Anda di halaman 1dari 8

PENENTUAN PARAMETER NON SPESIFIK BOBOT JENIS DENGAN METODA

PIKNOMETER EKSTRAK BAHAN ALAM

TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa mampu menentukan bobot jenis ekstrak bahan alam dengan metode piknometer.

DASAR TEORI
Bobot jenis suatu zat adalah perbandingan antara bobot zat dibanding dengan volume
zat pada suhu tertentu (Biasanya 25oC). Sedangkan rapat jenis adalah perbandingan antara
bobot jenis suatu zat dengan bobot jenis air pada suhu tertentu (biasanya dinyatakan sebagai
25o/25o, 25o/4o, 4o/4o). Untuk bidang farmasi, biasanya 25o/25o (Anonim,2006). Bobot
jenis merupakan massa persatuan volume pada suhu kamar tertentu (25 derajat celcius) yang
ditentukan dengan alat khusus. Ada beberapa alat untuk mengukur bobot jenis dan rapat
jenis, yaitu menggunakan piknometer, neraca hidrostatis (neraca air), neraca Reimann, neraca
Mohr Westphal (Sutoyo,1993). Piknometer merupakan sebuah alat yang terbuat dari kaca dan
dapat digunakan untuk mengukur nilai massa jenis/densitas fluida. Tujuan dari penentuan
bobot jenis dengan metode piknometer yakni memberikan parameter khusus ekstrak cair dan
atau ekstrak kental yang masih dapat dituang. Selain itu, penentuan bobot jenis juga dapat
dikaitkan dengan kemurnian dari suatu ekstrak dan kontaminasi zat pengotor. Parameter
bobot jenis yaitu massa persatuan volume pada suhu kamar tertentu (25ºC) yang ditentukan
dengan alat khusus piknometer atau alat lainnya. Tujuannya yaitu memberikan batasan
tentang besarnya massa per satuan volume yang merupakan parameter khusus ekstrak cair
sampai ekstrak pekat (kental) yang masih dapat dituang. bobot jenis juga terkait dengan
kemurnian dari ekstrak dan kontaminasi (Depkes RI, 2000). Parameter Bobot jenis bertujuan
untuk mengetahui bobot jenis yang dapat menentukan kemurnian dari suatu larutan.
Penetapan bobot jenis ekstrak dapat dilakukan dengan cara menimbang piknometer dalam
keadaan kosong, lalu piknometer diisi air dan ditimbang. kerapatan air dapat ditentukan,
piknometer dikosongkan dan diisi penuh dengan ekstrak lalu ditimbang,

PROSEDUR PRAKTIKUM
Alat:
- Piknometer
- Timbangan analitik
Bahan:
- Ekstrak masing-masing kelompok
- Air

CARA KERJA:
1. Piknometer yang bersih, kering dan telah dikalibrasi ditimbang terlebih dahulu (Wo).
2. Piknometer diisi dengan air yang baru dididihkan pada suhu 25°C kemudian ditimbang
(W1).
3. Ekstrak cair (5 % dan 10 %) diatur kurang lebih pada suhu 20°C lalu dimasukkan ke dalam
piknometer kosong, buang kelebihan ekstrak, atur suhu piknometer yang telah diisi hingga
suhu 25°C kemudian ditimbang (W2).
4. Hitung bobot jenis ekstrak dengan rumus:

Keterangan:
d = bobot jenis
W0 = bobot piknometer kosong
W1 = bobot piknometer + air
W2 = bobot piknometer + ekstrak

HASIL PENGAMATAN

bobot bobot bobot piknometer + ekstrak bobot jenis (g)


piknometer piknometer + (W2) (g)
kosong (W0) air
5% 10% 5% 10%
(g) (pembanding
) (W1) (g)

14,831 g 25,270 g 24,484 g 24,594 g 0,924 g 0,934 g

PEMBAHASAN
Parameter non spesifik berkaitan dengan aspek keamanan yang bergantung pada
kandungan cemaran dari internal (dari dalam bahannya) maupun eksternal (lingkungan
sekitar tanamannya) dan stabilitas suatu simplisia. Contoh parameter uji yang termasuk ke
dalam parameter non spesifik diantaranya adalah bobot jenis.

