Anda di halaman 1dari 23

OM SWASTYASTU

EPILEPSI
 
NAMA KELOMPOK:
 
NIRVIA AQUINO 161200116
NI NENGAH SEMIARI 161200117
I GST. AYU ARI CANDRAWATI 161200118
I GST. A. NGURAH BAGASKARA P. 161200119
 
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG

Epilepsi merupakan salah satu masalah kesehatan yang terjadi karena gangguan
system saraf yang sering dijumpai diseluruh dunia. Epilepsy kemungkinan dapat terjadi
pada seluruh usia baik pada usia tua atau muda dan bahkan tidak jarang terjadi pada
anak atau bayi.

Berdasarkan World Health Organization (WHO), sekitar 50 juta orang


di dunia mengidap epilepsi. Estimasi proporsi populasi waktu tertentu
adalah antara 4 sampai 10 per 1000 orang. Namun, 80% kasus
epilepsi di seluruh dunia ditemukan di negara berkembang. .

Pemberian obat antiepilepsi dilakukan dengan melihat jenis epilespsi yang


diderita oleh setiap pasien. Pemberian terapi pada pasien epilepsi memiliki
tujuan untuk membebaskan pasien dari serangan tanpa mengganggu fungsi
normal saraf pusat dan penderita dapat melakukan tugas /pekerjaannya tanpa
bantuan. Terapi yang diberikan dapat berupa terapi farmakologi (obat-obatan)
atau terapi non farmakologi (pembedahan, VNS).
 
TINJAUAN PUSTAKA
Epilepsi adalah
You can suatu kelainan
simply impress di otak
your audience andyang
add a unique zing and appeal to your
ditandai adanya bangkitan epileptic yang

PENGERTIAN
Presentations. Easy to change colors,
berulang (lebih dari
photos and satu
Text. Get aperiode).
modern Menurut,
PowerPoint Presentation that is
ILAE &IBE beautifully
epilepsidesigned.
yaitu suatu kelainan otak
You can simply
yang ditandai
impress oleh adanyaandfaktor
your audience preposisi
add a unique

EPILEPSI yang dapatzing and appeal to your Presentations.


mencetuskan bangkitan epileptic,
Easy to change colors, photos and Text.
perubahan Get
neurologis, kognififPresentation
a modern PowerPoint psikologis dan
that is beautifully designed.
adanya konsekuensi sosial yang
diakibatkannya. Sehingga, epilepsi merupakan
kelainan pada otak yang ditandai oleh
bangkitan epileptic yang berulang akibat
adanya aktivitas neuron yang berlebih yang
terjadi pada otak
Klasifikasi Epilepsi
Menurut Gidal et al. (2005) klasifikasi epilepsi berdasarkan
tanda-tanda klinik dan data EEG, dibagi menjadi:
1. Kejang umum (generalized seizure)
Kejang epilepsi digolongkan dalam kejang umum jika aktivasi
terjadi pada kedua hemisfer otak secara bersama-sama. Kejang
umum terbagi atas:
a. Absense (Petit mal)
Kesadaran hilang beberapa detik, ditandai dengan terhentinya
percakapan untuk sesaat. Penderita tibatiba melotot atau matanya
berkedip-kedip dengan kepala terkulai.
b. Tonik-klonik (grand mal)
Merupakan bentuk kejang yang paling banyak terjadi,
biasanya didahului oleh suatu aura. Pasien tiba-tiba jatuh, kejang,
nafas terengah-engah, dan keluar air liur. Pasien juga bisa
mengalami sianosis, ngompol, atau menggigit lidah. Serangan ini
terjadi beberapa menit, lalu diikuti lemah, kebingungan, sakit
kepala atau tidur.
c. Mioklonik
Serangan ini biasanya terjadi pada pagi hari, setelah bangun
tidur pasien mengalami sentakan yang tiba-tiba.
d. Atonik
Pasien tiba-tiba kehilangan kekuatan otot yang
mengakibatkan pasien terjatuh, namun dapat segera pulih kembali.
2. Kejang parsial
Serangan parsial merupakan perubahan-perubahan klinis dan
elektroensefalografik yang menunjukan aktivitas sistem neuron
yang berbatas di salah satu bagian otak Kejang parsial ini terbagi
menjadi:
a. Simple partial seizure
Pasien tidak mengalami kehilangan kesadaran.
Terjadi sentakansentakan pada bagian tertentu dari tubuh.
b. Complex partial seizure
Pasien mengalami penurunan kesadaran. Perubahan
tingkah laku dapat terjadi pada penderita dengan
penurunan kesadaran.

