih. Di dunia Tekstil
larutan Hidrosulfit digunakan untuk pencucian reduksi pada kain poliester yang
telah dicelup dengan zat warna dispersi. Di dalam percobaan ini digunakan
larutan formalin yang fungsinya untuk stabilisator yaitu membantu melarutkan
hidrosulfit dalam air. Pada saat diberikan larutan kanji setelah titrasi, larutan akan
berwarna biru yang menunjukkan adanya yodium sisa dalam larutan atau titik
akhir sudah tercapai atau sudah setara dengan natrium hidrosulfit.

Iodimetri merupakan suatu metode titrasi iodometri secara langsung yang


mengacu kepada titrasi dengan suatu larutan iodium standar dalam suasana
netral atau sedikit asam. Disebut sebagai titrasi langsung karena dalam iodimetri,
I2 berperan sebagai titran atau pereaksi yang langsung bereaksi dengan sampel
(titer). Salah satu sifat dari iodium adalah harga potensial standar (Eo) iodium
berada pada daerah pertengahan yaitu iodium dapat digunakan sebagai
oksidator maupun reduktor. Walaupun pada dasarnya iodium akan lebih
gampang mengoksidasi dari pada mereduksi.
III. Alat dan Bahan

Alat :

- Buret

- Erlenmeyer

- Labu ukur

- Gelas ukur

- Pipet ukur

- Pipet volume

- Labu semprot

- Corong

- Bullp filler

Bahan :

- Natrium hidrodulfit

- Iodium 0,1000 N

- Formalin

- Asam asetat 20%

- Indicator kanji
IV. Cara kerja

1. Menyiapkan buret

a. Cuci buret menggunakan aquades

b. Bilas buret menggunakan larutan Iodium (I2) 0,1000N

c. Isi buret dengan larutan Iodium (I2) 0,1000N sampai tepat skala nol dan
pastikan bagian bawah buret terisi penuh dan tidak ada gelembung

d. Simpan buret pada statif, pastikan buret tegak dan lurus

e. Buret siap digunakan

2. Membuat larutan Natrium Hidrosulfit (Na2S2O4)

a. Timbang teliti Natrium Hodrosulfit (Na2S2O4) sebanya 0,5000- 1,0000


gram

b. Masukkan ke dalam labu ukur 100ml

c. Tambahkan aquades 50 ml

d. Tambahkan 1,00 ml Larutan Formalin pekat

e. Aduk sampai dipastikan serbuk Natrium Hidrosulfit (Na2S2O4) larut

f. Tambahkan kembali aquadest sampai tempat 100 ml

g. Homogenkan/kocok larutan sebanyak 12x

h. Larutan siap digunakan

3. Menyiapkan larutan pada labu Erlenmeyer

a. Pipet larutan Natrium Hidrosulfit (Na2S2O4) sebanyak 10ml


menggunakan pipet gondok

b. Tambahkan 1,00 ml Asam Asetat (CH3COOH) 20 % kedalam


Erlenmeyer

c. Tambahkan 2-3 tetes indikator Kanji kedalam Erlenmeyer


d. Tambahkan 50 ml aquadest kedalam erlenmeyer ( Larutan Tidak
berwarna )

e. Larutan siap untuk dititrasi

4. Proses titrasi

a. Posisikan labu erlenmeyer yang berisi larutan di bawah buret

b. Lakukan proses titrasi hingga terjadi perubahan warna dari larutan


tidak berwarna menjadi biru permanen.

c. Catat volume Iodium yang dipakai

d. Lakukan 2-3x percobaan

e. Hitung Kadar Natrium Hidrosufit (%)


V. Data dan Perhitungan

 Data :

Titrasi ke-1 : 4,60 ml

Titrasi ke-2 : 4,70 ml

Rata-rata : 4,65 ml

 Perhitungan :

BM = 174

BE = 174/4

= 43,5

g = 0,54

mg = 540

% = 4,65x0,1000x43,5x10/540 x 100%

= 37,45%

VI. Diskusi

Senyawa hidrosulfit berfungsu sebagai reduktor (zat pereduksi) zat warna dari
bentuk pigmen yang tidak larut menjadi asam leuco yang bersifat larut.
Penetapan kadar natrium hidrosulfit menggunakan metode iodimetri adlah
penitaran dengan larut I2 (iodium) atau disebut juga titras secara langsung
dengan iodium. Dalam praktikum kali ini pertambahan kanji dilakukan diawal
bertujuan agar ada sisaan dari iodium yang berikatan dengan kanji. Reaksi yang
berlangsung :

Na2S2O4 + HCHO H2O → HOCH2 + Na2SO3 + HCOH2 + SO2Na

HCOH2 + SO3Na + 2I2 + H2O → NaHSO3 + CH2O + 4 HI


VII. Kesimpulan

Jadi kadar Natrium Hidrosulfit (Na2S2O4) adalah 37,45%

VIII. Daftar Pustaka

Basset, J. 1994. Buku Ajar Vogel, Kimis Analisis Kuantitatif Anorganik, Buku
Kedokteran EGC: Jakarta.
Khopkar,SM 1990. Konsep Dasar Kimia Analitis. Pers Universitas Indonesia:
Jakarta.
Rivai,Harrizul. 1990. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta: UI.
Underwood, AL, Day, RA 2002. Analisis Kimia Kuantitatif, Jakarta: Erlangga
PRAKTIKUM KIMIA UMUM

Titrasi Argentometri

Disusun oleh :
Nama : Puteri Bilqis Aprilia
NPM : 22420084
Dosen : 1. Rr. Wiwiek E.M., S.ST., MT.
2. Lestari W., S.Pd, M.Tr.
3. Danny Y. Sinuraya., ST.

