Anda di halaman 1dari 14

PERCOBAAN 8

TEKNIK MASERASI PADA PENETAPAN KADAR TANNIN


DALAM TEH

I. Tujuan
- Memisahkan senyawaan tanin dalam sampel teh
- Menetapakan kadar tanin dalam sampel teh

II. Prinsip
Ekstraksi tanin dalam sampel teh dapat dilakukan dengan teknik
maserasi (perendaman). Maserasi tersebut menggunakan pelarut air. Filtrat
yang diperoleh dititar dengan KMnO4 0,1 N untuk mengetahui kadar tanin
dalam teh.

III. Reaksi
Standardisasi KMnO4
5e + MnO4- (aq) + 8H+(aq) → Mn2+ (aq) + 4H2O (l)

H2C2O4(aq) → 2CO2(g) + 2 H+ (aq) + 2e

10e +16H+ (aq) + 2MnO4- (aq) → 2Mn2+ (aq) + 8H2O (aq)

5H2C2O4 (g) → 10CO2 (g) + H+ (aq) + 10e

2MnO4- (aq) + 5H2C2O4 (aq)+ 6H+ (aq)→ 2Mn2+ (aq) + 10CO2 (g) + 8H2O (l)

IV. Dasar Teori


A. Teknik Pemisahan Maserasi
Metode dasar dari ekstraksi obat adalah maserasi dan perkolasi.
Biasanya metode yang dipilih tergantung pada beberapa faktor yang
paling penting adalah sifat dari bahan mentah itu sendiri.
Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya
dengan menggunakan pelarut. Jadi, ekstrak adalah sediaan yang
diperoleh dengan cara ekstraksi tanaman obat dengan ukuran pertikel
tertentu dan menggunakan medium pengekstrasi (menstrum) yang
tertentu pula. Ekstraksi dapat dilakukan menurut berbagai cara. (Agoes.
G., 2007)

Ekstraksi yaitu pemisahan suatu zat dari campurannya dengan


pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat
tercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke
pelarut yang lain. Ekstraksi bertujuan untuk melarutkan senyawa-
senyawa yang terdapat dalam jaringan tanaman ke dalam pelarut yang
dipakai untuk proses ekstraksi tersebut. (Hamzah, Baharudin, 2009)

Metode Ekstraksi:
1. Ekraksi Dengan Pelarut
*Cara dingin  Maserasi dan Perkolasi
*Cara panas  Refluks, Soxhlet, Digesti, Infus, Dekok
2. Destilasi
*Destilasi air dan uap
3. Ekstraksi dengan cara lain

B. Tanin
Tanin adalah kelas utama dari metabolit sekunder yang tersebar
luas pada tanaman. Tanin merupakan polifenol yang larut dalam air
dengan berat molekul biasanya berkisar 1000-5000. Tanin mampu
menjadi pengompleks dan kemudian mempercepat pengendapan
protein serta dapat mengikat makromolekul lainnya. Tanin merupakan
campuran senyawa polifenol yang jika semakin banyak jumlah gugus
fenolik maka semakin besar ukuran molekul tanin. Pada mikroskop,
tanin biasanya tampak sebagai massa butiran bahan berwarna kuning,
merah, atau cokelat.
Tanin berikatan kuat dengan protein dan dapat mengendapkan
protein dari larutan. Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh,
dalam angiospermae terdapat khusus dalam jaringan kayu. Menurut
batasannya, tanin dapat bereaksi dengan protein membentuk kopolimer
yang tak larut dalam air. Dalam industri, tanin adalah senyawa yang
berasal dari tumbuhan, yang mampu mengubah kulit hewan yang
mentah menjadi kulit siap pakai karena kemampuannya menyambung
silang protein (Robinson, T., 1995)

Senyawa phenol yang secara biologis dapat berperan sebagai khelat


logam.Proses pengkhlatan akan terjadi sesuai pola subtitusi dan pH
senyawa phenolik itusendiri. Karena itulah tanin terhidrolisis memiliki
potensial untuk menjadi pengkhelat logam.Hasil khelat dari tanin ini
memiliki keuntungan yaitu kuatnya daya khelat darisenyawa tanin ini
membuat khelat logam menjadi stabil dan aman dalam tubuh. Tetapi
jika tubuh mengkonsumsi tanin berlebih maka akan mengalami
anemiakarena zat besi dalam darah akan dilkhelat oleh senyawa tanin
tersebut (Hangerman, 2002).

