Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Farmasi didefinisikan sebagai profesi yang menyangkut seni dan ilmu
penyediaan bahan obat, dari sumber alam atau sintetik yang sesuai, untuk
disalurkan dan digunakan pada pengobatan dan pencegahan penyakit. Farmasi
mencakup pengetahuan mengenai identifikasi, pemilihan (selection), aksi
farmakologis, pengawetan, penggabungan, analisis, dan pembakuan bahan obat
(drugs), dan sediaan obat (medicine). Pengetahuan mengenai sifat-sifat fisika
molekul zat obat merupakan dasar dalam penyusunan formula sediaan obat karena
sifat fisika inilah yang merupakan dasar dalam mempelajari ilmu farmasi fisika
(Pratama, 2008).
Farmasi Fisika merupakan suatu ilmu yang menggabungkan antara ilmu
Fisika dengan ilmu Farmasi. Ilmu Fisika mempelajari tentang sifat-sifat fisika
suatu zat baik berupa sifat molekul maupun tentang sifat turunan suatu zat.
Sedangkan ilmu Farmasi adalah ilmu tentang obat-obat yang mempelajari cara
membuat, memformulasi senyawa obat menjadi sebuah sediaan jadi yang dapat
beredar di pasaran. Sifat kimia meliputi sifat zat yang tidak dapat diamati secara
langsung, misalnya kelarutan zat, kerapatan dan lain-lain.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa karakteristik suatu zat
berbeda satu dengna yang lain. Demikian pula dengan kerapatan, yang juga
merupakan suatu sifat zat, berbeda dengan untuk setiap zat. Sebagai contoh
minyak dan air ketika dicampur tercipta 2 fasa karena kecepatannya berbeda.
Selain itu peristiwa mengapung, melayang dan tenggelam merupakan kejadian
lazim kita lihat yang dipengaruhi oleh berbadingan bobot jenis zat-zat tersebut.
Kerapatan merupakan rasio masaa suatu senyawa dengan volumenya. Bila
kerapatan suatu senyawa lebih besar daripada kerapatan air. Namun, apabila
kecepatannya lebih kecil maka senyawa tersebut akan akan mengapung diatas air.
Perbedaan kerapata zat terkadang dapat pula dilihat dari kemampuannya untuk
bercampur. Kerapatan merupakan definisi lama dari bobot jenis, Bobot jenis yaitu
perbandingan antara bobot sejumlah volume zat dengan bobot.

1
Dalam dunia kesehatan, cairan merupakan salah satu bahan dasar untuk
pembuatan obat. Zat aktif dapat larut dalam cairan dipengaruhi oleh massa jenis.
Dengan demikian maka penentuan bobot dan massa jenis merupakan salah satu
kegiatan yang sangat subtansial dilakukan untuk memformulasikan obat sehingga
suatu sediaan farmasi yang ideal dan sempurna.
Oleh sebab itu dalam farmasi fisika ada bahasan tentang penetapan bobot
jenis dan rapat jenis dengan menggunakan suatu metode tertentu. Bobot jenis
suatu zat adalah perbandingan bobot zatterjadap volume air volume sama yang
ditimbang di udara pada suhu yang sama (Dirjen POM, 1979). Sedangkan rapat
jenis adalah perbandingan yang dinyatakan dalam decimal, dari berat suatu zat
terhadap berat dari standar dalam volume yang sama kedua zat mempunyai
temperature yang sama kedua zat mempunyai temperatur yang sama atau
temperature yang telah diketahui. Air digunakan untuk standar untuk zat cair atau
padat, hydrogen atau udara untuk gas. Dalam farmasi perhitunganbobot jenis
terutama menyangkut cairan, zat padat dan air merupakan pilihan yang tepat
untuk digunakan sebagai standar karena mudah didapat dan mudah dimurnikan
(Ansel, 1989)
Penentuan bobot jenis dan rapat jenis suatu zat ini juga sangat penting dalam
menentukan berbagai zat tambahan yang dapat dikombinasikan dengan zat
tersebut.
Dengan demikian percobaan penentuan massa dan bobot jenis perlu
dilakukan untuk mendapatkan formulasi dan sediaan akhir obat yang ideal. Untuk
itu sangat diperlukan kegiatan praktikum sebagai langkah produktif dalam
memahami penentuan bobot dan massa jenis suatu sampel.
1.1 Maksud dan Tujuan
1.1.1 Maksud Percobaan
Adapun maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan
memahami cara penentuan bobot jenis dan rapat jenis dengan menggunakan
piknometer.