3. Kejang tak terklasifikasikan


Serangan kejang ini merupakan jenis serangan yang tidak
didukung oleh data yang cukup atau lengkap. Jenis ini termasuk
serangan epilepsi pada neonatus misalnya gerakan mata ritmis,
dan gerakan mengunyah serta berenang.
PATOFISIOLOGI
Menurut Harsono (2007), serangan epilepsi akan
muncul apabila sekelompok kecil neuron abnormal
mengalami mengalami depolarisasi yang
berkepanjangan berkenaan dengan cetusan
potensial aksi secara cepat dan berulang-ulang.
Cetusan listrik abnormal ini kemudian menstimulasi
neuron-neuron sekitarnya atau neuron-neuron yang
terkait di dalam proses. Secara klinis serangan
epilepsi akan tampak apabila cetusan listrik dari
sejumlah besar neuron abnormal muncul secara
bersama-sama, membentuk suatu aktivitas listrik
berlebihan di dalam otak. Perubahan-perubahan di
dalam eksitasi aferen, disinhibisi, pergeseran
konsentrasi ion ekstraseluler, voltage-gated ion-
channel opening, dan menguatnya sinkroni neuron
sangat 9 penting artinya dalam hal inisiasi dan
perambatan aktivitas serangan epileptik. Pada
epilepsi yang berulang, ketidaknormalan saraf
menyebabkan depolarisasi secara spontan.
TERAPI GI
Tatalaksana Terapi
FARM AKOLO Berikut adalah beberapa obat antiepilepsi yaitu:
1. Fenitoin
Terapi farmakologi pada pasien epilepsi berupa Cara kerja utama fenitoin pada epilepsi adalah
pemberian obat anti epilepsi (AED). Mekanisme aksi memblokade pergerakan ion melalui kanal natrium
dari AEDs yaitu dengan mempengaruhi ion channels, dengan menurunkan aliran ion natrium yang tersisa
bertambahnya penghambat neurotransmiter, maupun aliran ion natrium yang mengalir selama
memodulasi eksitasi neurotransmiter. Ion channels penyebaran potensial aksi. Fenitoin juga dapat
berperan untuk membantu terjadinya pertukaran menghambat kanal kalsium ( Ca 2+ ) dan menunda
natrium dan kalsium. AED efektif digunakan terhadap aktifasi aliran ion K keluar selama potensial aksi sehingga
GTC dan kejang pasial dengan menurunkan potensi menyebabkan kenaikan periode refractory dan
penyerapan kembali canal natrium menjadi aktif. Obat menurunnya cetusan ulangan.
dengan penurunan corticothalamic T-type calcium saat
ini efektif digunakan untuk kejang absence umum. pada 2. Fenobarbital
pemberian obat AED perlu diperhatikan efektifitas obat Aksi utama fenobarbital terletak pada kemampuannya
dan efek samping obat yang ditimbulkan setelah untuk menurunkan konduktan Na dan K.
pemakaian. Hal ini dilakukan untuk memberikan
pengobatan yang optimal serta meminimalkan
terjadinya perburukan / munculnya komplikasi penyakit
lain pada penderita.
Tatalaksana Terapi

4. Asam Valproat
3. Karbamazepin
Asam valproat selain dapat menghambat sodium
Karbamazepin bekerja menghambat kanal Na+ yang
chanel juga dapat meningkatkan GABA dengan
mengakibatkan influx (pemasukan) ion Na+ kedalam
menghambat degradasinya atau mengaktivasi sintesis
membran sel berkurang dan menghambat terjadinya
GABA. Efek samping yang sering terjadi adalah gangguan
potensial aksi oleh depolarisasi terus-menerus pada
pencernaan (>20%), termasuk mual, muntah, anorexia,
neuron.
dan peningkatan berat badan.
Tatalaksana Terapi
Terapi non farmakologi pada penderita epilepsi meliputi diet ketogenic,
pembedahan, dan VNS (vagus neuro stimulant). VNS adalah perangkat medis
Terapi Non implan yang disetujui FDA untuk digunakan sebagai terapi tambahan untuk
mengurangi frekuensi kejang pada orang dewasa dan remaja yang berusia lebih
Farmakologi dari 12 tahun dengan serangan onset parsial yang refrakter terhadap AED. Hal
ini juga digunakan off-label dalam pengobatan epilepsi umum.

