Anda di halaman 1dari 5

Identitas (hal 230)

Nama ekstrak : Kaempferia galangal rhizomae extractum spissum

Bagian yang digunakan : Rimpang

Nama latin tumbuhan : Kaempferia galanga

Nama Indonesia : kencur

Organoleptis

Bentuk : Ekstrak kental / serbuk

Warna : coklat tua

Bau : Khas aromatik

Rasa : Agak pedas dan tebal di lidah

Senyawa terlarut dalam pelarut tertentu (air dan etanol)

Kadar sari larut air dan kadar sari larut etanol

berat sari larut air/etanol 100


× ×100 %
berat bahan awal 20

528

Diskusi 1

Topik Diskusi 1
Penentuan parameter spesifik adalah aspek kandungan kimia kualitatif dan aspek
kuantitatif kadar senyawa kimia yang bertanggung jawab langsung terhadap aktivitas
farmakologis tertentu. Parameter spesifik ekstrak meliputi:
1. Identitas
            Parameter identitas esktrak meliputi: deskripsi tata nama, nama ekstrak
(generik, dagang, paten), nama lain tumbuhan (sistematika botani), bagian tumbuhan
yang digunakan (rimpang, daun, dsb) dan nama Indonesia tumbuhan.
2. Organoleptis:
            Parameter organoleptik ekstrak meliputi penggunaan panca indera
mendeskripsikan bentuk, warna, bau, rasa guna pengenalan awal yang sederhana se-
objektif mungkin.
3. Senyawa terlarut dalam pelarut tertentu
            Melarutkan ekstrak dengan pelarut (alkohol/ air) untuk ditentukan jumlah larutan
yang identik dengan jumlah senyawa kandungan secara gravimetrik. Dalam hal tertentu
dapat diukur senyawa terlarut dalam pelarut lain misalnya heksana, diklorometan,
metanol. Tujuannya untuk memberikan gambaran awal jumlah senyawa kandungan.
4. Uji kandungan kimia ekstrak

 Pola kromatogram
            Pola kromatogram dilakukan sebagai analisis kromatografi sehingga
memberikan pola kromatogram yang khas. Bertujuan untuk memberikan gambaran
awal komposisi kandungan kimia berdasarkan pola kromatogram (KLT, KCKT) (Depkes
RI, 2000).

 Kadar kandungan kimia tertentu


            Suatu kandungan kimia yang berupa senyawa identitas atau senyawa kimia
utama ataupun kandungan kimia lainnya, maka secara kromatografi instrumental dapat
dilakukan penetapan kadar kandungan kimia tersebut. Instrumen yang dapat digunakan
adalah densitometri, kromatografi gas, KCKT atau instrumen yang sesuai. Tujuannya
memberikan data kadar kandungan kimia tertentu sebagai senyawa identitas atau
senyawa yang diduga bertanggung jawab pada efek farmakologi (Depkes RI, 2000).

 Kadar Total Golongan Kandungan Kimia


            Dengan penerapan metode spektrofotometri, titrimetri, volumetri, gravimetri atau
lainnya dapat ditetapkan kadar golongan kandungan kimia. Metode harus sudah teruji
validitasnya, terutama selektivitas dan batas linieritas. Tujuannya adalah memberikan
informasi kadar golongan kandungan kimia sebagai parameter mutu ekstrak dalam
kaitannya dengan efek farmakologis.

Topik diskusi 2
1. Identitas
a. Deskripsi tata nama:

 Nama ekstrak (generik, dagang, paten).