1.1.2 Tujuan Percobaan

2
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah agar mahasiswa dapat
menentukan bobot jenis dan rapat jenis dari minyak kacang dengan menggunakan
piknometer.
1.1.3 Prinsip Percobaan
Adapun prinsip dari percobaan ini adalah penetapan bobot jenis sampel
minyak kacang dengan penimbangan piknometer kosong dan piknometer yang
sudah berisi sampel minyak kacang.Kemudian selisih keduanya dibandingkan
dengan volume awal sampel dimana hasilnya adalah bobot jenis dari minyak
kacang. Kemudian dihitung rapat jenisnya dengan membandingkan bobot jenis
minyak kacang dengan bobot jenis air.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

3
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Bobot Jenis
Bobot jenis adalah konstanta/tetapan bahan yang bergantung pada suhu
untuk padat, cair, dan bentuk gas yang homogeny. Didefinisikan sebagai
hubungan dari massa (m) suatu bahan terhadap volumenya. Atau bobot jenis
adalah suatu karakteristik bahan yang penting yang digunakan untuk pengujian
identitas dan kemurnian dari bahan obat dan bahan pembantu, terutama dari cairan
dan zat-zat bersifat seperti malam (Voigt.1994)
Bobot jenis dinyatakan dalam desimal dengan beberapa angka di belakang
koma sebanyak akurasi yang diperlukan pada penentunnya. Pada umumnya, dua
angka di belakang koma sudah mencukupi. Bobot jenis dapat dihitung, atau untuk
senyawa khusus dapat ditemukan dalam United States Pharmacopeia (USP) atau
buku acuan lain (Ansel.2006)
Penentuan bobot jenis selain piknometer, neraca Westphalt, dan aerometer
adalah neraca Hidrostatik, neraca Reimen, untuk menentukan mengetaahui berat
jenis zat cair; neraca Ephin, untuk mengukur zat cair; neraca Qeiman, untuk
mengukur zat cair saja. Karena telah memiliki benda padat yang tak bias diganti
dengan zat padat (Raharjo.2008)
Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, penetapan bobot
jenis digunakan hanya untuk cairan, dan kecuali dinyatakan lain, didasarkan pada
perbandingan bobot zat di udara pada suhu 25˚C terhadap bobot air dengan
volume dan suhu yang sama. Bila suhu ditetapkan dalam monografi, bobot jenis
adalah perbandingan bobot zat di udara pada suhu yang ditetapkan terhadap bobot
air dengan volume dan suhu yang sama. Bila pada suhu 25˚C zat berbentuk padat,
tetapkan bobot jenis pada suhu yang telah tertera pada masing-masing monografi,
dan mengacu pada air yang tetap pada suhu 25˚C (Voigt.1994)
Dalam farmasi, perhitungan bobot jenis terutama menyangkut cairan, zat
padat, dan air merupakan pilihan yang tepat untuk digunakan sebagai standar
karena mudah di dapat dan mudah dimurnikan (Ansel.1989)
Menurut Lachman (1994), pengujian bobot jenis dilakukan untuk
menentukan tiga macam bobot jenis yaitu :

