Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA LING KUNGAN

MODUL IV

ANGKA PERMANGANAT

(TITRIMETRI)

KELOMPOK IV

Ayu Nitami 0906489681


Mohammad Fauzi Rachman 0906636876
Retno Murti Wulandari 0906636964

Tanggal Praktikum : 5 Mei 2011


Asisten Praktikum : Teddy Adrian T.
Tanggal Disetujui :
Nilai :
Paraf Asisten :

LABORATORIUM TEKNIK PENYEHATAN DAN LINGKUNGAN


PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
2011
ANGKA PERMANGANAT

(TITRIMETRI)

I. Tujuan

Metode ini digunakan untuk penentuan nilai permanganat dengan metode oksidasi
suasana asam dalam contoh air dan air limbah yang mempunyai kadar klorida (Cl)
kurang dari 300 mg/L.

II. Teori Dasar


Nilai permanganat adalah jumlah milligram kalium permanganat yang dibutuhkan
untuk mengoksidasi zat organik dalam 1000 mL air pada kondisi mendidih.
Adanya zat organik yang melebihi dari yang disyaratkan berarti menunjukkan
adanya pencemaran/pengotoran terhadap air tersebut. Zat organik merupakan
makanan mikroorganisme yang menyebabkan pesatnya pertumbuhan, sehingga
membahayakan masyarakat yang menggunakannya. Zat organik dapat pula
mengganggu proses pengolahan, disamping menyebabkan air menjadi berwarna,
memberikan rasa, dan bau yang tak sedap. Adanya zat organik dalam air menunjukan
bahwa air tersebut telah tercemar oleh kotoran manusia ,hewan atau oleh sumber
lain.zat organik merupakan bahan makanan bakteri atau mikroorganisme lainnya .
Makin tinggi kandungan zat organik didalam air,maka semakin jelas bahwa air
tersebut telah tercemar (Kurniawan, 2009).
Zat organik dalam air atau air limbah dalam bentuk Protein, Karbohidrat, serta
minyak dan lemak. Zat lain yang ada dalam air limbah dapat berupa garam, mineral
renik, pestisida dan logam. Keberadaan bahan organik dalam air diketahui
menggunakan parameter BOD (Biological Oxygen Demand = Jumlah Oksigen yang
dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk mengoksidasi zat organik secara biokimiawi),
COD (Chemical Oxygen Demand = sama seperti BOD, hanya saja secara kimiawi),
dan lain-lain. Adanya zat organik dalam air dapat ditentukan dengan mengukur angka
Permanganat (KMnO4 = Kalium Permanganat).
Pengukuran angka permanganat adalah pengukuran zat organik dalam air, dimana
zat organik di dalam air dioksidasi oleh oksidator kuat KMnO4 pada suhu mendidih
(±100oC) selama 10 menit. Semakin banyak zat organik di dalam air maka akan
semakin banyak oksidator KMnO4 yang dibutuhkan untuk mengoksidasi senyawa
organik.

Prinsip pengukuran permanganat:

Mengoksidasikan zat organik dalam air dengan larutan baku, KMnO4 0,01 N,
kemudian sisa dari KMnO4 0,01N ini akan direduksi oleh asam oksalat berlebih.
Kelebihan asam oksalat ditritasi kembali dengan KMnO4 0,01 N sampai titik akhir
berwarna merah muda seulas.

a) Reaksi oksidasi KMnO4 dalam kondisi asam sebagai berikut :


2 KMnO4 + 3 H2SO4 2 MnSO4 + K2SO4 + 3 H2O + 5 On
b) Oksidasi KMnO4 dalam kondisi basa sebagai berikut :
2 KMnO4 + H2O 2 MnO2 + KOH + 3 On + 3 H2O
c) Zat organik dapat dioksidasi dengan reaksi sebagai berikut :
C2H2O + On 2 CO2 + H2O