 Nama latin tumbuhan (sistematika botani)
 Bagian yang digunakan (rimpang, daun, dsb)
 Nama Indonesia tumbuhan
b. Senyawa Identitas, senyawa tertentu yang menjadi petunjuk spesifik dengan metode
tertentu.
2. Organoleptik
Penggunaan pancaindera mendeskripsikan bentuk, warna, bau dan rasa:
a. Bentuk: padat, serbuk-kering, kental, cair.
b. Warna: kuning, cokelat, dll.
c. Bau: aromatik, tidak berbau, dll.
d. Rasa: pahit, manis, kelat, dll.
3. Senyawa Terlarut dalam Pelarut Tertentu
Prosedur:
1) Kadar senyawa larut air
Maserasi sejumlah 5,0 gram ekstrak selama 24 jam dengan 100 ml air kloroform LP
menggunakan labu bersumbat sambil berkali-kali dikocok selama 6 jam pertama dan
kemudian dibiarkan selama 18 jam.Saring, uapkan 20 ml filtrat hingga kering dalam
cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara, panaskan residu pada suhu 1050C
hingga bobot tetap. Hitung kadar dalam persen, dihitung terhadap ekstrak awal.
Percobaan dilakukan 3 kali.
Catatan : Air-kloroform LP adalah air suling 997,5 ml dicampur dg 2,5 ml kloroform.
2) Kadar senyawa larut etanol
Maserasi sejumlah 5,0 gram ekstrak selama 24 jam dengan 100 ml etanol (95%)
menggunakan labu bersumbat sambil berkali-kali dikocok selama 6 jam pertama dan
kemudian dibiarkan selama 18 jam.Saring cepat dengan menghindarkan penguapan
etanol, uapkan 20 ml filtrat hingga kering dalam cawan dangkal berdasar rata yang
telah ditara, panaskan residu pada suhu 1050C hingga bobot tetap. Hitung kadar dalam
persen, dihitung terhadap ekstrak awal. Percobaan dilakukan 3 kali.
4. Uji Kandungan Kimia Ekstrak
Prosedur:
Larutan uji: ekstrak ditimbang dan diekstraksi berturut-turut dengan pelarut hexane,
etilasetat, etanol, air. Cara ekstraksi dapat dilakukan dengan pengocokan selama 15
menit atau dengan getaran ultraonik atau dengan pemanasan kemudian disaring untuk
mendapatkan larutan uji.
Kromatografi lapis tipis (KLT): umumnya dibuat kromatogram pada lempeng silika gel
dengan berbagai jenis fase gerak sesuai dengan golongan kandungan kimia sebagai
sasaran analisis. Evaluasi dapat dilakukan dengan dokumentasi foto hasil pewarnaan
lempeng kromatografi dengan pereaksi yang sesuai atau dengan melihat kromatogram
hasil perekaman menggunakan instrumen densitometer (TLC-Scanner). Perekaman
dapat dilakukan secara absoribsi-refleksi pada panjang gelombang 254 nm, 365 nm
dan 415 nm atau pada panjang gelombang lain yang spesifik untuk suatu komponen
yang telah diketahui.
5. Kadar Total Golongan Kandungan Kimia
Prosedur:
1) Penetapan kadar minyak atsiri
Timbang secukupnya sejumlah ekstrak hingga diperkirakan dapat menghasilkan 1 mL –
3 mL minyak atsiri. Masukkan ekstrak yang telah ditimbang kedalam labu. Hubungkan
dengan bagian pendingin dan penampung berskala (rangkai kesuluran alat destilasi).
Didihkan isi labu dengan pemanasan yang sesuai untuk menjaga agar pendidihan
berlangsung tidak terlalu kuat atau sampai minyak atsiri terdestilasi sempurna dan tidak
bertambah lagi dalam bagian penampung berskala. Catat volume minyak atsiri yang
dihasilkan dan hitung perbandingan volume minyak atsiri yang tertampung dengan
jumlah ekstak yang ditimbang.
2) Penetapan kadar steroid
Larutan baku: timbang seksama 1 mg sitosterol, larutkan dalam etanol P secara
bertingkat sehingga diperoleh kadar 5, 10 dan 20 μg/mL.
Larutan uji: timbang seksama 1 g ekstrak, larutkan dalam 20 ml etanol dalam labu
takar. Ulangi sampai 3 kali denan cara yang sama. Kedalam dua labu yang masing-
masing berisi larutan uji dan larutan baku dan ke dalam labu ketiga berisi 20.0 mL
etanol P sebagai blanko, tambahkan 2.0 mL larutan yang dibuat dengan melarutkan 50
mg tetrazolium biru P dalam 10 mL metanol P dan campur. Kemudian ke dalam tiap
labu tambahkan 2.0 mL campuran etanol P dan tetrametil amonium hidrosida LP (9:1),
campur dan biarkan dalam gelap selama 90 menit. Ukur segera serapan larutan yang
diperoleh dari larutan uji dan larutan baku pada panjang gelombang lebih kurang 525
nm.
3) Penetapan kadar tanin
Lebih kurang 2 g ekstrak yang ditimbang seksama dipanaskan dengan 50 mL air
mendidih di atas penangas air selama 30 menit sambil diaduk. Diamkan selama
beberapa menit, endapkan, saring (bisa dengan kapas) ke dalam labu takar 250 mL.
Larutkan kembali residu dengan air mendidih, kemudian saring kembali ke tempat yang
sama. Ulangi penyarian beberapa kali hingga bila direaksikan dengan besi (III)