Tanin atau lebih dikenal dengan asam tanat, biasanya mengandung


10% H2O. Struktur kimia tanin adalah kompleks dan tidak sama. Asam
tanat tersusun 5 - 10 residu ester galat, sehingga galotanin sebagai salah
satu senyawa turunan tanin dikenal dengan nama asam tanat. Struktur
kimia senyawa tanin adalah sebagai berikut.

Gambar 8.1: Struktur Kimia Tanin


Untuk menganalisis senyawa tanin secara kuantitatif dapat
diguanakan metode sebagai berikut :

a. Metode analisis berdasarkan gugus fungsinya.


b. Dengan menggunakan kromatografi, seperti HPLC dan UV-Vis.
c. Dengan Permanganometri
d. Metode analisis fenol secara umum, menggunakan pereaksi blue
prussian dan pereaksi Folin.
e. Metode presipitasi dengan menggunakan protein.
(Harborne J.B., 1987)

C. Permanganometri
Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan
reaksi oleh Kalium permanganat (KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada
reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi antara KMnO4 dengan bahan
baku tertentu.

Zat organik dapat dioksidasi dengan KMnO4 dalam suasana asam


dengan pemanasan. Sisa KMnO4 direduksi dengan asam oksalat
berlebih. Kelebihan asam oksalat dititrasi kembali dengan KMnO4.
Metode permanganometri didasarkan pada reaksi oksidasi ion
permanganat. Oksidasi ini dapat berlangsung dalam suasana asam,
netral dan alkalis.

MnO4- + 8H+ + 5e → Mn2+ + 4H2O (Khopkar S. M., 1990)

Pada permanganometri, titran yang digunakan adalah kalium


permanganat. Setetes permanganat memberikan suatu warna merah
muda yang jelas kepada volume larutan dalam suatu titrasi. Warna ini
digunakan untuk menunjukkan kelebihan pereaksi. Kalium
Permanganat distandarisasikan dengan menggunakan natrium oksalat
atau sebagai arsen (III) oksida standar-standar primer. Akhir titrasi
ditandai dengan timbulnya warna merah muda yang disebabkan
kelebihan permanganat.

Permanganat bereaksi secara cepat dengan banyak agen pereduksi


berdasarkan pereaksi ini, namun beberapa pereaksi membutuhkan
pemanasan atau penggunaan sebuah katalis untuk mempercepat reaksi.
Kalau bukan karena fakta bahwa banyak reaksi permanganat berjalan
lambat, akan lebih banyak kesulitan lagi yang akan ditemukan dalam
penggunaan reagen ini. Sebagai contoh, permanganat adalah agen
unsure pengoksida, yang cukup kuat untuk mengoksidasi Mn(II)
menjadi MnO2 sesuai dengan persamaan :

3Mn2+ + 2MnO4- + 2H2O → 5MnO2 + 4H+ (W. Harjadi., 1990)

Penetapan kadar tanin total secara permanganometri dilakukan


dengan cara serbuk disari dengan air panas kemudian dipipet volume
tertentu, ditambahkan asam indigo sulfonat sebagai indikator, lalu
dititrasi dengan Kalium Permanganat (KMnO4) yang telah dibakukan
dengan asam oksalat (H2C2O4.2H2O). Titik akhir titrasi pada penetapan
kadar tanin ditunjukkan dari warna larutan biru menjadi berwarna
kuning emas. (Depkes RI, 1995)

V. Alat Dan Bahan

Alat:

 Neraca Analitik  Pipet Volume 5 mL


 Spatula  Gelas ukur 100 mL
 Gelas piala 100 mL  Buret
 Bunsen  Statif
 Kasa  Klep
 Kaki tiga  Erlenmeyer 250 mL
 Corong  Labu Takar 100 mL
Bahan:

 Sampel Teh
 Aquades
 Kertas saring
 Indikator indigo carmine
 Kalium Permanganat 0,1 N
 Natrium Klorida asam
 Gelatin
 Kaolin

VI. Cara Kerja

1. Ditimbang 2 gram sampel teh ke dalam gelas piala 100 mL.


2. Ditambahkan 50 mL air mendidih ke dalam gelas piala tersebut,
diammkan 20 menit, dan lalu dimasukkan ke labu takar 100 mL
dan ditera.
3. Larutan disaring ke dalam gelas piala kering (Bilasan pertama
filtrat hasil saringan dibuang).
4. Dipipet 5 mL filtrat, dimasukkan ke erlenmeyer, ditambahkan 75
mL air dan 5 mL indigo carmine.
5. Larutan tersebut dititar dengan KMnO4 0,1 N yang telah terstandarisasi
hingga warna biru berubah menjadi kuning. Catat volume titran sebagai A.
6. Dipipet 10 mL sampel (filtrat), ditambahkan 10 mL NaCl asam, 5 mL gelatin
dan 2 gram kaolin, diaduk hingga homogen, saring slurry dari filtratnya.
7. Dipipet 5 mL filtrat, ditammbahkan 75 mL air dan 5 mL indigo carmine.
8. Larutan tersebut dititar dengan KMnO4 0,1 N yang telah terstandarisasi
hingga warna biru berubah menjadi kuning. Catat volume titran sebagai B.
9. Hasil uji dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
( ) ̅ ( ) ( ) ( )
Tannin (%) = x 100%
( )

