Anda di halaman 1dari 8

PRAKTIKUM FITOKIMIA

EVALUASI MUTU SIMPLISIA


(Nama Tanaman)

Oleh:

Kelompok : 2
Nama Anggota (NIM) : 1. Iqbal abshor (2201018)
2.aulia
3.yeni newa
4.clarensa
dst
Kelas :
Dosen Pengampu Rizki Nisfi Ramdhini, M.Si

PROGRAM STUDI D3 FARMASI


AKADEMI FARMASI CENDIKIA FARMA
HUSADA TAHUN AKADEMIK 2023-2024

1
PRAKTIKUM 2
EVALUASI MUTU SIMPLISIA

I. Tujuan

Mahasiswa mampu mengevaluasi mutu simplisia dengan cara yang benar

II. Teori Dasar

Standardisasi merupakan rangkaian proses yang melibatkan berbagai metode analisis


kimiawi berdasarkan data farmakologis, analisis fisik mikrobiologi dan toksikologi
terhadap suatu ekstrak alam. Standardisasi dalam kefarmasian tidak lain adalah
serangkaian parameter, prosedur dan cara pengukuran yang hasilnya merupakan unsur-
unsur terkait paradigma mutu kefarmasian, mutu dalam artian syarat standar (kimia,
biologi dan farmasi), termasuk jaminan (batas-batas) stabilitas sebagai produk kefarmasian
umumnya. Dengan kata lain, pengertian standarisasi juga berarti proses menjamin bahwa
produk akhir obat (obat, ekstrak, atau produk herbal) mempunyai nilai parameter tertentu
yang konstandan ditetapkan dahulu. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi mutu ekstrak
yaitu faktor biologi dari bahan asal tumbuhan obat dan faktor kandungan kimia bahan obat
tersebut. Standarisasi ekstrak terdiri dari parameter standar spesifik dan parameter standar
non spesifik. Parameter-parameter standar Simplisia dan ekstrak terdiri dari Parameter
Spesifik dan Parameter Non Spesifik.

1. Parameter Spesifik

Penentuan parameter spesifik adalah aspek kandungan kimia kualitatif dan aspek
kuantitatif kadar senyawa kimia yang bertanggung jawab langsung terhadap proses
standarisasi, meliputi Uji organoleptis, kadar sari larut air, kadar sari larut etanol dan
skrining fitokimia (Depkes RI, 2000).

a) Organoleptis
Parameter organoleptik meliputi penggunaan panca indera/makroskopis,
mendeskripsikan bentuk, warna, bau, rasa guna pengenalan awal yang sederhana
seobjektif mungkin dan secara mikroskopis dengan bantuan mikroskop (Depkes RI,
2000).

2
b) Senyawa terlarut dalam pelarut tertentu
Melarutkan ekstrak dengan pelarut (alkohol atau air) untuk ditentukan jumlah
solut yang identik dengan jumlah senyaa kandungan secara gravimetri. Dalam hal
tertentu dapat diukur senyawa terlarut dalam pelarut lain misalnya heksana
diklorometan dan metanol. Dengan tujuan untuk memberikan gambaran awal jumlah
senyawa kandungan (Depkes RI, 2000).

c) Skrining Fitokimia
Penapisan fitokimia bertujuan untuk mengetahui golongan senyawa dalam suatu
tanaman. Pendekatan secara skrining fitokimia pada hakikatnya adalah analisis
secara kualitatif dari kandungan kimia yang terdapat di dalam tumbuhan atau bagian
tumbuhan (akar, batang, daun, bunga dan biji) terutama kandungan metabolit
sekunder yang merupakan senyawa bioaktif seperti alkaloid, flavonoid, tanin,
saponin, steroid. Persyaratan yang harus dipenuhi dalam melakukan skrining
fitokimia adalah metode yang digunakan sederhana, dilakukan dalam waktu yang
singkat dan cepat, dapat memberikan keterangan tambahan ada atau tidaknya
senyawa tertentu dari golongan senyawa yang dipelajari (Marjoni, 2016).