Untuk melakukan pembedahan pasien harus memenuhi


persyarat yang telah ditentukan yaitu :
1. Diagnosis epilepsi yang mutlak
2. Kegagalan pada terapi obat terlarang yang memadai
3. Mengalami sindrom elektroklin.
 
KASUS Riwayat Penyakit Sekarang

Seorang pasien laki-laki berusia 44 tahun diantar oleh istrinya datang


ke poliklinik Saraf RS Marzoeki Mahdi dengan keluhan kejang 3 Bulan
SMRS. Kejang terjadi tiba-tiba saat pasien sedang dalam keadaan
beristirahat. Menurut istri pasien, pasien tiba-tiba jatuh lalu kejang.

Nama : Tn. Apon Sahadi Kejang terjadi diseluruh tubuh disertai kaku
dan kelojotan, pasien dalam keadaan tidak
Jenis Kelamin : Laki-Laki sadar. Saat kejang, mata memandang
Usia : 44 Tahun keatas, lidah tidak tergigit tapi keluar lendir
Pekerjaan : Tidak Bekerja berbusa dari mulut pasien. Pasien juga
mengaku sebelum kejang dirinya terasa
Agama : Islam seperti akan pingsang. Menurut istri pasien
kejang berlangsung kurang lebih 30 menit.
Setelah kejang pasien mengaku tersadar.
Keluhan kejang dirasakan sejak tahun 2011.
Pasien mengaku sering kejang berulang.
Kejang yang terjadi tidak berhubungan
Keluhan Utama dengan demam. Kejang biasanya terjadi
lebih dari 1 kali dalam seminggu.
Kejang 3 Bulan SMRS
  Biasanya setelah kejang pasien tersadar dan
Keluhan Tambahan merasa pusing lalu tertidur karena lemas. Pasien
Sakit kepala mengaku juga sering sakit kepala, merasa kepala
nya seperti kurang nyaman. Sakit kepala berputar
disangkal oleh pasien. Pasien menyangkal ada
mual muntah. Demam disangkal. BAK dan BAB
normal. Pasien sudah berobat ke poliklinik Saraf
pada tahun 2011, namun setelah itu lebih sering
berobat ke klinik umum.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengaku memiliki riwayat kejang saat Riwayat Kebiasaan
usia sekitar 10 tahun, namun hanya beberapa Pasien menyangkal memiliki
kali dan pasien lupa tentang pola kejangnya. riwayat kebiasaan merokok
Riwayat trauma kepala atau infeksi sebelumnya maupun minum minuman
disangkal. Pasien memiliki riwayat hipertensi beralkohol. Pasien jarang
dan penyakit jantung. Riwayat DM, penyakit berolahraga
paru serta alergi obat-obatan di sangkal oleh  
pasien.  
 
Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengaku kakak kandung pasien juga
memiliki riwayat kejang berulang, namun pasien
tidak dapat menjelaskan tentang pola kejangnya
 
Riwayat Pengobatan
Pasien mengaku mengkonsumsi carbamazepim
untuk keluhan kejangnya. Pasien mengaku
ketika terasa badan tidak enak terasa seperti
akan kejang segera meminum obat tersebut
untuk mencegah terjadinya kejang, setelah
minum obat pasien mengaku menjadi tertidur.
Pasien juga mengaku meminum obat
antihipertensi serta obat untuk penyakit
jantungnya namun pasien sudah jarang
meminum obat-obat tersebut.
Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : compos mentis-tampak sakit ringan


BB : 60 Kg
Tekanan darah : 140/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit, isi cukup, irama regular teratur, equal
Napas  : 18x/menit
Suhu : 36,30 C

Diagnosis Klinis : Kejang disertai gangguan kesadaran awal kejang


Diagnosis Topik : Korteks serebri
Diagnosis Etiologi : Epilepsi serangan umum bangkitan umum tonik klonik
Pemeriksaan Anjuran :
- Pemeriksaan darah lengkap
- EEG
- Brain CT Scan dengan kontras
Terapi
  Carbamazepine 3x200 mg
  Vit. B kompleks 1x1 perhari
 
 
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN KASUS

Further Information Required

No Pertanyaan Alasan
     

1. Bagaimana riwayat penggunaan obat Untuk menentukan terapi selanjutnya


  sebelumnya?  
     

