Anda di halaman 1dari 22

BERAT JENIS DAN KERAPATAN

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Specific gravity (bobot jenis) adalah rasio bobot zat baku

yang volumenya sama pada suhu yang sama dan

dinyatakan dalam desimal. Bobot jenis menggambarkan hubungan antara

bobot suatu zat terhadap bobot suatu zat baku.

Diantara sifat fisika yang paling berpengaruh terhadap

bioavailabilitas dari sediaan farmasi adalah bobot jenis dan rapat jenisnya,

dimana bobot jenis suatu obat berbeda dengan obat lain, yang tergantung

pada massa zat tersebut yang dibandingkan terhadap volumenya pada

suhu dan tekanan tertentu.

Cara penentuan bobot jenis sangat penting diketahui oleh seorang

farmasis karena setiap larutan mempunyai bobot jenis dan rapat jenis

yang berbeda sehingga dalam penggunaan setiap zat dapat

didentifikasikan secara kualitatif yang sangat erat hubungannya dengan

massa dan volumenya.

Disamping itu dengan mengetahui bobot jenis suatu zat, maka akan

mempermudah dalam memformulasi obat, karena dengan mengetahui

bobot jenisnya maka kita dapat menentukan apakah suatu zat dapat

bercampur atau tidak dengan zat lainnya. Dengan mengetahui banyaknya

manfaat dari penentuan bobot jenis maka percobaan ini dilakukan.

HANIFA SALEH Page 1 MUSDALIFAH AMIR


15020160088
BERAT JENIS DAN KERAPATAN

B. Maksud dan Tujuan Praktikum

1. Maksud praktikum

Adapun maksud dari praktikum ini adalah untuk mengetahui

bobot jenis dan kerapatan suatu zat

2. Tujuan praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan

bobot jenis beberapa cairan etanol, minyak kelapa, gliserin dan

peppermint dan menentukan kerapatan dari zat padat asam borat.

HANIFA SALEH Page 2 MUSDALIFAH AMIR


15020160088
BERAT JENIS DAN KERAPATAN

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Keadaan bahan secara keseluruhan secara mudah dapat dibagi

menjadi zat padat dan fluida. Zat padat cenderung tegar dan

mempertahankan bentuknya, sementara fluida tidak mempertahankan

bentuknya tetapi mengalir. Fluida meliputi cairan, yang mengalir dibawah

pengaruh gravitasi sampai menempati daerah terendah yang mungkin dari

penampungnya, dan gas, yang mengembang mengisi penampungnya

tanpa peduli bentuknya. Perbedaan antara zat padat dan cairan tidak

tajam. Walaupun es dianggap sebagai zat padat, aliran sungai es sangat

dikenal. Demikian pula kaca, dan bahkan batu dibawah tekanan yang

besar, cenderung mengalir sedikit untuk periode waktu yang panjang

(Petrucci, 1999).

Specific gravity (bobot jenis) adalah rasio bobot zat baku

yang volumenya sama pada suhu yang sama dan

dinyatakan dalam desimal. Bobot jenis menggambarkan hubungan antara

bobot suatu zat terhadap bobot suatu zat baku. Bobot jenis juga

digunakan untuk mengubah pernyataan kekuatan b/b, b/v, dan v/v . Bobot

jenis suatu zat dapat dihitung dengan mengetahui bobot dan

volumenya (Ansel, 2004 h. 210).

Volume bulk (Vb) ialah volume yang ditempati suatu senyawa

seperti serbuk zink oksidasi yang ditempatkan dalam gelas ukur. Dengan

HANIFA SALEH Page 3 MUSDALIFAH AMIR


15020160088
BERAT JENIS DAN KERAPATAN

volume bulk yaitu jumlah yang dipakai oleh seluruh massa serbuk pada

pengempakan khusus yang didapat selama pengukuran (Sinco 2005, h.

695).

