Puji syukur kami ucapkan ke khadirat Allah swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah dengan judul rheologi ini dengan baik.
Karya ilmiah ini di ambil dari berbagai sumber-sumber terpercaya dan sudah banyak
di kenal masyarakat yang kami rangkum menjadi satu kesatuan. Karya ini di harapkan
mampu membantu kami dan anda sekalian yang membacanya untuk memperdalam
pemahaman tentang rheologi dan segala yang bersangkutan dengannya. Selain itu, karya ini
juga di harapkan dapat menjadi bacaan dan bahan ajaran para pembaca sekalian.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih pada para pembaca yang berkenan untuk
membaca makalah ini dan untuk dosen pembimbing kami. Sebagai penyusun kami begitu
berharap agar karya ilmiah ini dapat bermanfaat. Kritik dan saran selalu kami nantikan untuk
pengembangan dan kesempurnaan karya ilmiah ini agar menjadi layak untuk di pelajari.
Pekanbaru, September 2016
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
3. Bagaimana golongan bahan menuru tipe aliran dan deformasi(cairan Newton dan Non-
Newton)
4. Apa pengertian Psikoheologi?
Secara umum terdapat dua jenis sifat aliran bahan, yaitu newton dan non-
newton. Sifat aliran dari bahan cair dapat digambarkan dengan diagram (kurva) aliran.
Kurva ini merupakan plot antara gaya geser (shear stress) dengan laju geser (shear
rate). Dimana viskositas merupakan rasio dari gaya geser dengan laju geser pada
semua titik sepanjang kurva. Pada kurva cairan newton rasio dari gaya geser dengan
laju geser pada semua titik nilainya konstan, dan disebut viskositas tunggal (µ). Jika
aliran tidak linier digunakan simbol viskositas nyata (µapp), yang merupakan slope dari
garis yang menghubungkan sebuah titik pada kurva dengan titik asal (0,0). Fluida
non-newton merupakan fluida yang memiliki kurva aliran (shear stress versus shear
rate) tidak linier, dimana viskositas nyata (µapp) tidak konstan pada suhu dan tekanan
yang diberikan tetapi bergantung pada kondisi aliran seperti geometri aliran, shear
rate, dan lain-lain, dan terkadang juga dipengaruhi oleh histori kinematik elemen
fluida yang diuji (Martin, 1993).
Cairan yang mengikuti hukum Newton, viskositasnya tetap pada suhu dan
tekanan tertentu dan tidak tergantung kepada kecepatan geser. Oleh karena itu,
viskositanya cukup ditentukan pada satu kecepatan geser. Apabila digambarkan antara
kecepatan geser terhadap tekanan geser, maka diperoleh grafik garis lurus melalui
titik nol. Contoh cairan Newton adalah minyak jarak, kloroform, gliserin, minyak
zaitun dan air (Tim Penyusun, 2009).
Reologi adalah kajian tentang perubahan bentuk dan rambatan bahan yang
disebabkan oleh aplikasi gaya-gaya dengan memasukkan faktor waktu. Pokok bahasan
utamanya berkaitan dengan hubungan-hubungan antara tekanan dan perubahan bentuk,
fenomena rambatan dan pengurangan tekanan (stress-relaxation), dan kajian tentang
viskositas. Sebagai tambahan dari sifat-sifat reologis bahan, ada beberapa sifat
mekanis lain berkaitan dengan pergerakan bahan akibat aplikasi gaya-gaya. Sifat-sifat
tersebut adalah koefisien geser (drag coefficient), kecepatan (terminal velocity),
koefisien gesek (friction coefficient), sifat aliran bahan lepas (flow characteristic), dll
(Ansel, 1989).
