Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Berdasarkan buku-buku dasar Rheology, definisi rheology adalah ilmu tentang
deformation and flow yang membahas mengenai berbagai zat yang tidak mengikuti hukum
Newton sehingga sering disebut non-Newtonian flow. Atau bisa dikatakan rheology adalah hal-
hal yang membahas mengenai aliran dan sifat fisik suatu bahan, contoh di dalam bidang
makanan, rheology menjadi salah satu ilmu yang berperan penting karena setiap bahan
makanan mempunyai sifat karakteristik yang unik walaupun berasal dari bahan yang sama.
Setiap produk pasti memiliki warna, bau dan rasa. Demikian pula mereka masing-masing
memiliki sifat mekanis yang unik, bisa keras atau lunak, liat atau empuk, lembut atau kasar,
rapuh, renyah, mudah dan tidak mudah mengalir, dan seterusnya. Ada dua cara yang bisa
dilakukan untuk menguji sifat mekanis suatu produk. Pertama, menggunakan indera manusia,
dengan cara menyentuh, memijit, menggigit, mengunyah, dan sebagainya, selanjutnya kita
sampaikan apa yang kita rasakan. Ini yang disebut dengan analisa sensori. Karena reaksi kita
sebagai manusia yang menguji berbeda-beda, maka diperlukan analisa statistik untuk
menyimpulkan skala perbedaan ataupun tingkat kesukaan penguji terhadap produk tersebut.
Cara uji kedua dengan pendekatan fisik, menggunakan instrument atau peralatan tertentu,
hasilnya dinyatakan dengan unit satuan meter (m), kilogram (kg) dan detik (dt). Pendekatan
fisik untuk mempelajari sifat mekanis bahan disebut rheology. RHEOLOGY adalah suatu
cabang ilmu fisik yang didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari perubahan bentuk suatu
mat erial. Gesekan antara bahan padat, sifat alir material bentuk tepung, bahkan pengecilan
ukuran suatu partikel seperti pada proses penggilingan, proses emulsifikasi dan atomisasi juga
termasuk.

2.1 Rumusan masalah


a. Apa dasar teori Rheologi?
b. Apa saja penerapan rheologi dibidang farmasi?
c. Bagaimana tipe aliran dan deformasi pada rheologi?

1
d. Bagaimana system aliran pada sediaan farmasi?
e. Apa itu psikorheologi?

3.1 Tujuan penulisan


Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
a. Mengetahui apa dasar teori dari Rheologi.
b. Mengetahui penerpan rheologi dibidang farmasi
c. Mengetahui dan memahami .tipe aliran dan deformasi
d. Mengetahui dan memahai tentang psikorheologi.
4.1 Manfaat penulisan
a. Untuk dapat menyajikan informasi mengenai rheologi dan tipe aliran dan deformasi

serta psikorheologi.
b. Untuk dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai rheologi dan tipe aliran

dan deformasi serta psikorheologi.


5.1 Metode pengumpulan data
Selama proses penulisan makalah tersebut, penulis mencari sumber sumber melalui

buku buku referensi dan juga menggunakan Metode Browsing. Metode Browsing adalah

penulis mengambil referensi dari Internet, penulis mencari dan mengumpulkan data dari

sumber-sumber pendukung materi makalah dengan mencari di internet (browsing).

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Dasar Teori Rheologi


Rheologi berasal dari bahasa yunani mengalir (rheo) dan logos (ilmu). Digunakan istilah
ini untuk pertama kali oleh Bingham dan Croeford untuk menggunakan aliran cairan dan
deformasi dari padatan. Rheologi mempelajari hubungan antara tekanan gesek (shearing stress)
dengan kecepatan geser (shearing rate) pada cairan, atau hubungan antara strain dan stress pada
benda padat.
Rheologi merupakan ilmu yang mempelajari sifat zat cair atau deformasi zat padat.
Rheologi erat kaitannya dengan viskositas. Dalam bidang Farmasi, prinsipprinsip rheologi
diaplikasikan dalam pembuatan krim, suspensi, emulsi, lotion, pasta, penyalut tablet dan lain
sebagainya. Selain itu, prinsip rheologi digunakan untuk karakterisasi produk sediaan Farmasi

2
(Dosage Form). Sebagai penjamin kualitas yang sama untuk setiap batch. Rheologi juga
meliputi pencampuran aliran dari bahan, penuangan, pengeluaran dari tube atau pelewatan dari
jarum suntik. Rheologi dari suatu zat tertentu dapat mempengaruhi penerimaan obat bagi
pasien, stabilitas fisika obat, bahkan ketersediaan hayati dalam tubuh (bioavailability).
Sehingga viskositas telah terbukti dapat mempengaruhi laju absorbsi obat dalam tubuh.
Sifat-sifat rheologi dari sistem farmaseutika dapat mempengaruhi pemilihan alat yang
akan digunakan untuk memproses produk tersebut dalam pabriknya. Lebih-lebih lagi tidak
adanya perhatian terhadap pemilihan alat ini akan berakibat diperolehnya hasil yang tidak
diinginkan. Aspek ini dan banyak lagi aspek-aspek rheologi yang diterapkan dibidang farmasi.
Dalam penelitian dan teknologi farmasetik dan sejenisnya, pengukuran rheologi digunakan
untuk mengkarakterisasi :
a. Kemudahan penuangan dari botol,
b. Penekanan atau pemencetan dari suatu tube atau wadah lain yang dapat berubah
bentuk,
c. Pemeliharaan bentuk produk dalam suatu bejana atau sesudah pengeluaran,
d. Penggosokan bentuk produk di atas atau ke dalam kulit, dan
e. Bahkan pemompaan produk dari pencampuran dan penyimpanan ke alat pengisian
atau pelewatan dari suatu jarum suntik yang diproduksi oleh industri
Ada beberapa istilah dalam rheologi ini :
a. Rate of shear (D) dv/dr untuk menyatakan perbedaan kecepatan (dv) antara dua
bidang cairan yang dipisahkan oleh jarak yang sangat kecil (dr).
b. Shearing stress ( atau F ) F/A untuk menyatakan gaya per satuan luas yang
diperlukan untuk menyebabkan aliran.

2.2 Penerapan Rheologi dibidang farmasi

a. Cairan dapat diterapkan pada :


Pencampuran
Pengurangan ukuran partikel dari sistem sistem dispersi dengan shear
Pelewatan melalui mulut, penuangan, pengemasan dalam botol, pelewatan
melalui jarum suntik
Perpindahan cairan
Stabilitas fisik sistem dispersi
b. Semi solid diterapkan pada :
Penyebaran dan pelekatan pada kulit
Pemindahan dari wadah/tube
Kemampuan zat padat untuk bercampur dengan cairan-cairan
Pelepasan obat dari basisnya

3
c. Padatan diterapkan pada :
Aliran serbuk dari corong ke lubang cetakan tablet/kapsul
Pengemasan serbuk/granul
d. Pemprosesan diterapkan pada :
Kapasitas produksi alat
Efisiensi pemrosesan

2.3 Tipe Aliran dan Deformasi

Penggolongan bahan menurut tipe aliran dan deformasi adalah yaitu : sistem Newton dan
sistem Non Newton. Pemilihan bergantung pada sifat-sifat alirannya apakah sesuai dengan
hukum aliran dari newton atau tidak. Jika karakteristik fisika masing-masing ini dirancang dan
dipelajari secara objektif menurut metode analisis dari rheologi, dapat diperoleh informasi
yang berharga untuk digunakan dalam mempermulasi produk-produk farmasi yang lebih baik.

