Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH TUGAS AKHIR

RHEOLOGI

OLEH :

AGUSTIA AMLIZA
1804009

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA
PADANG
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rheologi berasal dari bahasa yunani rheo (mengalir) dan logos (ilmu).
Rheologi mempelajarhubungan antara tekanan gesek (shearing stress) dengan
kecepatan geser (shearing rate) pada cairan. Rheologi adalah ilmu yang
mempelajari perubahan bentuk dan aliran dari fluida serta bagaimana respon
fluida tersebut terhadap penerimaan tekanan dan tegangan. Di dalam dunia
industri, rheologi dimanfaatkan untuk pengembangan suatu produk. Dengan
mempelajari sifat rheologi, struktur masing-masing produk dapat diketahui dan
hal tersebut dapat dikaitkan dengan proses yang menyangkut perpindahan massa,
panas dan perpindahan momentum. Rheologi erat kaitannya dengan viskositas.
Rheologi juga meliputi pencampuran aliran dar bahan,pemasukan ke dalam
wadah,pemindahan sebelum digunakan,penuangan, pengeluaran dari tube, atau
pelewatan dari jarum suntik. Rheologi dari suatu zat tertentu dapat mempengaruhi
penerimaan obat bagi pasien, stabilitas fisika obat, bahkan ketersediaan hayati
dalam tubuh (bioavailability).
Pada zaman modern ini tuntutan akan ilmu pengetahuan dan teknologi
semakin tinggi. Aplikasi dari perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi perlu dimanfaatkan dalam berbagai bidang kehidupan, tak terkecuali
pada aplikasi farmasi. Semakin hari formulasi sediaan farmasi yang ada semakin
menunjukkan peningkatan kualitas sehingga mampu memberikan pelayanan yang
maksimal pada pasien. Kualitas formulasi sediaan farmasi seperti pasta, lotion,
cream, emulsi, suspensi dan lainnya perlu ditingkatkan untuk mendukung kinerja
sediaan yang baik. Kualitas yang harus ada pada sediaan farmasi yang diformulasi
misalnya keseragaman dosis, konsistensi sediaan, stabilitas sediaan,
bioavailabilitas dan pengemasan sediaan yang baik. Salah satu dasar yang harus
ada dalam ilmu formulasi sediaan farmasi adalah tentang rheologi atau sifat alir
cairan. Dengan mengetahui sifat dari suatu zat yang akan digunakan dalam
formulasi sediaan farmasi dan menentukan tipe alirnya, maka kita akan lebih
mudah dalam melakukan formulasi suatu sediaan sehingga diharapkan akan
menghasilkan sediaan yang aman dan berkualitas secara terapeutik. Selain itu,
prinsip rheologi digunakan juga untuk karakterisasi produk sediaan farmasi
(dosage form) sebagai penjaminan kualitas yang sama untuk setiap batch.
Rheologi juga meliputi pencampuran aliran dari bahan, penuangan, pengeluaran
dari tube, atau pelewatan dari jarum suntik. Dengan mempelajari sifat alir cairan
mahasiswa diharapkan mampu berperan dalam formulasi sediaan farmasi, analisis
sediaan farmasi dan mampu memilih alat yang tepat untuk pembuatan sediaan
farmasi.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa definisi dari rheologi?
b. Apa saja macam-macam tipe alir zat?
c. Apa yang dimaksud dengan viskositas?
d. Bagaimana cara penentuan viskositas dan apa saja tipe viskosimeter?
e. Bagaimana penerapan rheologi dalam bidang farmasi?
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui definisi dari rheologi.
b. Untuk mengetahui macam-macam tipe alir zat.
c. Untuk mengetahui viskositas.
d. Untuk mengetahui penentuan viskositas dan tipe viskosimeter.
e. Untuk mengetahui penerapan rheologi dalam bidang farmasi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Rheologi
Rheologi berasal dari bahasa yunani mengalir (rheo) dan logos (ilmu).
Digunakan istilah ini untuk pertama kali oleh Bingham dan Croeford untuk
menggunakan aliran cairan dan deformasi dari padatan. Rheologi mempelajari
hubungan antara tekanan gesek (shearing stress) dengan kecepatan geser
(shearing rate) pada cairan, atau hubungan antara strain dan stress pada benda
padat.
Rheologi merupakan ilmu yang mempelajari sifat zat cair atau deformasi
zat padat. Rheologi erat kaitannya dengan viskositas. Dalam bidang Farmasi,
prinsip–prinsip rheologi diaplikasikan dalam pembuatan krim, suspensi, emulsi,
lotion, pasta, penyalut tablet dan lain sebagainya. Selain itu, prinsip rheologi
digunakan untuk karakterisasi produk sediaan Farmasi (Dosage Form). Sebagai
penjamin kualitas yang sama untuk setiap batch. Rheologi juga meliputi
pencampuran aliran dari bahan, penuangan, pengeluaran dari tube atau pelewatan
dari jarum suntik. Rheologi dari suatu zat tertentu dapat mempengaruhi
penerimaan obat bagi pasien, stabilitas fisika obat, bahkan ketersediaan hayati
dalam tubuh (bioavailability). Sehingga viskositas telah terbukti dapat
mempengaruhi laju absorbsi obat dalam tubuh.
Sifat-sifat rheologi dari sistem farmaseutika dapat mempengaruhi
pemilihan alat yang akan digunakan untuk memproses produk tersebut dalam
pabriknya. Lebih-lebih lagi tidak adanya perhatian terhadap pemilihan alat ini
akan berakibat diperolehnya hasil yang tidak diinginkan. Aspek ini dan banyak
lagi aspek-aspek rheologi yang diterapkan dibidang farmasi.
Ada beberapa istilah dalam rheologi ini :
a. Rate of shear (D) dv/dr untuk menyatakan perbedaan kecepatan (dv)
antara dua bidang cairan yang dipisahkan oleh jarak yang sangat kecil
(dr).
b. Shearing stress (τ atau F ) F’/A untuk menyatakan gaya per satuan luas
yang diperlukan untuk menyebabkan aliran.
2.2 Klasifikasi serta Karakteristik Rheologi
Penggolongan bahan menurut tipe aliran dan deformasi ada 2 yaitu Sistem
Newtonian dan Sistem Non-Newtonian.
1. Sistem Newton
Aliran newton adalah jenis aliran yang ideal. Pada umumnya cairan yang bersifat ideal adalah pelarut,
campuran pelarut, dan larutan sejati. Shearing stress (S) atau gaya yang diperlukan per satuan luas
berbanding lurus dengan kecepatan aliran yang dihasilkan atau Rate of Shear (G). contohnya adalah
gliserol

