Anda di halaman 1dari 14

INJEKSI VOLUME BESAR

Larutan intravena volume besar adalah injeksi dosis tunggal untuk intra dikemas didalam
wadah bertanda bervolume lebih dari 100 ml. (FI IV hal 10).

KEUNTUNGAN : (Ansel hal 399)


1. Kerja obat cepat seperti keadaan gawat
2. Bila penderita tidak dapat diajak bekerja sama dengan baik, tidak sadar, tidak dapat
atau tidak tahan menerima pengobatan melalui mulut/oral.
3. Atau obat itu sendiri tidak aktif dengan cara pemberian lain.

KELEMAHAN : (Ansel hal 401)


1. Sekali dapat diberikan lewat iv, maka obat tersebbut tidak bisa ditarik iagi.
2. Trombus dan embolus tetap timbul akibat jarum suntik dan keteter.

ALASAN PEMILIHAN BENTUK SEDIAAN ( Ansel)


Bentuk suatu obat dibuat sebagai obat suntik tergantung pada sifat obat itu sendiri dengan
mempertimbangkan sifat kimia fisika dan juga pertimbangan terapeutik tertentu.

HAL-HAL KHUSUS YANG HARUS DIPERHATIKAN (FI IV dan Ansel 406)


Bila dalam monografi tertera berbagai zat aktif dalam sediaan parenteral volume besar,
maka kadar masing-masing komponen disebut dengan nama umum.. Misalnya : Injeksi
dekstrosa 5 % atau Injeksi dekstrosa 5% dan natrium klorida (0.2%).
Bila formula lengkap tidak tertera dalam masing-masing monografi, penandaan
mencakup informasi berikut :
1. Untuk sediaan cair, persentase isi atau jumlah tiap komponen dalam volume tertentu,
kecuali bahan yang ditambahkan untuk penyesuaian pH atau untuk membuat larutan
isotonik, dapat dinyatakan dengan nama dan efek bahan tersebut.
2. Sediaan kering atau ediaan yang memerlukan pengenceran sebelum digunakan,
jumlah tiap komponen komposisi pengencer yang dianjurkan, jumlah yang diperlukan
untuk mendapatkan konsentrasi tertentu zat aktif dan volume akhir larutan yang
diperoleh, uraian singkat pemerian larutan terkonstitusi dan tanggal kadaluarsa yaitu
batas waktu larutan terkonstitusi masih memenuhi syarat potensi seperti tertera pada
etiket bila disimpan seperti yang dianjurkan.
Wadah untuk injeksi yang akan digunakan untuk dialisis, hemofiltrasi atau cairan irigasi
dan volume lebih dari 1 liter, diberi penandaan bahwa sediaan tidak digunakan untuk infus
intravena. Injeksi yang digunakan untuk hewan ditandai untuk menyatakan khasiatnya.
Pemberian etiket pada wadah sedemikian rupas ehingga sebagian wadah tidak tertutup
oleh etiket, untuk mempermudah pemeriksaan isi secara visual. Larutan dan suspensi untuk
obat suntik dibuat dengan cara yang hampir sama dengan larutan oral dan suspensi oral,
dengan perbedaan sebagai berikut :
1. Pelarut atau pembawa ynag digunakan harus memenuhi standar-standar lain
yang menjamin keamanan obat suntik.
2. Penggunaan zat-zat penambah sebagai dapar. penstabil dan pengawet anti mikroba,
mengikuti petunjuk-petunjuk khusus penggunaan dan dilarang pada produk parenteral
tertentu. Penggunaan zat wama dilarang keras.
3. Produk parenteral selalu disterilkan dan memenuhi standar sterilitas dan harus bebas
pirogen.
4. Larutan parenteral harus bebas dari partikel-partikel.
5. Produk parenteral harus dibuat dalam daerah lingkungan yang
diawasi,memenuhi standar sanitasi yang ketat dan oleh pekerja yang khusus dilatih dan
memakai pakaian khusus untuk mempertahankan standar sanitasi.
6. Produk-produk parenteral dikemas dalam wadah khusus yang kedap udara yang tinggi
kualitasnya dan spesifik. Cara-cara khusus pengawasan kualitas digunakan untuk
menjamin tutup/segel kedap udara dan kondisi steril.
7. Setiap wadah obat suntik diisi sampai volume yang sedikit melebihi ukuran atau volume
yang tertera di etiket agar ada yang tertinggal. Kelebihan ini memungkinkan kemudahan
dalam pengambilan kembali dan pemberian volume sesuai dengan yang dietiket.
8. Ada pembatasan-pembatasan dalam melebihkan volume obat suntik
yang diperbolehkan dalam wadah dosis berganda dan juga pembatasan-pembatasan
untuk jenis wadah (dosis tunggal atau berganda) yang dapat digunakan untuk obat
suntik tertentu.
9. Peraturan-peraturan khusus pemberian etiket yang digunakan untuk obat suntik.
10. Bubuk steril yang dimaksudkan untuk dijadikan larutan atau suspensi segera sebelum
disuntikkan, sering dikemas sebagai bubuk hasil liofilisasi atau pengeringan dingin untuk
memungkinkan pembentukan larutan atau suspensi dengan mudah pada waktu diberi
pelarut atau pembawa.
FORMULASI
Komposisi
R/ Zat aktif
Zat pembawa
Zat tambahan

Bahan penambah konsentrasi lazim

(dalam %)
Pengawat antimikroba
Benzil alkohol 0,5-10,0
Benzetonium klorida 0,01
Butil paraben 0,015
Metoksazol 0,25-05
Klorobutanol 0,1-0,25
Meiil paraben 0,01-0,18
Miristilgamma pikolinum klorida 0,17
Fenol 0,065-0,5

Fenil Merkuri nitrat 0,001

Propil paraben 0,005-0,35

Timerosal 0,001-0,02

Zat penglarut, pembasah atau zat pengemulsi


Dimetil asetamida 0,01
Dioktil natrium sulfoksinat 0,05
Kuning telur fosfolipid 1,2
Etil alkohol 0,61-49,0
Etil laktat 0,1
Gliserin 14,6-25,0
Lesitin 0,5-2,3
PEG 40 minyak jarak 7,0-11,5
Polietilen glikol 300 0,01-50,0
Polisorbat 20 0,01
Polisorbat 40
Polisorbat 80
Povidon
Propilen glikol
Natrium disoksikolai
Sorbitan monopalmitat 0,05
Teofilin 5,0

Dapar

Asam asetat 0.22

Asam adipat 1,0

Asam benzoat dan Na benzoat 5,0

Asam sitrat 0,5

Asam laktat 0,1

Asam maleat 1,6

Kalium fosfat 0,1

Natrium dihidrogen fosfat 1,7


Natrium hidrogen fosfat 0,71

Natrium asetat 0,8

Natrium bikarbonat 0,005


Natrium karbonat 0,06
Natium sitrat 4,0
Natrium tartrat 1,2
Asam tartrat 0,65

Zat pembuat bulk atau pemodifikasi tonisistas

Gliserin 1,6-2,,25

Laktosa 0,14-5,0
Manitol 0,4-2,5
Dekstrosa 3,75-5,0
Natrium klorida bervariasi
Sorbitol 2,0
Natrium sulfat 1,1

Zat pengsuspensi
Gelatin 2.0
Matil selulosa 0.03-1.05
Pektin 0.2
Polietilen glikol 4000 2.7-3.0
Natrium karboksimctil selulosa 0,05-0,75
Larutan sorbitol 50.0

Zat pembentuk kelat


Dinatrium edetat 0,00368-0,05
Kalsium dinatrium edetat 0,04
Tetranatrium edetat 0,01

Anastetik lokal
Prokain HCI 2.0
Benzil A 5

Penstabil
Kreatinin 0,5-0,8
Glisin 1,5-2,25
Niasinamida 1.25-2,5
Natrium asetiltriptofanat 0,53
Natrium kaprilat 0,4
Natrium sakarin 0,03

Antioksidan (zat pereduksi)


Asam askorbat 0,02-0,1
Natrium bisulfit 0,1-0,15
Natrium metabisulfat 0,1-0,15
Natrium formaldehida sulfoksilat 0,1-0,15
Tiourea 0,005

Anti oksidan (zat pemblokir)


Ester asam askorbat 0,01-0,015
Butil hidroksitoluen (BHT) 0.005-0.02
Tokoferol 0.05-0.075

Sinergis
Asam askorbat 0,01-0,05
Asam sitrat 0,005-0,01
Asam sitrakonat 0,03-0,45

Asam fosfat 0,005-0,01


Asam tartrat 0,01-0,02

Zat pembentuk kelat


Garam asam etilendiamintetraasetat 0,01-0,075

FORMULA STANDAR (Fornas ed II)


1. Glucosi Natrii Chloridi Injectio I (Fornas hal 139) (Injeksi Glukosa natrium Klorida I)
komposisi : Tiap 500 ml mengandung
Glucosum : 25 g
Natrii Chloridum : 2,25 g
Aqua pro injectione ad 500 ml
Penyimpanan : Dalam wadah dosis tunggal, ditempat sejuk
Dosis iv sehari 11
Catatan :
1. pH 3,5 sampai 6,5
2. tidak boleh mengandung bakterisida.
3. mengandung ion klorida dan ion natrium masing-masing 77 mEq per liter
4. disterilkan dengan cara sterilisasi A atau C
5. bebas pirogen
6. pada etiket harus juga tertera : Banyaknya ion kalium dan ion natrium masing-
masing dalam mEq per liter
2. Orthosiponis Infusum (fomas hal 220)
(Infus Kumis kucing)
Komposisi : Tiap 100 g mengandung
Orthosiphonis Folium 500 mg
Aqua destilata ad 100 g
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Dosis : 2 sampai 4 kali sehari 15 ml
Catatan :
1. Digunakan Metil Paraben sebagai pengawet
2. Sediaan berkekuatan lain 5 g
3.
ALASAN PENGAMBILAN BAHAN (Lachman hal 1292)
1. Pembawa
Yang paling sering digunakan untuk produk steril adalah air, karena air merupakan
pembawa untuk semua cairan tubuh.
2. Zat anti bakteri/pengawet
Zat anti bakteri dalam konsentrasi bakteriostatik harus dimasukkan dalam formulasi
produk yang dikemas dalam vial dosis ganda dan seringkali dimasukkan dalam formulasi
yang akan disterilkan dengaproduk marginal atau dibuat secara aseptis.
3. Anti oksidan
Melindungi suatu zat teurapetis yang mudah mengalami oksidasi, terutama pada kondisi
dipercepat dengan sterilisasi panas
4. Dapar
Ditambahkan untuk menjaga pH yang diisyaratkan untuk banyak produk, karena
perubahan pH bisa menyebabkan perubahan nyata dalam laju reaksi
penguraian/menjamin stabilitas sediaan parenteral
5. Andil tonisitas
 Senyawa yang membantu ke isotonisitas suatu produk yang berguna untuk
mengurangi sakit pada daerah injeksi yang berakhir ke saraf. Dapar bisa bertindak
sebagai pembantu tonisistas serta penstabil pH larutan.
 Mencegah terjadinya hemolisa sel darah akibat perbedaan tekanan yang antara
dinding darah dengan tekanan dari sediaan disuntikkan, khususnya pada infus
(volume besar)
 Mengatasi perangsangan padas selaput otak akibat rute intra lumbar.

Cara perhitungan tonisitas


a. Metoda turunnya titik beku
0,52 − 𝑎
𝑤=
𝑏
W = jumlah (g) bahan pembantu isotoni dalam 100 ml larutan
a = turunnya titik beku air akibat zat terlarut, dihitung dengan memperbanyak nilai untuk
larutan 1% b/v
b = turunnya titik beku air yang dihasilkan olh 1% b/v bahan pembantu isotoni jika
konsentrasi tidak dinyatakan, a=0 (tidak ditambahkan pengisotonis)

b. Metoda ekivalensi NaCl


𝐿
𝐸 = 17
𝑀

Keterangan :
E = ekivalensi Naci
L = turunnya titilk beku molal
M= berat molekul zat

c. Metoda Liso
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑥1000
∆𝑇𝑓 = 𝐿𝑖𝑠𝑜 x
𝐵𝑀𝑥𝑉
Keterangan :

∆𝑇𝑓 =: Penurunan titi beku


Liso = harga tetapan; non elektrolit = 1.86; elektrolit lemah = 2:
uni univalen =3,4
BM = berat molekul
V = Volume
Berat = dalam gram zat terlarut

CARA KERJA DAN EVALUASI


1. Siapkan kondisi ruang produksi pada white area/kelas II, syarat CPOB 2001 lampiran
3.10a hal 60)
jumlah cemaran partikel/m3 0,5 um max sebanyak 350 ribu, cemaran partikel/m3>5 µm
max sebanyak 2 ribu, jumlah cemaran mikroba/m3 max sebanyak 100, efisiensi saringan
99,995%, pertukaran udara >20 kali/jam temperatur 16-25°C, humadity 45-55%.
2. Bila produksi untuk sediaan sterl yang tak dapat disterilisasi akhir, maka dikerjakan di
white areal kelas IA (daerah kritis dibawah Laminar Air Flow), syarat (CPOB 2001
lampiran 3.10a hal 60).
Jumlah cemaran partikel/m3 20,5 um max sebanyak 3500, cemaran partikel/m3 >5 um
(nihil), jumlah cemaran mikroba/m max sebanyak <1, efisiensi saringan 99,997%,
pertukaran udara 20-40 kali/jam, temperatur 16 25°C, humadity 45-55%.
3. Bila akan mengerjakan produk di ruang white area/kelas IA (daerah kritis dibawah
Laminae Air Flow), maka harus melewati dulu buffer area daerah kritis (white are 1 kelas
IB), syarat (CPOB 2001 lampiran 3.10a hal 60): Jumlah cemaran partikel/m3 0,5 um max
sebanyak 3500, cemaran partikel/m3 >5 um (nihil), jumlah cemaran mikroba/m3 max
sebanyak 5, efisiensi saringan 99,997%, pertukaran udara 20-40 kali/jam, temperatur
16 -25°C, humadity 45-55%.
4. Siapkan peralatan. Alat sudah dibersihkan dengan aqua, typol 0.1%. EtOH 75% dan
terakhir aqua kembali. Beri label "telah dibersihkan". Set peralatan sesuai dengan
master formula untuk produk yang akan di produksi. Beri label “siap digunakan".
5. Alat disterilkan secara sterilisasi desinfeksi permukaan dengan menggunakan larutan
2% gerinisida fenolik untuk lantai dan dinding. ammonium kuartener 1:1000 atau larutan
1-2% germisida fenolik untuk permukaan keras dan licin. Untuk alat dengan permukaan
logam tambahkan 0.2% Natrium nitrit dalam larutan ammonium kuartener dan 0,5%
Natrium bikarbonat kedalam germisida fenolik untuk mencegah timbulnya karat
(Lachman hal 1287).
6. Karet seal penutup infus, logam ataupun seal plastik disterilisasi decara sterilisasi gas
menggunakan gas etilen oksida dalam ruangan dengan kelembaban 98% selama 60
menit dan sebelumnya telah dipanaskan 55°C (131°F) dan vakum awal kira-kira 27 inchi
Hg. Konsentrasi etilen oksida 450 mg/L dengan tekanan 28 psig dan waktu pemaparan
minimum 6 jam (Lachman hal 1283-1284).
7. Ruangan (lantai dan dinding) secara sterilisasi desinfeksi permukaan disterilkan dengan
menggunakan larutan 2% germisida fenolik untuk lantai dan dinding, ammonium
kuartener 1:1000 atau larutan 1-2% germisida fenolik untuk permukaan keras dan licin
(Lachman hal 1287).
8. Cuci tangan dengan menggunakan cairan antiseptik khusus, keringkan lalu mengganti
pakaian rumah dengan pakaian khusus produksi, kenakan tutup kepala, sarung tangan
dan masker.
9. Sebelum memasuki White area (kelas II), maka karyawan diruang ganti pakaian grey
area, harus melepaskan pakaian grey area dan mengganti dengan pakaian dari bahan
dacron, sarung tangan, masker dan sepatu steril khusus white area. Masuk keruang
while area dengan cara yang sama dengan grey area, lalu di air lock akan disemprot
(sterilisasi gas) dengan menggunakan etilen oksida.(Lachman hal 1332-1336)
10. Botol infus dicuci dengan Na pyrofosfat 0,5% dengan mesin cuci otomatis. Cuci dan
bilas dengan aqua demineralisata, keringkan dalam tunel dryer suhu 60 °C selama 2
jam. Dinginkan pada suhu kamar selama 1 jam. Sterilisasi secara pemanasan. Bawa ke
ruang produksi melalui Air Lock khusus bahan kemasan primer.
11. Botol infus tahan pemanasan, disterilkan secara pemanasan kering di oven suhu 180°C
(356°F) selanıd - jam atau suhu 260°C (500°F) selama 45 menit. (Lachman hal 1263).
12. Bahan baku diambil dari gudang bahan baku. Kirim keruang penimbangan (kelas III)
melalui Air Lock Timbang sesuai master formula. Penting diingat : bahawa yang harus
ditimbang terlebih dahulu adalah zat yang lebih stabil dan tidsak mudah menguap.
13. Air untuk inieksi dibuat dengan sistem reverse osmosis dengan tekanan 200 -400 psi.
Membran filter dari ester selulosa atau poliamida ukuran 0,3 mcm, efektif menahan
semua makromolekul, maka air untuk injeksi langsung bebas pirogen. Air disimpan dan
disalurkan dalam sistem pipa khusus dengan disain yang memungkinkan tidak adanya
genangan air (air terus mengalir) dengan memperytahankan suhu air 85°C dengan cara
pipa diselubungi pipa khusus uap panas.
14. Bahan kemas sekunder diambil dari gudang bahan kemas sesuai master formula/CPB
produk yang akan diproduksi. Kirim ke ruang packing sekunder (Black area). Cetak no
batchnya dan tanggal ED sesuai master formula.

15. Bahan-bahan yang tidak memenuhi spesifikasi atau tidak lulus QC harus di tolak atau
dirusak dan dikembalikan ke suplier sesuai perjanjian.
16. Di ruang produksi (white area) :
a. zat aktif larut air (g) dan water pro injection (ml) di masukkan ke dalam mixing tank
50 1, aduk 100 rpm selama 30 menit akirkan ke mixing tank 100 1.
b. NaCl / pengisotonis yang sudah ditambahkan water pro injection (ml) dimasukkan
ke mixing tank 50 I, aduk 100 rpm, 30 menit. Alirkan ke mixing tank 100 1.
c. Tambah pengisohidris (HCI atau NaOH) (m!) (telah dikalibrasi oleh bagian R&D)
dan aqua pro inction ad 100 I (ad tanda pada dinding dalam mixing tank), aduk
1500 rpm selama 1 jam
d. Untuk pembebasan pirogen. Filtrasi larutan pada membrane penyaring dengan
jalan pengaliran melalui pipa pada suhu 85°C dengan ukuran membrane 0,1 mcg
dari bahan ester selulosa alirkan langsung ke storage tank melalui vakum. Beri
label "Quarantine). (Lachman hal 1296.1277 dan 1337).
17. Evaluasi/pemeriksaan IPC :
a. tingkat keasaman /pH (FI IV <1071> hal 1039)
b. kadar (sesuai monografi zat aktif).
18. Bila telah lulus oleh QC, produk ruahan pada storage tank divakum dan dilakukan
pengisian dengan one line filling machine. Dimana pengisian infus, penutupan (sealing)
botol infus, labelling dan filtrasi dilakukan dalam 1 jalur.
19. Tiap 15 menit selama proses pengisian dan sterilisasi, operator akan melakukan IPC:
a. keseragaman volume (FI ed IV hal 1044)
b. kelengkapan register, batch dan ED
20. Sterilisasi produk akhir dilakukan secara sterilisasi uv dari lampu kabut merkuri yang
dipancarkan secara khusus pada panjang gelombang 2537 Å dengan intensitas radiasi
20 mikrowatt tiap cm dengan waktu pemaparan 1100 detik untuk membunuh spora
Bacillus subtilis dan 275 detik untuk membunuh S. hemolyticus. (Lachman hal 1272-
1273).
21. Selesai pengisian dan sterilisasi produk yang sudah disusun pada rak
khusus dikarantina, beri label “Quarantine" lalu lakukan IPC:

a. Sterilitas (FI ed IV)

b. Uji kebocoran (FI ed IV)

c. Uji kebocoran (TS hal 642)

d. Uji kejernihan dan warna (TS hal 642)

e. Uji keseragaman bobot ( FI ed III hal 19)

f. Bahan partikulat dalam injeksi (ELIV <1131> hal 1044)


22. Bila lulus uji, produk yang tersusun pada rak khusus dikirim ke packing sekunder. Botol
infus dimasukkan ke inner box, lalu masukkan ke outer box (dus/karton). Beri no
register, batch dan ED pada outer box. Checking akhir.
23. Bagian QC akan mengambil retain sample sebanyak 2 botol infus, kirim produk ke
gudang produk jadi. Lakukan serah terima dari bagian produksi ke bagian logistic.

ASPEK KEFARMASIAN
Aspek Industri
a. Perencanaan
Perencanaan produk biasanya diusulkan terlebih dahulu oleh bagian Business
Development yang merupakan bagian dari New Product Development (NPD),
berdasarkan pada permintaan pasar dan data dari bagian pemasaran. Setelah usulan
disepakati oleh General Manufacturing, usulan akan menyebar ke bagian NPD,
diteruskan ke bagian Business Development lalu dilakukan sourching bahan baku
setelah itu baru di registrasi.
b. Produksi
Sediaan akan di produksi berdasarkan Bulk Production Order/packaging order
yang dilakukan oleh product development. Setelah melewati batch III, maka baru
sediaan akn diproduksi secara besar-besaran oleh departemen produksi. Secara
c. Penyimpanan dan pemasaran Obat jadi/produk disimpan di bagian PPIC (Production
Planning and Inventory Control) atau yang disebut dengan bagian pergudangan dengan
sisten FIFO (First In First Out). Bila ada permintaan dari bagian marketing, bagian PPIC
harus bisa mengerti berapa banyak produk yang harus dijual berdasarkan karakter
penjualan

Aspek Rumah Sakit


a. Pengadaan obat didasarkan pada perencanaan yang diusulkan oleh Instalasi Farmasi
kepada direktur Rumah Sakit. Pelaksanaan selanjutnya diserahkan kepada panitia
pengadaan kepada PBF
b. Penerimaan dan Penyimpanan
Obat diterima oleh panitia Komite Farmasi dan Terapi kemudian disimpan di gudang
c. Pengeluaran dilakukan melalui amprak kepada apotek-apotek yang
berada dilingkungan/dalam Rumah sakit seperti apotek umum, Apotek Interne,
dan sebagainya
Aspek apotek
a. Pengadaan obat dilakukan melalui pemesanan le PBF, surat
pemesanan ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan nama dan nomor SIK
b. Penerimaan dan penyimpanan
Apotek menerima barang berdasarkan surat pesanan disertai dengan faktur dan
tanda terima dari PBF. Barang diterima dan dicatat dalam buku catatan penerimaan
barang serta kartu stok harian dan gudang. Obat disimpan dan disusun dalam
lemari berdasarkan abjad dan FIFO
c. Penjumlahan dan penyerahan kepada pasien
Obat ini tidak dapat dibeli tanpa resep dokter. Untuk menyerahkan obat kepada
pasien harus diberikan informasi dan konseling tentang obat
Aspek Undang-Undang
Berdasarkan SK Menkes No ......../Menkes/SK/ /
Dinyatakan bahwa .............(zat aktif) termasuk dalam daftar obat .......
yang diberi logo .......
BROSUR

Nama Obat

Komposisi :
Indikasi :
Kontra Insikasi :
Efek Samping :
Aturan Pakai :
Penyimpanan :
Kemasan :
Peringatan :

Harus dengan R/Dokter

No reg : DTL abcdefgh24 A1


Diproduksi Oleh
Nama dan Lambang Pabrik

Keterangan :

Ab = tahun periode obat yang didaftarkan dan disetujui


Cde = no urut pabrik
Cde = no item/no urut obat di pabrik
24 = bentuk sediaan

A = dosis
ETIKET

Nama Obat

LOGO

Komposisi :
Indikasi :
Kontra Insikasi :
Efek Samping :
Aturan Pakai :
Penyimpanan :
Kemasan :
Peringatan :
Obat Luar

PNO……..

No reg : DTL abcdefgh24 A1


No Batch :
Expired date :

Diproduksi Oleh
Nama dan Lambang Pabrik

CONTOH ZAT AKTIF YANG SERING KELUAR


1. Acyclovir + Dekstrosa
2. Acetazolamid + Dekstrosa
3. Na. Sulfat + Methylen Blue
4. Dekstrosa + NHACI
5. Dekstrosa + Nikethamidum
6. Natrii glutamate + Dekstrosa
7. Glukosum + Garam Calcina
8. Antazolinum + Dekstrosa
9. Calcii Cl + Dekstrosa
10. Mannitol + NaCl
11. Natrii salisilat + Riboflavin
12. Natrii salisilat + Natrii bicarbonas
13. Xytol + Fruktosa
SEDIAAN YANG BEREDAR (ISO vol 41 hal 294)
1. Plasmafusin 4%
2. Triparen No 1
3. Triparen No 2
4. Amiparen
5. Intralyte
6. Martos
7. Plasmanate
8. Plasbumin
9. Tutofusin
10. EAS
11. Haemaccel
12. Intralite
DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Farmakope Indonesia, Edisi IV, Jakarta, 1995.
2. United States Pharmacopeial Convention, The United States Pharmacopeia, 26 edition,
Twinbrook Parkway, Rockville, 2003. Pharmacopeia, British Pharmacopeia

3. Medicine Commission, British Commission, London, 1988.


4. Merck, The Merck Index, Merck and Co, ninth edition, Rahway USA, 1976.
5. Voight. R, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Gajah Mada University Press. Yogyakarta,
1995.

6. Lachman. L., Lieberman. H.A., Kanig. J.L., Teori dan Praktek Farmasi Industri, edisi ketiga,
UI Press, 1994.

7. Ansel. H. C.. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, edisi keempat, UI Press, 1989.
8. Moffat. A. C., Jackson. J.V., Widdop. M. B., Clarke's Isolation and Identification of Drugs.
second edition. The Pharmaceutical Press, London, 1986.

9. Tim Penyusun FT. Farmakologi dan Terapi, edisi IV. UI Press, Jakarta, 1995.
10. Badan Pengawas Obat dan Makanan, Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB),
edisi 2001, BPOM, Jakarta. 2001.

11. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Formularium Nasional, edisi II, Jakarta, 1978.
12. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Informatorium Obat Nasional Indonesia,
Jakarta, 2000.

13. Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia, Informasi Spesialite Obat Indonesia (ISO), Volume 41,
Jakarta, 2006.

Anda mungkin juga menyukai