Anda di halaman 1dari 8

Nama : Nanda Fendi Kurniawan

Nim : 10117108
Kelompok :H
Prodi : S1 Farmasi

PARAMTER SPESIFIK, NON SPESIFIK, DAN PARAMETER STANDART


A. PARAMETER SPESIFIK
Parameter, pada umumnya, adalah entitas yang dapat membantu dalam menghubungkan atau
mengelompokkan kerangka kerja tertentu. Parameter juga membantu untuk mengklasifikasikan
sistem tertentu pada suatu sistem tertentu seperti peristiwa, proyek ,objek, dansituasi.
- Parameter identitas.
Parameter identitas ekstrak :
a. Pengertian dan prinsip :
I. Deksripsi tata nama :
1. Nama ekstrak.
2. Nama latin tumbuhan.
3. Bagian tumbuhan yang diambil.
4. Nama indonesia tumbuhan.
II. Ekstrak dapat memiliki sebuah senyawa identitas. Yang artinya senyawa
tersebut dapat menjadi petunjuk spesifik.
b. Tujuan : dapat memberikan identitas obyek dari nama dan spesifikasi dari senyawa
identitas.
c. Contoh :
I. Deskripsi tata nama :
1. Curcumae extractum.
2. Curcuma xanthoriza.
3. Curcumae rhizoma.
4. Temulawak.
II. Senyawa identitas adalah xanthorrhizol.
- Parameter organoleptik.
a. Pengertian dan prinsip : penggunaan pancaindera (bentuk, warna, bau, rasa)..
b. Tujuan : pengenalan awal yang sederhana seobyektif mungkin.
c. Contoh :
1. Bentuk : serbuk kering.
2. Warna : kuning kemerahan.
3. Rasa : pahir.
4. Bau : aromatik.
- Parameter senyawa terlarut dalam pelarut tertentu.
a. Pengertian dan prinsip :
 Melarutkan ekstrak dengan pelarut alkohol atau air untuk dapat
menentukan jumlah solut yang identik dengan jumlah senyawa
kandungan.
b. Tujuan :
 Dapat memberikan gambaran awal jumlah senyawa kandungan.
c. Nilai : nilai minial atau rentang minimal yang terlebih dahulu di tetapkan.
d. Prosedur :
1. Kadar senyawa yang larut dalam air.
2. Kadar senyawa yang larut dalam etanol.
- Uji kandungan kimia ekstrak.
a. Pola kromatogram.
 Pengertian dan deskripsi :
Ekstrak ditimbang kemudian di ekstraksi dengan pelarut dengan
menggunakan cara tertentu.
 Tujuan : memberikan gambaran awal komposisi kandungan kimia
berdasarkan pola kromatogram.
 Nilai : kesamaan pola dengan data baku yang terlebih dahulu ditetapkan.
 Prosedur kerja :
1. Penyiapan larutan uji.
2. Kromatografi tipis.
3. Kromatografi cair kinerja tinggi.
4. Kormatografi gas.
- Kadar total golongan kandungan kimia.
a. Pengertian dan prinsip :
Dengan penerapan metode spetrofotometri, titrimetri, volumetri, dan gravimetri.
Metode tersebut harus sudah teruji validitasnya, ada beberapa golongan :
1. minyak atsiri.
2. Steroid.
3. Tanin.
b. Tujuan : dapat memberikan informasi kadar golongan kandungan kimia sebagai
parameter mutu ekstrak.
c. Prosedur :
1. Penetapan kadar minyak atsiri.
2. Penetapan kadar steroid.
3. Penetapan kadar tanin.
- Kadar kandungan kimia tertentu.
a. Pengertian dan prinsip :
Dengan tersedianya suatu kandungan kimia yang berupa senyawa identitas atau
senyawa kimia utama ataupun, kandungan kimia yang lainnya.
b. Tujuan : memberikan data kadar kandungan kimia tertentu sebagai senyawa
identitas atau senyawa yang diduga bertanggung jawab pada efek farmakologi.
c. Prosedur :
 Kadar kandungan kimia aktif/utama/identitas.
 Spesifik untuk masing-masing ekstrak yang telah di standarisasi.