Bagaimana gaya hidup (lifestyle) pasien? Apakah


2. pasien sering stress? Untuk menentukan terapi non farmakologi

Untuk mengetahui faktor resiko dan untuk


3.  Bagaimana riwayat penggunaan obat sebelumnya? menentukan terapi
PEMBAHASAN KASUS
SOAP
Subjek Objektif
 
Tn Apon Sahadi, 44 tahun Kejang terjadi tiba-tiba saat pasien sedang Kesadaran; compos mentis-tampak sakit ringan,
dalam keadaan beristirahat. Menurut istri pasien, pasien tiba-tiba jatuh Tekanan darah; 140/80 mmHg, Denyut nadi; 84x/mnt,
lalu kejang. Kejang terjadi diseluruh tubuh disertai kaku dan kelojotan, Nafas; 18x/mnt, Suhu;36,3oC, BB; 60Kg
pasien dalam keadaan tidak sadar. Saat kejang, mata memandang
keatas, lidah tidak tergigit tapi keluar lendir berbusa dari mulut pasien.
Pasien juga mengaku sebelum kejang dirinya terasa seperti akan
pingsang. Menurut istri pasien kejang berlangsung kurang lebih 30
menit. Setelah kejang pasien mengaku tersadar. Keluhan kejang
dirasakan sejak tahun 2011. Pasien mengaku sering kejang berulang.
Kejang yang terjadi tidak berhubungan dengan demam. Kejang
biasanya terjadi lebih dari 1 kali dalam seminggu. Biasanya setelah
kejang pasien tersadar dan merasa pusing lalu tertidur karena lemas.
Pasien mengaku juga sering sakit kepala, merasa kepala nya seperti
kurang nyaman. Sakit kepala berputar disangkal oleh pasien. Pasien
menyangkal ada mual muntah. Demam disangkal. BAK dan BAB
normal. Pasien sudah berobat ke poliklinik Saraf pada tahun 2011,
namun setelah itu lebih sering berobat ke klinik umum.
PEMBAHASAN KASUS
SOAP
Keluhan Terapi DRP   Planning  
Assestment            

Epilepsi Carbamazepine -   Lanjutkan terapi

  3x200mg     dan monitoring

        efek samping
           
PEMBAHASAN KASUS
SOAP

Plan

Pada penggunaan Carbamazepine dilakukan monitoring efek samping. Adapun efek samping yang mungkin timbul
antara lain,: gangguan penglihatan (penglihatan beganda/diplopia), pusing, lemah, mengantuk, mual dan akibat
pemberian kronik dapat meningkatkan profil lipid, gangguan fungsi hati, leukopenia.
 
Efek samping ini dapat diatasi dengan modifikasi dosis berupa penambahan dosis secara bertahap. Selain
penggunaan obat dapat pula dilakukan terapi suportif untuk membantu pengobatan seperti:
- Menerapkan pola hidup sehat (cukup tidur, makan makanan yang sehat, dan lain sebagainya
- Diusahakan untuk tidak stress/ hindari faktor-faktor pemicu stress.
- Olahraga yang cukup.
PEMBAHASAN KASUS
SOAP

Monitoring

Efektifitas: Dilakukan pemeriksaan EEG, laboratorium, dan pemeriksaan penunjang lain secara berkala
untuk mengetahui efektifitas pengobatan yang telah dilakukan.

Efek samping: Efek samping yang dapat dimonitoring yaitu gangguan penglihatan (penglihatan
beganda/diplopia), pusing, lemah, mengantuk, mual dan akibat pemberian kronik dapat meningkatkan
profil lipid, gangguan fungsi hati, leukopenia.
KESIMPULAN
Epilepsi adalah suatu kelainan di otak yang ditandai adanya
bangkitan epileptic yang berulang (lebih dari satu periode). Menurut,
ILAE &IBE epilepsi yaitu suatu kelainan otak yang ditandai oleh
adanya faktor preposisi yang dapat mencetuskan bangkitan epileptic,
perubahan neurologis, kognifif psikologis dan adanya konsekuensi
sosial yang diakibatkannya. Sehingga, epilepsi merupakan kelainan
pada otak yang ditandai oleh bangkitan epileptic yang berulang
akibat adanya aktivitas neuron yang berlebih yang terjadi pada otak
Pada kasus tersebut digunakan obat carbamazepine. Pada
penggunaan Carbamazepine dilakukan monitoring efek samping.
Adapun efek samping yang mungkin timbul antara lain,: gangguan
penglihatan (penglihatan beganda/diplopia), pusing, lemah,
mengantuk, mual dan akibat pemberian kronik dapat meningkatkan
profil lipid, gangguan fungsi hati, leukopenia.
OM SHANTI SHANTI SHANTI OM

Anda mungkin juga menyukai