4
a. Bobot jenis sejati
Massa partikel dibagi volume partikel tidak termasuk rongga yang terbuka
dan tertutup.
b. Bobot jenis nyata
Massa partikel dibagi volume partikel tidak termasuk pori/lubang terbuka,
tetapi termasuk pori yang tertutup.
c. Bobot jenis efektif
Massa partikel dibagi volume partikel termasuk pori yang terbuka dan
tertutup.
Seperti titik lebur, titik didih atau indeks bias (bilangan bias). Kerapatan
relatif merupakan besaran spesifik zat. Besaran ini dapat digunakan untuk
pemeriksaan konsentrasi dan kemurnian senyawa aktif, senyawa bantu dan
sediaan farmasi (Voigt.1994)
Penting untuk menggunakan satuan bobot yang sama untuk pembilang dan
penyebut, umumnya gram,sehingga satuan akan hilang dan hasilnya akan berupa
bilangan abstrak. Selain itu, penting disadari bahwa karena 1 ml air dianggap
berbobot 1 g, maka “bobot sejumlah volume air yang setara” pada penyebut
adalah angka numeric yang sama dalam mililiter dan gram. Dengan demikian, jika
25 ml suatu zat berbobot 30 g, maka “volume air yang setara” (25 ml) berbobot 25
g dan bobot jenis zat ini dapat dihitung (Ansel.2006)
Menurut Ansel (2006), bobot jenis suatu zat dapat dihitung dengan
mengetahui bobot dan volumenya melalui persamaan berikut :

ρ=

2.1.2 Definisi Rapat Jenis


Rapat jenis (specific gravity) adalah perbandingan antara bobot jenis suatu
zat pada suhu tertentu (biasanya dinyatakan sebagai
25˚C/25˚C,25˚C/4˚C,4˚C/4˚C). Untuk bidang farmasi biasanya 25˚C/25˚C.
Menurut Roth (1994), rapat jenis adalah perbandingan yang dinyatakan dalam
decimal, dari suatu zat terhadap berat dari standar dalam volume yang sama kedua
zat mempunyai temperatur yang sama atau temperatur yang telah diketahui. Air

5
digunakan untuk standar zat cair dan padat, sedangkan hydrogen atau udara untuk
gas.
Berbeda dengan rapat jenis adalah bilangan murni atau tanpa dimensi,
yang dapat diubah menjadi rapat jenis dengan rumus yang cocok. Bobot jenis
untuk penggunaan praktis lebih sering didefinisikan sebagai perbandingan yang
massa dari suatu zat terhadap massa suatu zat sejumlah volume air pada suhu 4˚C
atau temperatur lain yang telah ditentukan (Martin.1993)
Hubungan antara massa dan volume tidak hanya menunjukkan ukuran dan
bobot molekul suatu komponen, tetapi juga gaya-gaya yang mempengaruhi sifat
karakteristik “pemadatan” (Packing Characteristic). Dalam sistem matriks
kerapatan diukur dengan gram/millimeter (untuk cairan) atau gram/cm²
(Martin.1993)
2.1.3 Penentuan Bobot Jenis
Menurut Roth (1988), metode penentuan untuk cairan adalah sebagai
berikut :
1. Metode Piknometer. Prinsip metode ini didasarkan atas penentuan massa
cairan dan penentuan ruang, yang ditempati cairan ini. Untuk ini dibutuhkan
wadah untuk menimbang yang dinamakan piknometer. Ketelitian metode
piknometer akan bertambah hingga mencapai keoptimuman tertentu dengan
bertambahnya volume piknometer. Keoptimuman ini terletak pada sekitar isi
ruang 30 ml.
Prinsip Metode Piknometer ini didasarkan atas penentuan massa cairan
dan penentuan ruangan yang ditempati cairan ini. Ruang piknometer dilakukan
dengan menimbang air. Menurut peraturan apotek, harus digunakan piknometer
yang sudah ditera, dengan isi ruang dalam ml dan suhu tertentu (20˚C). ketelitian
metode piknometer akan bertambah sampai optimum tertentu dengan
bertambahnya volume piknometer. Optimum ini terletak sekitar isi ruang 30 ml.
Ada dua tipe piknometer, yaitu tipe botol dengan tipe pipet (Roth.1994)
2. Metode Neraca Hidrostatik
Metode ini berdasarkan hokum Achimedes yaitu suatu benda yang
dicelupkan ke dalam cairan akan hilang massa sebesar berat volume cairan yang
terdesak.

6
3. Metode Mohr-westphal
Benda dari kaca dibenamkan tergantung pada blok timbangan yang ditoreh
menjadi 10 bagian sama dan disetimbangkan dengan bobot lawan. Keuntungan
penentuan kerapatan dengan neraca mohr-westphal adalah penggunaan waktu
yang singkat dan mudah dilakukan.
4. Metode Areometer
Penentuan kerapatan dengan aerometer berskala (timbangan benam,
sumbu) didasarkan pada pembacaan seberapa dalamnya tabung gelas tercelup
yang sepihak diberati dan pada kedua ujung ditutup dengan pelelehan.
Menurut Lachman (1994), pengujian bobot jenis dilakukan untuk
menentukan 3 macam bobot jenis yaitu :
1. Bobot jenis sejati (benar), yakni perbandingan antara massa dan volume
zat padat tanpa pori daan tanpa ruang rongga. Penentuan bobot jenis sejati bahan
berbentuk butir dan serbuk menuntut bahan tersebut berada dalam bentuk sehalus
mungkin, dilakukan dengaan menggunakan metode piknometer cairan atau
metode manometer (Voigt.1994)
2. Bobot jenis nyata, yaitu volume yang membesar akibat adanya pori-pori
yang menyebabkan besarnya volume.
3. Bobot jenis efektif, yaitu massa partikel dibagi volume partikel termasuk
pori yang terbuka dan tertutup. Seperti titik lebur, titik didih atau indeks bias
(bilangan bias). Kerapatan relative merupakan besaran spesifik zat. Besaran ini
dapat digunakan untuk pemeriksaan konsentrasi dan kemurnian senyawa aktif,
senyawabantudansediaanfarmasi.
2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi bobot jenis
Menurut Sinko (2011) ada beberapa faktor yang mempengaruhi bobot

jenis suatu zat yakni :


a. Temperatur
b. Dimana pada suhu yang tinggi senyawa yang diukur berat jenisnya dapat
menguap sehingga dapat mempengaruhi bobot jenisnya, demikian pula
halnya pada suhu yang sangat rendah dapat menyebabkan senyawa
membeku sehingga sulit untuk menghitung bobot jenisnya.
c. Massa zat
Jika zat mempunyai massa yang besar maka kemungkinan bobot jenisnya
juga menjadi lebih besar.

7
d. Volume zat
Jika volume zat besar maka bobot jenisnya akan berpengaruh tergantung
pula dari massa zat itu sendiri, dimana ukuran partikel dari zat, bobot molekulnya
serta kekentalan dari suatu zat dapat mempengaruhi bobot jenisnya.
e. Kekentalan atau viskositas
Suatu zat dapat juga mempengaruhi berat jenisnya.
Dalam bidang farmasi bobot jenis dan rapat jenis suatu zat atau cairan digunakan
sebagai salah satu metode analisis yang berperan dalam menentukan senyawa cair,
digunakan pula untuk uji identitas dan kemurnian dari senyawa obat terutama
dalam bentuk cairan.
2.2 Uraian Bahan

