Anda di halaman 1dari 10

PROSES PENYEMPURNAAN SIZING

LAPORAN

diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Praktikum Teknologi Penyempurnaan 1

Dosen
Hardianto, S.ST., M.Eng., Ph.D.
Asisten Doses
Nurfadhilah Ikhsani, S.Tr.Si.

Oleh
2K1
KELOMPOK 2
Arianti Apriliana Sari NPM 19420014
Arya Sukma NPM 19420015
Audi Farhandhia F. NPM 19420019
Ayu Novianti NPM 19420021

POLITEKNIK STTT BANDUNG


2021
I. MAKSUD & TUJUAN
Maksud :
Melakukan proses penyempurnaan penganjian pada kain kapas.
Tujuan :
Menganalisa pengaruh jenis kanji dalam proses penyempurnaan sizing pada kain kapas
untuk mendapatkan nilai optimum dari variasi tersebut.

II. TEORI DASAR


2.1 Serat Kapas
Serat kapas merupakan serat alam yang dihasilkan dari tanaman Gossypium. Tanaman
ini tumbuh dengan baik di daerah lembab dan banyak disinari matahari. Sifat dan
kualitas kapas tergantung pada tempat kapas itu tumbuh dan berkembang.
Persen komposisi serat kapas:
Tabel 1. Tabel Komposisi Serat Kapas
Komposisi % pada serat % pada dinding primer
Selulosa 88 – 96 52
Pektin 0,7 – 1,2 12
Lilin 0,4 – 1 7,0
Protein 1,1 – 1,9 12
Abu 0,7 – 1,6 3
Senyawa organic 0,5 – 1,0 14

Komposisi selulosa murni diketahui sebagai suatu zat yang terdiri dari unit-unit
anhidro- β-glukosa dengan rumus empiris (C6H10O5)n, di mana n merupakan derajat
polimerisasi yang tergantung dari besarnya molekul, berikut ini merupakan stuktur
molekul dari selulosa:

Gambar 1. Struktur Molekul Selulosa


2.1.1 Sifat Kimia Serat Kapas
a. Pengaruh Asam
Dengan adanya asam, selulosa akan terhidrolisis dan menghasilkan rantai-
rantai molekul yang lebih pendek karena pecahnya ikatan glukosida antara
satuan glukosa dalam rantai selulosa. Larutan encer asam klorida dan asam
sulfat dapat mengurangi kekuatan tarik serat kapas, sedangkan asam asetat
mempunyai pengaruh yang lebih kecil daripada asam-asam tersebut diatas.
Larutan asam pekat seperti asam klorida 40% dalam keadaan dingin akan
merusak serat kapas secara total karena terjadinya hidrolisis selulosa. Contoh
terjadinya kerusakan terutama pada proses penghilangan kanji.
b. Pengaruh Alkali
Kapas tahan terhadap alkali, alrutan alkali encer tidak mempengaruhi
kapas meskipun pada suhu mendidih. Larutan alkali pekat pada suhu kamar
hanya akan menggelembungkan serat kapas dan tidak merusak seratnya, tetapi
pada suhu tinggi dapat merusak serat karena terbentuk oksiselulosa. Contoh
terjadinya kerusakan ini terutama pada proses pemasakan dan mersersasi.
c. Pengaruh Oksidator
Oksidator seperti hipoklorit dan permanganat dapat menurunkan
kekuatan tarik serat. Penurunan kekuatan serat ini terjadi karena terbentuknya
oksiselulosa oleh zat pengoksidasi. Hal ini sering terjadi pada proses
pengelantangan.
d. Pengaruh panas
Serat kapas tahan terhadap proses pada suhu mendidih. Hal tersebut
dapat dibuktikan bila kapas dipanaskan pada suhu kurang lebih 120 selama 5
jam tidak menunjukkan perubahan kekuatan serat kapas.

2.1.2 Sifat Fisika Serat Kapas


a. Warna
Warna kapas tidak betul-betul putih biasanya sedikit krem. Adanya
warna inidisebabkan oleh pigmen alam yang terkandung di dalam serat kapas.
Pigmenyang menimbulkan warna pada kapas belum diketahui dengan pasti.
Warna kapas akan semakin tua setelah penyimpanan selama 2 sampai 5 tahun.
Karena pengaruh cuaca yang lama, debu, dan kotoran akan menyebabkan warna
keabu-abuan.
b. Kekuatan
Kekuatan serat perbundelnya adalah 70.000 sampai 96.700 pon per inci
persegi. Kekuatan serat terutama dipengaruhi oleh kadar selulosa dalam serat,
panjang rantai dan orientasinya. Dalam suasana basah, serat kapas akan memiliki
kekuatan yang lebih besar dibanding dalam keadaan kering. Hal ini disebabkan
karena pada keadaan basah bentukserat akan mengelembung sehingga puntiran
hilang. Dengan demikian gaya tarik yang diderita akan tersebar sepanjang serat
c. Mulur
Mulur saat putus serat kapas termasuk tinggi diantara serat-serat selulosa
yang lainnya yaitu berkisar 4-13 % dengan rata – rata 7% bergantung pada jenis
serat kapasnya dan rata-rata mulur sebesar 7%.
d. Kekakuan (stiffness)
Kekakuan adalah daya tahan terhadap perubahan bentuk atau
perbandingan kekuatan saat putus dengan mulur saat putus.
e. Keliatan (toughness)
Keliatan adalah ukuran yang menunjukkan kemampuan suatu benda untuk
menerima kerja. Serat kapas memiliki keliatan yang relatif tinggi jika
dibandingkan dengan serat-serat selulosa yang diregenerasi.
f. Mouisture regain
Serat kapas mempunyai affinitas yang besar terhadap air. Serat kapas
yang kering bersifat kasar, rapuh dan kekuatannya rendah. Moisture regain serat
kapas bervariasi sesuai dengan perubahan kelembaban relatif, pada kondisi
standar kandungan air serat kapas berkisar antara 7-8,5%.
g. Berat jenis
Berat jenis serat kapas adalah 1,5-1,56.

2.2 Kanji
Kanji adalah simpanan atau timbunan makanan pada tumbuh-tumbuhan yang
tersimpan pada biji, batang, akar atau lainnya. Kanji merupakan butiran-butiran yang
berbeda-beda bentuknya, yang tergantung pada asal kanjinya. Perbedaan bentuk butiran-
butiran tersebut dapat dipakai untuk membedakan macam kanji dan asal kanji tersebut.
Kanji diperoleh dengan jalan merendam daging biji-bijian atau akar, ditumbuk,
diekstraksi untuk pemurnian dan kemudian diendapkan. Sumber-sumber kanji dapat
didapatkan dari jagung, kentang, sagu, gandum, tapioka, ubi kerut, dan lainnya. Kanji
dari bahan-bahan tersebut diperoleh dengan cara yang sama seperti pembuatan kanji
jagung atau kentang.

2.2.1 Susunan Kimia


Hidrolisa asam pada kanji memberikan D-glukosa monosakharida. Metanolasi
memberikan hasil kuantitatif dari metil-D-glukopiranosid, sedangkan penghidrolisaaan
pada kanji yang telah dimetilkan menghasilkan 97% derivat kanji yang dimetilasi. Kanji
seperti pada selulosa dapat membentuk derivat dengan tiga substusi, misalnya triasetat
atau trimetil-eter. Selanjutnya pada hidrolisa kanji yang dimetilasi penuh memberukan
2,3,6, tri-O-metil-D-glukopiranosa. Hal ini membuktikan bahwa unit-unit glukosa kanji
dihubungkan melalui atom karbon 1 dan 4. Hidrolisa dari polimer berantai lurus yang
telah dimetilasi terlebih dahulumenghasilkan 2,3,dan 6 tri-O-metil-D-glukopiranosa.
Ujung-ujung dari rantai yang tidak tereduksi akan memberikan 2,3,4,dan 6 tetra-O-
metil-D-glukopiranosa. Meskipun didalam hidrolisa kanji hanya menghasilkan Dglukosa,
sebenarnya kanji terdiri dari dua polimer yang berbeda yaitu fraksi amilosa dan
amilopektin. Kadar kedua zat tersebbut dalam kanji kira-kira 25%:75%. Kedua fraksi
tersebut dapat dipisahkan dengan jalan mengendapkan dispersi kanji. Amilosa diperoleh
dari hasil pegkristalan kembali endapan. Larutan amilosa tidak stabil dan mungkin terjadi
degradasi. Untuk mencegah hal-hal tersebut, maka sebaiknya proses pemindahannya
dilkaukan dalam keadaan bebas dari oksigen.

2.3 Penyempurnaan Kanji Pada Kain


Tujuan penyempuranaan kanji pada kain adalah untuk memberikan lapisan film
yang rata pada kain, menyempurnakan kenampakan, menstabilkan dimensi dan menambah
berat kain. Hasil penganjiannya sangat dipengaruhi oleh viskositas larutan kanji dan
penetrasinya pada serat. Penyempurnaan kanji atau finis kanji bersifat sementara dan daya
tahan cucinya sangat rendah. Finis kanji biasanya dikerjakan pada kain kapas terutama
untuk kain kapas putih. Dalam finis kanji bermacam-macam kanji dapat digunakan sebagai
zat pembentuk film dan sebagai zat perekat untuk zatzat lain yang ditambahkan pada
larutan finis kanji tersebut. Larutan finis kanji selain mengandung kanji biasanya juga
mengandung zat pembantu umpama zat atiseptik, zat pelemas, dan zat pengisi atau
pemberat.

2.3.1 Kanji Tapioka


Larutan tapioka berbentuk gel yang transparan dan memberikan hasil finis yang
tipis, mengkilap, dan fleksibel. Dalam penggunaannya sering dicampur dengan kanji lain
untuk mendapatkan modifikasi sifat-sifat yang diinginkan, umpana dengan kanji kentang
untuk mendapatkan hasil finis dengan pegangan yang fleksibel dan keras.

2.3.2 Polivinil Alkohol


Kanji sintetik yang paling banyak digunakan dalam industri tekstil terutama untuk
penganjian adalah polivinil alkohol yang disingkat dengan nama PVA. Polivinil alkohol
terutama digunakan untuk penganjian benang-benang lusi yang terbuat dari serat-serat
sintetik, selain itu digunakan juga untuk benang kapas dan rayon viskosa. Polivinil alkohol
adalah polimer yang dibuat dari asetilena dan asam asetat. Asetilena dibuat dari kalsium
karbida (yang berasal dari batu kapur) dengan melarutkannya dalam air. Polivinil alkohol
berwarna putih, tetapi apabila dilarutkan dalam air akan menjadi larutan yang tembus
cahaya.
2.3.3 Pengerjaan Finis Kanji
Pengerjaan finis kanji dapat dilakukan pada mesin:
1. Mesin Mangel, untuk penyempurnaan kanji sederhana.
2. Mesin pad, dengan tekanan tinggi.
3. Mesin kanji, untuk menganji satu permukaan (permukaan belakang)
Pada penganjian dengan mesin mangel atau pad, kain diimpregnasi dalam larutan finis
kanji, kemudian diperas dengan rol pemeras, dilanjutkan pada mesin pengering
silinder atau stenter dan akhirnya dikalender.

III. ALAT & BAHAN


3.1 Alat
- Mesin pad
- Gelas ukur
- Batang pengaduk
- Bak perendaman
- Mesin stenter
- Neraca analitik

3.2 Bahan
- Kain kapas
- PVA
- CMC
- Tapioka

IV. DIAGRAM ALIR & LANGKAH KERJA


Diagram Alir

Persiapan Alat & Bahan

Perhitungan dan penimbangan resep

Pembuatan Larutan Penganjian


Perendaman Kain pada
Larutan Penganjian

Padding Kain

Drying

Evaluasi

Langkah Kerja
1. Persiapan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Kain contoh uji ditimbang, baik itu kain kapas, kain poliester, maupun kain T/C.
3. Kanji CMC ditimbang sesuai dengan perhitungan menurut resep.
4. Setelah ditimbang, kanji CMC kemudian dilarutkan dalam 200 ml air panas
sampai tidak ada gumpalan (larut sempurna).
5. Mempersiapkan mesin padder.
6. Larutan penganjian kemudian dituangkan kedalam nampan atau baki plastik.
7. Kain direndam beberapa saat dalam larutan penganjian.
8. Setelah itu, kain dilewatkan pada rol mesin padder dengan WPU 70% sebanyak 1
kali untuk setiap kain contoh uji.
9. Dikeringkan kain dengan menggunakan mesin stenter.
10. Lakukan evaluasi
Evaluasi :
 Δ Berat
Δ Berat = Berat Besar – Berat Kecil / Berat Besar x 100%
 Kekakuan Lusi (dengan Stiffness Tester)
Nilai kekakuan Lusi = 0,1 x gramasi x (rata – rata panjang lengkung) 3

Nilai Panjang Lengkung diperoleh dengan cara sebagai berikut :


a) Kain contoh uji yang telah diproses penganjian dipotong dengan ukuran 20 cm
(kearah lusi) x 2,5 cm (kearah pakan) sebanyak 3 buah untuk masing - masing kain.
Perendaman Kain Pengeringan Pemerasan (Padding)
b) Melakukan pengujian dengan meletakkan contoh uji pada bidang datar di alat.
c) Mengatur posisi contoh uji agar ujungnya berhimpit dengan tepi skala yang ada
pada alat, lalu menghimpitkan bidang geser pada contoh uji yang telah siap.
d) Kemudian menggeserkannya hingga contoh uji menjulur dan kedua
ujungnya berhimpit pada kedua garis miring yang tertera pada alat.
e) Setelah itu, dilihat skalanya.
f) Pengujian dilakukan sebanyak 4 kali bolak - balik disetiap unjung pada
masing - masing sampel. Nilai Gramasi diperoleh dari rumus berikut.
Gramasi = 100 x 100 / 10 x 10 x Berat kain (10 x 10) cm

V. RESEP & PERHITUNGAN


Resep Penganjian
Kanji CMC (Carboxy Methyle Cellulose) : 5%
Air : 20 mL
WPU : 70%
Suhu : 70°C

Perhitungan
Kanji CMC = 5% x Larutan
= 5/100 x 200
= 10 gram

VI. FUNGSI ZAT


a. Tapioka berfungsi sebagai zat pembentuk film dan sebagai zat perekat yang dapat
memberikan efek kaku, mengkilap,dan menambah kekuatan tarik pada kain.
b. Formalin berfungsi sebagai bahan pengawet, hanya digunakan untuk skala industri
VII. SKEMA

Pengeringan dan
penyetrikaan
Rendam-peras larutan kanji

VIII. HASIL
DATA HASIL PERCOBAAN SIZING (PENGANJIAN)

● Resep Penganjian

Tapioka CMC PVA

5%

70°C

● Data Penambahan Berat (%)

PVA CMC Tapioka

1,80 2,65 0,57

● Data Kekakuan (mg.cm)

PVA CMC Tapioka

205,109 235,68 224,877

- Pengkanjian dengan tapioka


Larutan tapioka berbentuk gel yang transparan dan memberikan hasil finish yang tipis,
mengkilap dan fleksibel pada serat. Namun kanji ini memiliki kelemahan yaitu
stabilitas yang rendah, sangat tergantug pada perubahan temperature dan cepat
menggumpal (proses gellatinisasi), dan juga lapisan film nya kurang kuat serta jika
dilakukan peghilangan kanji akan sangat sulit melihat dari daya rekat yang dihasilkan
sangat tinggi. Penambahan kekuatan tariknya pun bisa dibilang lebih rendah
dibantingkan dengan jenis kanji PVA dan CMC, sehingga bisa disimpulkan bahwa
penggunaan kanji tapioka dengan jenis serat polyester kurang cocok.

- Pengkanjian dengan PVA dan CMC


PVA merupakan kanji sintetik yang bersifat mudah larut dalam air, viskositas rendah,
kekuatan filmnya tinggi sehingga membuat penambahan kekuatan tariknya pun tinggi.
Kanji ini pun mudah dihilangkan dengan non-ionik surfaktan. Proses oksidasi akan
menyebabkan gugus alcohol berubah menjadi gugus aldehid, pada pembentukan gugus
aldehid terjadi pemutusan rantai molekul sehingga size PVA mudah larut dalam
pencucian. Sifat dari kanji PVA hampir sama dengan kanji CMC sehingga jika dilihat
dari data kekuatan dan penambahan berat hasilnya lebih baik dibanding dengan
tapioka.

IX. KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa proses penyempurnaan penganjian bertujuan
memberikan lapisan film yang rata pada kain sehingga permukaan akan lebih lembut,
dapatmemberi efek mengkilap, menambah kekuatan tarik, menyempurnakan kenampakan
kain dan menambah berat kain. Hasil proses penyempurnaan penganjian dapat dievaluasi
dengan menghitung nilai persentase penambahan berat yang didapatkan.

X. DAFTAR PUSTAKA

Purwanti, dkk. 1978. Pedoman Praktikum Pencapan dan Penyempurnaan. Bandung :


Institut Teknologi Tekstil.
Teknologi Penyempurnaan Tekstil, 1977. ITT.
Susyami, dkk. 2005. Bahan Ajar Praktikum Evaluasi Tekstil III (Evaluasi Kain).
Bandung : Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.

Anda mungkin juga menyukai