( ) ( ) ̅ ( ) ( )
= x 100%
( )

VII. Data Pengamatan

Nama praktikan : Diva Yuga Pratama Nurafgani


NIM : 1717826
Kelas :2C
Tanggal praktikum : 1 Maret 2019
Nama contoh uji : Teh
Deskripsi contoh uji : Serbuk coklat, bauh khas teh

A. Data Kuantitatif

Standarisasi KMnO4 0,1 N

Normalitas
Bobot zat baku Volume
Baku Primer KMnO4 hasil
primer (gram) KMnO4 (mL)
standardisasi
H2C2O4 0,6299 24,85 0,1006

H2C2O4 0,6299 24,83 0,1007


Data sampel

Volume Volume
Volume
titran titran
sampel Titik akhir titrasi
KMnO4 A KMnO4 B
(mL)
(mL) (mL)
5 3,13 - Biru  Hijau Kuning
5 - 2,33 Biru  Hijau Kuning

B. Data Kualitatif

No. Nama Bahan Rumus Molekul Sifat


Padatan, coklat, bau
1. Sampel teh -
khas teh
Kalium Cairan, ungu, tidak
2. KMnO4
Permanganat berbau
Indigo Padatan, biru, tidak
3. C10H8N2NA2O8S2
Carmine berbau
Cairan, tidak berwarna,
4. Aquades H2O
tidak berbau
Cairan, tidak bewarna,
5. Gelatin C76H124O29N24
tidak berbau
Padatan, putih, tidak
6. Kaolin Al2S12O5(OH)4
berbau
Natrium Cairan, tidak berwarna,
7. NaCl
klorida tidak berbau
Asam Asam, kristal putih,
8. H2C2O4
Oksalat tidak berbau
VIII. Perhitungan
Standarisasi KMnO4 0,1N

( )

( )

NKMnO (1) = 0,1006 mgrek/mL


4

( )

NKMnO (2) = 0,1007 mgrek/mL


4

( ) ( )
̅

( )
̅

Kadar Tannin
( ) ̅ ( ) ( ) ( )
Tannin (%) = x 100%
( )

( ) ( ) ( ) ( )
= x 100%
( )

= 3, 38 % b/b
IX. Pembahasan
Pada percobaan kali ini yaitu teknik maserasi pada penetapan kadar
tannin dalam teh. Yang bertujuan untuk memisahkan tannin dalam sampel
teh secara teknik maserasi dan menetapkan kadar tannin secara
permanganometri menggunakan kalium permanganat (KMnO4).

Dalam praktikum ini ditimbang sampel teh sebanyak 2 gram, dan di


maserasi dalam pelarut air panas selama 20 menit dan didinginkan hingga
hasil ekstrak setara suhu ruang, hal ini bertujuan untuk mencegah
penguapan saat dilarutkan dalam labu takar 100 mL, setelah dihomogenkan,
dipipet 5 mL ke erlenmeyer dan ditambahkan 75 mL akuades dan 5 mL
indigo carmine lalu ditirar KMnO4 terstandarisasi hingga titik akhir
berwarna kuning, dicatat sebagai volume titran A. Selanjutnya, sampel yang
tersisi dalam labu takar dipipet 10 mL ke dalam gelas piala kering,
ditambahkan 10 mL NaCl asam, 5 mL gelatin, 2 gram Kaolin, diaduk
hingga homogen, di saring dan ditampung dalam gelas piala, hasil
penyaringan di pipet 5 mL ke erlenmeyer dan ditambahkan 75 mL akuades
dan 5 mL indigo carmine lalu ditirar KMnO4 terstandarisasi hingga titik
akhir berwarna kuning, dicatat sebagai volume titran B.

Pemisahan senyawaan Tannin dalam sampel teh dapat dilakukan


dengan teknik maserasi (perendaman) menggunakan pelarut air karena
tanin larut dengan air. Maserasi ini akan mendapatkan senyawaan tanin
dalam filtrat. Filtrat yang diperoleh dititar dengan KMnO4 0,1 N yang telah
terstandarisasi dengan indikator indigo carmine untuk memperjelas titik
akhir titrasi. Penambahan NaCl asam akan mempermudah proses
pengendapan oleh gelatin dan kemudian direaksikan dengan kaolin yang
akan mempermudah dalam penyaringan. Perubahan titik akhir dari larutan
warna biru sampai larutan warna kuning.