a. Aliran Sistem Newton


Newton adalah orang pertama yang mempelajari sifat-sifat aliran dari cairan secara
kuantitatif. Dia menemukan bahwa:
Makin besar viskositas suatu cairan, akan makin besar pula gaya persatuan luas
(shearingstress) yang diperlukan untuk menghasilkan rate of shear tertentu. rate of shear
harus berbanding lurus dengan shearing stress.
Aliran newton adalah jenis aliran yang ideal. Pada umumnya cairan yang bersifat
ideal adalah pelarut, campuran pelarut, dan larutan sejati. Shearing Stress, S, atau gaya
yang diperlukan persatuan luas berbanding lurus dengan kecepatan aliran yang dihasilkan
atau Rate of Shear, G.
Pada cairan Newton, hubungan antara shearing rate dan shearing stress adalah linear,
dengan suatu tetapan yang dikenal dengan viskositas atau koefisien viskositas. Tipe alir
ini umumnya dimiliki oleh zat cair tunggal serta larutan dengan struktur molekul
sederhana dengan volume molekul kecil. Tipe aliran yang mengikuti Sistem Newton,

4
viskositasnya tetap pada suhu dan tekanan tertentu dan tidak tergantung pada kecepatan
geser, sehingga viskositasnya cukup ditentukan pada satu kecepatan geser.

b. Aliran Sistem NonNewton


Hampir seluruh sistem disperse termasuk sediaan-sediaan farmasi yang berbentuk
emulsi, suspensi dan sediaan setengah padat tidak mengikuti hukum Newton: Non
Newtonian Bodies. Non newtonian Bodies adalah zat-zat yang tidak mengikuti
persamaan aliran newton : dispersi heterogen cairan dan padatan seperti larutan koloid,
emulsi, suspensi cair, salep dan produk-produk serupa masuk kelas ini. Pada Aliran
Sistem NonNewton ini terbagi atas 2 yaitu :
a) Time Independent
Plastik

Disebut dengan bingham bodies. Kurva tidak melewati titik (0,0) tetapi
memotong sumbu shearing stress pada yield value. Yield value adalah harga yang
harus dipenuhi agar cairan mulai mengalir, sebelum yield value zat bertindak
sebagai bahan elastis setelah yield value sistem mengalir sesuai dengan sistem

5
newton dimana shearing stress berbanding dengan rate of shear. Contoh : Pada
sistem suspensi yang terflokulasi, yield value adalah nilai yang dibutuhkan untuk
memecah ikatan antar partikel terflokulasi.

Pseudoplastik

Kurva tidak linier dan tidak ada yield value (melengkung). Viskositas
menurun dengan meningkatnya rate of share. Terjadi pada molekul berantai
panjang seperti polimer-polimer termasuk gom, tragakan, na-alginat, metil
selulosa, karboksimetilselulosa. Meningkatnya shearing stress menyebabkan
keteraturan polimer sehingga mengurangi tahanan dan lebih meningkatkan rate of
share pada shearing stress berikutnya.
Aliran pseudoplastis yang sebagian besar dalam produk farmasi yaitu gom
alam dan sintesis, misalnya : dispersi cair dari traga ileh polimer-polimer dalam
larutan, yang merupakan kebalikan dari sistem plastis, yang tersusun dari partikel-
partikel yang terflokulasi dalam suspensi, kurva konsistensi untuk bahan
pseudoplastis mulai pada titik (0,0) atau paling tidak mendekatinya rate of shear
rendah. Akibatnya, berlawanan dengan Bingham Bodies, tidak ada yield value.

6
Tapi karena tidak ada bagian kurva yang linier, maka kita tidak dapat menyatakan
viskositas suatu bahan pseudoplastis dengan suatu harga tunggal.

Sistem pseudoplastik disebut pula sebagai sistem geser encer ( shear-


thinning) karena dengan menaikkan tekanan geser viskositas menjadi turun.
Contoh klasik adalah kecap atau saus tomat yang untuk mengeluarkannya dari
botol harus mengocoknya kuat-kuat.