Sedangkan, volume sebenarnya ialah volume ditempati suatu

partikel-partikel termasuk semua rongga intra partikel (Sinco 2005, h.

695).

Kerapatan ialah massa persatuan volumenya yaitu bobot

zat/satuan volume 1 ml raksa berbobot 13,6 gram. Dengan demikian

kecepatannya ialah 13,6 gr nilai kecepatan dapat diukur melalui

pengukuran massa dan volume (Ansel 2004, h. 210).

Berbeda dengan kerapatan, bobot jenis adalah bilangan murni atau

tanpa dimensi, yang dapat diubah menjadi kerapatan dengan

menggunakan rumus yang cocok. Bobot jenis untuk penggunaan praktis

lebih sering didefinisikan sebagai perbandingan massa dari suatu zat

terhadap massa sejumlah volume air pada suhu 40C atau temperatur lain

yang telah ditentukan (Ansel, 1989 h. 65).

Berat jenis dapat ditentukan dengan menggunakan berbagai tipe

piknometer, neraca Mohr-Westphal, hidrometer dan alat-alat lain (Martin,

1990).

1. Metode Piknometer. Prinsip metode ini didasarkan atas penentuan

massa cairan dan penentuan ruang, yang ditempati cairan ini. Untuk ini

dibutuhkan wadah untuk menimbang yang dinamakan piknometer.

Ketelitian metode piknometer akan bertambah hingga mencapai

HANIFA SALEH Page 4 MUSDALIFAH AMIR


15020160088
BERAT JENIS DAN KERAPATAN

keoptimuman tertentu dengan bertambahnya volume piknometer.

Keoptimuman ini terletak pada sekitar isi ruang 30 ml.

2. Metode Neraca Hidrostatik. Metode ini berdasarkan hukum

Archimedes yaitu suatu benda yang dicelupkan ke dalam cairan akan

kehilangan massa sebesar berat volume cairan yang terdesak.

3. Metode Neraca Mohr-Westphal. Benda dari kaca dibenamkan

tergantung pada balok timbangan yang ditoreh menjadi 10 bagian sama

dan disitimbangkan dengan bobot lawan. Keuntungan penentuan

kerapatan dengan neraca Mohr-Westphal adalah penggunan waktu yang

singkat dan mudah dlaksanakan(Martin 1990).

Ahli farmasi seringkali mempergunakan besaran pengukuran ini

apabila mengadakan perubahan antara massa dan volume. Menurut

defenisi, rapat jenis adalah perbandingan yang dinyatakan dalam desimal,

dari berat suatu zat terhadap berat dari standar dalam volume yang sama

kedua zat mempunyai temperatur yang sama atau temperatur yang telah

diketahui. Air digunakan untuk standar untuk zat cair dan padat, hydrogen

atau udara untuk gas. Dalam farmasi, perhitungan bobot jenis terutama

menyangkut cairan, zat padat dan air merupakan pilihan yang tepat untuk

digunakan sebagai standar karena mudah didapat dan mudah dimurnikan

(Lachman L 1994).

Kerapatan adalah turunan besaran karena menyangkut satuan

massa dan volume. Batasannya adalah massa per satuan volume pada

HANIFA SALEH Page 5 MUSDALIFAH AMIR


15020160088
BERAT JENIS DAN KERAPATAN

temperature dan tekanan tertentu, dan dinyatakan dalam system cgs

dalam gram per sentimeter kubik (g/cm3) (Martin 1990).

Kerapatan partikel, karena partikel bisa keras dan lembut dalam

satu hal dan kasar serta berpori dalam hal lainnya, seseorang harus

menyatakan kerapatan dengan hati-hati. Kerapatan partikel secara umum

didefinisikan sebagai berat per satuan volume, kesulitan timbul bila

seseorang mencoba untuk menentukan volume dan partikel yang

mengandung retakan-retakan mikroskopis pori-pori dalam ruang kapiler

(Martin 1993).