2. Sistem Non-Newton
Ada 3 jenis tipe aliran dalam sistem Non-Newton, yaitu : PLASTIS,
PSEUDOPLASTIS, dan DILATAN.
a. Aliran Plastis

Kurva aliran plastis tidak melalui titik (0,0) tapi memotong sumbu
shearing stress (atau auakan memotong jika bagian lurus dari kurva tersebut
diekstrapolasikan ke sumbu) pada suatu titik tertentu yang dikenal dengan
sebagai harga yield. Cairan plastis tidak akan mengalir sampai shearing stress
dicapai sebesar yield value tersebut. Pada harga stress di bawah harga yield
value, zat bertindak sebagi bahan elastis (meregang lalu kembali ke keadaan
semula, tidak mengalir).
Aliran plastis berhubungan dengan adanya partikel-partikel yang
tersuspensi dalam suspensi pekat. Adanya yield value disebabkan oleh adanya
kontak antara partikel-partikel yang berdekatan (disebabkan oleh adanya gaya
van der Waals), yang harus dipecah sebelum aliran dapat terjadi. Akibatnya,
yield value merupakan indikasi dari kekuatan flokulasi. Makin banyak
suspensi yang terflokulasi, makin tinggi yield value-nya. Kekuatan friksi antar
partikel juga berkontribusi dalam yield value. Ketika yield value terlampaui
(shear stress di atas yield value), sistem plastis akan menyerupai sistem
newton.
2. Aliran Pseudoplastis