Teknik maserasi merupakan suatu metode ekstraksi dengan prinsip


ekstraksi sampai setimbang, maksudnya adalah proses ekstraksi yang
dilakukan dihentikan ketika telah terjadi keseimbangan konsentrasi antara
pelarut dengan cairan intrasel (senyawa di dalam sel). Salah satu cara
menentukan apakah proses maserasi sudah selesai dan perlu dihentikan ialah
dengan pemberian indikator. Langkah tersebut yaitu mengambil sejumlah
tertentu dari maserat lalu ditambahkan pereaksi yang tepat, lalu di amati
apakah terjadi perubahan warna, kekeruhan atau adanya endapan. Bila
hasilnya negatif atau sangat minim berarti zat yang ingin kita ambil dalam
maserat sedah habis atau hampir habis.

Tujuan dari proses ekstraksi ialah yang pertama yaitu untuk


mengawetkan, maksudnya ialah apabila suatu zat disimpan dalam bentuk
simplisia kering, nanti dikhawatirkan akan mudah rusak. Seperti tercemar
oleh serangga atau kapang. Sedangkan apabila dalam bentuk ekstrak,
sediaan akan lebih awet karena tidak mengandung air. Alasan yang kedua
ialah untuk identifikasi. Identifikasi yang dimaksud ialah dengan mengubah
simplisia kering menjadi ekstrak dapat lebih mempersempit lagi kandungan
zat aktif dalam suatu ekstrak.

Berdasarkan pertimbangan tersebut maka pada percobaan ini teknik


pemisahan yang digunakan adalah maserasi karena tidak diperlukan biaya
yang banyak, proses pengerjaannya yang yang lebih mudah dibandingkan
dengan teknik pemisahan lainnya, dan senyawaan tanin yang mempunyai
daya kelarutan yang sangat baik dengan air. Walaupun dalam pengerjaannya
dibutuhkan waktu yang sedikit lama karena teknik maserasi ini merupakan
perendaman jadi proses perendamannya harus didiamkan terlebih dahulu
agar senyawaan tannin yang diinginkan dapat ikut larut semuanya dari
sampel daun teh.

Sehingga semakin lama waktu perendaman maka akan menjadikan


tannin yang ikut larut dengan pelarut airnya semakin banyak. Berbeda jika
proses perendamannya dilakukan dalam waktu yang singkat akan
memberikan hasil akhir yang lebih sedikit dengan proses perendamakn yang
dilakukan dalam waktu yang lama.

Maserasi tannin dalam daun teh ini menggunakan pelarut air yang
mendidih karena untuk mempersingkat proses perendamannya. Dimana
kelarutan juga dipengaruhi oleh suhu yang berperan mempercepat kelarutan
tannin terhadap pelarut air sehingga digunakan air yang mendidih.

Berdasarkan percobaan, volume titran A sebesar 3,13 mL dan volume


titran B sebesar 2,33 mL, dengan hasil standarisasi KMnO4 0,1 N didapat
rerata konsentrasi KMnO4 sebesar 0,1006 N, sehingga berdasarkan
perhitungan kadar Tannin % (b/b) diperoleh kadar tannin dalam sampel
sebesar 3,38 % (b/b)

X. Kesimpulan
Didapatkan kesimpulan berdasarkan percobaan praktikum berjudul
Teknik Maserasi pada Penetapan Kadar Tannin Dalam Teh, diperoleh kadar
tannin dalam sempel sebesar 3,38 % (b/b).

XI. Daftar Pustaka


Day, R.A dan Underwood, A.L. 2001. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta :
Erlangga

Harborne, JB. 1987. Metode Fitokimia Penuntun cara Modern Menganalisis


tumbuhan. Bandung: Insitut Teknologi Bandung

Harjadi W. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: Gramedia

Khopkar, S.M. 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press


XII. Lampiran

Penimbangan Asam Oksalat Penimbangan Kaolin

Penambahan Kaolin Sampel Teh Kering

Campuran Filtrat + Slurry Maserasi Teh dalam


Pelarut Air Panas
Sampel + Indigo Carmine Penyaringan Sampel Penyaringan Slurry

Titik Akhir Titrasi Sampel Hasil Maserasi dalam


Labu Takar 100 mL

Titik Akhir Standarisasi Hasil Penyaringan Teh


KMnO4

Anda mungkin juga menyukai