B. PARAMETER NON SPESIFIK


Parameter nonspesifik juga menganalisis secara fisik, kimia, dan mikrobiologi yang
berkaitan dengan keamanan dan stabilitas suatu ekstrak. Parameter non spesifik meliputi susut
pengeringan, bobot jenis, kadar air, kadar abu, sisa pestisida, cemaran logam, cemaran mikroba,
cemaran kapang, khamir dan aflatoksin.
Parameter Non Spesifik Penetapan parameter non spesifik yang dilakukan menurut Depkes RI
(2000) adalah sebagai berikut :
a. Penetapan susut pengeringan
Cara Kerja : Ekstrak ditimbang saksama 1 g sampai 2 g dalam botol timbang
dangkal bertutup yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu penetapan dan ditara.
Bahan dalam botol diratakan dengan menggoyangkan botol, hingga merupakan
lapisan setebal lebih kurang 5 sampai 10 mm, dimasukkan dalam ruang pengering,
tutupnya dibuka dan dikeringkan pada suhu penetapan hingga bobot tetap. Sebelum
setiap pengeringan, botol dibiarkan dalam keadaaan tertutup mendingin dalam
eksikator hingga suhu ruang.

Susut pengeringan (%) = Berat susut pengeringan x 100%


Berat ekstrak
b. Penetapan Bobot Jenis
Cara Kerja : Penetapan bobot jenis ekstrak dapat dilakukan dengan cara menimbang
piknometer dalam keadaan kosong. Kemudian piknometer diisi penuh dengan air dan
ditimbang. Kerapatan air dapat ditentukan. Piknometer dikosongkan dan diisi penuh
dengan ekstrak, lalu ditimbang. Selanjutnya bobot jenis ekstrak dapat ditetapkan
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Bobot jenis ekstrak = Kerapatan ekstrak


Kerapatan air

c. Penetapan Kadar Air (Cara Destilasi)


Cara Kerja : Tabung penerima dan pendingin dibersihkan dengan asam pencuci,
dibilas dengan air, kemudian dikeringkan dalam lemari pengering. Sejumlah bahan
ditimbang saksama yang diperkirakan mengandung 1 sampai 4 ml air, dimasukkan ke
dalam labu kering. Lebih kurang 200 ml toluene jernih air dimasukkan ke dalam labu,
rangkaian alat dipasangkan. Toluen jernih air dimasukkan ke dalam tabung penerima
melalui pendingin sampai leher alat penampung. Labu dipanaskan hati-hati selama 15
menit. Setelah toluene mulai mendidih, penyulingan diatur dengan kecepatan lebih
kurang 2 tetes tiap detik, hingga sebagian besar air tersuling, kemudian kecepatan
penyulingan dinaikkan hingga 4 tetes tiap detik. Setelah semua air tersuling, bagian
dalam pendingin dicuci dengan toluene jenuh air, sampai dibersihkan dengan sikat
tabung yang disambungkan pada sebuah kawat tembaga dan telah dibasahi dengan
toluene jenuh air. Penyulingan dilanjutkan selama 5 menit. Tabung penerima
didinginkan hingga suhu ruang. Tetes air yang melekat digosok pada tabung
pendingin dan tabung penerima dengan karet yang diikatkan pada sebuah kawat
tembaga dan dibasahi dengan toluene jenuh air hingga tetesan air turun. Volume air
dibaca setelah air dan toluene memisah sempurna. Kadar air dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut :

Kadar air (%) = Volume air yang tersuling x 100%


Berat ekstrak
d. Penetapan Kadar Abu Total
Cara Kerja : Sebanyak 2 sampai 3 g bahan uji yang telah dihaluskan ditimbang
saksama dan dimasukkan ke dalam krus silikat yang telah dipijar dan ditara,
kemudian dipijarkan perlahan-lahan hingga arang habis, didinginkan dan ditimbang.
Untuk arang yang tidak dapat dihilangkan, air panas ditambahkan, diaduk, disaring
melalui kertas saring bebas abu. Kertas saring beserta sisa penyaringan dipijarkan
dalam krus yang sama. Filtrat dimasukkan kedalam krus, diuapkan dan dipijarkan
hingga bobot tetap. Kadar abu total dihitung terhadap berat bahan uji. Kadar abu total
dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Kadar abu total (%) = Berat abu total x 100%


Berat bahan uji
e. Sisa Pestisida
1. Sisa Pestisida (1)
Jika kandungan kimia pengganggu analisis yang besifat non polar relatif kecil
seperti pada ekstrak yang diperoleh dengan penyari air atau etanol berkadar
kurang dari 20%
– menggunakan metode KLT secara langsung tanpa melalui tahap pembersihan
lebih dahulu
– menggunakan kromatografi gas jika tidak terdapat kandungan kimia dengan
unsur N (klorofil, alkaloid dan amina non polar lain)
2. Sisa Pestisida (2)
Ekstrak yang diperoleh dengan pelarut etanol berkadar tinggi dan tidak
mengandung senyawa nitrogen non polar
– menggunakan metode KLT atau kromatografi gas secara langsung tanpa
pembersihan Jika tidak dapat dilakukan karena banyaknya kandungan kimia
pengganggu
– dilakukan pengujian sesuai metode baku. Agar memudahkan penelusuran
kembali jika ada masalah analisis
– Lakukan penomoran dan perincian terhadap analisis disesuaikan dengan buku
aslinya.

f. Cemaran Logam
Penentuan kadar Pb secara AAS harus memperhatikan kondisi instrumen AAS
yang akan digunakan. Tipe instrumen yang berbeda akan memiliki kondisi optimum
yang berbeda pula. Pemilihan panjang gelombang untuk penentuan tiap logam juga
bergantung pada jenis instrumen dan sampel yang digunakan, karena 28
Pemilihan panjang gelombang yang akan digunakan akan mempengaruhi hasil
analisis. Masing-masing panjang gelombang memiliki range kerja optimum dan juga
cela burner yang berbeda. Penentuan kadar logam Pb dengan menggunakan AAS tipe
AA 240 dapat dilakukan pada panjang gelombang 217,0 nm dan 283,3 nm. Panjang
geombang 217,0 nm memiliki cela burner sebesar 1,0 nm dengan range kerja
optimum 0,1-30 µg/mL, sedangkan panjang gelombang 283,3 nm memiliki cela
burner sebesar 0,5 nm dengan range kerja optimum 0,5-50 µg/mL.

g. Cemaran Mikroba
Cara Kerja : menggunakan metode ALT dan uji nilai duga terdekat (MPN) coliform.
1. ALT (Angka Lempeng Total)
digunakan untuk mengetahui jumlah mikroba yang ada pada suatu sampel. Uji
Angka Lempeng Total (ALT) dan lebih tepatnya ALT aerob mesofil setelah
cuplikan diinokulasikan pada media lempeng agar dengan cara tuang dan
diinkubasi pada suhu yang sesuai.
Media yang digunakan :
- PCA (Plate Count Agar)
Pereaksi yang digunakan :
- PDF (Pepton Dilution Fluid)
- FCDSLP (Fluid Casein Digest Soy Lecihitin Polysorbate)
- Parafin cair (Minyak mineral)
- Tween 80 dan 20
Peralatan khusus :
- Stomacher (blender)
- Alat hitung koloni
Prosedur Kerja ALT :
Siapkan 5 buah tabung atau lebih yang telah diisi dengan 9 ml pengenceran PDF.
Hasil homogenisasi dipipet pengencaran 10-1 sebanyak 1 ml ke dalam tabung
yang berisi pengenceran PDF pertama hingga pengencaran 10-2, dikocok hingga
homogen.Buat pengenceran selanjutnya hingga 10-6 atau sesuai dengan yang
diperlukan. Setiap pengencaran dipipet 1 ml ke dalam cawan petri dan dibuat
duplo. Tiap cawan petri dituangkan 15-20 ml media PCA (45±1°C), cawan petri
digoyang dan diputar hingga suspensi tersebar merata. Untuk mengetahui
sterilitas media dan pengencer dibuat uji blangko (kontrol). Satu cawan hanya
diisi 1 ml pengenceran dan media agar, dan cawan yang lain diisi pengencer dan
media. Setelah media memadat, cawan petri diinkubasi pada suhu 35- 37°C
selama 24-48 jam dengan posisi terbalik. Jumlah koloni yang tumbuh diamati dan
dihitung.

