Grup : 2K2
Nama Dosen : Sukirman,S.ST.,M.IL.
Asisten Dosen : Khairul U.,S.ST.,M.T.
: Desiriana
1.2. Tujuan
Dapat melakukan penyempurnaan Anti mengkeret dan mengevaluasi hasil percobaan untuk
kemudian diambil suatu kesimpulan yang didapatkan dari percobaan yang telah dilakukan.
II. DASAR TEORI
2.1. Serat Kapas
Komponen utama serat kapas adalah selulosa yang merupakan polimer linier yang tersusun
dari kondensasi molekul-molekul B-anhidroglukosa yang dihubungkan denganjembatan
oksigen.Unsurlain merupakan lilin,malam,lemak,pigmen alam sehingga daya serapnya rendah
dan warnanya kotor.Oleh karena itu perlu dimasak,dikelantang,dimerser.kapas tahan terhadap
alkal kuat ,oleh karena itu dalam proses pemasakkanya lazim menggunakan soda kostik.. Bahan-
bahan alam lainnya yang mengandung selulosa dapat dilihat pada Table 3.1 dibawah ini.
Tabel.1. Kandungan selulosa bahan alam
2.2. Poliester
Poliester adalah suatu kategori polimer yang mengandung gugus fungsional ester dalam rantai
utamanya. Meski terdapat banyak sekali poliester, istilah "poliester" merupakan sebagai sebuah bahan
yang spesifik lebih sering merujuk pada polietilena tereftalat (PET). Poliester termasuk zat kimia
yang alami, seperti yang kutin dari kulit ari tumbuhan, maupun zat kimia sintetis seperti polikarbonat
dan polibutirat.
Dapat diproduksi dalam berbagai bentuk seperti lembaran dan bentuk 3 dimensi, poliester sebagai
termoplastik bisa berubah bentuk sehabis dipanaskan. Walau mudah terbakar di suhu tinggi, poliester
cenderung berkerut menjauhi api dan memadamkan diri sendiri saat terjadi pembakaran. Serat
poliester mempunyai kekuatan yang tinggi dan E-modulus serta penyerapan air yang rendah dan
pengerutan yang minimal bila dibandingkan dengan serat industri yang lain.
Kain poliester tertenun digunakan dalam pakaian konsumen dan perlengkapan rumah seperti seprei
ranjang, penutup tempat tidur, tirai dan korden. Poliester industri digunakan dalam pengutan ban, tali,
kain buat sabuk mesin pengantar (konveyor), sabuk pengaman, kain berlapis dan penguatan plastik
dengan tingkat penyerapan energi yang tinggi. Fiber fill dari poliester digunakan pula untuk mengisi
bantal dan selimut penghangat.
Kain dari poliester disebut-sebut terasa “tak alami” bila dibandingkan dengan kain tenunan yang
sama dari serat alami (misalnya kapas dalam penggunaan tekstil). Namun kain poliester memiliki
beberapa kelebihan seperti peningkatan ketahanan dari pengerutan. Akibatnya, serat poliester kadang-
kadang dipintal bersama-sama dengan serat alami untuk menghasilkan baju dengan sifat-sifat
gabungan.
Poliester juga digunakan untuk membuat botol, film, tarpaulin, kano, tampilan kristal cair, hologram,
penyaring, saput (film) dielektrik untuk kondensator, penyekat saput buat kabel dan pita penyekat.
Poliester kristalin cair merupakan salah satu polimer kristalin cair yang digunakan industri yang
pertama dan digunakan karena sifat mekanis dan ketahanan terhadap panasnya. Kelebihan itu penting
dalam penggunaannya sebagai segel mampu kikis dalam mesin jet.
Poliester keraspanas (thermosetting) digunakan sebagai bahan pengecoran, dan resin poliester
chemosetting digunakan sebagai resin pelapis kaca serat dan dempul badan mobil yang non logam.
Poliester tak jenuh yang diperkuat kaca serat banyak digunakan dalam bagian badan dari kapal pesiar
serta mobil.