Semakin tinggi kandungan zat organiknya maka akan semakin tinggi pula nilai
permanganat. Cara untuk mengurangi angka permanganat dalam air adalah dengan
mengurangi kandungan zat-zat kimiawi dan organik di dalam air. Proses pengurangan
tersebut dapat berupa proses sedimentasi, filtrasi, ataupun penambahan koagulan
yang dapat menggumpalkan partikel-partikel organik dalam air, yang semuanya ini
terdapat di dalam unit pengolahan air bersih.
Berikut standar angka permanganate berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No.
82 Tahun 2001 (Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air)

Kelas
Parameter Satuan Ket.
I II III IV
Angka Mg
10 - - - -
permanganat KmnO4/l
Data angka permanganat tersebut nantinya akan berpengaruh terhadap instalasi
pengolahan air bersih maupun air limbah. Tingginya nilai angka permanganat identik
dengan tingginya pula kandungan zat organik di dalam air. Hal tersebut akan
berpengaruh pada jenis dan kadar desinfektan yang digunakan dalam unit
pengolahan. Semakin tinggi nilai angka permanganat, terdapat kecenderungan kadar
desinfektan yang digunakan dalam unit pengolahan akan semakin meningkat.
Selain itu, tingginya kadar permanganat dalam air dapat memicu timbulnya
berbagai penyakit pada manusia jika dikonsumsi dalam jumlah besar, seperti
menyebabkan kerusakan pada ginjal, hati,kulit, sistem saraf pusat (CNS) dan
memberikan efek toksik pada manusia sehingga berbahaya jika terjadi kontak kulit
(dalam paparan jumlah tinggi) dan dari kontak mata (korosif) bahkan jika dikonsumsi
dalam jumlah yang amat besar dapat memicu timbulnya penuyakit “manganism”
yaitu sejenis penyakit Parkinson, gangguan tulang, osteoporosis, gangguan
kardiovaskuler, hati, reproduksi, neurological symptoms dan memicu epilepsi.

III. Alat dan Bahan


Alat :
 Erlenmeyer 300 mL
 Stopwatch
 Pemanas Listrik
 Gelas Ukur 5 mL
 Pipet ukur 10 mL dan 100 mL
 Buret 25 mL
 Termometer
Bahan :
 Asam Sulfat (H2SO4) 8 N yang bebas zat organic
 Kalium Permanganat (KMnO4) 0,1 N
 Asam Oksalat (COOH)2.2H2O 0,1 N
 Asam Oksalat 0,01 N
 Kalium Permanganat (KMnO4) 0,01 N

IV. Cara Kerja

a) 100 mL sampel dipipet dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 300 mL, lalu
ditambahkan 3 butir batu didih.
b) KMnO4 0,01 N ditambahkan sebanyak beberapa tetes ke dalam sampel hingga
terjadi warna merah muda.
c) 5 mL asam sulfat 8 N bebas zat organik ditambahkan ke dalam sampel.
d) Sampel dipanaskan di atas pemanas listrik pada suhu 105 C ± 2 C. Bila masih
terdapat bau H2S, pendidihan diteruskan beberapa menit.
e) 10 mL larutan baku KMnO4 0,01 N dipipet dan ditambahkan ke dalam sampel.
f) Sampel kemudian dipanaskan hingga mendidih selama 10 menit.
g) 10 mL larutan baku asam oksalat 0,01 N dipipet dan ditambahkan ke dalam
sampel.
h) Kemudian, sampel dititrasi dengan KMnO4 0,01 N hingga warna merah muda.
i) Volume pemakaian KMnO4 dicatat.