amonium sulfat tidak menunjukkan adanya tanin. Dinginkan cairan dan tambahkan air
secukupnya hingga 250 mL. Pipet 25 mL larutan ke dalam labu 1000 mL, tambahkan
750 mL air dan 25 mL asam indigo sulfonat LP, titrasi dengan kalium permanganat 0.1
N hingga larutan berwarna kuning emas. 1 mL kalium permanganat 0.1 N setara
dengan 0.004157 g tanin.
Asam indigo sulfonat LP: larutkan 1 g indigo karmin P dalam 25 mL asam sulfat P,
tambahkan 25 mL asam sulfat lagi dan encerkan dengan air secukupnya hingga 1000
mL.
4) Penetapan kadar flavanoid
Hidrolisis: Timbang ekstrak yang setara dengan 200 mg simplisia dan masukkan ke
dala labu alas bulat. Tambahkan sistem hidrolisis, yaitu 1.0 mL larutan 0.5% b/v
heksametilentetramina, 20.0 mL aseton dan 2.0 mL larutan 25% HCl dalam air.
Lakukan hidrolisis dengan pemanasan sampai mendidih (gunakan pendingin air/reflux)
selama 30 menit. Campuran hasil hidrolisis ditambah 20 mL aseton untuk dididihkan
kembali sebentar, lakukan 2x dan filtrat dikumpulkan semua ke dalam labu ukur.
Setelah labu ukur dingin, maka volume ditetapkan sampai tepa 100.0 mL. Kocok ad
homogen. 20 mL filtrat hidrolisa dimasukkan corong pisah dan tambahkan 20 ml H2O,
selanjutnya lakukan ekstraksi kocok, pertama dengan 15 mL etilasetat. Kemudian 2x
dengan 10 mL etilasetat dan kumpulkan fraksi etilasetat kedalam labu ukur 50.0 mL,
akhirnya tambahkan etilasetat sampai tepat 50.0 mL. Untuk replikasi spektrofotometri
lakukan prosedur ini 3 – 4 kali.
Uji spektrofotometri : masukkan 10 mL larutan fraksi etilasetat (hidrolisa) ke dalam labu
ukur 25.0 mL, tambahkan 1 mL larutan 2 g AgCl3 dalam 100 ml larutan asam asetat
glacial 5% v/v (dalam metanol) secukupnya sampai tepat 25.0 mL. Hasil reaksi siap
diukur pada spektrofotometer setelah 30 menit berikutnya pada panjang gelombang
maksimum. Perhitungan kadae menggunakan bahan standar glikosida flavanoid
(hiperoksida, rutin, hesperidin), gunakan kurva baku dan nilai kadar terhitung sebagai
bahan standar tersebut. Kalau menggunakan hiperoksida dapat langsunh diukur
dengan rumus:
Kadar total flavanoid = [(Ao x 1.25) berat sampel] %
5) Penetapan kadar alkaloid
Timbang seksama 1 g ekstrak, masukkan dalam corong pisah 125 ml pertama,
kemudian tambahkan 20 mL larutan asam sulfat P (1 dalam 350) dan kocok kuat
selama 5 menit. Tambahkan 20 mL eter P, kocok hati-hat, saring lapisan asam ke
dalam corong pisah kedua. Kocok lapisan eter dua kali, tiap kali dengan 10 mL larutan
asam sulfat P (1 dalam 350), saring tiap lapisan asam ke dalam corong pisah 125 mL
kedua dan buang lapisan eter. Pada ekstrak tambahkan 10 mL natrium hidroksida LP
dan 50 mL eter P, kocok hati-hati, pindahkan lapisan air ke dalam corong pisah 125 mL
ketiga berisi 50 mL eter P. Kocok corong pisah ketiga hati-hati, buang lapisan air, cuci
dengan 20 mL air, buang lapisan air. Ekstraksi kedua lapisan eter masing-masing
dengan 20, 20 dan 5 mL larutan asam sulfat P (1 dalam 70). Lakukan ekstraksi dengan
corong pisah ketiga lebih dahulu, setelah itu corong pisah kedua. Campurkan ekstrak
asam dalam labu ukur 50.0 mL, encerkan dengan asam sampai tanda. Lakukan hal
sama terhadap 25 mg alkaloid pembanding yang tersedia. Encerkan masing-masing 5.0
mL larutan uji dan larutan pembanding dengan larutan asam sulfat P (1 dalam 70)
hingga 100.0 mL dan tetapkan serapan tiap larutan pada panjang gelombang tertentu
menggunakan larutan asam sulfat P (1 dalam 70) sebagai blanko.
6) Penetapan antrakinon
Timbang 0.1 g ekstrak, kocok dengan 10 mL air panas selama 5 menit, saring dalam
keadaan panas, dinginkan filtrat dan ekstraksi dengan 10 mL benzena. Pisahkan
lapisan benzena. Tambahkan pada lapisan air 10 mL larutan ferri klorida 5% dan 5 mL
asam klorida. Panaskan campuran pada penangas air selama 10 menit dalam tabung
refluks. Dinginkan dan ekstraksi dengan 10 mL benzena. Uapkan cairan hingga habis
pada cawan poselen dengan pemanasan lemah. Larutka residu dalam 5 mL larutan
kalium hidroksida 5% dalam metanol. Ukur serapan pada 515 nm. Hitung kadar total
antrakinon glikosida berdasarkan kurva baku antrakinon pembanding.

Topik Diskusi 3
Parameter spesifik berfokus pada senyawa atau golongan senyawa yang bertanggung
jawab terhadap aktivitas farmakologis. Jadi persyaratan spesifik diperlukan agar
keberadaan senyawa aktif serta stabilitas senyawa aktif dapat terjamin sehingga bisa
dipercaya efek farmakologinya.

Anda mungkin juga menyukai