PEMBAHASAN
Bobot jenis adalah rasio bobot suatu zat terhadap bobot zat baku yang volumenya
sama pada suhu yang sama dan dinyatakan dalam desimal. Penting untuk membedakan antara
kerapatan dan bobot jenis. Kerapatan adalah massa persatuan volume, yaitu bobot zat per
satuan volume. Misalnya, satu mililiter raksa berbobot 13,6 g, dengan demikian kerapatanya
adalah 13,6 g/ml. Jika kerapatan dinyatakan sebagai satuan bobot dan volume, maka bobot
jenis merupakan bilangan abstrak.
Dalam bidang farmasi bobot jenis dan rapat jenis suatu zat atau cairan digunakan
sebagai salah satu metode analisis yang berperan dalam menentukan senyawa cair, digunakan
pula untuk uji identitas dan kemurnian dari senyawa obat terutama dalam bentuk cairan, serta
dapat pula diketahui tingkat kelarutan/daya larut suatu zat.
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah piknometer. Piknometer digunakan
untuk mencari bobot jenis. Piknometer biasanya terbuat dari kaca untuk erlenmeyer kecil
dengan kapasitas antara 10ml-50ml.
Berdasarkan hasil percobaan diperoleh hasil perhitungannya yaitu untuk bobot jenis nyata
dengan sampel paracetamol bobot jenis nyatanya adalah 0,38 g/ml, dan untuk sampel granul
bobot jenis nyatanya adalah 0,53 g/ml. Untuk bobot jenis mampat dengan sampel
paracetamol adalah 0,58 g/ml dan untuk sampel granul bobot jenis mampatnya adalah 0,60
g/ml.
Percobaan selanjutnya yaitu penentuan kerapatan zat cair. Alat yang digunakan untuk
menentukan kerapatan zat cair yaitu piknometer. Untuk melakukan percobaan penetapan
kerapatan, piknometer dibersihkan dengan menggunakan aquadest hingga kering. Jika masih
terdapat air dalam piknometer maka akan mempengaruhi hasil penimbangan piknometer
kosong, yang akhirnya juga mempengaruhi nilai kerapatan sampel.
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dengan menggunakan beberapa zat
cair yaitu gliserin, akohol dan aseton, diperoleh kerapatan yang berbeda – beda dari masing –
masing zat cair yang diuji. Hasil percobaan ini didapati bahwa kerapatan alkohol adalah
0,821 g/ml, kerapatan untuk gliserin adalah 3,09 g/ml dan kerapatan untuk aseton adalah 0,79
g/ml.
1. Temperatur, dimana pada suhu yang tinggi senyawa yang diukur berat jenisnya
dapat menguap sehingga dapat mempengaruhi bobot jenisnya, demikian pula
halnya pada suhu yang sangat rendah dapat menyebabkan senyawa membeku
sehingga sulit untuk menghitung bobot jenisnya. Oleh karena itu, digunakan suhu
dimana biasanya senyawa stabil, yaitu pada suhu 25oC (suhu kamar).
2. Massa zat, jika zat mempunyai massa yang besar maka kemungkinan bobot jenisnya
juga menjadi lebih besar.
3. Volume zat, jika volume zat besar maka bobot jenisnya akan berpengaruh
tergantung pula dari massa zat itu sendiri, dimana ukuran partikel dari zat, bobot
molekulnya serta kekentalan dari suatu zat dapat mempengaruhi bobot jenisnya.
4. Kekentalan/viskositas suatu zat dapat juga mempengaruhi berat jenisnya. Hal ini
dapat dilihat dari rumus :
Adapun perbedaan hasil ini kemungkinan disebabkan oleh :
2.Cairan yang digunakan sudah tidak murni lagi sehingga mempengaruhi bobot jenisnya
5.Pemanasan pada piknometer tidak sempurna, terdapat gelembung atu titik air dalam
piknomter setelah dipanaskan.
V. KESIMPULAN
1. bobot jenis nyata dengan sampel paracetamol bobot jenis nyatanya adalah 0,38 g/ml, dan
untuk sampel granul bobot jenis nyatanya adalah 0,53 g/ml.
2. bobot jenis mampat dengan sampel paracetamol adalah 0,58 g/ml dan untuk sampel granul
bobot jenis mampatnya adalah 0,60 g/ml.