Dilatan

Sistem disebut geser kental (shear-thickening) system. Istilah dilatan


dikaitkan dengan meningkatnya volume. Dimiliki oleh suspensi yang
berkonsentrasi tinggi (>50%) dari partikel yang terdeflokulasi. Viskositas
meningkat dengan bertambahnya rate of shear. Mekanisme:
I. Pada keadaan diam partikel-partikel tersusun rapat dengan volume antar
partikel kecil.

7
II. Pada saat shearing stress meningkat bulk dari system memuai
meningkatkan volume kosong hambatan aliran menigkat (tidak
dibasahi) terbentuk pasta kaku.

b) Time Dependent
Tiksotropi
TIKSOTROPI merupakan suatu pemulihan isoterm dan relative lambat pada
pendiaman suatu bahan yang kehilangan konsistensinya karena pemberian geser
(shearing).
Tiksotropi merupakan sifat yang diinginkan dalam suatu sistem farmasetik
cair dimana idealnya harus mempunyai konsistensi tinggi dalam wadah, tapi dapat
dituang dengan mudah.
Pada sistem plastik, pseudoplastik, dan dilatan ketika shearing stress yang
sebelumnya dinaikkan, diturunkan kembali maka kurva ke bawah akan terhimpit
dengan kurva ke bawah. Bila kurva turun ternyata berada sebelah kiri kurva
menaik thiksotropi. Celah antara kurava naik dan kurva turun disebut
hysteresis loop. Thiksotropi terjadi karena proses pemulihan yang lambat dari
konsistensi. Gel Sol Gel (proses pertama berlangsung cepat sedangkan
proses kedua berlangsung lebih lambat).

8
Mengukur Tiksotropi dengan luas hysteresis :
I. Menentukan struktural breakdown terhadap waktu pada kecepatan geser
tetap.

II. Menentukan struktural breakdown pada kecepatan geser yang bertambah


(pemecahan struktur karena G)

Tiksotropi ini dibutuhkan dalam pembuatan emulsi, lotion, suspensi parenteral


(injeksi procain penisillin G), cream, salep.
Makan dapat ditarik kesimpulan bahwa makin besar derajat tiksotropi maka
makin kecil kecepatan pengendapannya.
Antitiksotropi/Tiksotropi Negatif
Sedangkan Anti tiksotropik, kurva menurun berada di kanan kurva menaik
(konsistensi meningkat). Contohnya : magma magnesia.

9
Rheopeksi
Suatu gejala dimana suatu sol lebih cepat menjadi gel bila diaduk perlahan-
lahan daripada dibiarkan membentuk gel tanpa pengadukan. Viskositas geser
meningkat pada laju geser konstan dengan waktu geser meningkat. Rheopexy
dapat misalnya terlihat dengan plastisols PVC. Mereka digunakan untuk
perlindungan korosi pada logam.
Jika laju pelapisan meningkat bahan menjadi lebih tebal mengalir. Cairan
Rheopex ditandai dengan pembentukan struktur bertahap di bawah regangan
geser. Selain sifat kental seseorang dapat mengamati terjadinya elastisitas (1 dan 2
normal stres perbedaan) bertindak tegak lurus dengan arah aliran. Kombinasi dari
perilaku elastis dan viskos mengarah pada deskripsi cairan viskoelastik. Solusi
polimer, dan baru-baru juga biopolimer menunjukkan molekul-struktur sifat
viskoelastik tergantung dari jenis ini bertemu dengan semakin banyak teknologi
yang diharapkan, misalnya dalam produksi cat dan coating, makanan, kosmetik,
dan farmasi.