Poliester digunakan pula secara luas sebagai penghalus (finish) pada produk kayu berkualitas tinggi
seperti gitar, piano, dan bagian dalam kendaraan / perahu pesiar. Perusahaan Burns London, Rolls-
Royce, dan Sunseeker merupakan segelinter perusahaan yang memakai poliester untuk memperhalus
produk-produk mereka. Sifat-sifat tiksotropi dari poliester yang bisa dipakai sebagai semprotan
membuatnya ideal untuk digunakan pada kayu gelondongan bijian-terbuka, sebab mampu mengisi
biji kayu dengan cepat, dengan ketebalan saput yang terbentuk dengan kuat per lapisan. Poliester
yang diawetkan bisa diampelas dan dipoleskan ke produk akhir.
Sintesis
Sintesis poliester pada umumnya dicapai dengan reaksi polikondensasi. Rumus umum untuk reaksi
dari sebuah diol dengan sebuah asam dikarboksilat adalah:
(n+1) R(OH)2 + n R´(COOH)2 ---> HO[ROOCR´COO]nROH + 2n H2O
Esterifikasi azeotrop
Dalam metode klasik ini, satu alkohol dan satu asam alkanoat bereaksi membentuk ester karboksilat.
Untuk menghimpun sebuah polimer, air yang terbentuk dari reaksi harus terus-menerus dihilangkan
dengan penyulingan azeotrop
Transesterifikasi beralkohol
O O
\\ \\
C - OCH3 + OH[Oligomer2] C - O[Oligomer2] + CH3OH
/ /
[Oligomer1] [Oligomer1]
(ester-terminated oligomer + alcohol-terminated oligomer) (oligomer yang lebih besar + metanol)
Metode silil
Dalam varian metode HCl ini, asam alkanoat klorida diubah dengan trimetil silil eternya komponen
alkohol dan hasilnya adalah trimetil silil klorida.
Polimerisasi pembukaan-cincin
Poliester alifatik bisa disusun dari lakton pada kondisi temperatur ruang dan tekanan 1 atm,
dikatalisasikan secara anion, kation, atau organologam (metalorganik)
Penyempurnaan anti Mengkeret merupakan suatu proses pemberian resin anti Mengkeret
yang bersifat permanen pada kain tertentu untuk keperluan tertentu. Proses penyempurnaan anti
Mengkeret merupakan salah satu proses penyempurnaan tekstil menggunakan resin yang juga
memberikan sifat tahan mengkeret, kestabilan dimensi, dan lain sebagainya.
Pada umumnya resin merupakan kondensasi aminoplast yang terjadi dari reaktan-reaktan
nukleofil, senyawa NH dan senyawa karbonil. Ditinjau dari segi molekulnya, resin terdiri dari
molekul-molekul komplek yang pada kondisi tertentu akan bergabung satu sama lain membentuk
molekul yang sama berbentuk linier atau siklik.
Dengan adanya kemampuan membentuk molekul besar diantara rantai molekul, maka rantai
molekul serat seakan-akan diikat satu sama lain pada posisi tertentu sehingga kedudukannya tidak
mudah berubah lagi.
Proses penyempurnaan resin secara umum meliputi proses persiapan kain, persiapan larutan
resin, rendam pereas, pengerinan, pemanas awetan, dan pencucian.
1) Persiapan Kain
Hasil penyempurnaan resin tergantung pada distribusi resin yang merata. Untuk itu
diperlukan daya serap yang sama pada seluruh bagian kain, sehingga pengerjaan berikut sebelum
penyempurnaan resin mempunyai arti yang penting :
Pembakaran bulu
Penghilangan kanji
Pemasakan
Pengelantangan
Kostisasi atau merserisasi
Pencucian
Pengeringan
Kain yang sudah mengalami proses pengelantangan , baik daya serapnya tetapi biasanya
tertutup oleh lapisan tipis sabun alkali dan dapat menghalangi penyerapan resin. Disamping itu,
alkali dapat mengurangi efisiensi katalis yang ditambahkan pada proses penyempurnaan dan
akan memberikan hasil yang tidak merata. Pencucian dengan calgon dapat menghilangkan
lapisan tipis itu atau pembilasan dengan larutan asam encer. Khusus untuk selulosa sebaiknya
diperlakukan dalam keadaan menggelembung, untuk itu kain dilewatkan dalam alkali encer (6-
7 % soda kostik) dan kemudian dibilas dengan air dan asam encer. Akhirnya untuk semua kain
harus diatur kelembabannya tetap dan seragam, bila didinginkan hasil yang seragam pula.
