Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENYEMPURNAAN 1

PROSES PENYEMPURNAAN ANTI MENGKERET PADA KAIN KAPAS,


T/C DAN POLIESTER
Kelompok 3
Disusun oleh : Gina Novia (17020035)
Grady Yohan (17020036)
Hanif Nugraha (17020038)
Karina Fadhillah (17020045)

Grup : 2K2
Nama Dosen : Sukirman,S.ST.,M.IL.
Asisten Dosen : Khairul U.,S.ST.,M.T.
: Desiriana

PROGRAM STUDI KIMIA TEKSTIL


POLITEKNIK SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL
BANDUNG
2019
I. MAKSUD DAN TUJUAN
1.1. Maksud
Untuk memberikan efek tahan mengkeret dan kestabilan dimensi pada kain kapas dan kain
poliester dan kain campuran T/C.

1.2. Tujuan
Dapat melakukan penyempurnaan Anti mengkeret dan mengevaluasi hasil percobaan untuk
kemudian diambil suatu kesimpulan yang didapatkan dari percobaan yang telah dilakukan.
II. DASAR TEORI
2.1. Serat Kapas
Komponen utama serat kapas adalah selulosa yang merupakan polimer linier yang tersusun
dari kondensasi molekul-molekul B-anhidroglukosa yang dihubungkan denganjembatan
oksigen.Unsurlain merupakan lilin,malam,lemak,pigmen alam sehingga daya serapnya rendah
dan warnanya kotor.Oleh karena itu perlu dimasak,dikelantang,dimerser.kapas tahan terhadap
alkal kuat ,oleh karena itu dalam proses pemasakkanya lazim menggunakan soda kostik.. Bahan-
bahan alam lainnya yang mengandung selulosa dapat dilihat pada Table 3.1 dibawah ini.
Tabel.1. Kandungan selulosa bahan alam

Bahan Alam Kandungan


No
Mentah Selulosa (%)
1 Kayu 40 – 50
2 Kapas 91
3 Flax 82
4 Rami 85
5 Jute 65 – 75
6 Kapuk 55 -65

Sumber: Gascoigne & Gascoigne : Biological Degradation of Cellulose“The Chemistry and


Physics of Cellulose”, p. 1, 1960
Struktur Fisik Serat Kapas
Bentuk dan ukuran penampang melintang serat kapas dipengaruhi oleh tingkat kedewasaan
serat yang dapat dilihat dari tebal tipisnya dinding sel. Serat makin dewasa dinding selnya makin
tebal. Untuk menyatakan kedewasaan serat dapat dipergunakan perbandingan antara tebal dinding
dengan diameter serat. Serat dianggap dewasa apabila tebal dinding lebih dari lumennya.
Pada satu biji kapas banyak sekali serat, yang saat tumbuhnya tidak bersamaan sehingga
menghasilkan tebal dinding yang tidak sama. Seperlima dari jumlah serat kapas normal adalah
serat yang belum dewasa. Serat yang belum dewasa adalah serat yang pertumbuhannya terhenti
karena suatu sebab,misalnya kondisi pertumbuhan yang jelek, letak buah pada tanaman kapas
dimana bnuah yang paling atas tumbuh paling akhir, kerusakan karena serangga dan udara dingin,
buah yang tidak dapat membuka dan lain-lain. Serat yang belum dewasa kekuatannya rendah dan
apabila jumlahnya terlalu banyak, dalam pengolahan akan menimbulkan limbah yang besar.

Gambar.1. Penampang membujur dan melintang serat kapas


Sumber : W. V. Bergen and W. Krauser , “Textile Fiber Atlas” p. 32, 1994

Struktur Kimia Serat Kapas


Apapun sumbernya derivat selulosa secara prinsif memiliki struktur kimia yang sama.
Hal ini bisa terlihat pada analisa hidrolisis, asetolisis dan metilasi yang menunjukan bahwa
selulosa pada dasarnya mengandung residu anhidroglukosa. Subsequent tersebut menyesun
molekul glukosa(monosakarida) dalam bentuk β-glukopironase dan berikatan bersama-sama
yang dihubungkan pada posisi 1 dan 4 atom karbon molekulnya. Formula unit pengulanganya
menyerupai selobiosa (disakarida) yang kemudian membentuk selulosa (polisakarida).