10
2.4 Sifat Aliran Sediaan Farmasi
a. Sifat Rheologi Dalam Suspensi
Viskositas dari suatu suspensi apabila mempengaruhi pengendapan dari partikel-
partikel zat terdispersi perubahan dalam sifat-sifat aliran dari suspensi bila wadahnya
dikocok dan bila produk tersebut dituang dari botol dan kualitas penyebaran dari cairan
(lotio) bila digunakan untuk suatu bagian permukaan yang akan diobati. Pertimbangan
rheologi juga penting dalam pembuatan suspensi.
Satu-satunya shear yang terjadi dalam suatu suspensi pada penyimpanan adalah
lantaran pengendapan dari partikel-partikel yang tersuspensi. Gaya ini diabaikan dan bisa
dibuang. Tetapi jika wadah dikocok dan produk dituang dari botol terdapat laju shearing
yang tinggi. Zat pensuspensi yang ideal harus mempunyai viskositas yang tinggi pada
shear yang dapat diabaikan yakni selama penyimpanan dan zat pensuspensi itu harus
mempunyai viskositas yang rendah pada laju shearing yang tinggi yakni ia harus bebas
mengalir selama pengocokan, penuangan, dan penyebarannya ini.

b. Sifat Rheologi Dalam Emulsi

11
Produk yang diemulsikan mungkin mengalami berbagai shear-stress selama
pembuatan atau penggunaanya. Pada kebanyakan proses ini sifat aliran produk akan
menjadi sangat penting untuk penampilan emulsi yang tepat pada kondisi penggunana
dan pembuatannya. Jadi penyebaran produk dermatologik dan produk kosmetik harus
dikontrol agar didapat suatu preparat yang memuaskan. Aliran emulsi parenteral melalu
jarum hipodermik, pemindahan suatu emulsi dari botol atau tube dan sifat dari satu
emulsi dalam berbagai proses penggilingan yang digunakan dalam pembuatan produk ini
secara besar-besaran, menunjukkan perlunya karakteristik aliran yang tepat.
Kebanyakan emulsi, kecuali emulsi encer menunjukkan aliran non Newton yang
mempersulit interpretasi data dan perbandingan kuantitatif antara sistem-sistem dan
formulasi-formulasi yang berbeda.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan fase terdispersi meliputi perbandingan
dengan fase terdispers meliputi perbandingan volume fase, distribusi ukuran partikel dan
viskositas dari fase dalam itu sendiri. Jadi, jika konsentrasi volume dari fase terdispers
rendah (kurang dari 0,05), sistem tersebut adalah Newton. Dengan naiknya konsentrasi
volume, sistem tersebut menjadi lebih tahan terhadap aliran dan menujukkan karekteristik
aliran pseudoplastis. Pada konsentrasi yang cukup tinggi, terjadi aliran plastis. Jika
konsentrasi volume mendekati 0,74 mungkin terjadi inversi dengna berubahnya
viskositas secara nyata. Pengurangan ukuran partikel rata-rata akan menaikkan viskositas.
Makin luas distribusi ukuran partikel, makin rendah viskositasnya jika dibandingkan
dengan sistem yang memiliki ukuran partikel rata-rata serupa tetapi dengan distribusi
ukuran partikel yang lebih sempit.

c. Sifat Rheologi Dalam Semisolid


Pembuat salep farmasetik dan krim kosmetik menyadari adanya keinginan untuk
mengontrol konsistensi bahan non-Newton. Instrumen yang paling baik untuk
menentukan sifat-sifat rheologi dari semisolid di bidang Farmasi adalah viskometer putar
(rotational viscometer). Untuk analisis semisolid yang berbentuk emusi dan suspensi
digunakan cone-plate viscometer. Viscometer Stormer terdiri dari cup yang stationer dan
bob yang berputar, dan alat ini juga baik untuk semisolid.

12
d. Sifat Aliran Pada Serbuk
Serbuk bulk agak analog dengan cairan non Newton menunjukkan aliran plastik dan
kadang-kadang dilatansi partikel-partikel dipengaruhi oleh gaya tarik menarik sampai
derajat yang bervariasi. Oleh karena itu, serbuk bisa jadi mengalir bebas (free-flowing)
atau melekat. Dalam pengertian khusus yaitu ukuran partikel porositas dan kerapatan, dan
kehalusan permukaan. Sifat-sifat dari zat padat yang menentukan besarnya interaksi
partikel-partikel.
Akan halnya partikel-partikel yang relati kecil (kurang dari 10m), aliran partikel
melalui lubang dibatasi karena gaya lekat antara partikel besarnya sama dengan gaya
gravitasi. Karena gaya yang terakhir ini merupakan fungsi dari garis tengah yang di
naikkan pangkat tiga, gaya-gaya tersebut menjadi lebih bermakna apabila ukuran partikel
meningkan dan aliran dipermudah. Laju aliran maksimum dicapai setelah aliran
berkurang apabila ukuran partikel mendekati besarnya lubang tersebut. Jika suatu serbuk
mengandung sejumlah partikel-partikel kecil, sifat-sifat aliran serbuk bisa diperbaiki
dengan menghilangkan fines atau mengadsorbsinya pada partikel-partikel yang lebih
besar. Kadang kadang, aliran yang jelek bisa diakibatkan karena adanya kelembapan
dalam hal mana pengeringan partikel-partikel akan mengurangi lekatnya partikel-partikel
tersebut.
Partikel-partikel panjang atau plat cenderung untuk mengepak walaupun dengan
sangat longgar sehingga memberikan serbuk yang mempunyai porositas tinggi. Partikel-
partikel dengan kerapatan tinggi dan porositas dalam rendah cenderung untuk
mempunyai sifat-sifat bebas mengalir. Ini dapat dikurangi dengan kasarnya permukaan,
yang cenderung mengakibatkan karakteristik aliran yang jelek disebabkan oleh gesekan
dan kelekatannya.
Serbuk yang mengsalir tidak baik atau granulat memberikan banyak kesulitan pada
industri farmasi. Produksi unit sediaan tablet yang seragam terbukti bergantung pada
beberapa sifat granulat. Jika ukuran granular berkurang, variasi berat tablet pun
berkurang. Variasi berat minimum dicapai pada granul yang mempunyai garis tengah 400
sampai 800 m. Jika ukuran granul dikurangi lagi, granul mengalir kurang bebas dan
variasi berat granul meningkat. Distribusi ukuran partikel mempengaruhi aliran dalam
dan pemisahan dari suatu granulat.

13
2.5 Psikorheologi

Selain sifat-sifat farmasetik dan farmakologi yang diinginkan, sediaan topical harus juga
mencapai persyaratan rasa, daya sebar, warna, bau dan sifat-sifat psikologis dan sensoris lain.
Pekerja pada industry makana telah sejak lama menguji produknya seperti keju, cokelat,
mayonnaise, dan adonan roti agar didapat konsistensi yang tepat selama pembuatan,
pengemasan, dan penggunaan akhir. Alat perasa dalam mulut, alat perasa antara jari-jari dan
alat perasa pada kulit merupakan hal-hal yang perlu dipertimbangkan untuk pembuatan
makanan, kosmetik dan produk dermatologis.
Scott-Blair membicarakan psikorheologi dalam industry makanan. Konstenbauder dan
Martin menetapkan daya sebar salep yang berhubungan dengan sifat-sifat rheologisnya.dalam
konsultasi dengan ahli dermatologi, mereka membagi produk-produk tersebut kedalam tiga
kelas. Kelas I produk lembut terutama untuk penggunaan mata; Kelas II termasuk salep obat
umumnya mempunyai konsistensi sedang; Kelas III adalah produk-produk pelindung yang
keras untuk penggunaan dalamkeadaan luka lembab. Yield value dan viskositas plastis untuk
tiap kelas dari produk telah dilaporkan.
Boylan telah membuktikan bahwa thiksotropi, konsistensi, dan yield value dari salep
bacitracin, USP berkurang dengan nyata bila temperaturdinaikkan dari 20 o ke 35oC. jadi, bila
suatu produk mungkin mempunyai thiksotropi yang cukup dalam wadahnya, sifat ini dapat
hilang pada waktu digunakan kekulit.
Barry et al, mengerjakan uji sensoris (yang berhubungan dengan panca indera) terhadap
sedian-sedian topical. Mereka menggunakan daftar untuk membedakan parameter tekstur dan
memakai metode rheologis yang mantap untuk penggunaan dalam industry sebagai prosedur
control untuk memelihara keseragaman rasa pada kulit dan daya sebar dari produk
dermatologis. Cussler et al, mempelajari tekstur cairan Non Newton yang mempunyai sifat
rheologi yang sangat berbeda bila digunakan ke kulit. Ternyata bahwa konsistensi suatu bahan
dapat ditentukan secara tepat dan teliti oleh orang-orang yang tidak detraining hanya dengan
menggunakan tiga tanda sifat : kelembutan, ketipisan dan kehangatan. Kelembutan
berhubungan dengan keefisien tumbukan dan ketipisan berhubungan dengan parameter Non
Newton kental yang dapat diukur dengan alat yang cocok. Karakteristik kehangatan ternyata
cukup rumit dan memerlukan penelitian lebih lanjut.

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
a. Rheologi berasal dari bahasa yunani mengalir (rheo) dan logos (ilmu). Rheologi
mempelajari hubungan antara tekanan gesek (shearing stress) dengan kecepatan geser
(shearing rate) pada cairan, atau hubungan antara strain dan stress pada benda padat.
b. Penerapan Rheologi dibidang farmasi yaitu dalam bentuk cairan, semi solid, padatan
dan pemprosesan.
c. Penggolongan bahan menurut tipe aliran dan deformasi adalah yaitu : sistem Newton
dan sistem Non Newton. Pemilihan bergantung pada sifat-sifat alirannya apakah
sesuai dengan hukum aliran dari newton atau tidak.
a) Aliran Sistem Newton
b) Aliran Sistem Non Newton
Time Independent
Plastis
Pseudoplastis
Dilatan
Time Dependent
Thiksotropi
Anti Thiksotropi/Thiksotropi Negatif
Rheopeksi
d. Sifat aliran dalam sediaan farmasi dibutuhkan pada bentuk sediaan suspense, emulsi,
sebuk dan dalam bentuk semi solid
e. Psikorheologi berhubungan pada produk-produk sediaan yang akan dibuat. Dimana
menggunakan tiga tanda sifat yaitu kelembutan, ketipisan dan kehangatan.
Kelembutan berhubungan dengan keefisien tumbukan dan ketipisan berhubungan

15
dengan parameter Non Newton kental yang dapat diukur dengan alat yang cocok.
Karakteristik kehangatan ternyata cukup rumit dan memerlukan penelitian lebih
lanjut

3.2 Saran
Demikianlah hasil pembahasan dalam makalah mengenai Rheologi. Diharapkan kepada

pembaca sekalian, yang menjadikan makalah ini sebagai panduan dalam membuat makalah

selanjutnya, maka diharapkan dapat melengkapi referensi yang berkaitan dengan pembahasan

yang berkaitan.

DAFTAR PUSTAKA

G.W. Scott-Blair, Pharm. J. 154, 3, 1945


M. reiner dan G.W Scott-Blair, dalam Rheology, vol. 4, F.E. Eirich, Ed., Academic Press, New
York, 1967, Bab 9
Martin, Alfred. 1993. Farmasi Fisika edisi ketiga Jilid I. Jakarta : Universitas Indonesia.
Martin, Alfred. 1993. Farmasi Fisika edisi ketiga Jilid II. Jakarta : Universitas Indonesia.
Voight. 1951. Tekhnologi Farmasi. Jakarta. UI Press

16
17

Anda mungkin juga menyukai