V. Data Percobaan
Volume titrasi KMnO4:
sebelum sesudah terpakai
KMnO4 22 39 17ml

VI. Pengolahan Data


𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑁𝑒𝑞 =
𝐵𝑒𝑞
𝑉𝑠 × 𝑁𝑠 = 𝑉2 × 𝑁2
𝑉2 × 𝑁2
𝑁𝑠 =
𝑉𝑠
𝑁𝑒𝑞 𝑉2 × 𝑁2
=
𝐿 𝑉𝑠
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑉2 × 𝑁2
=
𝐵𝑒𝑞 𝐿 𝑉𝑠
𝑚𝑖𝑙𝑖𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑉2 × 𝑁2
= 𝐵𝑒𝑞
1000𝐿 𝑉𝑠

𝑚𝑖𝑙𝑖𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑉2 × 𝑁2
= × 1000 × 𝐵𝑒𝑞
𝐿 𝑉𝑠
𝑚𝑖𝑙𝑖𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
KMnO4 = 𝑥 [(𝑎 𝑥 𝑓) − 10]𝑥 0,316
𝐿 𝑑

Sehingga, dapat diperoleh besar angka permanganate dalam sampel sebesar:


1000
KMnO4 mg/L = 𝑥 [(𝑎 𝑥 𝑓) − 10]𝑥 0,316
𝑑

1000
= 𝑥 [(17 𝑥 1) − 10]𝑥 0,316 = 22,12 mg/L
100

VII. Analisa
a. Analisa Percobaan

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui nilai permanganat dengan metode


oksidasi suasana asam dalam contoh air dan air limbah yang mempunyai kadar
klorida (Cl-) kurang dair 300 mg/L. Untuk itu digunakan metode titrasi
permanganometri dimana larutan di titrasi dengan menggunakan larutan standar
KMnO4 0,01N, dimana titik ahir dari larutan ditandai dengan perubahan warna
larutan menjadi berwarna merah muda.

Pertama-tama praktikan memasukkan 100 ml sampel ke dalam Erlenmeyer 300


ml kemudian menambahkan kurang lebih 3 buah batu didih.penambahan batu didih
ini dimaksudkan agar ketika larutan dipanaskan nanti panasnya akan merata ke
seluruh larutan. Kemudian beberapa tetes KMnO4 0,01N ditambahkan hingga larutan
berwarna merah muda. Penambahan beberapa tetes KMnO4 ini berfungsi sebagai
indikator zat organik dalam air sampel. Lalu praktikan menambahkan 5 ml asam
sulfat 8 N bebas zat organik (seharusnya akan berwarna menjadi merah muda) setelah
itu larutan dipanaskan diatas pemanas listrik pada suhu 105°C ± 2°C, namun bila
terdapat bau H2S, proses pemanasan diteruskan selama beberapa menit. Pemanasan
ini bertujuan untuk mengukur jumlah KMnO4 yang digunakan untuk mengoksidasi
seluruh mikroorganisme, sehingga untuk mengetahui jumlah KMnO4 telah habis
digunakan, warna merah mudanya akan semakin hilang (mendekati bening/ kembali
seperti warna semula).

Kemudian ditambahkan 10 ml larutan baku KMnO4 lalu panaskan kembali selama


10 menit. Setelah itu 10 ml larutan baku asam oksalat 0,01 N ditambahkna ke dalam
larutan lalu titrasi larutan sampel dengan menggunakan kalium permanganat
(KMnO4) 0,01 N hingga berwarna merah muda, kemudian catat volume titrasi
KMnO4.

b. Analisa Hasil
Berdasarkan percobaan, diperoleh data titrasi KMnO4 sebagai berikut:

sebelum Sesudah terpakai


KMnO4 22 39 17ml

Kemudian data tersebut diolah dengan menggunakan persamaan:


1000
KMnO4 mg/L = 𝑥 [(𝑎 𝑥 𝑓) − 10]𝑥 0,316
𝑑

Dimana:
d : volume sampel
a : volume total KMnO4 yang digunakan saat titrasi
f : merupakan faktor pengenceran sampel