2.2.1 Alkohol (Depkes, 1979; Rowe et al, 2009)


Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Alkohol, etanol, etil alkohol, alkanol, metanol,
dan metil alcohol
Rumus Molekul : C2H5OH
Berat Molekul : 46,07 gr/mol
Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap


dan mudah bergerak; bau khas ; rasa. Mudah
terbakar dengan memberikan nyala biru yang
tidak berasap.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P
dan eter P.
Khasiat : Antiseptik (menghambat pertumbuhan mikroba
pada bagian tubuh), desinfektan (antimikroba,
untuk mensterilkan peralatan).
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
cahaya, di tempat sejuk, jauh dari nyala api.
2.2.2 Minyak jarak (Depkes, 1979)
Nama Resmi : OLEU RICINI
Nama Lain : Minyak jarak

8
Rumus Molekul : CH57H10O6
Rumus Struktur : (Pubchem, 2014)

Berat Molekul : 611,7 g/mol


Pemerian :Cairan kental, pucat atau kuning pucar atau
hamper tidak berwarna, bau lema; rasa manis dan
agak pedas
Kelarutan : larut dalam 2,4 vagian etanol (90%), mudah larut
dalam etanol mutlak dalam asetat glacial P.
Kegunaan : Sebagai Pelarut
Khasiat : laksativum
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik dan terisi penuh

2.2.3 Aquadest (Dirjen POM, 1979)


Nama Resmi : AQUA DESTILLATA
Nama Lain : Aquadest, air suling
Rumus Molekul : H2O
Rumus Struktur :

Berat Molekul : 18,02 g/mol


Pemerian : Cairan tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa
Kelarutan : Larut dengan semua jenis larutan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup kedap
Kegunaan : Sebagai zat pelarut.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum

9
Praktikum penetapan bobot jenis dilaksanakan pada tanggal 24 September
2019 Pada pukul 10.00-13.00. Pelaksanaan praktikum bertempat di Laboratorim
Teknologi Farmasi, Jurusan Farmasi, Fakultas Olahraga dan Kesehatan,
Universitas Negeri Gorontalo.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan untuk praktikum yaitu cawan porselin, oven,
piknometer, termometer, dan wadah stainless.
3.2.2 Bahan
Adapun alat yang digunakan untuk praktikum yaitu alkohol, aquades, es
batu, minyak kacang, dan tisu
3.3 Cara Kerja
1) Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2) Dibersihkan alat yang akan digunakan dengan aquades kemudian dibilas
dengan alkohol 70%.
3) Dipanaskan piknometer dalam oven pada suhu 100⁰C selama 15 menit.
4) Dikeluarkan piknometer dari oven lalu ditimbang massa piknometer kosong
sebanyak 3 kali menggunakan neraca analitik.
5) Dituangkan minyak kacang kedalam piknometer 25 ml.
6) Dikalibrasi termometer kedalam wadah yang berisi es batu hingga suhu
menurun di 0⁰C.
7) Dimasukkan massa piknometer yang sudah berisi minyak kacang kedalam
wadah stainless yang berisi es batu.
8) Diukur suhu dengan termometer hingga mencapai 25⁰C.
9) Ditutup piknometer lalu diangkat dan dibersihkan dengan tisu.
10) Ditimbang piknometer tersebut sebanyak 3 kali.
11) Dicatat hasilnya dan dihitung bobot jenis minyak kacang.

BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Tabel Hasil Pengamatan

Piknometer Berisi
Sampel Piknometer Kosong (g)
Minyak Kacang (g)
31,3211 57,9032
Oleum ricini 31,3295 57,9029
31,3339 57,9017

10
31,2882 57,905

Perhitungan :
Dik : a) Rata-rata piknometer kosong = 31,2882 g
b) Rata-rata piknometer terisi = 57,905 g
c) Volume minyak kacang = 25 ml
d) ρ air = 1 g/ml
Dit : 1. Bobot jenis (ρ) ?
2. Rapat jenis (d) ?
Penye : 1. Bobot jenis
ρ = m
v
= Bobot piknometer sampel–Bobot piknometer kosong
volume
= 57,905 g – 31,2202 g
25 mL
= 1,0673 gr/ml
2. Rapat jenis
d = ρ zat
ρ air
= 1,067 gr/ml
1 gr/ml
= 1,067

