Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT karena berkat limpahan rahmat, hidayah
dan karunia-Nya sehingga makalah ini dengan judul RHEOLOGI sebagai Tugas Pendahuluan
mata kuliah Fisika Farmasi dapat terselesaikan.
Dalam penyusunan makalah ini, Penulis telah berupaya semaksimal mungkin untuk
mencapai hasil terbaik namun keterbatasan pengetahuan serta pengalaman yang dimiliki
mejadikan makalah ini jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, untuk kepentingan perbaikan makalah-makalah berikutnya maka
kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat penulis harapkan.
Terima kasih.
Pekanbaru, 3 Oktober 2016
Penulis

DAFTAR ISI
Halaman Judul ....................................................................................................
Kata Pengantar ...................................................................................................
Daftar Isi ..............................................................................................................
Bab I Pendahuluan
a. Latar Belakang ..................................................................................................
b. Rumuan Masalah ...............................................................................................
Bab II Pembahasan
a. Dasar Teori Rheologi .......................................................................................
b. Peranan Rheologi Dalam Bidang Farmasi ..........................................................
c. Penggolongan Bahan Menurut Tipe Aliran Dan Deformasi ................................
d. Cairan Newtonn Dan Non Newton....................................................................
Bab III Penutup
a. Kesimpulan .......................................................................................................
b. Saran .................................................................................................................
Daftar Pustaka

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu materi dalam Fisika Farmasi adalah Rheologi. Rheologi adalah istilah
yang digunakan untuk menggambarkan aliran cairan dan deformasi dari padatan. Rheologi
mempelajari hubungan antara tekanan gesek (shearing stress) dengan kecepatan geser
(shearing rate) pada cairan atau hubungan antara strain dan stress pada benda padat.
Beberapa alat yang biasa digunakan dalam praktikum rheologi yaitu Viscometer
Ostwald, Viscometer Bola Jatuh serta Viscometer kerucut dan lempeng.
Beberapa tahun terakhir ini, prinsip dasar rheologi telah digunakan dalam
penyelidikan cat, tinta, berbagai adonan, bahanbahan untuk pembuat jalan, kosmetik,
produk hasil peternakan serta bahanbahan lain. Terkadang dalam literatur tidak dicantumkan
nilai viscositas atau terkadang senyawa tersebut nilai viskositasnya tidak sesuai dengan
literatur. Oleh karena itu kita sebagai mahasiswa Farmasi harus mampu menghitung nilai
viskositas suatu zat.
B.
1.
2.
3.
4.
5.

Rumusan Masalah
Menjelaskan dasar teori rheologi
Menjelaskan peranan rheologi dalam dunia Farmasi
Menjelaskan penggolongan rheology menurut tipe aliran dan depormasi.
Menyebutkan dan menjelaskan macam-macam cairan newton.
Menjelaskan cairan non newton.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Dasar Teori Rheologi


Rheologi berasal dari bahasa yunani mengalir (rheo) dan logos (ilmu). Digunakan
istilah ini untuk pertama kali oleh Bingham dan Croeford untuk menggunakan aliran cairan
dan deformasi dari padatan. Rheologi mempelajari hubungan antara tekanan gesek (shearing
stress) dengan kecepatan geser (shearing rate) pada cairan, atau hubungan antara strain dan
stress pada benda padat.
Rheologi merupakan ilmu yang mempelajari sifat zat cair atau deformasi zat padat.
Rheologi erat kaitannya dengan viskositas. Dalam bidang Farmasi, prinsipprinsip rheologi
diaplikasikan dalam pembuatan krim, suspensi, emulsi, lotion, pasta, penyalut tablet dan lain
sebagainya. Selain itu, prinsip rheologi digunakan untuk karakterisasi produk sediaan
Farmasi (Dosage Form). Sebagai penjamin kualitas yang sama untuk setiap batch. Rheologi
juga meliputi pencampuran aliran dari bahan, penuangan, pengeluaran dari tube atau
pelewatan dari jarum suntik. Rheologi dari suatu zat tertentu dapat mempengaruhi
penerimaan obat bagi pasien, stabilitas fisika obat, bahkan ketersediaan hayati dalam tubuh
(bioavailability). Sehingga viskositas telah terbukti dapat mempengaruhi laju absorbsi obat
dalam tubuh.
Sifat-sifat rheologi dari sistem farmasetika dapat mempengaruhi pemilihan alat yang
akan digunakan untuk memproses produk tersebut dalam pabriknya. Lebih-lebih lagi tidak
adanya perhatian terhadap pemilihan alat ini akan berakibat diperolehnya hasil yang tidak
diinginkan. Aspek ini dan banyak lagi aspek-aspek rheologi yang diterapkan dibidang
farmasi.
Ada beberapa istilah dalam rheologi ini :
a.