2. Parameter Non Spesifik

Parameter non spesifik adalah segala aspek yang tidak terkait dengan aktivitas
farmakologis secara langsung namun mempengaruhi aspek keamanan dan stabilitas
ekstrak dan sediaan yang dihasilkan.

a) Susut Pengeringan
Susut Pengeringan adalah hasil dari pengeringan bobot sampel basah dikurangi
dengan bobot sampel kering (setelah pemanasan) pada suhu 105°C. Dengan tujuan
memberikan batasan maksimal (rentang) tentang besarnya senyawa yang hilang pada
proses pengeringan. Uji susut pengeringan mencapai bobot ini dikatakan selesai
apabila berat penimbangan sudah konstan. Hasil susut pengeringan dapat digunakan
untuk menghitung kadar air.

b) Kadar Air
Parameter Kadar Air adalah Pengukuran kandungan air yang berada di dalam
bahan, yang bertujuan untuk memberikan batasan minimal atau rentang tentang
besarnya kandungan air di dalam bahan. Metode Kadar Air terdiri dari Titrasi, destilasi
dan gravitasi.
3
c) Kadar Abu
Parameter Kadar Abu adalah Bahan dipanaskan pada tempertur dimana
senyawa organik dan turunannya terdestruksi dan menguap, sehingga tinggal unsur
mineral dan anorganik. Dengan tujuan untuk memberikan gambaran kandungan
mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya
ekstrak (Depkes RI, 2000).

d) Bobot Jenis
Bobot Jenis didefinikan sebagai perbandingan kerapatan dari suatu zat terhadap
kerapatan air, dengan tujuan untuk memberikan batasan tentang besarnya massa per
satuan volume yang merupakan parameter khusus ekstrak cair sampai ekstrak pekat
(kental) yang masih dapat dituang (Depkes RI, 2000).

e) Sisa Pelarut
Sisa pelarut dilakukan untuk menentukan kandungan sisa pelarut tertentu (yang
memang ditambahkan) yang secara umum dengan kromatografi gas. Dengan tujuan
untuk Memberikan jaminan bahwa selama proses tidak meninggalkan sisa pelarut
yang memang seharusnya tidak boleh ada. Penetapan sisa pelarut terdiri dari cara
destilasi dan Kromatografi Gas-Cair (Depkes RI, 2000).

f) Cemaran Mikroba
Cemaran Mikroba Menentukan (identifikasi) adanya mikroba yang patogen
secara analisis mikrobiologis. Dengan tujuan untuk memberikan jaminan bahwa
ekstrak tidak mengandung mikroba patogen dan tidak mengandung mikroba non
patogen melebihi batas yang ditetapkan karena berpengaruh terhadap kestabilan
ekstrak dan berbahaya (toksik) bagi kesehatan (Depkes RI, 2000). Metode Cemaran
Mikroba terdiri dari Metode ALT dan uji nilai duga terdekat (MPN) coliform (Depkes,
2000).

4
III. Alat dan Bahan

Alat-Alat Bahan-Bahan
baskom kunyit yang sudah di keringkan
Mikroskop
Erlenmayer
Tabung ukur
Corong
Oven

IV. Prosedur Kerja


1. Parameter Spefisik
a. Organoleptis
1) Simplisia diletakkan pada cawan porselin lalu amati secara organoleptis yang
meliputi bentuk, warna, aroma dan rasa
2) Catat hasil pengamatan

b. Mikroskopis
1) Serbuk simplisia diletakkan di atas objec glass kemudian ditetesi dengan aquades
lalu ditutup dengan cover glass dan difiksasi dengan api bunsen.
2) Sediaan simplisia diamati menggunakan mikroskop dengan perbesaran 100 x dan
400 x untuk melihat fragmen pengenal pada sampel.
3) Catat, gambar dan identifikasi hasil pengamatan

5
c. Kadar Sari larut air
1) Simplisia ditimbang sebanyak 5 gram kemudian, dimasukkan ke dalam labu
bersumbat, lalu ditambahkan 100 mL air jenuh kloroform (3 tetes kloroform dalam
100 mL aquadest), dikocok berkali-kali selama 6 jam pertama, biarkan selama 18
jam.
2) Setelah 18 jam selanjutnya disaring, kemudian sebanyak 20 mL filtrat dimasukan
ke dalam cawan dan dipanaskan pada suhu 105°𝐶 hingga bobot tetap.
3) Hitung menggunakan rumus:
𝐴1−𝐴0
% Kadar sari = × 100%
𝐵
Keterangan:
A1: Bobot cawan+simplisia setelah pemanasan
(gr) A0: Bobot cawan kosong (gr)
B: Bobot awal simplisia (gr)

d. Kadar Sari Larut Etanol


1) Simplisia ditimbang sebanyak 5 gram kemudian, dimasukkan ke dalam labu
bersumbat, lalu ditambahkan 100 mL etanol, dikocok berkali-kali selama 6 jam
pertama, biarkan selama 18 jam.
2) Setelah 18 jam selanjutnya disaring, kemudian sebanyak 20 mL filtrat dimasukan
ke dalam cawan dan dipanaskan pada suhu 105°𝐶 hingga bobot tetap.
3) Hitung menggunakan rumus:
𝐴1−𝐴0
% Kadar sari = × 100%
𝐵
Keterangan:
A1: Bobot cawan+simplisia setelah pemanasan
(gr) A0: Bobot cawan kosong (gr)
B: Bobot awal simplisia (gr)

2. Parameter Non spesifik


a. Susut Pengeringan
1) 1 gram ekstrak ditimbang dalam cawan yang sebelumnya telah dipanaskan pada
suhu 105℃ (30 menit) dan telah ditara
2) Sebelum ditimbang, ekstrak diratakan dengan bantuan pengaduk hingga ekstrak
berupa lapisan setebal 5 – 10 mm
3) Dikeringkan pada suhu 105℃ (30 menit) lalu dikeluarkan dan dimasukkan ke
dalam desikator kemudian ditimbang hingga diperoleh bobot tetap

6
4) Hitung menggunakan rumus:
𝐴−𝐵
% Susut Pengeringan = × 100%
𝐴
Keterangan:
A: Berat simplisia sebelum dipanaskan (gr)
B: Berat simplisia setelah dipanaskan (gr)

V. Hasil Praktikum
1. Parameter Spefisik

a) Organoleptis

Nama Nama Bentuk Warna Rasa Aroma


Tanaman simpllisia
kunyit Curcumae Pipih sedikit Orange Tawar tidak Khas aromatik
domestica val berkerut kekuningan pahit

b) Mikroskopis

Fragmen 1 Fragmen 2 Fragmen 3 Fragmen 4

t:jaringan gabus Ket:berkas Ket: sel parenkim Ket:sel parenkim


pengangkut berisi amilum berisi bahan
berwarna kuning

c) Kadar Sari Larut Air


52, 80−52 , 48
X 100% = 17,5%
2

d) Kadar Sari Larut Etanol


58 , 96−58 , 80
X 100% = 8%
2

7
2. Parameter Non spesifik
1. susut pengeringan
1−0 , 88
X 100% = 12%
1

VI. Pembahasan
1. Tujuan Praktikum
2. Pengertian Evaluasi mutu
3. Alasan pentingnya dilakukan evaluasi mutu simplisia
4. Hasil evaluasi mutu dari simplisia jika dibandingkan dengan prasyarat kelayakan

VII.Kesimpulan
Pada praktikum kali ini kelompok kami melakukan uji sari larut dalam air dan
larut dalam etanol dan setelah melalui beberapa tahapan kami mendapatkan bahwa
saimplisa kunyit yang kami lakukan untuk uji sari larut etanol mendapatkan nilai
8% sedangkan untuk uji sari larut kloroform jenuh kami mendapatkan nilai 17,5%
dan untuk susut pengerigan juga kami mendapatkan nilai 12%

VIII. Daftar Pustaka


Modul fitokimia

Anda mungkin juga menyukai