2. Uji Nilai Duga Terdekat (MPN) Coliform


Pengertian : Pertumbuhan bakteri coliform setelah cuplikan diinokulasikan pada
media cair yang sesuai, adanya reaksi fermentasi dan pembentukan gas di dalam
tabung durham.
Pereaksi yang digunakan :
- PDF (Pepton Dilution Fluid)
- MCB (Mac Conkey Broth)
- BGLB (Brilliant Green Lactose Bile Broth)
- EMBA (Eosin Methylene Blue Agar)
- VRBA (Violet Red Billie Agar)
- Methyl Red-Voges Proskauer (MR-VP) Medium
- Trypton Broth
- Simmon’s Citrate Agar
- Nutrient Agar
Peralatan :
- Stomacher atau blender atau cawan mortir
- Pipet ukur
- Tabung durham
Prosedur Kerja :
Siapkan 5 tabung reaksi berisi 9 ml PDF. Hasil homogenisasi pada penyiapan
dipipet 1 ml pengenceran 10¯1 ke dalam tabung PDF pertama diperoleh suspensi
dengan pengenceran 10¯2, dikocok sampai homogen. Dibuat pengenceran
selanjutnya hingga 10¯6.

h. Cemaran Kapang, Khamir, dan Aflatoksin


1. Uji Angka Kapang dan Khamir
Pengertian : Pertumbuhan kapang dan khamir setelah diinokulasikan pada media
yang sesuai dan diinkubasikan pada suhu 20-25ºC.
Pereaksi/Media Khusus:
Media
- Potato Dextrose Agar (PDA)
- Czapek Dox Agar (CDA) atau Malt Agar
- Air suling Agar 0,05% (ASA)
- Kloramfenikol 100 mg/liter media
Peralatan :
- Lemari aseptik
- Stomacher atau blender
- Pipet ukur mulut lebar
Prosedur Kerja :
Siapkan 3 buah tabung yang masing-masing telah diisi 9 ml ASA. Dipipet 1 ml
pengenceran 10-1ke dalam tabung ASA pertama hingga diperoleh pengenceran 10̄
², dan dikocok sampai homogen. Dibuat pengenceran selanjutnya hingga 10-4. Dari
maisng-masing pengenceran dipipet 0.5 ml, dituangkan pada permukaan PDA,
segera digoyang sambil diputar agar suspensi tersebar merata dan dibuat duplo.
Untuk mengetahui sterilitas media dan pengenceran, dilakukan uji blangko, ke
dalam satu cawan petri dituangkan media dan dibiarkan memadat. Ke dalam
cawan petri lainnya dituangkan media dan pengencer,kemudian dibiarkan
memadat. Seluruh cawan petri diinkubasi pada suhu 20-25ºC selama 5-7 hari.
Sesudah 5 hari inkubasi, dicatat jumlah koloni jamur yang tumbuh, pengamatan
terakhir pada inkubasi 7 hari.
2. Uji Cemaran Aflatoksin
Pengertian : Pemisahan isolat aflatoksin secara kromatografi lapis tipis
Pereaksi : Media dan pengenceran Media Yeast Extract Sucrose Broth (YES)
Peralatan :
- Lemari aseptik
- Lampu Ultra Violet
- Mikropipet 10 ml
Prosedur Kerja :
Kultur Aspergillus flavus hasil isolat dan identifikasi dari ekstrak diinokulasikan pada
permukaan media YES. Tabung diinokulasikan pada suhu 25ºC selama satu minggu dalam posisi
miring untuk mendapatkan permukaan yang luas. Biakan diautoklaf pada suhu 121ºC selama 15
menit, biakan dibiarkan sampai dingin. Ambil media biakan menggunakan pipet pasteur dan
dimasukkan ke dalam tabung reaksi kecil ata

Anda mungkin juga menyukai