Politeknik STTT Bandung

2022
Menetapakan Kadar Klorida dalam NaCl Menurut Cara Mohr

13 Desember 2022

I. Maksud dan Tujuan Praktikum

Maksud praktikum : melakukan standarisasi dengan titrasi argentometri metode


mohr.

Tujuan praktikum : menetapkan kadar klorida dalam NaCl dengan metode titrasi
argentometri.

II. Teori Dasar

Titrasi argentometri adalah salah satu jenis dari titrasi pengendapan yang telah
lama dikenal yaitu melibatkan reaksi pengendapan antara ion halida (Cl-, I-, Br-)
dan ion perak Ag+. Dasar darti titrasi argentometri yaitu pembentukan endapan
yang tidak mudah untuk larut antara titran dengan analit. Sebagai contoh yang
paling banyak digunakan ialah titrasi penentuan NaCL dimana ion Ag+ dari titran
akan bereaksi dengan ion Cl- dari analit membentuk garam AgCl yang tidak
mudah larut.

Argentometri merupakan metode umum untuk menetapkan kadar halogenida


dan senyawa-senyawa lain yang membentuk endapan dengan perak nitrat
(AgNO3) pada suasana tertentu. Salah satu metode yang digunakan dalam
titrasi Argentometri adalah Argentometri metode Mohr. Dalam suasana asam,
perak kromat larut karena terbentuk dikromat dan dalam suasana basa akan
terbentuk endapan perak hidroksida. Reaksi yang terjadiadalah :

Asam : 2 CrO 2- + 2 H- ↔ CrO 2- + H O Basa : 2 Ag+ + 2 OH- ↔ 2 AgOH

2 AgOH ↔ Ag2O + H2O

Sesama larutan dapat diukur dengan natrium bikarbonat atau kalsium karbonat.
Larutan alkalis diasamkan dulu dengan asam asetat atau asam borat sebelum
dinetralkan dengan kalsium karbonat. Meskipun menurut hasil kelarutan iodida
dan thiosianat mungkin untuk ditetapkan kadarnya dengan cara ini.
III. Alat dan Bahan

Alat :

- Erlenmeyer 250 ml

- Buret coklat 50 ml

- Pipet volume 10 ml

- Gelas ukur 100 ml

- Labu ukur 100 ml

Bahan :

- Larutan NaCl 0,0250 N

- AgNO3 0,01 N

- K2CrO4

IV. Cara Kerja

1. Menyiapkan buret

a. Cuci buret menggunakan aquades

b. Bilas buret menggunakan larutan AgNO3 0,0100 N

c. Isi buret dengan larutan AgNO3 0,0100 N sampai tepat skala nol dan
pastikan bagian bawah buret terisi penuh dan tidak ada gelembung

d. Simpan buret pada statif, pastikan buret tegak dan lurus

e. Buret siap digunakan

2. Mengencerkan Natrium Klorida (NaCl)

a. Pipet larutan NaCl sebanyak 10ml menggunakan pipet gondok


b. Masukkan ke dalam labu ukur 100ml

c. Tambahkan aquades sampai garis miniskus

d. Homogenkan/kocok larutan sebanyak 12x

e. Larutan formalin encer siap digunakan

3. Menyiapkan larutan pada labu Erlenmeyer

a. Pipet larutan NaCl encer sebanyak 10ml menggunakan pipet gondok

b. Masukkan kedalam Erlenmeyer

c. Tambahkan 2-3 Indikator K2CrO

d. Larutan siap untuk dititrasi

4. Proses titrasi

a. Posisikan labu erlenmeyer yang berisi larutan di bawah buret

b. Lakukan proses titrasi hingga terbentuk endapan berwarna merah bata

c. Catat volume AgNO3 0,0100 N yang dipakai

d. Lakukan pecobaan sebanyak 2x

e. Hitung kadar NaCl


V. Data dan Perhitungan

 Data :

Titrasi ke-1 : 9 ml

Titrasi ke-2 : 9 ml

Rata-rata : 9 ml

 Perhitungan :

P = 100/10 x 1000/25

= 400

BM NaCl = 23 + 35,5

= 58,5

BE NaCl = 58,5/1

= 58,5

mg/L NaCl = Rata-rata Titrasi x NAgNO3 x BE NaCl x P

= 9 x 0,01 x 58,5 x 400

= 2.106

g/L = 2.106/1000

= 2,106

mg/L Cl = Rata-rata Titrasi x NAgNO3 X BE Cl x P

= 9 x 0,01 x 35,5 x 400

= 1.278

g/L = 1.278/1000

= 1,278
VI. Diskusi

Pada praktikum ini dilakukan dengan metode argentometri, metode argentometri


adalah titrasi yang melibatkan reaksi antara ion halida (Cl-, Br-, I-) atau anion
lainnya (CN-, CNS-) dengan ion Ag+ (Argentum) dari perak nitrat (AgNO3) dan
membentuk endapan perak halida (AgX). Praktikum kali ini dibutuhkan kromat
agar mengtahui titik akhir. Reaksi yang berlangsung adalah :

NaCl + AgNO3 → AgCl + NaNO3 (endapan putih)

AgNO3 + K2CrO4 → AgCrO4 + KNO3 (endapan merah bata)

Praktikum ini berfungsi untuk proses pencelupan fiksasi pada proses pencapan.

VII. Kesimpulan

Jadi kadar NaCl adalah 2,106 dan Cl adalah 1,278

VIII. Daftar Pustaka

Harjadi, W.1993 Ilmu Kimia Analitik Dasar. Granmedia: Jakarta.

Danney, B. 1979, Vogel Analisis Kuantitatif Anorganik. EGC: Jakarta.

Saya, Mulyono. 2005, Kamus Kimia. Bumi Aksara: Bandung

Anda mungkin juga menyukai