Tipe-tipe ruang udara atau rongga dapat dibedakan :

- Rongga intrapartikel yang terbuka. Rongga-rongga terdapat didalam

partikel tunggal, tetapi terbuka pada lingkungan luar.

- Rongga intrapartikel yang tertutup. Rongga-rongga didalam partikel

tunggal, tetapi tertutup dari lingkungan luar.

- Rongga antarpartikel. Ruang-ruang udara antara dua partikel individu

(Lachman,1989).

Bobot jenis zat padat dibagi menjadi ( Gibson 2004 ) :

- Kerapatan partikel sejati adalah ketika pengukuan volume tidak

termasuk pori-pori terbuka dan pori-pori tertutp dan merupakan sifat

dasar dari suatu bahan.

- Kerapatan partikel mampat adalah ketika pengukuran volume termasuk

pori-pori antarpartikulat.

HANIFA SALEH Page 6 MUSDALIFAH AMIR


15020160088
BERAT JENIS DAN KERAPATAN

B. Uraian Bahan

1. Asam Borat (Ditjen POM 1979 , h. 49)

Nama resmi : ACIDUM BORICUM

Nama lain : Asam borat

Rumus molekul : H3BO3

Berat Molekul : 61,83

Bobot jenis : 1,435

Pemerian : Hablur, serbuk hablur putih atau sisik

mengkilap tidak berwarna; kasar; tidak

berbau; rasa agak asam dan pahit kemudian

manis.

Kelarutan : Larut dalam 20 bagian air, dalam 3 bagian air

mendidih, dalam 16 bagian etanol (95%) p

dan dalam 5 bagian gliserol p.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Antiseptikum ekstern

2. Air Suling (Ditjen POM 1979, h. 96)

Nama resmi : AQUA DESTILLATA

Nama lain : Air suling

Rumus struktur : H-O-H

Rumus molekul : H2O

Berat molekul : 18,02

Bobot jenis : 1,00

HANIFA SALEH Page 7 MUSDALIFAH AMIR


15020160088
BERAT JENIS DAN KERAPATAN

Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau;

tidak mempunyai rasa.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

Kegunaan : Sebagai pelarut

3. Etanol (Ditjen POM 1979, h. 65)

Nama resmi : AETHANOLUM

Nama lain : alkohol/etanol

Rumus molekul : C2H6O

Berat molekul : 46,00

Bobot jenis : 0,8119 sampai 0,8139

Pemerian : Cairan tak berwarna,jernih, mudah

menguap,dan mudah bergerak; bau khas;

rasa panas. Mudah terbakar dengan

memberikan nyala biru yang tidak berasap.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air,dalam

kloroform p dan dalam eter p.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindungi dari

cahaya; ditempat sejuk; jauh dari nyala api.

Kegunaan : sebagai zat tambahan

4. Gliserin (Ditjen POM 1979, h. 271 )

Nama resmi : GLYCEROLUM

Nama lain : gliserin

Rumus struktur : CH2OH-CHOH-CH2OH

HANIFA SALEH Page 8 MUSDALIFAH AMIR


15020160088
BERAT JENIS DAN KERAPATAN

Rumus molekul : C3H8O3

Berat molekul : 92,10

Bobot jenis : 1,25

Pemerian : cairan seperti sirup; jernih; tidak

berwarna;tidak berbau; manis diikuti rasa

hangat. Higroskopik. Jika disimpan beberapa

lama pada suhu rendah dapat memadat

membentuk massa hablur tidak berwarna

yang tidak melebur hingga suhu mencapai

lebih kurang 20⁰.

Kelarutan : Dapat campur dengan air, dan dengan etanol

(95%) p ; praktis tidak larut dalam kloroform

p, dalam eter p, dan dalam minyak goreng.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : zat tambahan

5. Minyak kelapa (Ditjen POM 1979, h. 456)

Nama resmi : OLEUM COCOS

Nama lain : minyak kelapa

Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna atau cairan

jernih; tidak berwarna atau kuning pucat; bau

khas, tidak tengik.

HANIFA SALEH Page 9 MUSDALIFAH AMIR


15020160088
BERAT JENIS DAN KERAPATAN

Kelarutan : Larut dalam 2 bagian etanol (95%) p pada

suhu 60⁰; sangat mudah larut dalam

kloroform p dan dalam eter p.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindungi dari

cahaya, ditempat sejuk.

Kegunaan : zat tambahan

6. Parafin cair (Ditjen POM 1979, h. 475)

Nama resmi : PARAFFINUM LIQUIDUM

Nam lain : Parafin cair

Rumus molekul : C3H8O3

Berat molekul : 92,09

Bobot jenis : bobot per mL 0,870 gr sampai 0,890 gr

Pemerian : Cairan kental, transparan, tidak

berfluorensasi; tidak berwarna; hampir tidak

berbau; hampir tidak mempunyai rasa.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol

(95)% p , larut dalam kloroform p, dan dalam

eter p.

Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik, terlindungi dari

cahaya.

Kegunaan : Laksativum

HANIFA SALEH Page 10 MUSDALIFAH AMIR


15020160088
BERAT JENIS DAN KERAPATAN

7. Peppermint (Ditjen POM 1979, h. 881)

Nama resmi : PEPPERMENT OIL

Nama lain : minyak permen

Bobot jenis : Antara 0,896 sampai 0,908

Pemerian : Cairan tidak berwarna atau kuning pucat, bau

khas kuat menusuk; rasa pedas diikuti rasa

dingin jika udara dihirup melalui mulut.

Kelarutan : dalam etanol 70 % satu bagian volume

dilarutkan dalam 3 bagian volume etanol 70

%; tidak terjadi opalesensi

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat dan hindarkan

dari panas berlebih

HANIFA SALEH Page 11 MUSDALIFAH AMIR


15020160088
BERAT JENIS DAN KERAPATAN

BAB III

CARA KERJA

A. Alat yang digunakan

Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum diantaranya

botol semprot, cawan porselin, gelas ukur 10 mL, piknometer 25 mL, pipet

tetes dan timbangan.

B. Bahan yang digunakan

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum

diantaranya aquadest, asam borat, etanol, gliserin, minyak kelapa, parafin

cair, dan peppermint.

C. Cara kerja

a. Menentukan kerapatan bulk

Timbang asam borat sebanyak 10 gram, kemudian

masukkan ke dalam gelas ukur 50 mL lalu ukur volume asam borat

dan hitung kerapatan bulk

b. Menentukan kerapatan mampat

Timbang asam borat sebanyak 10 gram kemudian

masukkan ke dalam gelas ukur lalu ketuk menggunakan mesin

sebanyak 100 kali ketukan, ukur volumenya dan hitung kecepatan

mampat.

c. Menentukan kerapatan sejati

Timbang piknometer kosong yang bersih dan kering

bersama tutupnya kemudian isi piknometer dengan asam borat sampai

HANIFA SALEH Page 12 MUSDALIFAH AMIR


15020160088
BERAT JENIS DAN KERAPATAN

pada leher piknometer timbang piknometer berisi asam borat bersama

tutupnya. Kemudian masukkan parafin cair sedikit demi sedikit ke

dalam piknometer berisi asam borat kocok-kocok hingga penuh dan

tidak ada lagi gelembung didalam piknometer, timbang lagi piknometer

berisi asam borat dan parafin cair, setelah itu bersihkan piknometer

dan masukkan kembali parafin cair hingga tidak ada gelembung pada

piknometer timbang piknometer berisi parafin cair kemudian hitung

kerapatan sejati.

d. Menentukan bobot jenis cairan

Timbang piknometer bersih dan kering kemudian masukkan

ke dalam piknometer air suling kemudian ditimbang, buang air suling

tersebut, keringkan piknometer kemudian isi dengan cairan yang akan

diukur bobot jenisnya pada suhu yang sama pada pemipetan dan

timbang, hitung bobot jenis cairannya.

HANIFA SALEH Page 13 MUSDALIFAH AMIR


15020160088
BERAT JENIS DAN KERAPATAN

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Kelompok I II III IV Rata-rata

Kerapatan 0,769 g/mL 0,769 g/mL 0,769 g/mL 0,999 g/mL 0,7265 g/mL

bulk

Kerapatan 0,833 g/mL 0,83 g/mL 0,8 g/mL 1,006 g/mL 2,7145 g/mL

mampat

Kerapatan 1,060 g/mL 1,624 g/mL 1,755 g/mL 1,76 g/mL 1,549 g/mL

sejati

Absolut Minyak Gliserin Peppermint Etanol 0,9698 g/mL

density cairan 0,9 g/mL 1,264 g/mL 0,8932 g/mL 0,822 g/mL

Absolut 0,984 g/mL 1,0512 g/mL 1,6184 g/mL 1,0196 1,168 g/mL

g/mL

Specific 0,915 g/mL 1,246 g/mL 0,9129 g/mL 0,806 g/mL 0,9699 g/mL

gravity

B. Perhitungan

a. Perhitungan kelompok 1

 Kerapatan bulk

bobot zat padat


Kerapatan bulk =
volume

10 g
= = 0,769 g/mL
13 mL

HANIFA SALEH Page 14 MUSDALIFAH AMIR


15020160088
BERAT JENIS DAN KERAPATAN

bobot zat padat


 Kerapatan mampat =
volume mampat

10 g
=12,5 mL = 0,8 g/mL

( M3−M1)
 Kerapatan sejati =
(M2−M1)− (M4−M3)

( 54,19−23,62)
=
(44,55−23,62)− (46,34−54,79)

= 1,060 gr/mL

W3−W1
 Bobot jenis etanol =
W2−W1

37,18−14,68
=
39,28−14,68

22,5
=
24,6

= 0,915 gr/mL

(pikno+aquades)− (pikno kosong)


 Absolut density aquades =
volume pikno

39,28−14,68
=
25

= 0,984 gr/mL

(pikno cairan)− (pikno kosong)


 Absolute density cairan =
volume pikno

37,18−19,68
=
25

= 0,9 gr/mL

b. Perhitungan kelompok 2

 Kerapatan bulk

HANIFA SALEH Page 15 MUSDALIFAH AMIR


15020160088
BERAT JENIS DAN KERAPATAN

bobot zat padat


Kerapatan bulk =
volume

10 g
= = 0,769 g/mL
13 mL

bobot zat padat


 Kerapatan mampat =
volume mampat

10 g
=12 mL = 0,83 g/mL

( M3−M1)
 Kerapatan sejati =
(M2−M1)− (M4−M3)

( 41,85−22,81)
=
(43,10−22,817)− (50,42−41,85)

= 1,624 gr/mL

W3−W1
 Bobot jenis etanol =
W2−W1

46,10−14,48
=
39,86−14,48

31,62
=
25,38

= 1,246 gr/mL

(pikno+aquades)− (pikno kosong)


 Absolut density aquades =
volume pikno

39,86−14,48
=
25

= 1,054 gr/mL

(pikno cairan)− (pikno kosong)


 Absolute density cairan =
volume pikno

46,10−14,48
=
25

= 1,264 gr/mL

HANIFA SALEH Page 16 MUSDALIFAH AMIR


15020160088
BERAT JENIS DAN KERAPATAN

c. Perhitungan kelompok 3

 Kerapatan bulk

bobot zat padat


Kerapatan bulk =
volume

10 g
= = 0,769 g/mL
13 mL

bobot zat padat


 Kerapatan mampat =
volume mampat

10 g
=12 mL = 0,8 g/mL

( M3−M1)
 Kerapatan sejati =
(M2−M1)− (M4−M3)

( 34,69−15,42)
=
(36,16−15,41)− (44,45−34,69)

= 1,755 gr/mL

W3−W1
 Bobot jenis etanol =
W2−W1

40,27−17,94
=
42,40−17,94

= 0,921 gr/mL

(pikno+aquades)− (pikno kosong)


 Absolut density aquades =
volume pikno

59,975−17,94
=
25

= 1,6814 gr/mL

(pikno cairan)− (pikno kosong)


 Absolute density cairan =
volume pikno

46,27−17,94
=
25

HANIFA SALEH Page 17 MUSDALIFAH AMIR


15020160088
BERAT JENIS DAN KERAPATAN

= 0,8932 gr/mL

d. Perhitungan kelompok 4

 Kerapatan bulk

bobot zat padat


Kerapatan bulk =
volume

10,01 g
= = 0,999 g/mL
10,02 mL

bobot zat padat


 Kerapatan mampat =
volume mampat

10.09 g
=10,02 mL = 1,006 g/mL

( M3−M1)
 Kerapatan sejati =
(M2−M1)− (M4−M3)

( 41,85−22,81)
=
(36,48−15,19)− (44,49−33,37)

= 1,76 gr/mL

W3−W1
 Bobot jenis etanol =
W2−W1

38,50−17,95
=
43,44−17,95

20,55
=
25,49

= 0,806 gr/mL

(pikno+cairan)− (pikno kosong)


 Absolut density aquades =
volume pikno

38,50−17,95
=
25

= 0,822 gr/mL

HANIFA SALEH Page 18 MUSDALIFAH AMIR


15020160088
BERAT JENIS DAN KERAPATAN

(pikno aquades)− (pikno kosong)


 Absolute density cairan =
volume pikno

43,44−17,95
=
25

= 1,0196 gr/mL

C. Pembahasan

Setiap zat yang ada dimuka bumi ini memiliki karakteristik

tersendiri. Karakter-karakter tersebut berbeda dari segi kimia. Sifat fisik

adalah sifat yang dapat diamati secara langsung misalnya cairan, gas,

atau padat serta sifat yang dapat diukur seperti massa, volume, warna dan

sebagainya. Sifat kimia meliputi sifat zat yang tidak dapat diamati secara

langsung, misalnya kelarutan zat, kerapatan dan lain-lain. Keadaan bahan

secara keseluruhan dapat dibagi menjadi gas, fluida dan padat. Zat padat

cenderung mempertahankan bentuknya dan gas mengembang

menempati semua ruangan tanpa mempedulikan bentuknya. Fluida

termasuk materi mengalir yang digunakan dalam hubungan antara cairan

dan gas. Teori fluida sangat kompleks sehingga penelurusannya dimulai

dari yang paling dasar yakni dalam penentuan kerapatan dan bobot jenis.

Pada percobaan bobot jenis dan kerapatan, hasil rata-rata yang

diperoleh pada kerapatan bulk sebesar 0,7265 g/mL, kerapatan mampat

yang didapat 2,7145 g/mL, kerapatan sejati yang didapat sebesar 1,549

g/mL, dan absolut density cairannya sebesar 0,9698.

Pada praktikum percobaan berat jenis kita menggunakan etanol

sebagai sampel, dalam FI IV berat jenis etanol sebesar antara 0,812 dan

HANIFA SALEH Page 19 MUSDALIFAH AMIR


15020160088
BERAT JENIS DAN KERAPATAN

0,816 gr/mL jika kita bandingkan dengan hasil yang didapat sebesar

0,806, kita juga menggunakan beberapa sampel seperti gliserin dalam FI

IV besar berat jenisnya 1,249 dan yang diperoleh di praktikum sebesar

1,264, minyak kelapa dalam FI III berat jenisnya sebesar 0,845 dan yang

diperoleh saat praktikum sebesar 0,9 dan untuk pepermint dalam FI IV

berat jenisnya antara 0,896 – 0,908 dan yang diperoleh saat praktikum

sebesar 0,9129.

Dari hasil yang diperoleh bisa dilihat bahwa perbedaan antara

yang dipraktikum dan di Farmakope Indonesia tidak terlalu jauh selisihnya,

meskipun selisih hasilnya tidak begitu jauh tapi selama praktikum yang

dilakukan banyak kesalahan yang membuat nilainya tidak akurat, ada

beberapa faktor penyebabnya misalnya salah menimbang berat asam

borat, saat menimbang seorang praktikan harus menggunakan masker

agar udara yang keluarkan dari mulut tidak mengurangi hasil timbangan,

dan bisa disebabkan pula ada gelembung pada piknometer yang berisi

sampel, pinometer yang tidak steril.

Dalam farmasi, perhitungan berat jenis terutama menyangkut

cairan, zat padat dan air merupakan pilihan yang tepat untuk digunakan

sebagai standar karena mudah didapat dan mudah dimurnikan.

Disamping itu dengan mengetahui bobot jenis suatu zat, maka akan

mempermudah dalam memformulasi obat. Karena dengan mengetahui

bobot jenisnya maka kita dapat menentukan apakah suatu zat dapat

bercampur atau tidak dengan zat lainnya.

HANIFA SALEH Page 20 MUSDALIFAH AMIR


15020160088
BERAT JENIS DAN KERAPATAN

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Selama praktikum dapat kita simpulkan bahwa hasil rata-rata yang

diperoleh adalah kerapatan bulk mendapatkan hasil perhitungan sebesar

0,7265 g/mL, kerapatan mampat sebesar 2,7145 g/mL, kerapatan sejati

sebesar 1,549 g/mL dan absolut density cairannya sebesar 0,9698 g/mL.

Jadi nilai dari literatur dalam FI IV berat jenis etanol sebesar antara 0,812

dan 0,816 gr/mL jika kita bandingkan dengan hasil yang didapat sebesar

0,806, kita juga menggunakan beberapa sampel seperti gliserin dalam FI

IV besar berat jenisnya 1,249 dan yang diperoleh di praktikum sebesar

1,264, minyak kelapa dalam FI III berat jenisnya sebesar 0,845 dan yang

diperoleh saat praktikum sebesar 0,9 dan untuk pepermint dalam FI IV

berat jenisnya antara 0,896 – 0,908 dan yang diperoleh saat praktikum

sebesar 0,9129.

B. Saran

Sebaiknya sebelum praktikum dimulai, praktikan harus memahami

prosedur kerja terlebih dahulu untuk meminimalisir adanya kesalahan

selama praktikum. Dan sebaiknya asisten lebih memperhatikan

praktikannya pada saat lab.

HANIFA SALEH Page 21 MUSDALIFAH AMIR


15020160088
BERAT JENIS DAN KERAPATAN

DAFTAR PUSTAKA

Ansel H.C 2004, “KALKULASI FARMASETIK”, EGC Jakarta.

Ditjen POM 1979, “FARMAKOPE INDONESIA EDISI III” , Jakarta

Depertemen Kesehatan RI.

Gibson M 2004, “PHARMACEUTICAL PREFORMULATION AND

FORMULATION”, USA CRC Press.

Lachman L 1989, “Teori dan Praktek Farmasi Industri I Edisi III”,

diterjemahkan oleh Siti suyatmi , UI Press, Jakarta.

Martin Alfred 1990, ” Farmasi Fisika”, UI Press Jakarta.

Petrucci R H 1999, “Kimia Dasar Prinsip dan Teori Modern” , Erlangga,

Jakarta.

HANIFA SALEH Page 22 MUSDALIFAH AMIR


15020160088

Anda mungkin juga menyukai