Anda di halaman 1dari 26

KERAPATAN DAN BOBOT JENIS

Oleh:
Desti Retno Palupi P17335116020
Atim Inayah P17335116022
Tujuan Praktikum

- Menentukan bobot jenis beberapa cairan


- Menentukan kerapatan beberapa zat
Dasar Teori
KERAPATAN

Kerapatan merupakan massa per unit volume suatu zat pada temperatur tertentu.
Sifat ini merupakan salah satu sifat fisika yang paling sederhana, dengan demikian dapat
digunakan untuk menentukan kemurnian suatu zat. (Martin,1993)
Suatu rapatan diperoleh dengan membagi massa suatu objek dengan volumenya:

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑚
Rapatan (d) = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 (𝑣)

Untuk menghitung kerapatan objek, kita harus membuat dua ukuran, yaitu
menyangkut penentuan massa benda dan menyangkut penentuan volume. (Martin,1993)
Kerapatan padatan dan cairan sering dibandingkan dengan kerapatan air. Ada

1
yang kurang padat (lebih ringan) daripada air, sehingga mengapung di atas air.
Sedangkan sesuatu yang lebih padat (lebih berat) daripada air, maka akan
tenggelam. (Munson, 2004)

Kerapatan atau densitas adalah massa per satuan. Satuan umumnya adalah

2
kilogram per meter kubik, atau ungkapan yang umum, gram per sentimeter
kubik, atau gram per milliliter. Kerapatan berubah dengan perubahan temperatur
(dalam banyak kasus, kerapatan menurun dengan kenaikan temperatur, karena
hampir semua substansi mengembang ketika dipanaskan).
(Stoker,1993)
Metode Piknometer

METODE PENENTUAN KERAPATAN


PARTIKEL

Metode Hidrostatik
Metode Piknometer
Penentuan massa cairan dan penentuan ruang, yang ditempati cairan ini.
Untuk ini dibutuhkan wadah untuk menimbang yang dinamakan piknometer.
Ketelitian metode piknometer akan bertambah hingga mencapai keoptimuman
tertentu dengan bertambahnya volume piknometer. Keoptimuman ini terletak pada
sekitar isi ruang 30 ml. (Martin,1993)
Metode Neraca Hidrostatik
Metode ini berdasarkan hukum Archimedes yaitu suatu benda yang
dicelupkan ke dalam cairan akan kehilangan massa sebesar berat volume cairan
yang terdesak. (Martin,1993)
BOBOT JENIS
• Bobot jenis didefinisikan sebagai perbandingan kerapatan dari suatu zat
terhadap kerapatan air, harga kedua zat itu ditentukan pada temperatur
yang sama, jika tidak dengan cara lain yang khusus.(Ansel,2006)
• Bobot jenis dapat ditentukan dengan menggunakan berbagai tipe
piknometer, neraca Mohr-Westphal, hidrometer dan alat-alat lain.
(Djakwan, 2010)

PENGUJIAN BOBOT JENIS

• Pengujian bobot jenis dilakukan untuk menentukan 3 macam bobot jenis


yaitu: (Lachman, 1994)
Bobot jenis
Bobot jenis sejati Bobot jenis nyata
mampat
KERAPATAN DAN BOBOT JENIS

• Kerapatan adalah turunan besaran karena menyangkut satuan massa dan


volume. Batasannya adalah massa per satuan volume pada temperatur dan
tekanan tertentu, dan dinyatakan dalam gram per sentimeter kubik (gram/cm3)
• Berbeda dengan kerapatan, berat jenis adalah bilangan murni tanpa dimensi,
yang dapat diubah menjadi kerapatan dengan menggunakan rumus yang
cocok.(Martin,1993)
• Berat jenis didefinisikan sebagai perbandingan kerapatan dari suatu zat
terhadap kerapatan air.
• Istilah berat jenis, dilihat dari definisinya, sangat lemah, akan lebih cocok
apabila dikatakan sebagai kerapatan relatif. (Martin,1993)
• Kerapatan relatif merupakan besaran spesifik zat. Besaran ini dapat digunakan
untuk pemeriksan konsentrasi dan kemurniaan senyawa aktif, senyawa bantu
dan sediaan farmasi.(Lachman,1994)
Alat dan Bahan
Alat

1. Piknometer 2. Gelas ukur

3. Neraca analitik 4. Pipet tetes


Bahan
Oleum cocos Propilenglikol Aquadest Parafin cair sukrosa Amilum maydis
Prosedur Kerja
a. Penentuan bobot jenis cairan
1Piknometer kosong beserta Ditimbang, catat
tutupnya (W1) bobotnya

2 Piknometer diisi dengan Ditimbang, catat


aquadest (W2) bobotnya

3 Piknomter diisi dengan zat Ditimbang, catat


cair yang akan ditentukan bobotnya
bobot jenisnya (W3)

4
Dihitung dengan persamaan:

𝑊3−𝑊1
Bobot Jenis (BJ) : 𝑊2−𝑊1
b. Penentuan kerapatan bulk / BJ nyata

Permukaan zat padat


Zat padat ditimbang Zat tsb dimasukkan ke
dalam gelas ukur
sebanyak 10 gram dalam gelas ukur 50 ml
diratakan

Kerapatan bulk dihitung dengan


persamaan : Volume ditentukan
𝑊
Kerapatan bulk / BJ Nyata =
𝑉
c. Penentuan kerapatan mampat / BJ mampat

Permukaan zat padat


Zat padat ditimbang Zat tsb dimasukkan ke
dalam gelas ukur
sebanyak 10 gram dalam gelas ukur 50 ml
diratakan

Kerapatan mampat dihitung Gelas ukur berisi zat


dengan persamaan : Volume ditentukan
diketuk sebanyak 500
𝑊 setelah 500 ketukan
Kerapatan mampat = 𝑉500 ketukan
d. Penentuan kerapatan sejati / BJ sejati
1 Piknometer kosong beserta
tutupnya ditimbang

2 Piknometer diisi Ditimbang, Ditambahkan parafin Ditimbang,


dengan 1 gram zat Catat catat
cair, kocok perlahan
padat penimbangan penimbangan

3 Ditimbang, 4
Piknometer diisi
Catat Kerapatan sejati dihitung dengan persamaan :
dengan parafin cair
penimbangan 𝑏−𝑎 ×𝐵𝐽 𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑖𝑠𝑝𝑒𝑟𝑠𝑖
Kerapatan sejati =
𝑏+𝑑 −(𝑎+𝑐)
Keterangan :
a : bobot piknometer kosong
B : bobot piknometer + 1 gram granul
c : bobot piknometer + 1 gram granul + cairan
pendispersi
d : bobot piknometer + cairan pendispersi
𝑊3−𝑊1
Hasil Pengamatan Bobot Jenis (BJ) :
𝑊2−𝑊1

32,755 − 19,428
1. Menentukan bobot jenis cairan Bobot jenis gliserin = 29,970 − 19,428
= 1,264

30,403 − 19,428
Bobot jenis propilenglikol = 29,970 − 19,428
Bobot piknometer kosong = 19,428 g = 1,041
Bobot aquadest + piknometer = 29,970 g
29,066 − 19,428
Bobot gliserin + piknometer = 32,755 g Bobot jenis oleum cocos= 29,970 − 19,428
Bobot propilenglikol + piknometer = 30,403 g = 0,914

Bobot oleum cocos + piknometer = 29,066 g 28,145 − 19,428


Bobot jenis parafin=
Bobot parafin + piknometer = 28,145 g 29,970 − 19,428
= 0,827
2. Menentukan Kerapatan bulk / BJ nyata
𝑊
Kerapatan bulk / BJ Nyata =
𝑉

Zat = Sukrosa Zat = Amylum maydis


Berat = 10 gram Berat = 10 gram
V = 15ml V = 22 ml
𝑊
𝑊 Kerapatan bulk / BJ Nyata =
Kerapatan bulk / BJ Nyata = 𝑉
𝑉 10 𝑔
10 𝑔 = = 0,455 g/ml
22 𝑚𝑙
= = 0,667 g/ml
15 𝑚𝑙
3. Menentukan kerapatan mampat/ BJ mampat
𝑊
Kerapatan mampat =
𝑉500

• Sukrosa • Amilum maydis


W = 10 gram W = 10 gram
V500 = 14 ml V500 = 18 ml
𝑊 10 𝑔
Kerapatan mampat = =
𝑉500 18 𝑚𝑙
𝑊 10 𝑔
Kerapatan mampat = = = 0,555 g/ml
𝑉500 14 𝑚𝑙
= 0,714 g/ml
4. Menentukan kerapatan / BJ sejati
𝑏−𝑎 ×𝐵𝐽 𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑖𝑠𝑝𝑒𝑟𝑠𝑖
Kerapatan sejati =
𝑏+𝑑 −(𝑎+𝑐)

• Amylum maydis • Sukrosa


• Bobot piknometer kosong = 18,238 g • Bobot piknometer kosong = 18,238 g
• Bobot piknometer + 1 g amylum= 19,238 g • Bobot piknometer + 1 g sukrosa = 19,238 g
• Bobot piknometer + zat + paraffin= 28,304 g • Bobot piknometer + zat + paraffin = 28,559 g
• Bobot piknometer + parafin cair = 28,072 g • Bobot piknometer + parafin = 28,072 g
𝑏−𝑎 𝑥 𝐵𝐽 𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑖𝑠𝑝𝑒𝑟𝑠𝑖
= 𝑏−𝑎 𝑥 𝐵𝐽 𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑖𝑠𝑝𝑒𝑟𝑠𝑖
𝑏+𝑑 −( 𝑎+𝑐 ) =
𝑏+𝑑 −( 𝑎+𝑐 )
19,238−18,238 𝑥 0,827
= 19,238−18,238 𝑥 0,827
19,238+28,072 −( 18,238+28.304 ) =
0,827 19,238+28,072 −( 18,238+28.554 )
= 0,827
47,31−46,542
=
47,31−46,797
= 1,007
= 1,612
Kurva Bobot Jenis Zat Cair
1.4

1.2
Nilai Bobot Jenis (g/ml)

0.8

0.6

0.4

0.2

0
Gliserin Propilenglikol Oleum Cocos Paraffin cair
Zat Cair
Kurva Kerapatan Zat Padat

1.8

1.6

1.4
Nilai kerapatan (g/ml)

1.2

0.8
Kerapatan bulk
0.6
Kerapatan mampat
0.4 Kerapatan Sejati

0.2

0
Sukrosa Amylum Maydis
Zat padat
Pembahasan
Pengujian kerapatan beberapa zat padat dan bobot jenis beberapa cairan ini dapat
digunakan alat piknometer. Zat yang diuji adalah gliserin, propilenglikol, parafin cair,
sukrosa dan Amylum maydis

Penggunaan air digunakan sebagai standar untuk penentuan kerapatan dan


bobot jenis zat cair dan zat padat.

Sebelum memulai percobaan, piknometer harus dibersihkan terlebih dahulu dengan aquadest lalu
dikeringkan, dan saat memegang piknometer harus menggunakan tissue. Hal ini dilakukan agar
tidak terdapat air ataupun lemak yang akan mempengaruhi bobot piknometer yang sesungguhnya.
(Mochtar, 1990)

Piknometer yang telah bersih dan kering ditimbang terlebih dahulu dalam keadaan
kosong. Hal ini lakukan untuk mengatahui bobot sebenarnya dari suatu zat yang
akan ditentukan bobot jenisnya.
Pengisian cairan ke dalam piknometer dilakukan melalui dinding piknometer agar tidak
menimbulkan gelembung udara, hal ini bertujuan agar berat sesungguhnya dari cairan tetap
terjaga

Bobot jenis yang ditentukan, diantaranya bobot jenis cairan, bobot jenis nyata, bobot jenis
mampat, dan bobot jenis sejati. Untuk menentukan bobot jenis masing-masing cairan
dibandingkan dengan bobot jenis aquadest.

Hasil percobaan ini didapati bahwa bobot jenis


cairan untuk:
• gliserin = 1,264
• propilenglikol = 1,041
• oleum cocos = 0,914
• paraffin cair = 0,827
Pada BJ nyata, didapat hasil sukrosa 0,667 g/ml dan amilum maydis 0,455 g/ml

Pada BJ mampat diperoleh hasil sukrosa 0,714 g/ml dan amilum maydis 0,555 g/ml

Perbedaan hasil ini disebabkan karena pada BJ mampat, dihitung dari


perbandingan massa zat padat terhadap volume setelah dilakukan pengetukan
sebanyak 500 kali.

Karena pada BJ mampat gas-gas antar partikel tidak ikut dihitung. Sedangkan pada BJ nyata,
gas-gas antar partikel dihitung.

Pada penentuan BJ sejati, perbandingan antara bobot zat padat dikali dengan
bobot jenis cairan pendispersi terhadap bobot granul dalam piknometer.

Cairan pendispersi yang digunakan dalam penentuan bobot jenis sejati yaitu parafin cair
yang berfungsi mendispersikan zat padat yang akan ditentukan bobot jenisnya sehingga
menghilangkan pori-pori intrapartikel dan antarpartikel serta menjadikan partikel menjadi
kerapatan sejati. Sehingga diperoleh sukrosa 1,612 dan amilum maydis 1,007.
Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan :
1. Tabel bobot jenis gliserin, minyak kelapa, paraffin cair, dan propilenglikol.
Zat Cair Bobot jenis (g/ml)
Gliserin 1,264
Minyak kelapa 0,914
Paraffin cair 0,827
Propilenglikol 1,041

2. Tabel kerapatan bulk, kerapatan mampat, dan kerapatan sejati amylum maydis dan sukrosa.
Zat Padat Kerapatan Kerapatan Kerapatan
Bulk Mampat Sejati
(g/ml) (g/ml) g/ml)

Amylum 0,4546 0,554 1,077


maydis 0,667 0,714 1,612
Sukrosa
DAFTAR PUSTAKA

Ansel, C Howard. 2006. Kalkulasi Farmasetik. Jakarta : Penerbit


Buku Kedokteran EGC.
Djakwan, Muhammad. 2010. Petunjuk praktikum farmasi fisika I.
Jakarta : Universitas Setia Budi.
Lachman, Leon. dkk. 1994. Teori Dan Praktek Farmasi Industri.
Jakarta : Universitas Indonesia Press.
Martin, A. 1993. Farmasi Fisika. Jakarta : Universitas Indonesia
Press.
Mochtar. 1990. Fisika Farmasi. Yogyakarta : UGM Press.
Munson, B.R, dkk. 2002. Mekanika Fluida. Edisi IV. Jilid I.
Diterjemahkan oleh Harinaldi dan Budiarso. Jakarta :
Erlangga.
Ralph H, Petrucci. 1992. Kimia Dasar : Prinsip dan Terapan
Modern. Jakarta : Erlangga.
Stoker, H.S. 1993. Introduction to Chemical Principles. Edisi IV.
New York : Macmillan Publishing Company.

Anda mungkin juga menyukai