Ahli farmasi kemungkinan besar lebih sering menghadapi cairan non newton
dibanding dengan cairan biasa. Oleh karena itu mereka harus mempengaruhi metode
yang sesuai untuk mempelajari zat-zat kompleks ini. Non newtonian Bodies adalah
zat-zat yang tidak mengikuti persamaan aliran newton : dispersi heterogen cairan dan
padatan seperti larutan koloid, emulsi, suspensi cair, salep dan produk-produk serupa
masuk kelas ini. Jika bahan-bahan non newton dianalisis dalam suatu viskometer putar
dan hasilnya diplot diperoleh berbagai kurva konsistensi yang menggambarkan adanya
tiga kelas aliran yakni plastis, pseuodoplastis dan dilatan (Martin, 1993).
Dalam bidang farmasi, prinsip – prinsip rheologi diaplikasikan dalam
pembuatan krim, suspense, emulsi, lotion, pasta, penyalut tablet, dll. Selain itu, prinsip
rheologi digunakan untuk karakterisasi produk sediaan farmasi (Dosage Form) sebagai
penjamin kualitas yang sama untuk setiap batch. Rheologi juga meliputi pencampuran
aliran dari bahan, penuangan, pengeluaran dari tube, atau pelewatan dari jarum suntik.
Rheologi dari suatu zat tertentu dapat mempengaruhi penerimaan obat bagi pasien,
stabilitas fisika obat, bahkan ketersediaan hayati dalam tubuh (bioavailability).
Sehingga viskosit telah terbukti dapat mempengauhi laju absorbsi obat dalam tubuh.
Kurva aliran ini plastis tidak melalui titik (0,0) tetapi memotong sumbu shearing stress
(atau akan memotong, jika bagian lurus dan kurva tersebut diektrapolasikan ke sumbu)
pada suatu titik tertentu yang dikenal sebagai harga yield. Bingham bodies tidak akan
mengalir sampai shearing stress dicapai sebesar yield value tersebut. Pada harga stress
di bawah harga yield, zat bertindak seperti bahan elastis. Ahli rheologi menggolongkan
Bingham Bodies suatu bahan yang mempunyai / memperlihatkan yield value, seperti
halnya zat padat. Sedang zat-zat yang mulai mengalir pada shearing stress terkecil
didefinisikan sebagai cairan. Yield value adalah suatu sifat yang penting dari dispersi-
dispersi tertentu (Martin, 1993).
a. Rate of shear (D) dv/dr untuk menyatakan perbedaan kecepatan (dv) antara dua bidang
cairan yang dipisahkan oleh jarak yang sangat kecil (dr).
b. Shearing stress (τ atau F ) F’/A untuk menyatakan gaya per satuan luas yang diperlukan
untuk menyebabkan aliran.
Satu-satunya shear yang terjadi dalam suatu suspensi pada penyimpanan adalah
lantaran pengendapan dari partikel-partikel yang tersuspensi. Gaya ini diabaikan dan bisa
dibuang. Tetapi jika wadah dikocok dan produk dituang dari botol terdapat laju shearing yang
tinggi. Zat pensuspensi yang ideal harus mempunyai viskositas yang tinggi pada shear yang
dapat diabaikan yakni selama penyimpanan dan zat pensuspensi itu harus mempunyai
viskositas yang rendah pada laju shearing yang tinggi yakni ia harus bebas mengalir selama
pengocokan, penuangan, dan penyebarannya ini.
2. Sifat Rheologi Dalam Emulsi
Produk yang diemulsikan mungkin mengalami berbagai shear-stress selama
pembuatan atau penggunaanya. Pada kebanyakan proses ini sifat aliran produk akan menjadi
sangat penting untuk penampilan emulsi yang tepat pada kondisi penggunana dan
pembuatannya. Jadi penyebaran produk dermatologik dan produk kosmetik harus dikontrol
agar didapat suatu preparat yang memuaskan. Aliran emulsi parenteral melalu jarum
hipodermik, pemindahan suatu emulsi dari botol atau tube dan sifat dari satu emulsi dalam
berbagai proses penggilingan yang digunakan dalam pembuatan produk ini secara besar-
besaran, menunjukkan perlunya karakteristik aliran yang tepat.