4.3 Pembahasan
Bobot jenis adalah perbandingan antara bobot zat dibandingkan dengan
volume zat pada suhu tertentu (biasanya 25⁰C). Rapat jenis adalah perbandingan
antara bobot jenis suatu zat dengan air pada suhu tertentu (biasanya dinyatakan
sebagai 25⁰C/25⁰C, 25⁰C/4⁰C, 4⁰C/4⁰C). Dalam bidang farmasi biasanya
digunakan 25⁰C/25⁰C (Depkes, 1979)
Pada percobaan kali ini kami akan mengetahui bobot jenis zuatu zat, maka
akan mempermudah dalam memformulasi obat. Karena dengan mengetahui bobot
jenisnya maka kita dapat menentukan perubahan antar massa dan volume suatu

11
zat. Dengan mengetahui banyaknya manfaat dari penentuan bobot jenis, maka
dengan ini dilakukannya praktikum penentuan bobot jenis (Martin, 1990).
Prinsip dalam percobaan penetapan bobot jenis ini metode yang digunakan
adalah metode piknometer. Menurut Roth H., J (1994), prinsip metode ini
didasarkan atas penentuan massa cairan dan penentuan ruang yang ditempati
cairan ini. Untuk ini dibutuhkan wadah untuk menimbang yang dinamakan
piknometer. Ketelitian metode piknometer akan bertambah hingga mencapai
keoptimuman tertentu dengan bertambahnya volume piknometer.
Alat dan bahan yang akan digunakan. Alat yang digunakan pada praktikum
ini adalah piknometer, neraca analitik, oven, termometer dan wadah stainles.
Bahan yang digunakan adalah minyak jarak, aquadest, es batu, dan alkohol 70%.
Bahan yang akan digunakan dalam praktikum adalah aquades lalu
dibersihkan dengan menggunakan alkohol 70%. Menurut Depkes (1995), tujuan
menggunakan alkohol 70% agar alat yang digunakan tersebut terhindar dari
mikroba dan benda asing lainnya. Menurut jurnal Vokasi Kesehatan, alkohol
berfungsi sebagai desinfektan dengan cara melarutkan lipid pada membran sel
mikroorganisme sehingga alat yang diolesi alkohol akan berkurang angka hitung
kumannya.
Piknometer dengan oven pada suhu 100⁰C selama 15 menit agar piknometer
benar-benar kering. Menurut Svehla (1990), pemanasan ini bertujuan untuk
memperoleh bobot kosong dari piknometer dan mengembalikan piknometer pada
keadaan murni, jika masih terdapat titik air didalamnya dapat mempengaruhi hasil
yang diperoleh. Pada praktikum kali ini waktu pemanasan piknometer selama 15
menit. Tujuan dilakukan pemanasan 15 menit menurut Roth (1988), adalah untuk
membebaskan lemak dan mempercepat proses pengeringan pada sisa-sia air yang
terdapat pada piknometer.
Piknometer yang telah dipanaskan didalam oven dikeluarkan dengan
menggunakan penjepit kayu dan dialas dengan tisu pada bagian bawah
piknometer. Piknometer kosong yang telah dipanaskan kemudian ditimbang
menggunakan timbangan analitik sebanyak tiga kali untuk mendapatkan nilai rata-
rata dari piknometer kosong. Digunakan neraca analitik untuk menimbang karena
menurut Day, R,. A (1995), neraca analitik mempunyai tingkat ketelitian yang
tinggi. Menurut Gabriel (1996), apabila suatu benda yang dinaikkan suhunya

