Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
TUGAS 1
LEVINDIA ZAPHIRO (201610410311011)
ACHMAD HUZAERY (201610410311172)
APRILIA PUSPA WIJAYA (201610410311180)
NOVITA AYU PUSPITA A. (201610410311214)
Kencur (Kaempferia galanga)
Taksonomi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Viridiplantae
Infrakingdom : Streptophyta
Superkingdom : Embryophyta
Division : Tracheophyta
Subdivision : Spermatophytina
Class : Magnoliopsida
Superorder : Lilianae
Order : Zingiberales
Family : Zingiberaceae
Genus : Kaempferia
Species : Kaempferia galanga L.
(https://www.itis.gov)
Kaempferia galanga L. termasuk familia Kencur yang mempunyai kandungan etil p-
Zingibenceae. Secara empirik kencur metoksi trans sinamat yang diduga sebagai
digunakan untuk mengobati berbagai macam pengeblok kimia anti UV B yang berguna
penyakit seperti: batuk, masuk angin, radang sebagai tabir matahari.
lambung, perut nyeri. tetanus, bengkak, panas Kandungan minyak atsiri dari rimpang
dalam dan mulas. Penggunaan kencur karena kencur diantaranya terdiri atas miscellaneous
minyak atsirinya adalah sebagai campuran compounds (misalnya etil p-metoksisinamat
obat sakit gigi, obat gosok, antiseptik, 58,47%, isobutil β-2- furilakrilat 30,90%, dan
karminatif, bakterisid, bahan wangiwangian heksil format 4,78%); derivat monoterpen
dan analgesik. Beberapa hasil penelitian teroksigenasi (misalnya borneol 0,03% dan
mengenai tanaman kencur dapat mendukung kamfer hidrat 0,83%); serta monoterpen
penggunaan empiric (Astuti dkk, 1996). hidrokarbon (misalnya kamfen 0,04% dan
terpinolen 0,02%) (Sukari dkk., 2008).
Metode Ekstraksi
Menurut Tiwari et al. (2011), keberagaman dari Ekstraksi dalam hal farmasetik
metode ekstrasi biasanya berdasarkan pada: merupakan pemisahan bagian yang
a. Lamanya periode ekstraksi aktif secara medisinal dari jaringan
b. Pelarut yang digunakan tumbuhan (dan hewan) menggunakan
c. pH dari pelarut pelarut tertentu melalui prosedur
standar. Selama ekstraksi, pelarut
d. Suhu
berdifusi ke dalam material padat
e. Ukuran partikel dari jaringan tumbuhan
tumbuhan dan melarutkan senyawa-
f. Perbandingan pelarut terhadap sampel senyawa dengan kepolaran yang sama
(Tiwari et al., 2011).
Parameter dasar yang mempengaruhi Keberhasilan dalam metode ekstraksi
kualitas dari sebuah ekstrak adalah yang berbeda akan mempengaruhi
a. Bagian tumbuhan yang digunakan jumlah dan komposisi metabolit
sebagai material awal sekunder pada ekstrak yang
tergantung pada:
b. Pelarut yang digunakan dalam
ekstraksi a. Tipe ekstraksi
Senyawa yang akan di isolasi adalan Etil p-metoksisinamat , senyawa ini termasuk
dalam senyawa ester yang mengandung cincin benzen gugus metoksi yang bersifat
nonpolar dan juga gugus karbonil yang mengikat etil yang bersifat sedikit polar
sehingga dalam ekstraksinya dapat menggunakan pelarut-pelarut yang mempunyai
variasi kepolaran yaitu etanol, etil asetat, metanol, air dan n-heksan (Barus, 2009).
Sehingga pemilihan pelarut etanol 96% telah sesuai untuk mengekstraksi senyawa Etil
p-metoksisinamat yang ada pada rimpang Kaempferia galanga.
Dari hasil tersebut, dapat dilihat bahwa hasil ekstraksi yang diperoleh cukup banyak
dan sesuai dengan yang tertera pada farmakope herbal bahwa persentase rendemen
ekstrak kencur ialah tidak kurang dari dari 8,3%. Namun pada kelompok kami,
didapatkan hasil kurang dari 8,3% yaitu 6,51%. Demikian terjadi karena hasil ekstraksi
dengan maserasi yang didapatkan dipengaruhi oleh penyarian yang kurang
sempurna akibat adanya kejenuhan antara konsentrasi dalam simpilisia dengan
pelarut.