Gambar.2. Struktur kimia (a) selobiosa, (b) selulosa


Sumber: Gascoigne & Gascoigne, Biological Degradation of Cellulose “The Chemistry and
Physics of Cellulose”, p. 3. 1960 )

Sifat Fisika Serat Kapas


Warna
Warna serat kapas secara umum adalah putih cream, tetapi sesungguhnya terdapat
bermacam-macam warna putih. Pengaruh mikroorganisme menyebabkan warna kapas menjadi
suram. Dalam kondisi cuaca yang jelek , warna kap[as menjadi sangat gelap abu-abu kebiruan.
Kapas yang pertumbuhannya terhenti akan berwarna kekuningan. Warna kapas merupakan salah
satu factor penentu grade.
Kekuatan
Kekuatan serat kapas terutama dipengaruhi oleh kadar selulosa dalam serat, panjang rantai
dan orientasinya. Kekutan serat kapas perbundel rata- rata adalah 96.700 pound per inci 2 dengan
minimum 70.000 dan maksimum 116.000 pound per inci 2. Kekuatan serat bukan kapas pada
umumnya menurundalam keadaan basah, tetapi sebaliknya kekuatan serat kapas dalam keadaan
basah makin tinggi.
Hal ini dapat dijelaskan bahwa apabila gaya diberikan pada kapas serat kering, distribusi
tegangan pada serat tidak merata karena bentuk serat kapas yang terpuntir dan tak teratur. Dalam
keadaan basah serat menggelembung berbentuk silinder diikuti dengan kenaikan derajat orientasi,
sehingga distribusi tegangan lebih merata sehingga kekuatannya naik.
Mulur
Mulur saat putus serat kapas termasuk tinggi diantara serat-serat selulosa alam, kira-kira
dua kali mulur rami. Diantara serat alam hanya sutera dan wol yang mempunyai mulur lebih
tinggi dari kapas. Mulur serat kapas berkisar antara 4 – 13 % bergantung pada jenisnya dengan
mulur rata-rata 7 %.
Kekakuan
Kekakuan didefinisikan sebagai daya tahan terhadap perubahan bentuk, dan untuk tekstil
biasanya dinyatakan sebagai perbandingan antara kekuatan saat putus dengan mulur saat putus.
Kekuatan dipengaruhi oleh berat molekul, kekakuan rantai selulosa, derajat kristalinitas dan
terutama derajat orientasi rantai selulosa.
Moisture Regain
Serat kapas mempunyai afinitas yang besar terhadap air, dan air mempunyai pengaruh
yang nyata pada sifat-sifat serat. Serat kapas yang sangat kering bersifat kasar, rapuh dan
kekuatannya rendah. Moisture regain serat kapas bervariasi dengan perubahan kelembaban relatif
atmosfir sekelilingnya. Moiture regain serat kapas pada kondisi standar berkisar antara 7 - 8,5 %
Sifat Kimia Serat Kapas
Serat kapas sebagian besar tersusun atas selulosa maka sifat-sifat kimia kapas sama dengan
sifat kimia selulosa. Serat kapas umumnya tahan terhadap kondisi penyimpanan, pengolahan dan
pemakaian yang normal, tetapi beberapa zat pengoksidasi dan penghidrolisa menyebabkan
kerusakan dengan akibat penurunan kekuatan
Kerusakan karena oksidasi dengan terbentuknya oksiselulosa biasanya terjadi dalam proses
pemutihan yang berlebihan, penyinaran dalam keadaan lembab atau pemanasan yang lama suhu
diatas 140 oC.