Setelah dilakukan pengolahan data, diperoleh kandungan kadar


permanganat dalam air sampel sebesar 22,12 mg/L. Kadar ini tergolong tinggi
jika dibandingkan dengan standar Peraturan Pemerintah RI No. 82 Tahun 2001
mengenai Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air yang
dibatasi maksimum sebesar 10 mg/L. berdasarkan standar tersebut, dapat
disimpulkan bahwa air sampel belum layak untuk dapat menjadi air baku kelas 1
yang diperuntukkan untuk menjadi air baku air minum.
Tingginya kadar permanganat dalam air sampel dapat menyebabkan
adanya rasa ataupun warna pada air, selain itu tingginya kadar permanganat dalam
air dapat memicu timbulnya berbagai penyakit pada manusia jika dikonsumsi
dalam jumlah besar, seperti menyebabkan kerusakan pada ginjal, hati,kulit, sistem
saraf pusat (CNS) dan memberikan efek toksik pada manusia sehingga berbahaya
jika terjadi kontak kulit (dalam paparan jumlah tinggi) dan dari kontak mata
(korosif) bahkan jika dikonsumsi dalam jumlah yang amat besar dapat memicu
timbulnya penuyakit “manganism” yaitu sejenis penyakit Parkinson, gangguan
tulang, osteoporosis, gangguan kardiovaskuler, hati, reproduksi, neurological
symptoms dan memicu epilepsi. Untuk itu, guna menjaga kualitas estetika air dan
menjamin kesehatan konsumen, air sampel memerlukan pengolahan lebih lanjut
untuk dapat layak dikonsumsi sebagai air baku kelas 1 ataupun air minum.
c. Analisa Kesalahan
Berdasarkan percobaan penentuan angka permanganat, dapat dimungkinkan
terjadi ketidakakuratan data yang disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut:

 Dalam pengambilan sampel dan larutan tidak tepat pada kondisi terra sehingga
dapat mempengaruhi hasil pengukuran akibat volume yang berlebih/ kurang.
 Ketidakakuratan saat proses pemanasan, hal ini memungkinkan panas belum
merata sehingga dapat mempengaruhi hasil .karena mikroorganisme belum
teroksidasi secara oksidasi.
 Adanya gelembung udara saat proses pemipetan sehingga dapat mengakibatkan
volume berkurang dan dapat mempengaruhi hasil percobaan sehingga
mengakibatkan keakuratan data berkurang.
 Kurangnya volume KMnO4 dalam buret ketika proses titrasi sehingga
menyulitkan pembacaan volume yang telah digunakan saat titrasi dan dapat
menyebabkan kesalahan pembacaan yang dapat mempengaruhi keakuratan
data.
 Ketidaktelitian dalam proses titrasi sehingga memungkinkan volume KMnO4
yang digunakan berlebih dan mengakibatkan hasil pengukuran kurang akurat.

VIII. Kesimpulan

 Nilai angka permanganat yang diperoleh dalam praktikum kali ini adalah
22,12 mg/L. Kadar ini tergolong tinggi jika dibandingkan dengan standar
Peraturan Pemerintah RI No. 82 Tahun 2001 mengenai Pengelolaan Kualitas
Air dan Pengendalian Pencemaran Air yang dibatasi maksimum sebesar 10
mg/L. berdasarkan standar tersebut, dapat disimpulkan bahwa air sampel
belum layak untuk dapat menjadi air baku kelas 1 yang diperuntukkan untuk
menjadi air baku air minum.

IX. Kepustakaan

Chemistry for Environmental Engineering and Science.Clair N.Sawyer, Perry L.


McCarty, Gene F.Parkin.2003
Peraturan Pemerintah RI No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air.
Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 907 tahun 2002 Tentang Syarat-Syarat dan
Pengawasan Kualitas Air Minum.

X. Lampiran
Gambar 1. Saat diteteskan KMnO4 0,01 N

Gambar 2. Proses Pemanasan


Basset. J. etc. 1994. Buku Ajar Vogel, Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik.
Erlangga, Jakarta.
Day, R.A.Jr & A.L. Underwood. 1999. Kimia Analisis Kuantitatif. Erlangga,
Jakarta.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Penerbit Kanius, Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai