PENDAHULUAN
kepentingan umum
2009 : Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual,
maupun sosial yang memengkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara
orang untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu
1
Pekerjaan kefarmasian menurut PP RI nomor 51 Tahun 2009 :
atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter,
pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat
tradisionsal.
2
1.3. Tujuan
3
BAB II
ISI
TENTANG
PEKERJAAN KEFARMASIAN
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
kosmetika.
Kefarmasian.
4
Farmasi denganmaksud mencapai hasil yang pasti untuk
kosmetika.
Farmasi.
praktek bersama.
5
12. Pedagang Besar Farmasi adalah perusahaan berbentuk badan
14. Toko Obat adalah sarana yang memiliki izin untuk menyimpan
eceran.
ada di Indonesia.
Apoteker di Indonesia.
yang telahdiregistrasi.
6
21. Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian selanjutnya
diregistrasi.
23. Surat Izin Kerja selanjutnya disingkat SIK adalah surat izin yang
bidang kesehatan.
Pasal 4
7
a. memberikan perlindungan kepada pasien danmasyarakat dalam
kefarmasian;
undangan;dan
Tenaga Kefarmasian.
BAB II
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 5
Farmasi; dan
Bagian Kedua
8
Sediaan Farmasi
Pasal 6
farmasi.
Farmasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3)
Bagian Ketiga
Sediaan Farmasi
Pasal 7
Kefarmasian.
9
Pasal 8
industri bahan baku obat, industri obat tradisional, dan pabrik kosmetika.
Pasal 9
jawab.
Peraturan Menteri.
Pasal 10
Pasal 11
Prosedur Operasional.
10
ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang farmasi dan sesuai
Pasal 12
Farmasi wajib dicatat oleh Tenaga Kefarmasian sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
Pasal 13
Bagian Keempat
Pasal 14
Teknis Kefarmasian.
Farmasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur
11
dengan Peraturan Menteri.
Pasal 15
Menteri.
Pasal 16
Operasional.
Pasal 17
Pasal 18
12
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang distribusi
atau penyaluran.
Bagian Kelima
Pelayanan Kefarmasian
Pasal 19
a. Apotek;
c. Puskesmas;
d. Klinik;
f. Praktek bersama
Pasal 20
Pasal 21
kefarmasian.
13
3. Dalam hal di daerah terpencil tidak terdapat Apoteker, Menteri
pasien.
Pasal 22
Dalam hal di daerah terpencil yang tidak ada apotek, dokter atau dokter
Pasal 23
Operasional.
14
peraturan perundang-undangan.
Pasal 24
peraturan perundang-undangan.
Pasal 25
peraturan perundang-undangan.
Pasal 26
15
yang memiliki STRTTK sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Pasal 27
Pasal 28
Pasal 29
16
BAB III
TENAGA KEFARMASIAN
Pasal 33
a. Apoteker; dan
Pasal 34
pengawasan mutu;
17
atau praktek bersama
Menteri.
Pasal 35
kefarmasian.
Pasal 36
18
b. kemampuan profesi dalam mengaplikasikan Pekerjaan
Kefarmasian.
Pasal 37
melakukan registrasi.
Kefarmasian.
19
Pasal 38
pendidikan.
perundang-undangan.
dimaksud pada ayat (2), peserta didik yang telah memiliki ijazah
Pasal 39
diperuntukkan bagi:
20
Pasal 40
sumpah/janji Apoteker;
etika profesi.
Pasal 41
Pasal 42
adaptasi pendidikan.
b. STRA Khusus
21
institusi pendidikan Apoteker di Indonesia yang terakreditasi.
Pasal 43
kepada:
kompetensi profesi;
profesi dan telah memiliki izin tinggal tetap untuk bekerja sesuai
Indonesia;
22
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
Pasal 44
STRA Khusus sebagaimana dimaksud pada Pasal 42 ayat (2) huruf b dapat
diberikan kepada Apoteker warga negara asing lulusan luar negeri dengan
syarat:
Pasal 45
Indonesia.
Pasal 46
23
ketentuanperpanjangan registrasi bagi Apoteker sebagaimana dimaksud
Pasal 47
Pasal 48
Pasal 49
24
bersangkutan atau tidak memenuhipersyaratan untuk diperpanjang;
Pasal 50
dimilikinya.
Peraturan Menteri.
Pasal 51
STRA.
25
3. Dalam melaksanakan tugas Pelayanan Kefarmasian sebagaimana
Pasal 52
rumah sakit;
Pasal 53
26
(1) dikeluarkan berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh
Menteri.
Pasal 54
Pasal 55
27
pembuatan jamu palsu yang mengandung bahan kimia obat di Desa
edar, mesin produksi dan bahan baku yang digunakan. Hasil yang
didapat nomor registrasi jamu ini palsu dan terdapat obat kimia seperti
Amoxicillin.
Kefarmasian
Pasal 3
kemanfaatan ".
Pasal 7
Pasal 9
28
sebagai penanggung jawab "
Pasal 106
Pasal 108
peraturan perundang – undangan ”
Konsumen
Pasal 4
29
Pasal 3
menteri"
Pasal 9
Pasal 39
2. Pembahasan
dan Permenkes.
30
tradisional , UU No. 36 tahun 2009 dan PP No. 51 tahun 2009.
3. Sanksi
Pasal 197
31
sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 dipidana dengan
banyak Rp 2.000.000
4. Solusi
dikonsumsi
32
impor yang harus diawasi secara berkesinambungan
33
harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki
peraturan undang-undang ”
Kesehatan
Pasal 57
undangan ”
Pasal 98
34
farmasi yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah”.
Pasal 25
undangan.
Tentang Narkotika
Pasal 1
Pasal 11
35
tertentu yang telah memiliki izin sesuai dengan
Makanan
Pasal 12
dan teknologi.
Pasal 14
36
berada dalam penguasaannya
Pasal 36
Menteri
Pasal 38
Pasal 43
berdasarkan resep
Pasal 52
Peraturan Pemerintah ”
Pasal 64
37
yang selanjutnya disingkat BNN.”
Psikotropika
Pasal 5
Pasal 9
kesehatan.
Pasal 10
pengangkutan psikotropika”
Pasal 12
38
Pasal 14
pengguna/pasien.
2. Pembahasan
BAB III
39
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kefarmasian.
Sediaan Farmasi
3.2. Saran
40
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya
membangun agar dalam pembuatan makalah selanjutnya bisa lebih baik
lagi, atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
41
Depkes RI, 2009, Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan
42
1. Apa perbedaan STRA dan STRA khusus ? (Muhammad Haikal)
Stra adalah bukti tertulis yang diberikan oleh menteri kepada apoteker
Farmasi Nasional)
lembar).
43
kefarmasian di Indonesia.
2) STRA KHUSUS
dari 1 tahun
Kab/Kota
apotek apotek yg pelayanan informasi obat nya dilakukan oleh ttk atau
44
Pada pasal 51 dikatakan bahwa yang melakukan pelayana
kasus seperti ini akan ada sanksi hukum nya yg diatur dalam
Mutiara)
adaptasi pendidikan.
45
melamar pekerjaan, dimana bisa mahasiswa S1 farmasi akan mengurus
lembar .
46
mengaktifkannya kembali ? (Izra Aulia Putri)
KEFARMASIAN:
dicabut karena:
harus melampirkan:
47
berlaku;
48