12
maka akan timbul penyusutan atau pemuaian Day, R,. A (1995), tujuan dilakukan
penimbangan sebanyak tiga kali yaitu agar data yang dihitung lebih akurat.
Diperoleh rata-rata dari piknometer kosong adalah 31,2882 g.
Minyak jarak sebanyak 25 mL kedalam piknometer. Menurut Roth (1988),
ketelitian metode piknometer akan bertambah hingga mencapai keoptimuman
tertentu dengan bertambahnya volume piknometer. Kemudian piknometer yang
telah berisi minyak jarak ini dimasukkan ke dalam wadah yang berisi es batu
untuk mempercepat proses penurunan suhu. Suhu minyak kelapa dalam
piknometer diukur menggunakan termometer hingga suhunya mencapai 25°C.
Menurut Farmakope edisi III (1979), suhu yang biasa digunakan pada penentuan
bobot jenis adalah 25°C. salah satu faktor yang mempengaruhi bobot jenis adalah
temperatur, dimana pada suhu tinggi senyawa yang diukur berat jenisnya dapat
menguap sehingga dapat mempengaruhi bobot jenisnya, demikian pula halnya
pada suhu yang sangat rendah dapat menyebabkan semyawa membeku sehingga
sulit untuk menentukan bobot jenisnya. Oleh karena itu, digunakan suhu dimana
biasanya senyawa stabil, yaitu pada suhu kamar (25°C).
Piknometer diangkat dari wadah lalu dilakukan penimbangan piknometer
yang berisi minyak jarak sebanyak tiga kali menggunakan timbangan analitik.
pengulangan ini bertujuan untuk meningkatkan ketepatan dan ketelitian terhdap
hasil percobaan. Menurut Shavel (1970), tujuan dilakukan penimbangan sebanyak
tiga kali yaitu agar data yang dihitung lebih akurat. Diperoleh rata-rata piknometer
berisi yaitu 57,905 g.
Percobaan ini didapatkan hasil yaitu bobot jenis dari minyak jarak adalah
1,0673 g/mL dan rapat jenisnya adalah 1,067. Tetapi menurut Bayley (1950),
bobot jenis dari minyak jarak 0,924 – 0,928 g/cm3. Perbedaan hasil praktikum
dengan pernyataan dalam literatur dapat disebabkan oleh banyak hal, salah
satunya ketidak telitian praktikan saat bekerja, saat proses pemanasan dalam oven
waktu tidak diperhatikan, saat proses penimbangan dan kesalahan lain seperti
tidak sengaja memegang piknometer.

13
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Bobot jenis adalah perbandingan antara bobot zat dibanding dengan volume
zat pada suhu tertentu (biasanya 25ºC) sedangkan Rapat jenis (specific gravity)
adalah perbandingan antara bobot jenis suatu zat pada suhu tertentu (biasanya
dinyatakan sebagai 25ºC/25ºC, 25ºC/4ºC, 4ºC/4ºC). Untuk bidang farmasi
biasanya 25ºC/25ºC. Adapun metode yang digunakan adalah metode piknometer.
Dari percobaan yang telah kami lakukan, hasil yang didapat adalah bobot jenis
dari minyak jarak adalah 1,067 g/ml dan kerapatannya adalah 1,067.
5.2 Saran
5.2.1 Saran Untuk Asisten

14
Kepada asisten agar tetap sabar dalam mengajarkan ilmu kepada para
praktikan agar semakin menambah ilmu baik kepada praktikan maupun asisten
sendiri.
5.2.2 Saran Untuk Laboratorium
Diharapkan pada pelaksanaan praktikum ruangan yang digunakan tetap
dalam kondisi yang bersih agar praktikan dan asisten merasa lebih nyaman selama
pelaksanaan praktikum.
5.2.3 Saran Untuk Jurusan
Diharapkan agar fasilitas yang digunakan pada praktikum dan lebih
diperhatikan, dengan melengkapi alat-alat yang masih kurang untuk digunakan
pada praktikum seperti timbangan analitik karena pada saat praktikum para
praktikan selalu mengantri dan bisa terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

15

Anda mungkin juga menyukai