2.2. Poliester
Poliester adalah suatu kategori polimer yang mengandung gugus fungsional ester dalam rantai
utamanya. Meski terdapat banyak sekali poliester, istilah "poliester" merupakan sebagai sebuah bahan
yang spesifik lebih sering merujuk pada polietilena tereftalat (PET). Poliester termasuk zat kimia
yang alami, seperti yang kutin dari kulit ari tumbuhan, maupun zat kimia sintetis seperti polikarbonat
dan polibutirat.
Dapat diproduksi dalam berbagai bentuk seperti lembaran dan bentuk 3 dimensi, poliester sebagai
termoplastik bisa berubah bentuk sehabis dipanaskan. Walau mudah terbakar di suhu tinggi, poliester
cenderung berkerut menjauhi api dan memadamkan diri sendiri saat terjadi pembakaran. Serat
poliester mempunyai kekuatan yang tinggi dan E-modulus serta penyerapan air yang rendah dan
pengerutan yang minimal bila dibandingkan dengan serat industri yang lain.
Kain poliester tertenun digunakan dalam pakaian konsumen dan perlengkapan rumah seperti seprei
ranjang, penutup tempat tidur, tirai dan korden. Poliester industri digunakan dalam pengutan ban, tali,
kain buat sabuk mesin pengantar (konveyor), sabuk pengaman, kain berlapis dan penguatan plastik
dengan tingkat penyerapan energi yang tinggi. Fiber fill dari poliester digunakan pula untuk mengisi
bantal dan selimut penghangat.
Kain dari poliester disebut-sebut terasa “tak alami” bila dibandingkan dengan kain tenunan yang
sama dari serat alami (misalnya kapas dalam penggunaan tekstil). Namun kain poliester memiliki
beberapa kelebihan seperti peningkatan ketahanan dari pengerutan. Akibatnya, serat poliester kadang-
kadang dipintal bersama-sama dengan serat alami untuk menghasilkan baju dengan sifat-sifat
gabungan.
Poliester juga digunakan untuk membuat botol, film, tarpaulin, kano, tampilan kristal cair, hologram,
penyaring, saput (film) dielektrik untuk kondensator, penyekat saput buat kabel dan pita penyekat.
Poliester kristalin cair merupakan salah satu polimer kristalin cair yang digunakan industri yang
pertama dan digunakan karena sifat mekanis dan ketahanan terhadap panasnya. Kelebihan itu penting
dalam penggunaannya sebagai segel mampu kikis dalam mesin jet.
Poliester keraspanas (thermosetting) digunakan sebagai bahan pengecoran, dan resin poliester
chemosetting digunakan sebagai resin pelapis kaca serat dan dempul badan mobil yang non logam.
Poliester tak jenuh yang diperkuat kaca serat banyak digunakan dalam bagian badan dari kapal pesiar
serta mobil.
Poliester digunakan pula secara luas sebagai penghalus (finish) pada produk kayu berkualitas tinggi
seperti gitar, piano, dan bagian dalam kendaraan / perahu pesiar. Perusahaan Burns London, Rolls-
Royce, dan Sunseeker merupakan segelinter perusahaan yang memakai poliester untuk memperhalus
produk-produk mereka. Sifat-sifat tiksotropi dari poliester yang bisa dipakai sebagai semprotan
membuatnya ideal untuk digunakan pada kayu gelondongan bijian-terbuka, sebab mampu mengisi
biji kayu dengan cepat, dengan ketebalan saput yang terbentuk dengan kuat per lapisan. Poliester
yang diawetkan bisa diampelas dan dipoleskan ke produk akhir.
Sintesis
Sintesis poliester pada umumnya dicapai dengan reaksi polikondensasi. Rumus umum untuk reaksi
dari sebuah diol dengan sebuah asam dikarboksilat adalah:
(n+1) R(OH)2 + n R´(COOH)2 ---> HO[ROOCR´COO]nROH + 2n  H2O

Esterifikasi azeotrop
Dalam metode klasik ini, satu alkohol dan satu asam alkanoat bereaksi membentuk ester karboksilat.
Untuk menghimpun sebuah polimer, air yang terbentuk dari reaksi harus terus-menerus dihilangkan
dengan penyulingan azeotrop
Transesterifikasi beralkohol
          O           O
          \\           \\
           C - OCH3  + OH[Oligomer2]            C - O[Oligomer2]  + CH3OH
          /           /
[Oligomer1] [Oligomer1]
(ester-terminated oligomer + alcohol-terminated oligomer) (oligomer yang lebih besar + metanol)

Asilasi (metode HCl)


Asam bermula sebagai sebuah asam klorida, dan dengan begitu polikondensasi meneruskan emisi
(pemancaran) asam klorida (HCl), bukannya air. Metodi ini bisa dilakukan di dalam larutan atau
sebagai sebuah email.

Metode silil
Dalam varian metode HCl ini, asam alkanoat klorida diubah dengan trimetil silil eternya komponen
alkohol dan hasilnya adalah trimetil silil klorida.
Polimerisasi pembukaan-cincin
Poliester alifatik bisa disusun dari lakton pada kondisi temperatur ruang dan tekanan 1 atm,
dikatalisasikan secara anion, kation, atau organologam (metalorganik)

2.3. Penyempurnaan Anti Mengkeret

Penyempurnaan anti Mengkeret merupakan suatu proses pemberian resin anti Mengkeret
yang bersifat permanen pada kain tertentu untuk keperluan tertentu. Proses penyempurnaan anti
Mengkeret merupakan salah satu proses penyempurnaan tekstil menggunakan resin yang juga
memberikan sifat tahan mengkeret, kestabilan dimensi, dan lain sebagainya.
Pada umumnya resin merupakan kondensasi aminoplast yang terjadi dari reaktan-reaktan
nukleofil, senyawa NH dan senyawa karbonil. Ditinjau dari segi molekulnya, resin terdiri dari
molekul-molekul komplek yang pada kondisi tertentu akan bergabung satu sama lain membentuk
molekul yang sama berbentuk linier atau siklik.
Dengan adanya kemampuan membentuk molekul besar diantara rantai molekul, maka rantai
molekul serat seakan-akan diikat satu sama lain pada posisi tertentu sehingga kedudukannya tidak
mudah berubah lagi.
Proses penyempurnaan resin secara umum meliputi proses persiapan kain, persiapan larutan
resin, rendam pereas, pengerinan, pemanas awetan, dan pencucian.
1) Persiapan Kain
Hasil penyempurnaan resin tergantung pada distribusi resin yang merata. Untuk itu
diperlukan daya serap yang sama pada seluruh bagian kain, sehingga pengerjaan berikut sebelum
penyempurnaan resin mempunyai arti yang penting :
 Pembakaran bulu
 Penghilangan kanji
 Pemasakan
 Pengelantangan
 Kostisasi atau merserisasi
 Pencucian
 Pengeringan
Kain yang sudah mengalami proses pengelantangan , baik daya serapnya tetapi biasanya
tertutup oleh lapisan tipis sabun alkali dan dapat menghalangi penyerapan resin. Disamping itu,
alkali dapat mengurangi efisiensi katalis yang ditambahkan pada proses penyempurnaan dan
akan memberikan hasil yang tidak merata. Pencucian dengan calgon dapat menghilangkan
lapisan tipis itu atau pembilasan dengan larutan asam encer. Khusus untuk selulosa sebaiknya
diperlakukan dalam keadaan menggelembung, untuk itu kain dilewatkan dalam alkali encer (6-
7 % soda kostik) dan kemudian dibilas dengan air dan asam encer. Akhirnya untuk semua kain
harus diatur kelembabannya tetap dan seragam, bila didinginkan hasil yang seragam pula.

2) Larutan penyempurnaan resin


Larutan penyempurnaan resin pada umumnya terdiri atas tiga komponen sebagai berikut :
 Prakondensat
Saat ini banyak prakondensat yang telah diproduksi oleh pabrik-pabrik kimia dengan
berbagai nama dagang, misalnya turunan dari urea, etilena urea, triazon dan hidroksi
etilena urea.

Resin untuk penyempurnaan tekstil dapat digolongkan ke dalam dua kelompok sebagai
berikut :

Resin self-crosslingking misalnya dimetilol urea (DMU)


Reaktan misalnya dimetiloletilena urea (DMEU),
dimetiloldihidroksietilena urea (DMDHEU), dan sebagainya.
Senyawa-senyawa tersebut pada umumnya memiliki dua gugus hidroksil sehingga
bersifat bifungsional yang dapat membentuk ikatan silang dengan selulosa. Kelompok
self-crosslingking cenderung berpolimerisasi sendiri dan mengisi ruang-ruang antar
molekul selulosa dengan resin yang sangat kompleks, tetapi hanya sedikit membentuk
ikatan silang. Kelompok reaktan cenderung membentuk polimer-polimer pendek tetapi
banyak berikatan silang dengan molekul selulosa.

 Katalis
Walaupun prakondensat resin akan berpolimer membentuk resin kompleks dengan
pemanasan pada umumnya lebih menguntungkan menambahkan katalis untuk
mempercepat reaksi dan hingga batas tertentu mengendalikan reaksinya. Katalis yang
ditambahkan umumnya asam atau bahan-bahan yang dapat melepaskan asam pada
kondisi pemanasawetan.

Disamping mampu mempercepat pembentukan resin, katalis harus memenuhi


persyaratan lain seperti tidak menurunkan stabilitas larutan prakondensat yang ditandai
pembentukan endapan.

Larutan prakondensat akan lebih stabil bila katalis yang digunakan tidak dalam
bentuk asam bebas melainkan sebagai garam dari basa lemah dan asam kuat yang dapat
terdisosiasi pada kondisi yang sesuai dan berfungsi sebagai asam. Kataliskatalis ini
misalnya ammonium dihidrogen posfat, amonium sulfat, seng nitrat, dan magnesium
klorida.

Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan katalis adalah :

1. Jenis dan kereaktifan resin


2. Jenis serat
3. Kondisi pemanasawetan
4. sifat-sifat yang diinginkan pada bahan yang disempurnakan
5. pengaruhnya terhadap derajat putih atau warna bahan.
Garam-garam amonium berpengaruh buruk terhadap derajat putih dan warna bahan.
Katalis-katalis yang mengandung nitrat tidak baik dipakai untuk penyempurnaan bahan
dengan zat warna yang peka terhadap oksidasi karena dapat menyebabkan perubahan
warna.

 Zat aditif
Aditif atau zat tambahan adalah bahan-bahan yang digunakan dalam penyempurnaan
resin untuk memperbaiki pegangan dan sifat-sifat pakai lainnya, terutama seperti
kekuatan tarik, kekuatan sobek, dan ketahanan gosok. Zat-zat tersebut terdiri dari bahan-
bahan dengan berat molekul randah dan juga larutan atau dispersi polimer yang biasanya
bersifat nonionik atau anionik.

Bahan-bahan pelembut kadangkala juga ditambahkan, baik dari jenis anionik seperti
minyak dan lemak yang disulfonkan, alkil sulfat dan produk-produk kondensasi asam
lemak, pelembut kationik seperti garam amonium kwartener, amino ester dan amino
amida, maupun pelembut nonionik seperti poliglikol eter, poliglikol ester dan
aminoamida, maupun pelembut nonionik seperti poliglikol eter, poliglikol ester, dan
produk pelembut oksietilasi lain serta pelembut silikon.

3) Pengeringan
Pengeringan dari kain yang diimpregnasi harus sedemikian rupa sehingga tidak terbentuk
resin diantara rongga dan hanya pada permukaan saja.
Selanjutnya pengeringan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga distribusi pereaksi
dalam serat tidak terganggu ini berarti, bahwa air yang menguap dari dalam, bila tidak maka
materi yang larut dalam air akan terkondensasi pada permukaan.
Jadi proses pengeringan lambat harus dihindari, karena proses ini membawa resin ke
permukaan. Demikian pula penarikan berlebih selama penarikan akan mempermudah cairan
berpindah ke permukaan.
Silinder pengering lebih efisien dari pada penggunaan uap, hanya saja lebar dan
pegangan kain tak dapat dikontrol. Kontaminasi permukaan silinder oleh zat warna atau hasil-
hasil amino-aldehid dari kain dapat menganggu.
Bila efek khusus diinginkan, misalnya pengelasuran (glazing) atau pahatan (embossing),
maka tahap ini harus dilaksanakan setelah pengeringan , tetapi sebelum pemanggangan atau
pemanas awetan (curing). Temperatur pengeringan biasanya adalah antara 90 sampai 100 oC.

4) Pemanasan
Kondensasi akhir dari produk amino aldehida merupakan tahap merupakan tahap penting
penyempurnaan resin. Untuk mendapatkan hasil yang baik maka tahap pemanasan/curing harus
dikontrol dengan baik. Pada umumnya digunakan temperatur pemanasan ditentukan oleh
macam katalis yang digunakan, asam organik seperti asam tatrat memerlukan sampai 3 menit
pada suhu 150 oC sesuai menurut tebal kainnya. Tujuan pokok dari perlakukan panas adalah
untuk mengawetkan sifat yang diiginkan, sehingga bersifat lebih permanen.
Pemanas awetan secara kering sering menghasilkan produk yang getas, lebih-lebih untuk
rayon. Oleh karena diperlukan proses pemanas awetan dengan uap. Dengan demikian
ketahanan terhadap gosokan dapat diperbesar juga.

III. PERCOBAAN
3.1. Alat dan Bahan
Alat:
 Gelas beaker
 Pipet ukur
 Batang pengaduk
 Baki plastik
 Timbangan digital
 Mesin stenter
 Mesin padder
 Dinamometer
 Filler
 Penggaris
 Alat tulis

Bahan:
 Kain kapas
 Kain poliester
 Kain T/C
 PVAC
 Melamin
 Katalis
 Air

3.2. Diagram alir


Timbang bahan dan bahan yang dibutuhkan sesuai resep

Buatlah larutan penyempurnaan anti mengkeret

Pencelupan

Padding

Curing

Drying

Evaluasi mengkeret kain

3.3. Resep
 Penyempurnaan anti mengkeret
Variasi kain : kapas, polyester dan T/C
PVAC : 40 g/l
Melamin : 40 g/l
Katalis : 10% dari resin

 Resep penyabunan
Teepol : 1 g/l
Suhu : 70°C, 10’

3.4. Fungsi zat


Resin : untuk memperbaiki sifat ketahanan mengkeret dari kain selulosa dan
sintetik.
Katalis : untuk mempercepat reaksi polimerisasi dan pembentukan ikatan silang
saat proses awetan.

3.5 Skema Proses

3.6 Perhitungan Resep

 Resep penyempurnaan anti kusut


40
PVAC = 40 g/l  x 100 %=4 gram
1000
10
Katalis = 10% resin  x 4=0,4 ml
100
40
Melamin = 40 g/l  x 100 %=4 gram
1000
Kebutuhan air = 100 ml – 0,4ml
= 99,6 ml

 Resep penyabunan
1
Teepol = 1 g/l  x 100=0,1 ml
1000
Kebutuhan air = 100 – 0,1 = 99,9 ml

3.7 Data Percobaan


 Data Evaluasi mengkeret

Kain Kapas
lusi
10−9,5
x 100% = 5%
10
pakan
10−0,15
x 100% = 1,5%
10

Kain T/C
lusi
10−10
x 100% = 0%
10
Pakan
10−10
x 100% = 0%
10

Kain polyester
lusi
10−10
x 100% = 0%
10
Pakan
10−10
x 100% = 0%
10

IV. PEMBAHASAN
Proses penyempurnaan anti mengkeret pada kain kapas, polyester dan kain
campuran T/C dimaksudkan untuk mendapatkan efek tahan mengkeret dan
kestabilan dimensi pada bahan. Pada penyempurnaan anti mengkeret, digunakan
resin anti mengkeret akan berpenetrasi ke dalam serat mengisi ruang antar rantai
molekul bereaksi membentuk ikatan-silang dengan rantai molekul serat dan menjadi
bagian dari polimer serat pada bagian amorf, dan mencegah pergeseran relatif rantai
molekul dengan cara menutup ruang geraknya, sehingga meningkatkan ketahanan
kerutnya.
Hasil ketahanan mengkeret yang baik sangat dipengaruhi oleh jenis serat,
konsentrasi resin, serta kondisi prosesnya. Pada prosesnya pembuatan larutan anti
mengkeret diperlukan zat pembantu, diantaranya yaitu katalis, zat ini bekerja
mempercepat reaksi polimerisasi dan pembentukan ikatan silang pada saat
pemanasawetan (curring). Penambahan katalis pada larutan dilakukan paling akhir
sesaat sebelum kain direndam. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya proses
polimerisasi dini pada larutan resin anti mengkerut sehingga kerja katalis lebih
maksimal. Proses pengeringan dilakukan pada suhu 1000C berfungsi untuk mencegah
migrasi zat-zat penyempurnaan. Pada proses curring diperlukan suhu yang lebih
tinggi 1700C, karena katalis akan terurai dan berpolimerisasi pada suhu tinggi.
Dari hasil data pengamatan evaluasi tahan mengkeret didapat bahwa pada kain
polyester dan kain campuran T/C karena pada awalnya kain tersebut bersifat hidrofob
(menolak air) sehingga ketika diberi resin daya tolak air pada kain akan semakin
besar sedangkan resin anti mengkeret sebaiknya diberikan pada kain yang memiliki
sifat hidrofill(mudah menyerap air). Karena kain yang bersifat hidrofill memiliki
kekerutan yang cukup besar apalagi setelah dilakukan pencucian dan pengeringan
setelahnya oleh karena itu agar mengkeret pada kapas lebih baik maka diberi resin
anti mengkeret.

V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum proses penyempurnaan anti mengkeret pada kain
polyester, kain campuran T/C dan kain kapas didapat hasil evaluasi tahan mengkeret
yg baik pada kain polyester , kain campuran maupun pada kain kapas dengan hasil
yaitu :
 Kain polyester dan kain campuran T/C memiliki % mengkeret pada lusi maupun
pakan sebesar = 0%
 Kain kapas memiliki % mengkeret pada lusi = 5% sedangkan pada pakan = 1,5%

DAFTAR PUSTAKA

- http://pranantagiat.blogspot.com/2012/05/poliester.html

Anda mungkin juga menyukai