Kebanyakan emulsi, kecuali emulsi encer menunjukkan aliran non Newton yang
mempersulit interpretasi data dan perbandingan kuantitatif antara sistem-sistem dan
formulasi-formulasi yang berbeda.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan fase terdispersi meliputi perbandingan
dengan fase terdispers meliputi perbandingan volume fase, distribusi ukuran partikel dan
viskositas dari fase dalam itu sendiri. Jadi, jika konsentrasi volume dari fase terdispers rendah
(kurang dari 0,05), sistem tersebut adalah Newton. Dengan naiknya konsentrasi volume,
sistem tersebut menjadi lebih tahan terhadap aliran dan menujukkan karekteristik aliran
pseudoplastis. Pada konsentrasi yang cukup tinggi, terjadi aliran plastis. Jika konsentrasi
volume mendekati 0,74 mungkin terjadi inversi dengna berubahnya viskositas secara nyata.
Pengurangan ukuran partikel rata-rata akan menaikkan viskositas. Makin luas distribusi
ukuran partikel, makin rendah viskositasnya jika dibandingkan dengan sistem yang memiliki
ukuran partikel rata-rata serupa tetapi dengan distribusi ukuran partikel yang lebih sempit.
Penggolongan bahan menurut tipe aliran dan deformasi adalah sebagai berikut : sistem
Newton dan sistem Non Newton. Pemilihan bergantung pada sifat-sifat alirannya apakah
sesuai dengan hukum aliran dari newton atau tidak. Jika karakteristik fisika masing-masing
ini dirancang dan dipelajari secara objektif menurut metode analisis dari rheologi, dapat
diperoleh informasi yang berharga untuk digunakan dalam mempermulasi produk-produk
farmasi yang lebih baik.
2.3. Penggolongan bahan menurut tipe aliran dan deformasi
A. Aliran Sistem Newton
Newton adalah orang pertama yang mempelajari sifat-sifat aliran dari cairan secara
kuantitatif. Dia menemukan bahwa : makin besar viskositas suatu cairan, akan makin besar
pula gaya persatuan luas (shearing stress) yang diperlukan untuk menghasilkan rate of
sheartertentu. rate of shear harus berbanding lurus dengan shearing stress.
Satuan viskositas adalah poise, didefinisikan sebagai gaya geser yang diperlukan agar
menghasilkan kecepatan 1 cm/detik di antara dua bidang sejajar cairan yang masing-masing
luasnya 1 cm2 oleh jarak 1 cm. Istilah fluiditas, , didefinisikan sebagai kebalikan dari
viskositas :
Viskositas kinematik (v), adalah viskositas mutlak seperti didefiniskan di atas di bagi oleh
kerapatan cairan. Satuan viskositas kinematik adalah stoke (s) dan centistoke (cs).
Aliran newton adalah jenis aliran yang ideal. Pada umumnya cairan yang bersifat ideal adalah
pelarut, campuran pelarut, dan larutan sejati. Shearing Stress, S, atau gaya yang diperlukan
per satuan luas berbanding lurus dengan kecepatan aliran yang dihasilkan atau Rate of Shear,
G.
B.Aliran Sistem Non Newton
Hampir seluruh sistem disperse termasuk sediaan-sediaan farmasi yang berbentuk
emulsi, suspensi dan sediaan setengah padat tidak mengikuti hukum Newton: Non Newtonian
Bodies. Non newtonian Bodies adalah zat-zat yang tidak mengikuti persamaan aliran
newton : dispersi heterogen cairan dan padatan seperti larutan koloid, emulsi, suspensi cair,
salep dan produk-produk serupa masuk kelas ini. Jika bahan-bahan non newton dianalisis
dalam suatu viskometer putar dan hasilnya diplot diperoleh berbagai kurva konsistensi yang
menggambarkan adanya tiga kelas aliran yakni plastis, pseuodoplastis dan dilatan.
Ekstensional viskositas dari Non Newtonian Fluids terdiri atas dua kelompok
Berdasrkan grafik sifat aliran cairan non newton terbagi yaitu:
1. Cairan yang sifat alirannya tidak dipengaruhi oleh waktu.
a. Aliran plastik
U adalah viskositas plastis, dan f adalah yield value.
Kurva aliran plastis tidak melalui titik (0,0) tapi memotong sumbu shearing
stress (atau auakan memotong jika bagian lurus dari kurva tersebut diekstrapolasikan
ke sumbu) pada suatu titik tertentu yang dikenal dengan sebagai harga yield. Cairan
plastis tidak akan mengalir sampai shearing stress dicapai sebesar yield value tersebut.
Pada harga stress di bawah harga yield value, zat bertindak sebagi bahan
elastis (meregang lalu kembali ke keadaan semula, tidak mengalir).
U = ( F – f )
G
Aliran plastis berhubungan dengan adanya partikel-partikel yang tersuspensi dalam suspensi
pekat. Adanya yield value disebabkan oleh adanya kontak antara partikel-partikel yang
berdekatan (disebabkan oleh adanya gaya van der Waals), yang harus dipecah sebelum aliran
dapat terjadi. Akibatnya, yield value merupakan indikasi dari kekuatan flokulasi. Makin
banyak suspensi yang terflokulasi, makin tinggi yield value-nya. Kekuatan friksi antar
partikel juga berkontribusi dalamyield value. Ketika yield value terlampaui (shear stress di
atas yield value), sistem plastis akan menyerupai sistem newton.
Aliran Plastis disebut dengan bingham bodies. Kurva tidak melewati titik (0,0) tetapi
memotong sumbu shearing stress pada yield value. Yield value adalah harga yang harus
dipenuhi agar cairan mulai mengalir, sebelum yield value zat bertindak sebagai bahan elastis
setelah yield value sistem mengalir sesuai dengan sistem newton dimana shearing
stress berbanding dengan rate of shear. Contoh : Pada sistem suspensi yang terflokulasi,
yield value adalah nilai yang dibutuhkan untuk memecah ikatan antar partikel terflokulasi
b. Aliran pseudoplastik
FN = η’ G
Eksponen N meningkat pada saat aliran meningkat hingga seperti aliran newton. Jika N=1
aliran
Aliran pseudoplastis yang sebagian besar dalam produk farmasi yaitu gom alam dan sintesis,
misalnya : dispersi cair dari traga ileh polimer-polimer dalam larutan, yang merupakan
kebalikan dari sistem plastis, yang tersusun dari partikel-partikel yang terflokulasi dalam
suspensi, kurva konsistensi untuk bahan pseudoplastis mulai pada titik (0,0) atau paling tidak
mendekatinya rate of shear rendah. Akibatnya, berlawanan dengan Bingham Bodies, tidak
ada yield value. Tapi karena tidak ada bagian kurva yang linier, maka kita tidak dapat
menyatakan viskositas suatu bahan pseudoplastis dengan suatu harga tunggal.
Sistem pseudoplastik disebut pula sebagai sistem geser encer ( shear-thinning) karena
dengan menaikkan tekanan geser viskositas menjadi turun. Contoh klasik adalah kecap atau
saus tomat yang untuk mengeluarkannya dari botol harus mengocoknya kuat-kuat.
c. Aliran dilatan
Aliran dilatan terjadi pada suspensi yang memiliki presentase zat padat terdispersi
dengan konsentrasi tinggi. Terjadi peningkatan daya hambat untuk mengalir (viskositas)
dengan meningkatnya rate of shear. Jika stress dihilangkan, suatu sistem dilatan akan
kembali ke keadaan fluiditas aslinya.
Pada keadaaan istirahat, partikel-partikel tersebuat tersususn rapat dengan volume antar
partikel pada keadaan minimum. Tetapi jumlah pembawa dalam suspensi ini cukup untuk
mengisi volume ini dan membentuk ikatan lalu memudahkan partikel-partikel bergerak dari
suatu tempat ke tempat lainnya pada rate of shear yang rendah. Pada saat shear
stress meningkat, bulk dari system itu mengembang atau memuai (dilate). Hal itu
menyebabkan volume antar partikel menjadi meningkat dan jumlah pembawa yang ada tidak
cukup memenuhi ruang kosong tersebut. Oleh karena itu hambatan aliran meningkat karena
partikel-partikel tersebut tidak dibasahi atau dilumasi dengan sempurna lagi oleh pembawa.
Akhirnya suspense menjadi pasta yang kaku.
Sistem disebut geser kental (shear-thickening) system. Istilah dilatan dikaitkan dengan
meningkatnya volume. Dimiliki oleh suspensi yang berkonsentrasi tinggi (>50%) dari
partikel yang terdeflokulasi. Viskositas meningkat dengan bertambahnya rate of shear.
Mekanisme:
· Pada keadaan diam partikel-partikel tersusun rapat dengan volume antar partikel kecil.
· Pada saat shearing stress meningkat bulk dari system memuaiàmeningkatkan volume
kosongà hambatan aliran menigkat (tidak dibasahi)àterbentuk pasta kaku.
2. Cairan yang sifat alirannya dipengeruhi oleh waktu
a. Aliran tiksotropik
Pada sistem plastik, pseudoplastik, dan dilatan ketika shearing stress yang sebelumnya
dinaikkan, diturunkan kembali maka kurva ke bawah akan terhimpit dengan kurva ke bawah.
Bila kurva turun ternyata berada sebelah kiri kurva menaik àthiksotropi. Celah antara kurava
naik dan kurva turun disebut‘hysteresis loop’. Thiksotropi terjadi karena proses pemulihan
yang lambat dari konsistensi. Gel à Sol à Gel (proses pertama berlangsung cepat sedangkan
proses kedua berlangsung lebih lambat).
Sedangkan Anti tiksotropik, kurva menurun berada di kanan kurva menaik (konsistensi
meningkat). Contohnya : magma magnesia.
b. Aliran rheopeksi
Suatu gejala dimana suatu sol lebih cepat menjadi gel bila diaduk perlahan-lahan
daripada dibiarkan membentuk gel tanpa pengadukan. Viskositas gesermeningkat pada laju
geser konstan dengan waktu geser meningkat. Rheopexydapat misalnya terlihat
dengan plastisols PVC. Mereka digunakan untuk perlindungan korosi pada logam.
Jikalaju pelapisan meningkat bahanmenjadi lebih tebal mengalir. CairanRheopex ditandaiden
gan pembentukan struktur bertahap di bawah regangan geser. Selain sifat kental seseorang
dapat mengamati terjadinya elastisitas (1 dan 2normal stres perbedaan) bertindak tegak lurus
dengan arah aliran. Kombinasi dari perilaku elastis dan viskos mengarah
pada deskripsi cairan viskoelastik.Solusi polimer, dan baru-
baru juga biopolimer menunjukkan molekul-struktursifat viskoelastik tergantung dari jenis
ini bertemu dengan semakin banyakteknologi yang diharapkan, misalnya dalam produksi cat
dan coating, makanan,kosmetik, dan farmasi.
c. Aliran viskoelastis
3. Temperatur
Dengan mengikuti persamaan Arrhenius
Tiksotropik bisa didefinisikan sebagai suatu pemulihan yang isoterm dan lambat pada
pendiaman suatu bahan yang kehilangan konsistensinya karena sharing. Ini
menunjukkan struktur yang tidak berbentuk kembali dengan segera jika strees tersebut
dihilangkan atau dikurangi.
Tiksotropi adalah suatu sifat yang diinginkan dalam suatu farmasetis cair yang
idealnya harus mempunyai konsistensi tinggi dalam wadah, namun dapat dituang dan
tersebar mudah. Sebagai contoh, suspensi tiksotropi yang diformulasi dengan baik
tidak akan mengendap dengan segera dalam wadahnya, akan menjadi cair bila
dikocok, dan akan tinggal cukup lama selama ia digunakan. Akhirnya, suspensi
tersebut akan memeperoleh kembali konsistensinya dengan cepat sehingga partikel-
partikel tetap berda dalam keadaan tersuspensi. Dilihat dari kestabilan suspensi ada
hubungan antara derajat tiksotropi dengan laju sedimentasi. Makin tinggi tiksotropi
akan makin rendah laju pengendapannya.
2. Anti-Tiksotropi
Rheopeksi adalah suatu gejala dimana suatu sol membentuk suatu gel lebih cepat jika
diaduk perlahan-lahan atau kalau di share daripada jika dibiarkan membentuk gel tersebut
tanpa pengadukan. Dalam suatu titik reopektis, gel tersebut merupakan bentuk
keseimbangan sedangkan dalam anti-tiksotropi keadaan keseimbangan adalah sol.
Para ahli farmasi lebih sering berhubungan dengan zat-zat yang tidak menganut
hukum newton. Zat bukan newton adalah zat yang tidak mengikuti persamaan alir newton,
seperti system dispersi heterogen cair dan padat contohnya larutan koloidal, emulsi, suspensi,
emulsi, salep dan produk yang serupa. Bila bahan non newton ini dianalisa di viskometer
berputar dan dibuat grafiknya, maka akan terlihat tiga kelas aliran yang telah dikenal, yaitu :
plastis, pseudoplastis, dan dilatan.
2.4. PSIKORHEOLOGI
Selain sifat farmasetik dan farmakologis yang diinginkan, suatu sediaan terutama
semisolid dan liquid harus mencapai persaratan rasa, daya sebar, warna, bau dan sifat-
sifaf psikologis dan sensori lain. Selain untuk bidang farmasi Psikorheoligi juga
diterapkan diindustri pangan (keju, coklat, mayonnaise, dsb), dengan tujuan guna
mendapatkan konsistensi yang tepat selama pembuatan, pengemasan dan penggunaan
akhir.
• Sedian farmasi
Topikal : hrs mencapai persyaratan daya sebar, bau, kelembutan, shg
menyenangkan jika digunakan oleh konsumen.
Makanan
Pd produksi keju, coklat, mayonnaise, dan adonan roti agar didapat konsistensi yg
tepat selama pembuatan, pengemasan sampai penggunaan pada konsumen.
• Kosmetik
Produk dermatologis hrs terasa lembut dikulit, aroma, dan warna yg menyenangkan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Rheologi berasal dari bahasa yunani mengalir (rheo) dan logos (ilmu). Digunakan
istilah ini untuk pertama kali oleh Bingham dan Croeford untuk menggunakan aliran cairan
dan deformasi dari padatan.
2. Secara umum terdapat dua jenis sifat aliran bahan, yaitu newton dan non-newton
3. sistem aliran non-newton dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan grafik sifat
aliran cairannya yaitu sifat aliran yang tidak dipengaruhi waktu dan sifat aliran yang
dipengaruhi oleh waktu
4. penerapan rheologi dalam farmasi dapat diterangkan sebagai berikut
a. Pencampuran : Pengurangan ukuran partikel dari sistem sistem dispersi dengan shear,
Pelewatan melalui mulut, penuangan, pengemasan dalam botol, pelewatan melalui jarum
suntik, Perpindahan cairan, Stabilitas fisik sistem dispersi
b. Semi solid diterapkan pada : Penyebaran dan pelekatan pada kulit, Pemindahan dari
wadah/tube, Kemampuan zat padat untuk bercampur dengan cairan-cairan, Pelepasan obat
dari basisnya,
c. Padatan diterapkan pada : Aliran serbuk dari corong ke lubang cetakan tablet/kapsul,
Pengemasan serbuk/granul,
d. Pemprosesan diterapkan pada :Kapasitas produksi alat, Efisiensi pemrosesan
B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami
sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun agar dalam pembuatan
makalah selanjutnya bias lebih baik lagi, atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
Lachman, dkk. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri I Edisi III. Jakarta: Universitas
Indonesia press
Martin Alfred.1983. Farmasi Fisik Edisi III Jilid I. Jakarta. UI Press
Martin Alfred.1983. Farmasi Fisik Edisi III Jilid II. Jakarta. UI Press
Voight. 1951. Tekhnologi Farmasi. Jakarta. UI Press
Voight, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University
press