Kesimpulan
• Keberhasilan suatu metode maserasi akan mempengaruhi jumlah dan komposisi zat aktif
(metabolit sekunder) dari ekstrak yang tergantung pada pelarut yang digunakan, tipe ekstraksi,
polaritas, dan lainna.
• Pemilihan pelarut yang sesuai dengan sifat zat aktif dari ekstrak sangat berpengaruh seperti
pada EPMS yang dapat terlarut pada etanol 96% sehingga dapat diisolasi.
• Selain itu, pemilihan metode ekstraksi perlu dipilih secara matang sesuai karakteristik sifat zat
yang akan diisolasi dan pelarut yang digunakan.
• Hasil persentase rendeman kelompok kami yang menggunakan metode maserasi secara
perendaman 24x3 jam, didapatkan hasil sebanyak 6,51%. Hasil tersebut tidak memenuhi
persyaratan pada farmakope herbal dimana tidak boleh kurang dari 8,3%.
• Dari beberapa cara maserasi, disimpulkan bahwa maserasi kinetik merupakan metode yang
dapat memberikan hasil rendemen yang lebih banyak. Sementara maserasi sederhana
memerlukan pengerjaan yang lebih lama dan hsil yang kurang sempurna
Gambar 4.2.1. Gambar 4.2.2. Gambar 4.2.3.
Gambar 4.2.1.Simplisia serbuk dimasukkan ke bejana maserasi. 2)ditambahkan etanol 3)Didiamkan 24 jam
C E
D
B
A B
Gambar 4.2.4. A) penyaringan dengan corong Buchner. B) proses penyaringan. C) ampas dipisahkan di loyang dengan alas
aluminium foil. D) penyaringan dilakukan sampai rendaman ekstraksi habis. E) Filtrat dipisahkan ke jirigen
A B C D E
Gambar 4.2.5. A) Hasil pemekatan ekstrak dengan rotavapor. B) penimbangan cab-o-sil. C) ekstrak
dituang pada loyang. D) penaburan cab-o-sil. E) pengeringan ekstrak
Thank You
Pembuatan Kapsul Ekstrak
Rimpang Kencur (Kaempferia
galanga L) dan Keseragaman
Bobot
TUGAS 4
LEVINDIA ZAPHIRO
ACHMAD HUZAERY
(201610410311011)
(201610410311172)
APRILIA PUSPA WIJAYA (201610410311180)
NOVITA AYU PUSPITA A. (201610410311214)
Senyawa marker dibutuhkan sebagai pembanding dalam konfirmasi
keberadaan suatu ekstrak tanaman dalam produk obat bahan alam.
Analisis senyawa marker secara kualitatif dan kuantitatif dapat dijadikan
indikator mutu suatu obat herbal. Penelusuran yang sistematis
menggunakan senyawa marker memungkinkannya menjadi acuan dalam
penemuan dan pengembangan terhadap obat baru (Kushwaha et al, 2010;
Badan POM RI, 2011).
Data dari Pusat Riset Obat dan Makanan (PROM) mengungkapkan
bahwa masih banyak senyawa marker yang belum tersedia di Indonesia,
termasuk salah satunya adalah senyawa etil-p-metoksisinamat (EPMS)
(Badan POM RI, 2011).
Senyawa Marker
Senyawa marker adalah satu atau lebih Senyawa marker tidak harus memiliki
senyawa yang secara alami terdapat dalam aktivitas farmakologi, senyawa marker
bahan tumbuhan dengan atau tanpa dapat digolongkan menjadi 4 kategori
memiliki aktivitas farmakologi dan dipilih berdasarkan bioaktivitasnya:
untuk tujuan kontrol kualitas oleh peneliti a) Zat aktif
atau pabrik. Pemilihan senyawa marker b) Marker Aktif
tergantung pada beberapa factor yaitu : c) Marker Analisis
stabilitas senyawa, metode analisis, waktu d) Marker Negatif
dan biaya analisis, manfaatnya untuk
identifikasi, relevansi dengan efek
terapeutik, indicator kulaitas, dan stablitas
produk. (McCutcheon, 2002).
Etil p-metoksisinamat (EPMS)
Etil p-metoksisinamat (EPMS) adalah salah satu senyawa hasil isolasi rimpang
kencur yang merupakan bahan dasar senyawa tabir surya yaitu pelindung kulit
dari sengatan sinar matahari (Barus,2009).