Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Farmasi adalah ilmu yang mempelajari cara membuat,mencampur,meracik
formulasi obat,identifikasi,kombinasi,analisis dan standarisasi atau pembakuan
obat serta pengobatan, termasuk pula sifat-sifat obat dan distribusinya serta
penggunaannya yang aman pada obat (Syamsuni,2006). Dalam ilmu farmasi,
dituntut untuk mempelajari sifat-sifat suatu obat, dimana ilmu yang mempelajari
sifat fisik suatu obat disebut Farmasi fisika.
Farmasi fisika adalah ilmu yang mempelajari tentang aplikasi dari sifat zat
fisika, kimia dari sediaan farmasi yang berstandar baik, berefek baik, dan
mempunyai kestabilan yang baik. Sifat-sifat fisik dari suatu senyawa obat ini akan
menentukan kemurnian dari suatu zat yang akan dijadikan obat. Salah satu sifat
fisik dari sediaan farmasi yaitu bobot jenis dan rapat jenis (Attwood, 2008).
Bobot jenis yaitu perbandingan antara bobot zat dibanding dengan volume zat
pada suhu tertentu ( Biasanya 25oC). Sedangkan rapat jenis perbandingan antara
bobot jenis suatu zat dengan bobot jenis air pada suhu tertentu (biasanya
dinyatakan sebagai 25o/25o , 25o/4o, 4o/4o). Untuk bidang farmasi biasanya
menggunakan 25o/25o (Ansel, 1989).
Penentuan bobot jenis dan rapat jenis ini sangat penting diketahui oleh
seorang farmasis, karena dengan mengetahui bobot jenis dan rapat jenis seorang
farmasis dapat mengetahui kemurnian dari suatu sediaan khususnya yang
berbentuk larutan (Voight, 1994).
Dengan mengetahui bobot jenis suatu zat, maka kita sebagai seorang farmasis
dapat melakukan pemeriksaan identitas, konsentrasi dan kemurnian senyawa aktif.
Disamping itu, dengan mengetahui bobot jenis dan rapat jenis suatu zat, maka
akan mempermudah dalam meracik obat. Karena dengan mengetahui bobot jenis
dan rapat jenis maka kita dapat menentukan apakah suatu zat dapat bercampur
atau tidak dengan zat lainnya. Penentuan bobot jenis dan rapat jenis dapat
menggunakan alat yang disebut piknometer.
1.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud

1
Dalam praktikum kali ini dimaksudkan agar mahasiwa dapat mengetahui
bobot jenis dan rapat jenis dari suatu zat cair dengan menggunakan alat piknometer.
1.2.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui bobot jenis dari suatu zat.
2. Untuk mengetahui rapat jenis dari suatu zat.
3. Untuk mengetahui cara penetapan bobot jenis dari sampel yaitu minyak
zaitun dengan menggunakan metode piknometer.
1.3 Prinsip Percobaan
Prinsip metode ini adalah didasarkan atas penentuan massa cairan dan
penentuan ruang yang ditempati cairan ini. Untuk ini dibutuhkan wadah untuk
menimbang piknometer.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Pengertian Bobot Jenis
Bobot jenis adalah konstanta/tetapan bahan yang bergantung pada suhu
untuk padat, cair, dan bentuk gas yang homogeny. Didefinisikan sebagai hubungan
dari massa (m) suatu bahan terhadap volumenya. Atau bobot jenis adalah suatu
karakteristik bahan yang penting yang digunakan untuk pengujian identitas dan
kemurnian dari bahan obat dan bahan pembantu, terutama dari cairan dan zat-zat
bersifat seperti malam (Voigt. 1994).
Bobot jenis dinyatakan dalam desimal dengan beberapa angka di belakang
koma sebanyak akurasi yang diperlukan pada penentunnya. Pada umumnya, dua
angka di belakang koma sudah mencukupi. Bobot jenis dapat dihitung, atau untuk
senyawa khusus dapat ditemukan dalam United States Pharmacopeia (USP) atau
buku acuan lain (Ansel. 2006).
Penentuan bobot jenis selain piknometer, neraca Westphalt, dan aerometer
adalah neraca Hidrostatik, neraca Reimen, untuk menentukan mengetaahui berat
jenis zat cair; neraca Ephin, untuk mengukur zat cair; neraca Qeiman, untuk
mengukur zat cair saja. Karena telah memiliki benda padat yang tak bias diganti
dengan zat padat (Raharjo. 2008).
Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, penetapan bobot
jenis digunakan hanya untuk cairan, dan kecuali dinyatakan lain, didasarkan pada
perbandingan bobot zat di udara pada suhu 25˚C terhadap bobot air dengan volume
dan suhu yang sama. Bila suhu ditetapkan dalam monografi, bobot jenis adalah
perbandingan bobot zat di udara pada suhu yang ditetapkan terhadap bobot air
dengan volume dan suhu yang sama. Bila pada suhu 25˚C zat berbentuk padat,
tetapkan bobot jenis pada suhu yang telah tertera pada masing-masing monografi,
dan mengacu pada air yang tetap pada suhu 25˚C (Voigt. 1994).
Dalam farmasi, perhitungan bobot jenis terutama menyangkut cairan, zat
padat, dan air merupakan pilihan yang tepat untuk digunakan sebagai standar
karena mudah di dapat dan mudah dimurnikan (Ansel. 1989).

3
Menurut Lachman (1994), pengujian bobot jenis dilakukan untuk
menentukan 3 macam bobot jenis yaitu :
1. Bobot jenis sejati (benar), yakni perbandingan antara massa dan volume zat
padat tanpa pori daan tanpa ruang rongga. Penentuan bobot jenis sejati
bahan berbentuk butir dan serbuk menuntut bahan tersebut berada dalam
bentuk sehalus mungkin, dilakukan dengaan menggunakan metode
piknometer cairan atau metode manometer.
2. Bobot jenis nyata, yaitu volume yang membesar akibat adanya pori-pori
yang menyebabkan besarnya volume.
3. Bobot jenis efektif, yaitu massa partikel dibagi volume partikel termasuk
pori yang terbuka dan tertutup. Seperti titik lebur, titik didih atau indeks bias
(bilangan bias). Kerapatan relative merupakan besaran spesifik zat. Besaran
ini dapat digunakan untuk pemeriksaan konsentrasi dan kemurnian senyawa
aktif, senyawa bantu dan sediaan farmasi.
Penting untuk menggunakan satuan bobot yang sama untuk pembilang dan
penyebut, umumnya gram,sehingga satuan akan hilang dan hasilnya akan berupa
bilangan abstrak. Selain itu, penting disadari bahwa karena 1 ml air dianggap
berbobot 1 g, maka “bobot sejumlah volume air yang setara” pada penyebut adalah
angka numeric yang sama dalam mililiter dan gram. Dengan demikian, jika 25 ml
suatu zat berbobot 30 g, maka “volume air yang setara” (25 ml) berbobot 25 g dan
bobot jenis zat ini dapat dihitung (Ansel. 2006)
Menurut Ansel (2006), bobot jenis suatu zat dapat dihitung dengan
mengetahui bobot dan volumenya melalui persamaan berikut :
M (g)
ρ=
V (ml)

4
2.1.2 Pengertian Rapat Jenis
Rapat jenis (specific gravity) adalah perbandingan antara bobot jenis suatu
zat pada suhu tertentu (biasanya dinyatakan sebagai 25˚C/25˚C,25˚C/4˚C,4˚C/4˚C).
Untuk bidang farmasi biasanya 25˚C/25˚C. Menurut Roth (1994), rapat jenis adalah
perbandingan yang dinyatakan dalam decimal, dari suatu zat terhadap berat dari
standar dalam volume yang sama kedua zat mempunyai temperatur yang sama atau
temperatur yang telah diketahui. Air digunakan untuk standar zat cair dan padat,
sedangkan hydrogen atau udara untuk gas.
Berbeda dengan rapat jenis adalah bilangan murni atau tanpa dimensi, yang
dapat diubah menjadi rapat jenis dengan rumus yang cocok. Bobot jenis untuk
penggunaan praktis lebih sering didefinisikan sebagai perbandingan yang massa
dari suatu zat terhadap massa suatu zat sejumlah volume air pada suhu 4˚C atau
temperatur lain yang telah ditentukan (Martin. 1993)
Hubungan antara massa dan volume tidak hanya menunjukkan ukuran dan
bobot molekul suatu komponen, tetapi juga gaya-gaya yang mempengaruhi sifat
karakteristik “pemadatan” (Packing Characteristic). Dalam sistem matriks
kerapatan diukur dengan gram/millimeter (untuk cairan) atau gram/cm² (Martin.
1993)
Kerapatan adalah perbandingan yang dinyatakan dalam desimal, dari berat
suatu zat terhadap berat dari standar dalam volume yang sama kedua zat
mempunyai temperature yang sama atau temperature yang telah diketahui dan
dinyatakan dalam sistem cgs dalam gram per sentimeter kubik ( g /cm3 = g /ml )
dan dalam satuan SI kilogram per meter kubik ( kg /m3 )

massa zat
ρ=
Volume zat

Air digunakan untuk standar untuk zat cair dan padat, hydrogen atau udara
untuk gas. Dalam farmasi, perhitungan berat jenis terutama menyangkut cairan, zat
padat dan air merupakan pilihan yang tepat untuk digunakan sebagai standar karena
mudah didapat dan mudah dimurnikan.

5
Berbeda dengan kerapatan, berat jenis adalah bilangan murni atau tanpa
dimensi, yang dapat diubah menjadi kerapatan dengan menggunakan rumus yang
cocok.
ρzat
d=
ρair

Menurut Alfred (1993), jenis-jenis rapat jenis terbagi menjadi 3, yaitu :


a. Kerapatan sebenarnya
adalah kerapatan dari bahan padat yang nyata (sebenarnya). Metode untuk
menentukan kerapatan padatan tidak berpori dengan pemindahan cairan dimana
padatan tersebut tidak larut. Kerapatan sebenarnya dapat ditentukan dengan
densitormeter helium.
b. Kerapatan granul
kerapatan granul menggunakan air raksa, karena air raksa dapat mengisi
ruang-ruang kosong tetapi tidak berpenetrasi kedalam pori-pori dalam dari partikel.
c. Kerapatan bulk
Kerapatan bulk didefinisikan sebagai massa dari suatu serbuk dibagi dengan
volume bulk.
2.1.3 Metode yang digunakan
Menurut Roth (1988), metode penentuan untuk cairan adalah sebagai
berikut :
1. Metode Piknometer.
Prinsip metode ini didasarkan atas penentuan massa cairan dan penentuan
ruang, yang ditempati cairan ini. Untuk ini dibutuhkan wadah untuk menimbang
yang dinamakan piknometer. Ketelitian metode piknometer akan bertambah hingga
mencapai keoptimuman tertentu dengan bertambahnya volume piknometer.
Keoptimuman ini terletak pada sekitar isi ruang 30 ml.
Prinsip Metode Piknometer ini didasarkan atas penentuan massa cairan dan
penentuan ruangan yang ditempati cairan ini. Ruang piknometer dilakukan dengan
menimbang air. Menurut peraturan apotek, harus digunakan piknometer yang sudah
ditera, dengan isi ruang dalam ml dan suhu tertentu (20˚C). ketelitian metode
piknometer akan bertambah sampai optimum tertentu dengan bertambahnya

6
volume piknometer. Optimum ini terletak sekitar isi ruang 30 ml. Ada dua tipe
piknometer, yaitu tipe botol dengan tipe pipet (Roth. 1994)
2. Metode Neraca Hidrostatik
Metode ini berdasarkan hokum Achimedes yaitu suatu benda yang
dicelupkan ke dalam cairan akan hilang massa sebesar berat volume cairan yang
terdesak.
3. Metode Mohr-westphal
Benda dari kaca dibenamkan tergantung pada blok timbangan yang ditoreh
menjadi 10 bagian sama dan disetimbangkan dengan bobot lawan. Keuntungan
penentuan kerapatan dengan neraca mohr-westphal adalah penggunaan waktu yang
singkat dan mudah dilakukan.
4. Metode Areometer
Penentuan kerapatan dengan aerometer berskala (timbangan benam, sumbu)
didasarkan pada pembacaan seberapa dalamnya tabung gelas tercelup yang sepihak
diberati dan pada kedua ujung ditutup dengan pelelehan.
2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi bobot jenis
Menurut Sinko (2011) ada beberapa faktor yang mempengaruhi bobot jenis
suatu zat yakni :
a. Temperatur
Dimana pada suhu yang tinggi senyawa yang diukur berat jenisnya dapat
menguap sehingga dapat mempengaruhi bobot jenisnya, demikian pula halnya pada
suhu yang sangat rendah dapat menyebabkan senyawa membeku sehingga sulit
untuk menghitung bobot jenisnya.
b. Massa zat
Jika zat mempunyai massa yang besar maka kemungkinan bobot jenisnya
juga menjadi lebih besar.
c. Volume zat
Jika volume zat besar maka bobot jenisnya akan berpengaruh tergantung
pula dari massa zat itu sendiri, dimana ukuran partikel dari zat, bobot molekulnya
serta kekentalan dari suatu zat dapat mempengaruhi bobot jenisnya.
d. Kekentalan atau viskositas

7
Dalam bidang farmasi bobot jenis dan rapat jenis suatu zat atau cairan
digunakan sebagai salah satu metode analisis yang berperan dalam menentukan
senyawa cair, digunakan pula untuk uji identitas dan kemurnian dari senyawa obat
terutama dalam bentuk cairan, serta dapat pula diketahui tingkat kelarutan/daya
larut suatu zat.
2.2 Uraian Bahan
2.2.1 Air Suling (Dirjen POM.1995; Rowe. 2009)
Nama Resmi : Aqua Destillata
Nama Lain : Air suling, Aquadest
Rumus Molekul : H2O
Berat Molekul : 18,02 gr/mol
Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan


tidak
mempunyai rasa
Kegunaan : Sebagai pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
2.2.2 Alkohol (Dirjen POM.1979; Rowe. 2009)
Nama Resmi : AETHANOLUM
Nama Kimia : Alkohol, etanol, ethyl alcohol
Rumus Molekul : C2H5OH
Berat Molekul : 46.07 gr/mol

Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan

8
mudah bergerak, bau khas, rasa panas, mudah
terbakar dan memberikan nyala biru yang tidak
berasap.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P
dan
dalam eter P.
Khasiat : Antiseptik (membunuh atau menghambat
pertumbuhan bakteri pada jaringan hidup),
desinfektan (membunuh atau menghambat
pertumbuhan bakteri pada jaringan mati).
Kegunaan : Sebagai pensteril mikroorganisme pada alat.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terhindar dari
cahaya, ditempat sejuk jauh dari nyala api.
2.2.3 Minyak Zaitun (Dirjen POM. 1995; Anjasari. 2004)
Nama resmi : CEFUROXIME AXETIL
Nama lain : Minyak Zaitun
Rumus Molekul : C20H22N4O10S
Rumus struktur :

Pemerian : Minya kuning pucat, atau kering kehijauan


terang, rasa khas lemah dengan rasa agak pedas.
Kelarutan : Sukar larut dalam etanol, tercampur dengan eter
dengan kloroform dan dengan karbon disulfide.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup kedap.
Khasiat : Sebagai perawatan kecantikan vitamin antipenuaan,
menghaluskan dan melembamkan permukaan kulit
dan sebagai pencehar kanker dan jantung.

9
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Farmasi Fisika “Bobot Jenis” dilaksanakan pada hari Sabtu, 05
Oktober 2019 pada pukul 11.00 WITA sampai dengan 13.00 WITA di
Laboratorium Teknologi Farmasi, Jurusan Farmasi, Fakultas Olahraga dan
Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan yaitu Corong, Kain Halus, Neraca Analitik,
Oven, Penjepit, Piknometer, Stopwatch, Termometer, Pipet tetes, Wadah stainless
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum yaitu alkohol 70%,
aquadest, es batu, minyak zaitun(Oleum oliver), tissu.
3.3 Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Dibersihkan piknometer dengan air suling kemudian dibilas dengan alkohol
70%.
3. Dipanaskan piknometer dalam oven pada suhu 100˚C selama 10 menit.
4. Dikeluarkan piknometer dari oven lalu ditimbang massa piknometer kosong
pada neraca analitik sebanyak 3 kali.
5. Dimasukkan minyak zaitun kedalam piknometer sebanyak 25 ml.
6. Dimasukan Piknometer yang sudah berisi minyak zaitun kedalam wadah
stainless yang berisi es batu.
7. Diukur suhu minyak zaitun dengan termometer sampai mencapai 25˚C.
8. Diangkat piknometer dan bersihkan bagian luar piknometer dengan tisu.
9. Ditimbang kembali piknometer pada neraca analitik sebanyak 3 kali.
10. Dihitung bobot jenis minyak zaitun.

10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Tabel Hasil Pengamatan
Piknometer +
Sampel Piknometer setelah sampel setelah
dipanaskan (a) didinginkan (b)
29, 7557 54, 0369
Minyak Zaitun 29, 7597 54, 0402
29, 7615 54, 0361
Rata – Rata ∑ 29, 7589 ∑ 54, 0377
4.2 Perhitungan
4.2.1 Bobot Jenis
Diketahui :
a. Rata-rata berat piknometer kosong (a) = 29, 7589 g
b. Rata-rata berat pknometer yang berisi sampel (b) = 54, 0377 g
c. Volume minyak zaitun = 25 ml
Ditanya : Bobot Jenis (ρ)
M 𝑏−𝑎
Penyelesaian : ρ = =
V 𝜌
54,0377−29,7589
=
25 ml
24,2788 g
= 25 ml

= 0,971157 g/ml
4.2.2 Rapat Jenis
Diketahui :
a. Rata-rata berat piknometer kosong (a) = 29, 7589 g
b. Rata-rata berat pknometer yang berisi sampel (b) = 54, 0377 g
c. Volume minyak zaitun = 25 ml
Ditanya : Rapat Jenis (d)
ρzat 0,971152 g/ml
Penye : d= =
ρair 1 g/ml

= 0, 97152

11
4.3 Pembahasan
Bobot jenis adalah konstanta/ tetapan bahan yang bergantung pada suhu
untuk padat, cair dan bentuk zat yang homogen. Didefinisikan sebagai hubungan
dari massa (m) suatu bahan terhadap volumenya. Atau bobot jenis adalah suatu
karakteristik bahan yang penting yang digunakan untuk pengujian identitas dan
kemurnian dari bahan obat dan bahan pembantu, terutama dari cairan dan zat-
zat bersifat seperti malam (Effendi, 2004).
Menurut definisi, rapat jenis adalah perbandingan yang dinyatakan dalam
desimal, dari berat suatu zat terhadap berat dari standar dalam volume yang sama
kedua zat mempunyai temperatur yang sama atau temperature yang telah
diketahui. Air digunakan untuk standar untuk zat cair dan padat, hydrogen atau
udara untuk gas. Dalam farmasi, perhitungan bobot jenis terutama menyangkut
cairan, zat padat dan air merupakan pilihan yang tepatuntuk digunakan sebagai
standar karena mudah didapat dan mudah dimurnikan. Tujuan dari percobaan
bobot jenis yaitu untuk mengetahui bobot jenis dari suatu zat cair dengan
menggunakan alat piknometer dan untuk mengetahui apa itu bobot jenis,rapat
jenis serta mengetahui cara penetapan bobot jenis dari sampel yang digunakan
(Ansel, 1993).
Menurut Sutoyo (1993), ada beberapa alat untuk mengukur bobot jenis dan
rapat jenis, yaitu menggunakan piknometer, neraca hidrostatis(neraca air),
neraca Mohr Westphal. Metode yang digunakan untuk penentuan cairan yaitu,
metode piknometer,prinsip metode ini didasarkan atas penentuan massa cairan
dan penentuan ruang, yang ditempati cairan ini. Untuk ini dibutuhkan wadah
untuk menimbang yang dinamakan piknometer.
Alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu corong, gelas ukur,
kalkulator, neraca analitik, oven, penjepit tabung reaksi, piknometer,
termometer, wadah. Selain itu, adapula bahan yang digunakan diantaranya
alkohol 70%, aquadest, es batu, minyak zaitun(Oleum olivae) dan tissu.
Pada percobaan ini, terlebih dahulu menyiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan. Alat yang digunakan dibersihkan menggunakan alkohol 70%,
dikarenakan dapat membunuh mikroba ataupun sebagai antiseptik. Konsentrasi

12
optimal adalah 70-80%, dan konsentrasi alkohol antara 60-90% terlihat lebih
cepat membunuh mikroorganisme ( Pratiwi, 2008).
Alat piknometer yang akan digunakan harus dibersihkan terlebih dahulu dan
dikeringkan hingga tidak ada sedikitpun titik air didalamnya. Hal ini bertujuan
untuk memperoleh bobot kosong dari alat tersebut. Jika masih terdapat titik air
didalamnya, akan mempengaruhi hasil yang diperoleh (Agoes, 2006).
Panaskan piknometer kosong kedalam oven pada suhu 100oC, selama 10
menit. Tujuannya yaitu untuk memperoleh bobot kosong dari piknometer dan
mengembalikan piknometer pada keadaan murni sehingga memperoleh bobot
jenis zat pada saat penimbangan (Suharno,2011).
Piknometer yang sudah dipanaskan dalam oven, ditimbang massa
piknometer kosong pada neraca analitik sebanyak tiga kali. Penimbangan
sebanyak tiga kali bertujuan untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat dalam
suatu proses pengukuran yang dilakukan (Attwood, 2008).
Dimasukkan minyak zaitun kedalam piknometer sebanyak 25 mL serta
dimasukkan kedalam wadah yang berisi es batu, tujuan dimasukkan piknometer
yang berisi minyak zaitun ke dalam wadah stainles berisi es batu agar volume
air yang berada dalam piknometer bertambah sehingga lebih akurat dalam
menimbang massa air (Voight,1994).
Ukur menggunakan termometer sampai mencapai 25oC. Tujuan diukur suhu
sampai mencapai 25oC, karena jika pada suhu yang tinggi sampel yang diukur
berat jenisnya dapat menguap sehingga mempengaruhi bobot jenisnya, demikian
pula jika pada suhu yang sangat rendah dapat menyebabkan sampel membeku
sehingga sulit untuk menghitung bobot jenisnya. Oleh karena itu, biasanya
digunakan pada suhu 25oC (Dzakwan,2010).
Piknometer diangkat dan dibilas bagian luar piknometer menggunakan
tissu, tujuan piknometer dibilas menggunakan tissu agar tidak tertinggal tetesan
air yang menenpel di bagian luar piknometer,karena akan mempengaruhi nilai
bobot jenis sampel (Attwood,2008).
Piknometer yang telah berisi minyak ditimbang kembali pada neraca
analitik sebanyak tiga kali, tujuannya agar mendapat hasil yang lebih akurat

13
(Chang, 1998). Kemudian dihitung bobot jenis dan rapat jenis minyak
zaitun(Oleum olivae). Dari perhitungan bobot jenis minyak zaitun dan rapat
jenis, didapatkan hasil bobot jenis minyak zaitun 0,97152 g/mL dan rapat jenis
minyak zaitun 0,97152.
Menurut Dirjen POM(1979),dinyatakan bahwa bobot jenis minyak zaitun
adalah 0,910 gram sampai 0,913 gram. Perbedaan hasil ini disebabkan karena
kemungkinana kesalahan yang dilakukan yaitu kurangnya ketelitian dalam
menggunakan alat piknometer, dan pada saat memanaskan piknometer, alat
tersebut terkontaminasi dengan butiran air sehingga menyebabkan kesalahan
dalam menentukan bobot jenis dari minyak zaitun.

14
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Bobot jenis didefinisikan sebagai perbandingan massa suatu zat terhadap
massa air dengan volume yang sama dan pada temperatur yang sama. Pada
percobaan bobot jenis ini telah didapatkan bobot jenis dari minyak zaitu yaitu
0,971157 g/ml
Rapat jenis adalah perbandingan antara bobot jenis suatu zat dengan bobot
jenis air pada suhu tertentu (biasanya dinyatakan sebagai 25°/25°, 25°/4°, 4°/4°).
Pada percobaan bobot jenis ini telah didapatkan rapat jenis dari minyak zaitu yaitu
0, 97152.
5.2 Saran
5.2.1 Saran Untuk Jurusan
Diharapkan agar alat dan bahan penunjang praktikum farmasi fisika dapat
dilengkapi sehingga mahasiswa farmasi dapat mengikuti perkembangan teknologi
di bidang farmasi.
5.2.2 Saran Untuk Asisten
Diharapkan agar asisten praktikum farmasi fisika dapat memberikan
suasana yang nyaman dalam membimbing praktikan sehingga terjalin hubungan
yang harmonis antara praktikaan dan asisten.
5.2.3 Saran Untuk Praktikan
Diharapkan untuk para praktikan agar dapat disiplin pada saat pelaksanaan
praktikum serta berhati-hati dalam menggunakan alat dan bahan yang terdapat di
dalam laboratorium agar praktikum dapat berjalan lancar dan aman.

15
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, G. 2006. Pengembangan Sediaan Farmasi. Bandung : Penerbit ITB.

Ansel, Howan. C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta. : Universitas


Indonesia.

Anief, M. 2003. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktik. Yogyakarta : UGM-Press.

Darmoyuwono, W. 2006. Gaya Hidup Sehat Dengan Virgin Coconut Oil. Jakarta :
Gramedia.

Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. 1995. Farmakope Indonesia


Edisi IV. Jakarta : Universitas Indonesia.

Desintya, Dewi. 2012. Sehat dengan Secangkir Kopi. Surabaya : Stomata Journal.

Haris R., 1987. Tanaman Minyak Atsiri. Jakarta : Penerbit Swadaya.

Hosiana, V., M.H Mukhtar, N. Wahid. 2000. Uji Coba Antimikroba Secara Invivo
dan studi farmakokinetik amoksisilin generic dan merek dagang. Jurnal Sains
dan Tekhnologi Farmasi Vol.5, No.1.

Irianto E, Soesilo I. 2007. Dukungan Teknologi Penyediaan Produk Perikanan.


Jakarta : Badan Riset Perikanan dan Kelautan.

Jones, D. 2008. FASTtrack : Pharmaceutics-Dosage Form and Design. London :


Pharmaceutical Press.

Katzung. 2001. Basic and Clinical Pharmacology. Boston : Me Graw Hil.

Kurniawan, D. W. 2009. Teknologi Sediaan Farmasi. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Langley, C. 2008. FASTtrack : Pharmaceutical Compounding and Dispensing.


London : Pharmaceutical Press.

Lachman, I., dkk,. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri II. Edisi III.
Diterjemahkan oleh Siti Suyatmi. Jakarta : UI Press.

Martin, Alfred. 1990. Farmasi Fisika Jilid I. Jakarta : Universitas Indonesia Press.

Nursiah, dkk. 2009. Formulation of Caca Bean (Theobrama Cacao Lim) in Scruh
Cream. Jurnal Internasional.

16
Parrot, Eugene L. 1968. Pharmaceutical Technology. Penerbit Burgens Publishing
Company lowa.

Perrie, Y. 2010. FASTtrack : Pharmaceutics – Drug Delivery and Targeting.


London : Pharmaceutical Press

Riliani P. Maradesa. 2014. Kualitas Virgin Coconut Oil (VCO) Sebagai Minyak
Goreng yang Dibuat dengan Metode Pengadukan dengan Adanya
Penambahan Kemangi Ocimum sanctum L.). Manado : Jurusan Kimia,
FMIPA, Unsrat.

Roth, Hermann, J. 1988. Analisis Farmasi. Yogyakarta : UGM-Press

Tamzil, Aziz dan Yuanita, Susanti. 2010. Ekstraksi Eugenol Dari Daun Salam India
(Laurus Nabilis Lauraceae). Sriwijaya : Jurusan Teknik Kimia Fakultas
Teknik Universitas Sriwijaya.

Voight, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi V. Yogyakarta :


Universitas Gadjah Mada Press.

17

Anda mungkin juga menyukai