Bobot jenis termasuk salah satu kriteria yang penting dalam penentuan mutu dan
kemurnian suatu ekstrak bahan alam, karena penentuan parameter bobot jenis dapat
memberikan gambaran mengenai senyawa kimia yang terlarut di suatu ekstrak. Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi bobot jenis suatu zat adalah:
1. Temperatur, dimana pada suhu yang tinggi senyawa yang diukur berat jenisnya dapat
menguap sehingga dapat mempengaruhi bobot jenisnya, demikian pula halnya pada
suhu yang sangat rendah dapat menyebabkan senyawa membeku sehingga sulit untuk
menghitung bobot jenisnya. Oleh karena itu, digunakan suhu dimana biasanya
senyawa stabil, yaitu pada suhu 250C (suhu kamar)
2. Massa zat, jika zat mempunyai massa yang besar maka kemungkinan bobot jenisnya
juga menjadi lebih besar.
3. Volume zat, jika volume zat besar maka bobot jenisnya akan berpengaruh tergantung
pula dari massa zat itu sendiri, dimana ukuran partikel dari zat, bobot molekulnya
serta kekentalan dari suatu zat dapat mempengaruhi bobot jenisnya.
4. Kekentalan/viskositas suatu zat dapat juga mempengaruhi berat jenisnya. Hal ini
dapat dilihat dari rumus Vkxdxt. Dari rumus tersebut, viskositas berbanding lurus
dengan bobot jenis. Jadi semakin besar viskositas suatu zat maka semakin besar pula
berat jenisnya.
Teori menyatakan bahwa jika nilai bobot jenis rendah maka. menunjukkan semakin kecil
berat fraksi yang terkandung di dalam ekstrak. Begitupun sebaliknya, semakin besar fraksi
berat yang terkandung dalam ekstrak maka semakin tinggi pula bobot jenisnya.

Pada praktikum kali ini kami akan melakukan penentuan parameter non spesifik
bobot jenis dengan metode piknometer pada ekstrak bunga kecombrang. Hal pertama yang
dilakukan yaitu menimbang bobot dari piknometer kosong yang akan kita pakai nanti dan
didapati hasil yaitu sebesar 14,831 gram. Lalu setelahnya piknometer diisi dengan air yang
telah dipanaskan dengan suhu 25°C lalu ditimbang kembali setelah sudah mencapai suhu
kamar dan didapatkan hasil seberat 25,270 gram pada piknometer berisi air panas. Dilakukan
penimbangan dengan air panas ditujukan sebagai pembanding pada perlakuan selanjutnya
yang akan menggunakan ekstrak. Selanjutnya piknometer diisi dengan ekstrak yang telah
dicampur dengan etanol (5% dan 10%), dalam perlakuan W2 5% dan 10%, etanol yang kami
pakai hanya 30 ml, jadi untuk membuat 5% dari 30 ml dibutuhkan ekstrak sebanyak 1,5
gram, sedangkan untuk membuat 10% dari 30 ml etanol dibutuhkan ekstrak sebanyak 3 gram.
Perlakuan ini dilakukan secara duplo guna untuk membandingkan data pertama dan kedua
agar didapatkan rata-rata dari kedua data tersebut sehingga data yang dihasilkan lebih akurat.
Maka hasil yang kami dapatkan dari penimbangan simplo dan duplo W2 5% adalah, 24,478
gram dan 24,491 gram dengan hasil rata rata sebesar 24,484 gram. Adapun penimbangan
simplo dan duplo 10% adalah 24,582 gram dan 24,607 gram dengan hasil rata rata sebesar
24,594 gram.
Adapun untuk hasil penetapan bobot jenis simplisia bunga kecombrang 5% dan 10%
adalah 0,924 gram dan 0,934 gram. Bobot jenis dapat mengukur sifat fisikokimia dari suatu
bahan dalam hal ini cairan yaitu ekstrak yang telah dilarutkan dalam suatu pelarut. Ekstrak
bunga kecombrang yang digunakan telah dilarutkan dengan etanol 70% dengan konsentrasi
5% dan 10%. Menurut literatur, nilai bobot jenis yang mendekati 1 atau >1 menunjukkan
bahwa bahan tersebut makin dapat bercampur dengan air, begitu juga sebaliknya. Nilai bobot
jenis yang kami peroleh pada praktikum ini dapat dikatakan mendekati 1 sehingga dapat
bercampur dengan air.

KESIMPULAN
Dari praktikum penentuan parameter non spesifik bobot jenis dengan metode piknometer
pada ekstrak bunga kecombrang, dapat disimpulkan bahwa:
1. Bobot jenis ekstrak bunga kecombrang dengan konsentrasi 5% dan 10% adalah 0,924
gram dan 0,934 gram. Nilai bobot jenis mendekati 1, menunjukkan bahwa ekstrak
tersebut dapat bercampur dengan udara.
2. Penetapan parameter bobot jenis dapat memberikan gambaran mengenai senyawa
kimia yang terlarut dalam suatu ekstrak. Faktor-faktor yang mempengaruhi bobot
jenis suatu zat meliputi suhu, massa zat, volume zat, dan kekentalan/viskositas zat.
Dengan demikian, penentuan bobot jenis ekstrak bunga kecombrang dapat
memberikan informasi penting mengenai sifat fisikokimia dari ekstrak tersebut, serta
dapat digunakan sebagai acuan dalam menentukan kualitas dan kemurnian suatu
ekstrak bahan alam.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2000. “Parameter Standar Umum Ekstrak
Tumbuhan Obat,” Edisi I, Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Direktorat
Pengawasan Obat Tradisional, Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI. (2017). Farmakope Herbal Indonesia Edisi II. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.