Resin untuk penyempurnaan tekstil dapat digolongkan ke dalam dua kelompok sebagai
berikut :
Katalis
Walaupun prakondensat resin akan berpolimer membentuk resin kompleks dengan
pemanasan pada umumnya lebih menguntungkan menambahkan katalis untuk
mempercepat reaksi dan hingga batas tertentu mengendalikan reaksinya. Katalis yang
ditambahkan umumnya asam atau bahan-bahan yang dapat melepaskan asam pada
kondisi pemanasawetan.
Larutan prakondensat akan lebih stabil bila katalis yang digunakan tidak dalam
bentuk asam bebas melainkan sebagai garam dari basa lemah dan asam kuat yang dapat
terdisosiasi pada kondisi yang sesuai dan berfungsi sebagai asam. Kataliskatalis ini
misalnya ammonium dihidrogen posfat, amonium sulfat, seng nitrat, dan magnesium
klorida.
Zat aditif
Aditif atau zat tambahan adalah bahan-bahan yang digunakan dalam penyempurnaan
resin untuk memperbaiki pegangan dan sifat-sifat pakai lainnya, terutama seperti
kekuatan tarik, kekuatan sobek, dan ketahanan gosok. Zat-zat tersebut terdiri dari bahan-
bahan dengan berat molekul randah dan juga larutan atau dispersi polimer yang biasanya
bersifat nonionik atau anionik.
Bahan-bahan pelembut kadangkala juga ditambahkan, baik dari jenis anionik seperti
minyak dan lemak yang disulfonkan, alkil sulfat dan produk-produk kondensasi asam
lemak, pelembut kationik seperti garam amonium kwartener, amino ester dan amino
amida, maupun pelembut nonionik seperti poliglikol eter, poliglikol ester dan
aminoamida, maupun pelembut nonionik seperti poliglikol eter, poliglikol ester, dan
produk pelembut oksietilasi lain serta pelembut silikon.
3) Pengeringan
Pengeringan dari kain yang diimpregnasi harus sedemikian rupa sehingga tidak terbentuk
resin diantara rongga dan hanya pada permukaan saja.
Selanjutnya pengeringan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga distribusi pereaksi
dalam serat tidak terganggu ini berarti, bahwa air yang menguap dari dalam, bila tidak maka
materi yang larut dalam air akan terkondensasi pada permukaan.
Jadi proses pengeringan lambat harus dihindari, karena proses ini membawa resin ke
permukaan. Demikian pula penarikan berlebih selama penarikan akan mempermudah cairan
berpindah ke permukaan.
Silinder pengering lebih efisien dari pada penggunaan uap, hanya saja lebar dan
pegangan kain tak dapat dikontrol. Kontaminasi permukaan silinder oleh zat warna atau hasil-
hasil amino-aldehid dari kain dapat menganggu.
Bila efek khusus diinginkan, misalnya pengelasuran (glazing) atau pahatan (embossing),
maka tahap ini harus dilaksanakan setelah pengeringan , tetapi sebelum pemanggangan atau
pemanas awetan (curing). Temperatur pengeringan biasanya adalah antara 90 sampai 100 oC.
4) Pemanasan
Kondensasi akhir dari produk amino aldehida merupakan tahap merupakan tahap penting
penyempurnaan resin. Untuk mendapatkan hasil yang baik maka tahap pemanasan/curing harus
dikontrol dengan baik. Pada umumnya digunakan temperatur pemanasan ditentukan oleh
macam katalis yang digunakan, asam organik seperti asam tatrat memerlukan sampai 3 menit
pada suhu 150 oC sesuai menurut tebal kainnya. Tujuan pokok dari perlakukan panas adalah
untuk mengawetkan sifat yang diiginkan, sehingga bersifat lebih permanen.
Pemanas awetan secara kering sering menghasilkan produk yang getas, lebih-lebih untuk
rayon. Oleh karena diperlukan proses pemanas awetan dengan uap. Dengan demikian
ketahanan terhadap gosokan dapat diperbesar juga.
III. PERCOBAAN
3.1. Alat dan Bahan
Alat:
Gelas beaker
Pipet ukur
Batang pengaduk
Baki plastik
Timbangan digital
Mesin stenter
Mesin padder
Dinamometer
Filler
Penggaris
Alat tulis
Bahan:
Kain kapas
Kain poliester
Kain T/C
PVAC
Melamin
Katalis
Air
3.3. Resep
Penyempurnaan anti mengkeret
Variasi kain : kapas, polyester dan T/C
PVAC : 40 g/l
Melamin : 40 g/l
Katalis : 10% dari resin
Resep penyabunan
Teepol : 1 g/l
Suhu : 70°C, 10’
Resep penyabunan
1
Teepol = 1 g/l x 100=0,1 ml
1000
Kebutuhan air = 100 – 0,1 = 99,9 ml
Kain Kapas
lusi
10−9,5
x 100% = 5%
10
pakan
10−0,15
x 100% = 1,5%
10
Kain T/C
lusi
10−10
x 100% = 0%
10
Pakan
10−10
x 100% = 0%
10
Kain polyester
lusi
10−10
x 100% = 0%
10
Pakan
10−10
x 100% = 0%
10
IV. PEMBAHASAN
Proses penyempurnaan anti mengkeret pada kain kapas, polyester dan kain
campuran T/C dimaksudkan untuk mendapatkan efek tahan mengkeret dan
kestabilan dimensi pada bahan. Pada penyempurnaan anti mengkeret, digunakan
resin anti mengkeret akan berpenetrasi ke dalam serat mengisi ruang antar rantai
molekul bereaksi membentuk ikatan-silang dengan rantai molekul serat dan menjadi
bagian dari polimer serat pada bagian amorf, dan mencegah pergeseran relatif rantai
molekul dengan cara menutup ruang geraknya, sehingga meningkatkan ketahanan
kerutnya.
Hasil ketahanan mengkeret yang baik sangat dipengaruhi oleh jenis serat,
konsentrasi resin, serta kondisi prosesnya. Pada prosesnya pembuatan larutan anti
mengkeret diperlukan zat pembantu, diantaranya yaitu katalis, zat ini bekerja
mempercepat reaksi polimerisasi dan pembentukan ikatan silang pada saat
pemanasawetan (curring). Penambahan katalis pada larutan dilakukan paling akhir
sesaat sebelum kain direndam. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya proses
polimerisasi dini pada larutan resin anti mengkerut sehingga kerja katalis lebih
maksimal. Proses pengeringan dilakukan pada suhu 1000C berfungsi untuk mencegah
migrasi zat-zat penyempurnaan. Pada proses curring diperlukan suhu yang lebih
tinggi 1700C, karena katalis akan terurai dan berpolimerisasi pada suhu tinggi.
Dari hasil data pengamatan evaluasi tahan mengkeret didapat bahwa pada kain
polyester dan kain campuran T/C karena pada awalnya kain tersebut bersifat hidrofob
(menolak air) sehingga ketika diberi resin daya tolak air pada kain akan semakin
besar sedangkan resin anti mengkeret sebaiknya diberikan pada kain yang memiliki
sifat hidrofill(mudah menyerap air). Karena kain yang bersifat hidrofill memiliki
kekerutan yang cukup besar apalagi setelah dilakukan pencucian dan pengeringan
setelahnya oleh karena itu agar mengkeret pada kapas lebih baik maka diberi resin
anti mengkeret.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum proses penyempurnaan anti mengkeret pada kain
polyester, kain campuran T/C dan kain kapas didapat hasil evaluasi tahan mengkeret
yg baik pada kain polyester , kain campuran maupun pada kain kapas dengan hasil
yaitu :
Kain polyester dan kain campuran T/C memiliki % mengkeret pada lusi maupun
pakan sebesar = 0%
Kain kapas memiliki % mengkeret pada lusi = 5% sedangkan pada pakan = 1,5%
DAFTAR PUSTAKA
- http://pranantagiat.blogspot.com/2012/05/poliester.html