Aliran pseudoplastis ditunjukkan oleh beberapa bahan farmasi yaitu


gom alam dan sisntesis seperti dispersi cair dari tragacanth, natrium alginat,
metil selulosa, dan natrium karboksimetil selulosa. Aliran pseudoplastis
diperlihatkan oleh polimer-polimer dalam larutan, hal ini berkebalikan dengan
sistem plastis, yang tersusun dari partikel-partikel tersuspensi dalam emulsi.
Kurva untuk aliran pseudoplastis dimulai dari (0,0) , tidak ada yield value, dan
bukan suatu harga tunggal.
Viskositas aliran pseudoplastis berkurang dengan meningkatnya rate of
shear. Rheogram lengkung untuk bahan-bahan pseudoplastis ini disebabkan
adanya aksi shearing terhadap molekul-molekul polimer (atau suatu bahan
berantai panjang). Dengan meningkatnya shearing stress, molekul-molekul
yang secara normal tidak beraturan, mulai menyusun sumbu yang panjang
dalam arah aliran. Pengarahan ini mengurangi tahanan dari dalam bahan
tersebut dan mengakibatkan rate of shear yang lebih besar pada tiap shearing
stress berikutnya.

3. Aliran Dilatan

Aliran dilatan terjadi pada suspensi yang memiliki presentase zat padat
terdispersi dengan konsentrasi tinggi. Terjadi peningkatan daya hambat untuk
mengalir (viskositas) dengan meningkatnya rate of shear. Jika stress
dihilangkan, suatu sistem dilatan akan kembali ke keadaan fluiditas aslinya.
Pada keadaaan istirahat, partikel-partikel tersebuat tersususn rapat dengan
volume antar partikel pada keadaan minimum. Tetapi jumlah pembawa dalam
suspensi ini cukup untuk mengisi volume ini dan membentuk ikatan lalu
memudahkan partikel-partikel bergerak dari suatu tempat ke tempat lainnya
pada rate of shear yang rendah. Pada saat shear stress meningkat, bulk dari
system itu mengembang atau memuai (dilate). Hal itu menyebabkan volume
antar partikel menjadi meningkat dan jumlah pembawa yang ada tidak cukup
memenuhi ruang kosong tersebut. Oleh karena itu hambatan aliran meningkat
karena partikel-partikel tersebut tidak dibasahi atau dilumasi dengan sempurna
lagi oleh pembawa. Akhirnya suspensi menjadi pasta yang kaku.
2.3 Viskositas
Viskositas adalah besaran yang menyatakan tahanan dari cairan untuk
mengalir. Semakin besar viskositas maka cairan sukar mengalir (Pratama dan
Karim, 2015). Viskositas suatu fluida merupakan daya hambat yang disebabkan
oleh gesekan antara molekul-molekul cairan, yang mampu menahan aliran fluida
sehingga dapat dinyatakan sebagai indikator tingkat kekentalannya. Nilai
kuantitatif dari viskositas dapat dihitung dengan membandingkan gaya tekan per
satuan luas terhadap gradient kecepatan aliran dari fluida (Warsito dkk., 2012).
Makin kental suatu cairan, makin besar gaya yang dibutuhkan untuk membuatnya
mengalir pada kecepatan tertentu. Viskositas dispersi kolodial dipengaruhi oleh
bentuk partikel dari fase dispersi. Koloid-koloid berbentuk bola membentuk
sistem dispersi dengan viskositas rendah, sedang sistem dispersi yang
mengandung koloid-koloid
linier viskositasnya lebih tinggi. Hubungan antara bentuk dan viskositas
merupakan refleksi derajat solvasi dari partikel.
Viskositas dapat berpengaruh pada formulasi sediaan-sediaan farmasi,
contohnya pada sediaan suspensi, tidak boleh terlalu kental (viskositas tinggi)
sehingga menyebabkan suspensi tidak bisa di kocok, hal ini dapat menyebabkan
distribusi zat aktif tidak merata pada seluruh cairan dan juga
akan mengalami kesulitan pada saat penuangan, contoh lain untuk sediaan mata,
viskositas dinaikkan untuk membantu menahan obat pada jaringan sehingga
menambah efektivitas terapinya. Viskositas dalam zat cair, yang berperan adalah
gaya kohesi antar partikel zat cair. Viskositas dalam gas yang berperan adalah
gaya akibat tumbukan antar molekul-molekul dalam gas. Suatu jenis cairan yang
mudah mengalir, dapat dikatakan memiliki viskositas yang rendah, dan sebaliknya
bahan – bahan yang distribusi kecepatan sulit mengalir dikatakan memiliki
viskositas yang tinggi.
2.4 Penentuan Viskositas dan Tipe Viskometer
Berhasil tidaknya penentuan dan evaluasi sifat-sifat rheologis dari suatu
sistem tertentu bergantung pada pemilihan alat ukur viskositas (viskosimeter).
Semua viskosimeter dapat digunakan untuk menentukan
viskositas cairan Newton dan hanya viskosimeter yang bekerja pada berbagai rate
of shear yang dapat digunakan untuk cairan non-Newton. Cara menentukan
viskositas suatu zat menggunakan alat yang dinamakan viskometer. Viskometer
dibagi menjadi dua, yaitu viskometer satu titik (misalnya, viskometer kapiler, bola
jatuh atau hoeppler, penetrometer, plate-plastometer, dll). Sedangkan viskometer
titik ganda (misalnya viskometer rotasi tipe stromer, Brookfield, rotovisco, dll).
Ada beberapa tipe viskometer yang biasa digunakan antara lain:
a. Viskometer kapiler / Ostwald
Viskositas dari cairan Newton bisa ditentukan dengan mengukur waktu
yang dibutuhkan bagi cairan tersebut untuk lewat antara 2 tanda ketika ia mengalir
karena gravitasi melalui viskometer Ostwald. Waktu alir dari cairan yang diuji
dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan bagi suatu zat yang viskositasnya
sudah diketahui (biasanya air) untuk lewat 2 tanda tersebut (Martin, 1993).
b. Viskometer Hoppler
Berdasarkan hukum Stokes pada kecepatan bola maksimum, terjadi
keseimbangan sehingga gaya gesek = gaya berat – gaya archimides. Prinsip
kerjanya adalah menggelindingkan bola (yang terbuat dari kaca) melalui tabung
gelas yang hampir tikal berisi zat cair yang diselidiki. Kecepatan jatuhnya bola
merupakan fungsi dari harga resiprok sampel (Martin, 1993)
c. Viskometer Cup dan Bob
Prinsip kerjanya sampel digeser dalam ruangan antara dinding luar dari
bob dan dinding dalam dari cup di mana bob masuk persis di tengahtengah.
Kelemahan viskometer ini adalah terjadinya aliran sumbat yang disebabkan
geseran yang tinggi di sepanjang keliling bagian tube sehingga menyebabkan
penurunan konsentrasi. Penurunan konsentrasi ini menyebabkan bagian tengah zat
yang ditekan keluar memadat. Hal ini disebut aliran sumbat (Martin, 1993).
d. Viskometer Cone dan Plate
Cara pemakaiannya adalah sampel ditempatkan di tengah-tengah papan,
kemudian dinaikkan hingga posisi di bawah kerucut. Kerucut digerakkan oleh
motor dengan bermacam kecepatan dan sampelnya
digeser di dalam ruang sempit antara papan yang diam dan kemudian
kerucut yang berputar (Martin, 1993).
2.5 Penerapan Rheologi Dalam Dunia Farmasi
1.      Sifat Rheologi Dalam Suspensi
Viskositas dari suatu suspensi apabila mempengaruhi pengendapan dari
partikelpartikel zat terdispersi perubahan dalam sifat-sifat aliran dari suspensi bila
wadahnya dikocok dan bila produk tersebut dituang dari botol dan kualitas
penyebaran dari cairan (lotio) bila digunakan untuk suatu bagian permukaan yang
akan diobati. Pertimbangan rheologi juga penting dalam pembuatan suspensi.
Satu-satunya shear yang terjadi dalam suatu suspensi pada penyimpanan
adalah lantaran pengendapan dari partikel-partikel yang tersuspensi. Gaya ini
diabaikan dan bisa dibuang. Tetapi jika wadah dikocok dan produk dituang dari
botol terdapat laju shearing yang tinggi. Zat pensuspensi yang ideal harus
mempunyai viskositas yang tinggi pada shear yang dapat diabaikan yakni selama
penyimpanan dan zat pensuspensi itu harus mempunyai viskositas yang rendah
pada laju shearing yang tinggi yakni ia harus bebas mengalir selama pengocokan,
penuangan, dan penyebarannya ini.
2.      Sifat Rheologi Dalam Emulsi
Produk yang diemulsikan mungkin mengalami berbagai shear-stress
selama pembuatan atau penggunaanya. Pada kebanyakan proses ini sifat aliran
produk akan menjadi sangat penting untuk penampilan emulsi yang tepat pada
kondisi penggunana dan pembuatannya. Jadi penyebaran produk dermatologik
dan produk kosmetik harus dikontrol agar didapat suatu preparat yang
memuaskan. Aliran emulsi parenteral melalu jarum hipodermik, pemindahan
suatu emulsi dari botol atau tube dan sifat dari satu emulsi dalam berbagai proses
penggilingan yang digunakan dalam pembuatan produk ini secara besar-besaran,
menunjukkan perlunya karakteristik aliran yang tepat.
3.      Sifat Rheologi Dalam Semisolid
Pembuat salep farmasetik dan krim kosmetik menyadari adanya keinginan
untuk mengontrol konsistensi bahan non-Newton. Instrumen yang paling baik
untuk menentukan sifat-sifat rheologi dari semisolid di bidang Farmasi adalah
viskometer putar (rotational viscometer). Untuk analisis semisolid yang
berbentuk emusi dan suspensi digunakan cone-plate viscometer. Viscometer
Stormer terdiri dari cup yang stationer dan bob yang berputar, dan alat ini juga
baik untuk semisolid.
4.      Sifat Aliran Pada Serbuk
Serbuk bulk dengan cairan non Newton menunjukkan aliran plastik , partikel-
partikel dipengaruhi oleh gaya tarik menarik sampai derajat yang bervariasi. Oleh
karena itu, serbuk bisa jadi mengalir bebas (free-flowing) atau melekat. Dalam
pengertian khusus yaitu ukuran partikel porositas dan kerapatan, dan kehalusan
permukaan. Sifat-sifat dari zat padat yang menentukan besarnya interaksi partikel-
partikel.
Partikel-partikel panjang atau plat cenderung untuk mengepak walaupun
dengan sangat longgar sehingga memberikan serbuk yang mempunyai porositas
tinggi. Partikel-partikel dengan kerapatan tinggi dan porositas dalam rendah
cenderung untuk mempunyai sifat-sifat bebas mengalir. Ini dapat dikurangi
dengan kasarnya permukaan, yang cenderung mengakibatkan karakteristik aliran
yang jelek disebabkan oleh gesekan dan kelekatannya.
2.6 Manfaat viskositas dikehidupan dalam bidang farmasi.
a)      Cairan
         Pencampuran
         Pengurangan ukuran partikel dari sistem sistem dispersi dengan shear
         Pelewatan melalui mulut,penuangan, pengemasan dalam botol,
pelewatan melalui jarum suntik
         Perpindahan cairan
         Stabilitas fisik sistem disperse

b)      Semi solid


         Penyebaran dan pelekatan pada kulit
         Pemindahan dari wadah/tube
         Kemampuan zat padat untuk bercampur dengan cairan-cairan
         Pelepasan obat daribasisnya

c)      Padatan
         Aliran serbuk dari corong ke lubang cetakan tablet/kapsul
         Pengemasan serbuk/granul

d)     Pemprosesan
         Kapasitas produksi alat
         Efisiensi pemrosesan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan mengenai rheologi, dapat disimpulkan bahwa:
1. Rheologi adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan aliran cairan
dan deformasi dari padatan. Rheologi mempelajari hubungan antara tekanan
gesek (shearing stress) dengan kecepatan geser (shearing rate) pada cairan, atau
hubungan antara strain dan stress pada benda padat.
2. Tipe alir pada rheologi terdiri atas 2 yaitu Sistem Newton dan Sistem non-
Newton. Pada Sistem Newton, hubungan antara shearing rate dan shearing
stress adalah linear, dengan suatu tetapan yang dikenal dengan viskositas atau
koefisien viskositas dan tiipe alir ini umumnya dimiliki oleh zat cair. Pada
Sistem non-Newton, shearing rate dan shearing stress tidak memiliki hubungan
linear, viskositasnya berubah-ubah tergantung dari besarnya tekanan yang
diberikan, tipe aliran non-Newton terjadi pada dispersi heterogen antara cairan
dengan padatan seperti pada koloid, emulsi, dan suspensi
3. Viskositas adalah besaran yang menyatakan tahanan dari cairan untuk mengalir.
Semakin besar viskositas maka cairan sukar mengalir.
4. Cara menentukan viskositas suatu zat menggunakan alat yang dinamakan
viskometer. Viskometer dibagi menjadi dua, yaitu viskometer satu titik
(misalnya, viskometer kapiler, bola jatuh atau hoeppler, penetrometer, plate-
plastometer, dll). Sedangkan viskometer titik ganda (misalnya viskometer
rotasi tipe stromer, Brookfield, rotovisco, dll).
5. Penerapan rheologi dalam bidang farmasi dapat diaplikasikan pada formulasi
sediaan suspensi, emulsi, semisolid, dan serbuk.

DAFTAR PUSTAKA
Ansel, C. Howard. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta : UI-Press.

Astuti, K.W., M.P. Susanti, I.M.A.G. Wirasuta, dan I.N.K. Widjaja. 2008. “Buku
Ajar Farmasi Fisik”. Jimbaran: Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Univesitas Udayana.

Juhantoro, N., I Made A., dan Semin S., 2012, Penentuan Properties Bahan Bakar
Batubara Cair untuk Bahan Bakar Marine Diesel Engine, Jurnal Teknik
ITS, Vol. 1, No 1.

Martin, A., J. Swarbrick, dan A. Cammarata. 2008. Farmasi Fisika 2 Edisi


Ketiga. Jakarta : UI Press.

Muhajir, K., 2011, Pengaruh Viskositas terhadap Aliran Fluida Gas-Cair melalui
Pipa Vertikal dengan Perangkat Lunak Ansys Fluent 13.0,
JurnalKompetensi Teknik, Vol 3 (1).

Pratama, W. A., dan A. Karim Z., 2015, Uji SPF In Vitro dan Sifat Fisik Beberapa
Produk Tabir Surya yang Beredar di Pasaran, Majalah Farmaseutik, Vol.
11 (1).

Warsito, Sri W. S., dan Dyan I., 2012, Desain dan Analisis Pengukuran Viskositas
dengan Metode Bola Jatuh Berbasis SensorOptocoupler dan Sistem
Akuisisinya pada Komputer, Jurnal Natur Indonesia, Vol. 14, No 3.

Anda mungkin juga menyukai