Nana, Januarti. (n,d). Penetapan Bobot Jenis dan Rapat Jenis fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin.

Rahmadiah. (2009). Penetapan Beberapa Parameter Spesifik dan Non Spesifik Ekstrak Etanol
Daun Asam Jawa (Tamarindus indica L.). Universitas Indonesia, Jakarta.

DOKUMENTASI
PENENTUAN PARAMETER NON SPESIFIK KADAR ABU DARI EKSTRAK
BAHAN ALAM

TUJUAN
Mahasiswa mampu menentukan kadar abu total dan kadar abu yang tidak larut
asam dari ekstrak bahan alam.

DASAR TEORI
Kadar abu merupakan campuran dari komponen anorganik atau mineral yang terdapat
pada suatu bahan pangan. Bahan pangan terdiri dari 96% bahan anorganik dan air, sedangkan
sisanya merupakan unsur – unsur mineral. Unsur juga dikenal sebagai zat organik atau kadar
abu. Kadar abu tersebut dapat menunjukkan total mineral dalam suatu wampel. Bahan –
bahan organik dalam proses pembakaran akan terbakar tetapi komponen anorganiknya
tidak, karena itulah disebut sebagai kadar abu (Zahro, 2013).

Penentuan kadar abu bertujuan untuk memberikan gambaran kandungan mineral


internal dan eksternal. Penentuan kadar abu dilakukan terhadap kadar abu total dan kadar abu
tidak larut asam. Kadar abu ditetapkan sebagai kadar anorganik (mineral) dalam ekstrak
sedangkan kadar abu tidak larut asam sebagai kadar anorganik yang tidak larut asam. Kadar
abu menjadi penting dilakukan karena kadar abu dapat menunjukkan kelayakan suatu sampel
untuk pengolahan berikutnya, bila kadar abu suatu sampel tinggi berarti masih banyak bagian
lain dari sampel yang terikut pada tahap sortasi atau penghalusan. Selain itu kadar abu juga
dapat digunakan sebagai parameter nilai gizi suatu sampel, bila kadar abu tidak larut asam
suatu sampel cukup tinggi maka masih banyak terdapat pasir atau
kotoran lain yang terikut.

Terdapat dua metode pengabuan antara lain metode pengabuan kering dan metode
pengabuan basah. Lama pengabuan tiap bahan berbeda–beda dan berkisar antara 2-8 jam.
Pengabuan dilakukan pada alat pengabuan yaitu tanur yang dapat diatur suhunya. Abu
adalah zat organik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik. Abu dan mineral dalam bahan
pangan umumnya berasal dari bahan pangan itu sendiri (indigenous). Tetapi ada beberapa
mineral yang ditambahkan ke dalam bahan pangan, secara sengaja maupun tidak disengaja
(Susi, 2013).

ALAT DAN BAHAN


Alat:
- Krus porselen
- Oven
- Desikator
- Penjepit kayu
- Timbangan analitik
Bahan
- Ekstrak bahan alam masing-masing kelompok

PROSEDUR KERJA
Penetapan Kadar Abu
1. Ditimbang 2-3 g ekstrak dengan seksama ke dalam kurs yang sudah ditara, dipijarkan
perlahan-lahan.
2. Kemudian suhu dinaikkan secara bertahap hingga 600 ± 25oC sampai bebas karbon,
selanjutnya didinginkan dalam desikator, serta timbang berat abu.
3. Kadar abu dihitung dalam persen terhadap berat sampel awal.
Penetapan kadar abu tidak larut asam
1. Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu, dididihkan dengan 25 mL asam sulfat
P selama 5 menit.
2. Kumpulkan bagian yang tidak larut dalam asam, saring melalui krus kaca masir atau
kertas saring bebas abu.
3. Cuci dengan air panas, pijarkan hingga bobot tetap, lalu timbang.
4. Hitung kadar abu yang tidak larut dalam asam terhadap berat sampel awal.

HASIL PENGAMATAN
PEMBAHASAN

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI, 1980.“Materia Medika Indonesia,” Jilid IV.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2000. “Parameter Standar Umum Ekstrak


Tumbuhan Obat,” Edisi I, Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan,
Direktorat Pengawasan Obat Tradisional, Jakarta.

Suci, D, M. 2013. Pakan Itik Pedaging dan Petelur. Jakarta: Penebar Swadaya.

Zahro, N. 2013. Analisa mutu pangan dan hasil pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian,
Universitas Jember. 14 hal.

DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai