Aminofilin atau teofilin short acting tidak efektif untuk mengontrol gejala asma persisten karena
fluktuasi yang besar didalam konsentrasi teofilin serum. Obat ini dapat diberikan pada
pencegahan exercise induced asthma dan menghilangkan gejalanya. Perannya dalam
eksaserbasi masih kontroversi. Pada pemberian beta2-agonis yang efektif, obat ini tidak
memberi keuntungan dalam bronkodilatasi, tapi berguna untuk meningkatkan respiratory drive
atau memperbaiki fungsi otot respirasi dan memperpanjang respon otot polos terhadap beta 2agonis short acting.
4.2.5.Beta2-Agonis Oral Short Acting 8.11
Merupakan bronkodilator yang merelaksasi otot polos saluran nafas. Dapat dipakai pada pasien
yang tidak dapat menggunakan obat inhalasi.
4.3.LANGKAH UNTUK MENCAPAI KONTROL ASMA 11
Kontrol asma didefinisikan sebagai :
Gejala kronis yang minimal (idealnya tidak ada), termasuk gejala nokturnal.
Eksaserbasi yang minimal (tidak sering)
Tidak pernah mengunjungi UGD
Membutuhkan beta2-agonis minimal (idealnya tidak) dan kalau perlu saja
Tidak ada batasan terhadap aktivitas termasuk exercise
Variasi cicardian PEF kuran dari 20%
PEF normal atau mendekati normal
Efek samping minimal dari obat
4.3.1.Langkah 1 : Asma Intermitten 11.22
Disebut asma intermiten bila pasien mengalami eksaserbasi (episode batuk, wheezing dan
sesak) kurang dari sekali seminggu dalam jangka waktu sedikitnya 3 bulan, dan eksaserbasi
hanya berlangsung beberapa jam atau hari.Gejala asma nokturnal tidak lebih dari 2 kali
sebulan. Diantara eksaserbasi, pasien asimtomatis dan mempunyai fungsi paru normal yaitu
FEV1 atau PEF lebih dari 80% prediksi dan variabilitas PEF kurang dari 20%.
Pengobatan mencakup pemberian obat sebelum exercise (beta 2-agonis inhalasi atau
kromoglikat/nedokromil) dan sebelum paparan alergen (sodium kromoglikat atau nedokromil).
Untuk eksaserbasi diberikan beta2-agonis inhalasi short acting diberikan seperlunya untuk
menghilangkan gejala asma. Antikolinergik inhalasi, beta2-agonis oral short acting dan teofilin
short acting dapat dipertimbangkan sebagai pengganti beta 2-agonis inhalasi short acting. Bila
terapi diatas dibutuhkan lebih dari sekali seminggu dalam waktu lebih dari 3 bulan, pasien harus
ditingkatkan ke langkah berikutnya berdasar juga pada pengukuran PEF nya.
4.3.2.Langkah 2 : Asma Persisten Ringan 11
Penderita mengalami eksaserbasi paling tidak sekali seminggu, tetapi kurang dari sekali
sehari dalam waktu 3 bulan dan beberapa eksaserbasi mempengaruhi tidur dan aktivitas, dan
atau jika pasien memiliki gejala kronis yang memmerlukan pengobatan simtomatis hampir
setiap hari dan kejadian gejala asma nokturnal lebih dari 2 kali sebulan. Pretreatment baseline
PEF lebih dari 80% prediksi dan PEF variabilitas 20 sampai 30%.
Pasien ini membutuhkan obat controller setiap hari untuk mencapai dan menjaga asma
terkontrol. Terapi primer adalah antiinflamasi harian, berupa inhalasi kortikosteroid 200-500
mcg/hari beclometason dipropionat atau budesonid atau ekuivalennya. Inhalasi beta 2-agonis
short acting bisa dipakai seperlunya untuk menghilangkan gejala, tetapi pemakaiannya tidak
lebih dari 3 sampai 4 kali sehari. Antikolinergik inhalasi, beta 2-agonis oral short acting atau
teofilin short acting dapat dipertimbangkan sebagai pengganti beta 2-agonis inhalasi short acting.
Bila gejala menetap, kortikosteroid inhalasi ditingkatkan dari 400 atau 500 menjadi 750 atau 800
mcg tiap hari BDP atau ekuivalen. Sebagai alternatif untuk mengurangi gejala nokturnal dapat
diberikan beta2-agonis long acting dan dosis rendah kortikosteroid.
4.3.3.Langkah 3 : Asma Persisten Sedang 11
Khas ditandai gejala harian dalam jangka waktu lama atau serangan asma nokturnal lebih dari
sekali seminggu. Pretreatment baseline PEF lebih dari 60% tapi kurang dari 80% prediksi dan
PEF variabilitas 20 sampai 30%.
Pasien ini membutuhkan obat controller harian. Kortikosteroid inhalasi 800 sampai 2000 mcg
BDP atau ekuivalen tiap hari. Bisa dipakai bronkodilator long acting, terutama untuk mengontrol
gejala mokturnal. Teofilin lepas lambat, beta2-agonis oral lepas lambat atau beta2-agonis
inhalasi long acting bisa dipakai. Pemberian antikolinergik dapat dipertimbangkan bila terjadi
efek samping dengan pemakaian beta2-agonis inhalasi. Beta2-agonis inhalasi short acting bisa
digunakan seperlunya untuk menghilangkan gejala, tetapi pemakaiannya tidak boleh lebih dari 3
atau 4 kali sehari. Obat bronkodilator short acting yang lain bisa juga dipakai.
4.3.4.Langkah 4 : Asma Persisten Berat 11
Penderita mengalami variabilitas yang besar, gejala yang terus menerus dan gejala nokturnal
yang sering, mempunyai aktivitas yang terbatas, dan kadang mengalami eksaserbasi berat
walaupun sedang dalam pengobatan. Pretreatment baseline PEF kurang dari 60% prediksi dan
variabilitas PEF lebih dari 30%. Untuk mengontrol asma ini mungkin tidak bisa, tujuan
pengobatan adalah gejala berkurang, berkurangnya kebutuhan beta 2-agonis short acting,
tercapainya PEF terbaik, variasi cicardian yang berkurang dan pengurangan efek samping
pengobatan.
Terapi membutuhkan obat controller harian kombinasi. Terapi primer adalah kortikosteroid
inhalasi dosis tinggi lebih dari 800-2000 mcg BDP atau ekuivalen. Teofilin lepas lambat oral atau
beta2-agonis oral, dan atau beta2-agonis inhalasi long acting juga diberikan sebagai tambahan
kortikosteroid. Percobaan menggunakan antikolinergik harus juga dipertimbangkan terutama
pada mereka yang mengalami efek samping bila memakai beta 2-agonis. Beta2-agonis inhalasi
short acting bisa diberikan lebih dari 3 atau 4 kali sehari untuk menghilangkan gejala.
Kortikosteroid oral jangka panjang memakai dosis terendah yang masih mempunyai efek terapi.
Berikut ini tabel penatalaksanaan asma kronis : 18
Klasifikasi
Berat Asma
TERAPI
TUJUAN
- kontrol gejala
Intermitten
Mild Persistent
Moderate Persistent
Severe Persistent
KARYA ILMIAH
PDPI CABANG MALANG
KORTIKOSTEROID PADA ASMA KRONIS
Syarifudin; Koentjahja, SpP
SMF Paru RS. Dr. Saiful Anwar
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
Malang, 2001
Halaman: 9/11
BAGIAN 4. 11
Menetapkan perencanaan Pengobatan Untuk Manajemen Jangka Panjang.
Dalam menetapkan rencana pengobatan jangka panjang untuk mencapai dan menjaga agar gejala asma
terkontrol dengan memakai obat-obatan asma. Obat asma digunakan untuk menghilangkan dan
mencegah timbulnya gejala dan obstruksi saluran nafas, terdiri dari obat controller dan reliever.
4.1. OBAT CONTROLLER 8.11
Controller adalah obat yang diminum harian dan jangka panjang dengan tujuan untuk mencapai dan
menjaga asma persisten yang terkontrol. Terdiri dari obat antiinflamasi dan bronkodilator long acting.
Kortikosteroid inhalasi merupakan controller yang paling efektif. Obat controller juga sering disebut
sebagai obat profilaksis, preventif atau maintenance. Obat controller termasuk Kortikosteroid inhalasi,
Kortikosteroid sistemik, sodium kromoglikat dan sodium nedokromil, teofilin lepas lambat, beta 2agonist long acting inhalasi dan oral, dan mungkin ketotifen atau antialergi oral lain.
4.1.1.Kortikosteroid 8.11
Rute pemberian bisa secara inhalasi ataupun sistemik (oral atau parenteral). Mekanisme aksi
antiinflamasi dari kortikosteroid belum diketahui secara pasti. Beberapa yang ditawarkan adalah
berhubungan dengan metabolisme asam arakidonat, juga sintesa leukotrien dan prostaglandin,
mengurangi kerusakan mikrovaskuler, menghambat produksi dan sekresi sitokin, mencegah
migrasi dan aktivasi sel radang dan meningkatkan respon reseptor beta pada otot polos saluran
nafas.
Studi tentang kortikosteroid inhalasi menunjukkan kegunaannya dalam memperbaiki fungsi
paru, mengurangi hiperrespon saluran nafas, mengurangi gejala, mengurangi frekuensi dan
beratnya eksaserbasi dan memperbaiki kualitas hidup. Dosis tinggi dan jangka panjang
kortikosteroid inhalasi bermanfaat untuk pengobatan asma persisten berat karena dapat
menurunkan pemakaian koetikosteroid oral jangka panjang dan mengurangi efek samping
sistemik.
Untuk kortikosteroid sistemik, pemberian oral lebih aman dibanding parenteral. Jika
kortikosteroid oral akan diberikan secara jangka panjang, harus diperhatikan mengenai efek
samping sistemiknya. Prednison, prednisolon dan metilprednisolon adalah kortikosteroid oral
pilihan karena mempunyai efek mineralokortikoid minimal, waktu paruh yang relatif pendek dan
efek yang ringan terhadap otot bergaris. Pendapat lain menyatakan kortikosteroid sistemik
dipakai pada penderita dengan penyakit akut, pasien yang tidak tertangani dengan baik
memakai bronkodilator dan pada pasien yang gejalanya menjadi lebih jelek walaupun telah
diberi pengobatan maintenance yang baik.
Efek samping lokal kortikosteroid inhalasi adalah kandidiasis orofaring, disfonia dan kadang
batuk. Efek samping sistemik tergantung dari potensi, bioavailabilitas, absorpsi di usus,
metabolisme di hepar dan waktu paruhnya. Beberapa studi menyatakan bahwa dosis diatas 1
mg perhari beclometason dipropionat atau budesonid atau dosis ekuivalen kortikosteroid lain,
berhubungan dengan efek sistemik termasuk penebalan kulit dan mudah luka, supresi adrenal
dan penurunan metabolisme tulang. Efek sistemik pemakaian jangka panjang kortikosteroid
oral adalah osteoporosis, hipertensi arterial, diabetes melitus, supresi HPA aksis, katarak,
obesitas, penipisan kulit dan kelemahan otot.
Global Initiative For Asthma (GINA) memberikan petunjuk pemakaian kortikosteroid untuk
pencegahan jangka panjang berdasarkan beratnya asma pada orang dewasa sebagai berikut:
1. Asma dengan serangan intermitten (step 1) tidak memerlukan steroid preventif, bila perlu
dapat dipakai steroid oral jangka pendek.
2. Asma persisten ringan (step 2) memerlukan inhalasi 200-400 mcg/hari beclometason
dipropionat, budesonid atau ekuivalennya.
3. Asma persisten sedang (step 3) memerlukan inhalasi 800-2000 mcg/hari
4. Asma persisten berat (step 4) memerlukan 800-2000 mcg/hari atau lebih.
Sesuai dengan anjuran ini, pengobatan dengan dosis maksimal (800-1500 mcg/hari) selama 1-2
minggu diperlukan untuk mengendalikan proses inflamasi secara cepat, dan kemudian dosis
diturunkan sampai dosis terendah (200-800 mcg/hari) yang masih dapat mengendalikan penyakit.
Kortikosteroid 2
Macam
Cortisol
Cortison
Prednison
Prednisolon
Methylprednisolone
Triamcinolon
Parametason
Betametason
Dexamethason
Potensi
Antiinflamasi
1
0.8
3.5
4
5
5
10
25
30
Potensi
Ekuivalen (mg)
20
25
5
5
4
4
2
0.6
0.75
Potensi
Retensi Na
2+
2+
1+
1+
0
0
0
0
0
Waktu Paruh
Biologik
8-12
8-12
18-36
18-36
18-36
18-36
36-54
36-54
36-54
saat terjadi eksaserbasi. Dapat dipakai untuk mencegah terjadinya exercise induce asthma.