Anda di halaman 1dari 3

IV.

PEMBAHASAN

Bobot jenis adalah rasio bobot suatu zat terhadap bobot zat baku yang volumenya
sama pada suhu yang sama dan dinyatakan dalam desimal. Penting untuk membedakan antara
kerapatan dan bobot jenis. Kerapatan adalah massa persatuan volume, yaitu bobot zat per
satuan volume. Misalnya, satu mililiter raksa berbobot 13,6 g, dengan demikian kerapatanya
adalah 13,6 g/ml. Jika kerapatan dinyatakan sebagai satuan bobot dan volume, maka bobot
jenis merupakan bilangan abstrak.

Dalam bidang farmasi bobot jenis dan rapat jenis suatu zat atau cairan digunakan
sebagai salah satu metode analisis yang berperan dalam menentukan senyawa cair, digunakan
pula untuk uji identitas dan kemurnian dari senyawa obat terutama dalam bentuk cairan, serta
dapat pula diketahui tingkat kelarutan/daya larut suatu zat.

Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah piknometer. Piknometer digunakan
untuk mencari bobot jenis. Piknometer biasanya terbuat dari kaca untuk erlenmeyer kecil
dengan kapasitas antara 10ml-50ml.

Untuk melakukan percobaan penetapan bobot jenis, piknometer dibersihkan dengan


menggunakan aquadest, kemudian dibilas untuk mempercepat pengeringan piknometer
kosong tadi. Pembilasan dilakukan untuk menghilangkan sisa dari permbersihan, karena
biasanya pencucian meninggalkan tetesan pada dinding alat yang dibersihkan, sehinggga
dapat mempengaruhi hasil penimbangan piknometer kosong, yang akhirnya juga
mempengaruhi nilai bobot jenis sampel. Jadi sisa-sisa yang tidak diinginkan dapat hilang
dengan baik, baik yang ada di luar, maupun yang ada di dalam piknometer itu sendiri. Setelah
piknometer dibersihkan, piknometer kemudian dikeringkan. Setelah kering piknometer
ditimbang pada timbangan analitik dalam keadaan kosong. Setelah ditimbang kosong,
piknometer lalu diisikan dengan sampel mulai dengan aquadest, sebagai pembanding
nantinya dengan sampel yang lain.

Pengisiannya harus melalui bagian dinding dalam dari piknometer untuk


mengelakkan terjadinya gelembung udara. Proses pemindahan piknometer harus dengan
menggunakan tissue. Akhirnya piknometer yang berisi sampel ditimbang.

Adapun keuntungan dari penentuan bobot jenis dengan menggunakan piknometer


adalah mudah dalam pengerjaan. Sedangkan kerugiannya yaitu berkaitan dengan ketelitian
dalam penimbangan. Jika proses penimbangan tidak teliti maka hasil yang diperoleh tidak
sesuai dengan hasil yang ditetapkan literatur. Disamping itu penentuan bobot jenis dengan
menggunakan piknometer memerlukan waktu yang lama.

Penentuan bobot jenis dengan menggunakan hidrometer lebih cepat daripada


penentuan bobot jenis dengan menggunakan piknometer, tetapi biasanya dapat menunjukkan
hasil yang tidak tepat.
Pada praktikum kali ini, percobaan yang dilakukan yaitu penentuan bobot jenis dan
kerapatan zat. Pada percobaan penentuan bobot jenis, bahan yang dipakai yaitu paracetamol
dan granul masing-masing sebanyak 35 g. Percobaan kali ini dilakukan untuk menentukan
bobot jenis mampat dan bobot jenis nyata. Pada penentuan bobot jenis nyata, tidak diberi
perlakuan apapun, zat yang akan dihitung bobot jenisnya langsung dimasukkan ke dalam
gelas ukur untuk mengukur volume serbuk/granul. Selanjutnya dihitung bobot jenis nyatanya.
Berbeda dengan bobot jenis nyata, pada penentuan bobot jenis mampat memiliki perlakuan
khusus, untuk memampatkan zat, gelas ukur diketuk sebanyak 500 ketukan hingga zat yang
ada di dalam gelas ukur menjadi mampat, kemudian diukur volume mampatnya. Selanjutnya
dihitung bobot jenis mampat.

Berdasarkan hasil percobaan diperoleh hasil perhitungannya yaitu untuk bobot jenis nyata
dengan sampel paracetamol bobot jenis nyatanya adalah 0,38 g/ml, dan untuk sampel granul
bobot jenis nyatanya adalah 0,53 g/ml. Untuk bobot jenis mampat dengan sampel
paracetamol adalah 0,58 g/ml dan untuk sampel granul bobot jenis mampatnya adalah 0,60
g/ml.

Percobaan selanjutnya yaitu penentuan kerapatan zat cair. Alat yang digunakan untuk
menentukan kerapatan zat cair yaitu piknometer. Untuk melakukan percobaan penetapan
kerapatan, piknometer dibersihkan dengan menggunakan aquadest hingga kering. Jika masih
terdapat air dalam piknometer maka akan mempengaruhi hasil penimbangan piknometer
kosong, yang akhirnya juga mempengaruhi nilai kerapatan sampel.

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dengan menggunakan beberapa zat
cair yaitu gliserin, akohol dan aseton, diperoleh kerapatan yang berbeda – beda dari masing –
masing zat cair yang diuji. Hasil percobaan ini didapati bahwa kerapatan alkohol adalah
0,821 g/ml, kerapatan untuk gliserin adalah 3,09 g/ml dan kerapatan untuk aseton adalah 0,79
g/ml.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi bobot jenis suatu zat adalah :

1. Temperatur, dimana pada suhu yang tinggi senyawa yang diukur berat jenisnya
dapat menguap sehingga dapat mempengaruhi bobot jenisnya, demikian pula
halnya pada suhu yang sangat rendah dapat menyebabkan senyawa membeku
sehingga sulit untuk menghitung bobot jenisnya. Oleh karena itu, digunakan suhu
dimana biasanya senyawa stabil, yaitu pada suhu 25oC (suhu kamar).

2. Massa zat, jika zat mempunyai massa yang besar maka kemungkinan bobot jenisnya
juga menjadi lebih besar.

3. Volume zat, jika volume zat besar maka bobot jenisnya akan berpengaruh
tergantung pula dari massa zat itu sendiri, dimana ukuran partikel dari zat, bobot
molekulnya serta kekentalan dari suatu zat dapat mempengaruhi bobot jenisnya.

4. Kekentalan/viskositas suatu zat dapat juga mempengaruhi berat jenisnya. Hal ini
dapat dilihat dari rumus :
Adapun perbedaan hasil ini kemungkinan disebabkan oleh :

1.Kesalahan pembacaan skala pada alat

2.Cairan yang digunakan sudah tidak murni lagi sehingga mempengaruhi bobot jenisnya

3.Pengaruh suhu dari pemegang alat, juga berpengaruh pada alat

4.Kesalahan-kesalahan praktikan seperti tidak sengaja memegang piknometer

5.Pemanasan pada piknometer tidak sempurna, terdapat gelembung atu titik air dalam
piknomter setelah dipanaskan.

V. KESIMPULAN

1. bobot jenis nyata dengan sampel paracetamol bobot jenis nyatanya adalah 0,38 g/ml, dan
untuk sampel granul bobot jenis nyatanya adalah 0,53 g/ml.

2. bobot jenis mampat dengan sampel paracetamol adalah 0,58 g/ml dan untuk sampel granul
bobot jenis mampatnya adalah 0,60 g/ml.

3. kerapatan alkohol adalah 0,821 g/ml.

4. kerapatan untuk gliserin adalah 3,09 g/ml.

5. kerapatan untuk aseton adalah 0,79 g/ml.

Anda mungkin juga menyukai