Rate of shear (D) dv/dr untuk menyatakan perbedaan kecepatan (dv) antara dua bidang

b.

cairan yang dipisahkan oleh jarak yang sangat kecil (dr).


Shearing stress ( atau F ) F/A untuk menyatakan gaya per satuan luas yang diperlukan
untuk menyebabkan aliran.
Dalam penelitian dan teknologi farmasetik dan sejenisnya, pengukuran rheologi
digunakan untuk mengkarakterisasi :

Kemudahan penuangan dari botol,


Penekanan atau pemencetan dari suatu tube atau wadah lain yang dapat berubah bentuk,
Pemeliharaan bentuk produk dalam suatu bejana atau sesudah pengeluaran,
Penggosokan bentuk produk di atas atau ke dalam kulit, dan

Bahkan pemompaan produk dari pencampuran dan penyimpanan ke alat pengisian atau
pelewatan dari suatu jarum suntik yang diproduksi oleh industri

B. Penerapan Rheologi Dalam Dunia Farmasi


1. Sifat Rheologi Dalam Suspensi
Viskositas dari suatu suspensi apabila mempengaruhi pengendapan dari
partikelpartikel zat terdispersi perubahan dalam sifat-sifat aliran dari suspensi bila wadahnya
dikocok dan bila produk tersebut dituang dari botol dan kualitas penyebaran dari cairan
(lotio) bila digunakan untuk suatu bagian permukaan yang akan diobati. Pertimbangan
rheologi juga penting dalam pembuatan suspensi.
Satu-satunya shear yang terjadi dalam suatu suspensi pada penyimpanan adalah
lantaran pengendapan dari partikel-partikel yang tersuspensi. Gaya ini diabaikan dan bisa
dibuang. Tetapi jika wadah dikocok dan produk dituang dari botol terdapat laju shearing yang
tinggi. Zat pensuspensi yang ideal harus mempunyai viskositas yang tinggi pada shear yang
dapat diabaikan yakni selama penyimpanan dan zat pensuspensi itu harus mempunyai
viskositas yang rendah pada laju shearing yang tinggi yakni ia harus bebas mengalir selama
pengocokan, penuangan, dan penyebarannya ini.
2. Sifat Rheologi Dalam Emulsi
Produk yang diemulsikan mungkin mengalami berbagai shear-stress selama
pembuatan atau penggunaanya. Pada kebanyakan proses ini sifat aliran produk akan menjadi
sangat penting untuk penampilan emulsi yang tepat pada kondisi penggunana dan
pembuatannya. Jadi penyebaran produk dermatologik dan produk kosmetik harus dikontrol
agar didapat suatu preparat yang memuaskan. Aliran emulsi parenteral melalu jarum
hipodermik, pemindahan suatu emulsi dari botol atau tube dan sifat dari satu emulsi dalam
berbagai proses penggilingan yang digunakan dalam pembuatan produk ini secara besarbesaran, menunjukkan perlunya karakteristik aliran yang tepat.
Kebanyakan emulsi, kecuali emulsi encer menunjukkan aliran non Newton yang
mempersulit interpretasi data dan perbandingan kuantitatif antara sistem-sistem dan
formulasi-formulasi yang berbeda.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan fase terdispersi meliputi perbandingan
dengan fase terdispers meliputi perbandingan volume fase, distribusi ukuran partikel dan
viskositas dari fase dalam itu sendiri. Jadi, jika konsentrasi volume dari fase terdispers rendah
(kurang dari 0,05), sistem tersebut adalah Newton. Dengan naiknya konsentrasi volume,

sistem tersebut menjadi lebih tahan terhadap aliran dan menujukkan karekteristik aliran
pseudoplastis. Pada konsentrasi yang cukup tinggi, terjadi aliran plastis. Jika konsentrasi
volume mendekati 0,74 mungkin terjadi inversi dengna berubahnya viskositas secara nyata.
Pengurangan ukuran partikel rata-rata akan menaikkan viskositas. Makin luas distribusi
ukuran partikel, makin rendah viskositasnya jika dibandingkan dengan sistem yang memiliki
ukuran partikel rata-rata serupa tetapi dengan distribusi ukuran partikel yang lebih sempit.
3. Sifat Rheologi Dalam Semisolid
Pembuat salep farmasetik dan krim kosmetik menyadari adanya keinginan untuk
mengontrol konsistensi bahan non-Newton. Instrumen yang paling baik untuk menentukan
sifat-sifat rheologi dari semisolid di bidang Farmasi adalah viskometer putar (rotational
viscometer). Untuk analisis semisolid yang berbentuk emusi dan suspensi digunakan coneplate viscometer. Viscometer Stormer terdiri dari cup yang stationer dan bob yang berputar,
dan alat ini juga baik untuk semisolid.
4. Sifat Aliran Pada Serbuk
Serbuk bulk agak analog dengan cairan non Newton menunjukkan aliran plastik
dan kadang-kadang dilatansi partikel-partikel dipengaruhi oleh gaya tarik menarik sampai
derajat yang bervariasi. Oleh karena itu, serbuk bisa jadi mengalir bebas (free-flowing) atau
melekat. Dalam pengertian khusus yaitu ukuran partikel porositas dan kerapatan, dan
kehalusan permukaan. Sifat-sifat dari zat padat yang menentukan besarnya interaksi partikelpartikel.
Akan halnya partikel-partikel yang relati kecil (kurang dari 10m), aliran partikel
melalui lubang dibatasi karena gaya lekat antara partikel besarnya sama dengan gaya
gravitasi. Karena gaya yang terakhir ini merupakan fungsi dari garis tengah yang di naikkan
pangkat tiga, gaya-gaya tersebut menjadi lebih bermakna apabila ukuran partikel meningkan
dan aliran dipermudah. Laju aliran maksimum dicapai setelah aliran berkurang apabila
ukuran partikel mendekati besarnya lubang tersebut. Jika suatu serbuk mengandung sejumlah
partikel-partikel kecil, sifat-sifat aliran serbuk bisa diperbaiki dengan menghilangkan fines
atau mengadsorbsinya pada partikel-partikel yang lebih besar. Kadang kadang, aliran yang
jelek bisa diakibatkan karena adanya kelembapan dalam hal mana pengeringan partikelpartikel akan mengurangi lekatnya partikel-partikel tersebut.
Partikel-partikel panjang atau plat cenderung untuk mengepak walaupun dengan
sangat longgar sehingga memberikan serbuk yang mempunyai porositas tinggi. Partikel-

partikel dengan kerapatan tinggi dan porositas dalam rendah cenderung untuk mempunyai
sifat-sifat bebas mengalir. Ini dapat dikurangi dengan kasarnya permukaan, yang cenderung
mengakibatkan karakteristik aliran yang jelek disebabkan oleh gesekan dan kelekatannya.
Serbuk yang mengsalir tidak baik atau granulat memberikan banyak kesulitan
pada industri farmasi. Produksi unit sediaan tablet yang seragam terbukti bergantung pada
beberapa sifat granulat. Jika ukuran granular berkurang, variasi berat tablet pun berkurang.
Variasi berat minimum dicapai pada granul yang mempunyai garis tengah 400 sampai 800
m. Jika ukuran granul dikurangi lagi, granul mengalir kurang bebas dan variasi berat granul
meningkat. Distribusi ukuran partikel mempengaruhi aliran dalam dan pemisahan dari suatu
granulat.
C. Penggolongan Bahan Menurut Tipe Aliran Dan Deformasi .
Penggolongan bahan menurut tipe aliran dan deformasi adalah sebagai berikut : sistem
Newton dan sistem Non Newton. Pemilihan bergantung pada sifat-sifat alirannya apakah
sesuai dengan hukum aliran dari newton atau tidak. Jika karakteristik fisika masing-masing
ini dirancang dan dipelajari secara objektif menurut metode analisis dari rheologi, dapat
diperoleh informasi yang berharga untuk digunakan dalam mempermulasi produk-produk
farmasi yang lebih baik.

Aliran Sistem Newton


Newton adalah orang pertama yang mempelajari sifat-sifat aliran dari cairan secara
kuantitatif. Dia menemukan bahwa : makin besar viskositas suatu cairan, akan makin besar
pula gaya persatuan luas (shearing stress) yang diperlukan untuk menghasilkan rate of shear
tertentu. rate of shear harus berbanding lurus dengan shearing stress.
adalah koefisien viskositas atau viskositas. Satuan viskositas adalah poise,
didefinisikan sebagai gaya geser yang diperlukan agar menghasilkan kecepatan 1 cm/detik di
antara dua bidang sejajar cairan yang masing-masing luasnya 1 cm 2 oleh jarak 1 cm. Istilah
fluiditas, , didefinisikan sebagai kebalikan dari viskositas :

Viskositas kinematik (v), adalah viskositas mutlak seperti didefiniskan di atas di bagi oleh
kerapatan cairan. Satuan viskositas kinematik adalah stoke (s) dan centistoke (cs).

Aliran newton adalah jenis aliran yang ideal. Pada umumnya cairan yang bersifat ideal adalah
pelarut, campuran pelarut, dan larutan sejati. Shearing Stress, S, atau gaya yang diperlukan
per satuan luas berbanding lurus dengan kecepatan aliran yang dihasilkan atau Rate of Shear,
G.
Grafik rheogram aliran Newtonian diilustrasikan sebagai berikut :

Besarnya Rate of shear sebanding dengan Shearing stress.

TIKSOTROPI, ANTITIKSOTROPI, dan RHEOPEKSI

Cairan yang sifat alirannya dipengeruhi oleh waktu


a. Aliran tiksotropik

Pada sistem plastik, pseudoplastik, dan dilatan ketika shearing stress yang sebelumnya
dinaikkan, diturunkan kembali maka kurva ke bawah akan terhimpit dengan kurva ke bawah.
Bila kurva turun ternyata berada sebelah kiri kurva menaik thiksotropi. Celah antara
kurava naik dan kurva turun disebut hysteresis loop. Thiksotropi terjadi karena proses
pemulihan yang lambat dari konsistensi. Gel Sol Gel (proses pertama berlangsung
cepat sedangkan proses kedua berlangsung lebih lambat).
b. Anti tiksotropik,
Sedangkan Anti tiksotropik, kurva menurun berada di kanan kurva menaik (konsistensi
meningkat). Contohnya : magma magnesia.

c.

Aliran rheopeksi

Suatu gejala dimana suatu sol lebih cepat menjadi gel bila diaduk perlahan-lahan daripada
dibiarkan membentuk gel tanpa pengadukan. Viskositas geser meningkat pada laju geser
konstan dengan waktu geser meningkat. Rheopexy dapat misalnya terlihat dengan plastisols
PVC. Mereka digunakan untuk perlindungan korosi pada logam.

Jika laju pelapisan meningkat bahan menjadi lebih tebal mengalir. Cairan Rheopex ditandai
dengan pembentukan struktur bertahap di bawah regangan geser. Selain sifat kental seseorang
dapat mengamati terjadinya elastisitas (1 dan 2 normal stres perbedaan) bertindak tegak lurus
dengan arah aliran. Kombinasi dari perilaku elastis dan viskos mengarah pada deskripsi
cairan viskoelastik. Solusi polimer, dan baru-baru juga biopolimer menunjukkan molekulstruktur sifat viskoelastik tergantung dari jenis ini bertemu dengan semakin banyak teknologi
yang diharapkan, misalnya dalam produksi cat dan coating, makanan, kosmetik, dan farmasi.
Aliran Sistem Non Newton
Hampir seluruh sistem disperse termasuk sediaan-sediaan farmasi yang berbentuk
emulsi, suspensi dan sediaan setengah padat tidak mengikuti hukum Newton: Non
Newtonian Bodies. Non newtonian Bodies adalah zat-zat yang tidak mengikuti persamaan
aliran newton : dispersi heterogen cairan dan padatan seperti larutan koloid, emulsi, suspensi
cair, salep dan produk-produk serupa masuk kelas ini. Jika bahan-bahan non newton
dianalisis dalam suatu viskometer putar dan hasilnya diplot diperoleh berbagai kurva
konsistensi yang menggambarkan adanya tiga kelas aliran yakni plastis, pseuodoplastis dan
dilatan.

Ekstensional viskositas dari Non Newtonian Fluids


Berdasrkan grafik sifat aliran cairan non newton terbagi atas dua kelompok yaitu:
1. Cairan yang sifat alirannya tidak dipengaruhi oleh waktu.
a. Aliran Plastik
Disebut dengan bingham bodies. Kurva tidak melewati titik (0,0) tetapi memotong
sumbu shearing stress pada yield value. Yield value adalah harga yang harus dipenuhi agar
cairan mulai mengalir, sebelum yield value zat bertindak sebagai bahan elastis setelah yield
value sistem mengalir sesuai dengan sistem newton dimana shearing stress berbanding
dengan rate of shear. Contoh : Pada sistem suspensi yang terflokulasi, yield value adalah nilai
yang dibutuhkan untuk memecah ikatan antar partikel terflokulasi
Cairan plastis tidak akan mengalir sampai shearing stress dicapai sebesar yield value tersebut.
Pada harga stress di bawah harga yield value, zat bertindak sebagi bahan elastis (meregang
lalu kembali ke keadaan semula, tidak mengalir).
U=(Ff)
G
U adalah viskositas plastis, dan f adalah yield value.

Aliran plastis berhubungan dengan adanya partikel-partikel yang tersuspensi dalam


suspensi pekat. Adanya yield value disebabkan oleh adanya kontak antara partikel-partikel
yang berdekatan (disebabkan oleh adanya gaya van der Waals), yang harus dipecah sebelum
aliran dapat terjadi. Akibatnya, yield value merupakan indikasi dari kekuatan flokulasi. Makin
banyak suspensi yang terflokulasi, makin tinggi yield value-nya. Kekuatan friksi antar
partikel juga berkontribusi dalamyield value. Ketika yield value terlampaui (shear stress di
atas yield value), sistem plastis akan menyerupai sistem newton.

b. Aliran Pseudoplastik
Kurva tidak linier dan tidak ada yield value (melengkung). Viskositas menurun dengan
meningkatnya rate of share. Terjadi pada molekul berantai panjang seperti polimer-polimer
termasuk gom, tragakan, na-alginat, metil selulosa, karboksimetilselulosa. Meningkatnya
shearing stress menyebabkan keteraturan polimer sehingga mengurangi tahanan dan lebih
meningkatkan rate of share pada shearing stress berikutnya.
Aliran pseudoplastis yang sebagian besar dalam produk farmasi yaitu gom alam dan sintesis,
misalnya : dispersi cair dari traga ileh polimer-polimer dalam larutan, yang merupakan
kebalikan dari sistem plastis, yang tersusun dari partikel-partikel yang terflokulasi dalam
suspensi, kurva konsistensi untuk bahan pseudoplastis mulai pada titik (0,0) atau paling tidak
mendekatinya rate of shear rendah. Akibatnya, berlawanan dengan Bingham Bodies, tidak
ada yield value. Tapi karena tidak ada bagian kurva yang linier, maka kita tidak dapat
menyatakan viskositas suatu bahan pseudoplastis dengan suatu harga tunggal.
Sistem pseudoplastik disebut pula sebagai sistem geser encer ( shear-thinning) karena
dengan menaikkan tekanan geser viskositas menjadi turun. Contoh klasik adalah kecap atau
saus tomat yang untuk mengeluarkannya dari botol harus mengocoknya kuat-kuat.

Viskositas aliran pseudoplastis berkurang dengan meningkatnya rate of shear.


Rheogram

lengkung

untuk

bahan-bahan

pseudoplastis

ini

disebabkan adanya

aksi shearing terhadap molekul-molekul polimer (atau suatu bahan berantai panjang).
Dengan meningkatnya shearing stress, molekul-molekul yang secara normal tidak beraturan,
mulai menyusun sumbu yang panjang dalam arah aliran. Pengarahan ini mengurangi tahanan
dari dalam bahan tersebut dan mengakibatkan rate of shear yang lebih besar pada tiap
shearing stress berikutnya

FN = G
Eksponen N meningkat pada saat aliran meningkat hingga seperti aliran newton. Jika
N=1 aliran tersebut sama dengan aliran newton.
c.

Aliran Dilatan
Aliran dilatan terjadi pada suspensi yang memiliki presentase zat padat terdispersi
dengan konsentrasi tinggi. Terjadi peningkatan daya hambat untuk mengalir (viskositas)
dengan meningkatnya rate of shear. Jika stress dihilangkan, suatu sistem dilatan akan
kembali ke keadaan fluiditas aslinya.
Sistem disebut geser kental (shear-thickening) system. Istilah dilatan dikaitkan dengan
meningkatnya volume. Dimiliki oleh suspensi yang berkonsentrasi tinggi (>50%) dari
partikel yang terdeflokulasi. Viskositas meningkat dengan bertambahnya rate of shear.
Mekanisme:

Pada keadaan diam partikel-partikel tersusun rapat dengan volume antar partikel kecil.
Pada saat shearing stress meningkat bulk dari system memuai meningkatkan volume
kosong hambatan aliran menigkat (tidak dibasahi) terbentuk pasta kaku

Pada keadaaan istirahat, partikel-partikel tersebuat tersususn rapat dengan volume


antar partikel pada keadaan minimum. Tetapi jumlah pembawa dalam suspensi ini cukup
untuk mengisi volume ini dan membentuk ikatan lalu memudahkan partikel-partikel bergerak
dari suatu tempat ke tempat lainnya pada rate of shear yang rendah. Pada saat shear
stress meningkat, bulk dari system itu mengembang atau memuai (dilate). Hal itu
menyebabkan volume antar partikel menjadi meningkat dan jumlah pembawa yang ada tidak
cukup memenuhi ruang kosong tersebut. Oleh karena itu hambatan aliran meningkat karena
partikel-partikel tersebut tidak dibasahi atau dilumasi dengan sempurna lagi oleh pembawa.
Akhirnya suspense menjadi pasta yang kaku.

Temperatur
Dengan mengikuti persamaan Arrhenius
= A.eEv/RT
A = konstanta tergantung pada berat molekul dan molar volume cairan
Ev = energi aktivasi yang diperlukan untuk menginisiasi aliran antar molekul
Dibutuhkan lebih banyak energi untuk memecah ikatan dan membuat cairan tersebut
mengalir, karena cairan tersebut tersusun dari molekul-molekul yang dihubungkan dengan
ikatan hidrogen. Tetapi ikatan ini akan dipecahkan pada temperatur yang tinggi oleh
perpindahan panas dan Ev akan menurun dengan nyata. Viskositas cairan akan menurun jika
suhu diturunkan, sedangkan viskositas gas meningkat jika suhu dinaikkan.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Rheologi berasal dari bahasa yunani mengalir (rheo) dan logos (ilmu). Digunakan istilah ini
untuk pertama kali oleh Bingham dan Croeford untuk menggunakan aliran cairan dan
deformasi dari padatan.
2. Viskositas adalah suatu ungkapan dari resistensi zat cair untuk mengalir. semakin tinggi
viskositas aliran akan semakin besar resistensinya.
B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini, Penulis telah berupaya semaksimal mungkin untuk
mencapai hasil terbaik namun keterbatasan pengetahuan serta pengalaman yang dimiliki
mejadikan makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, untuk kepentingan
perbaikan makalah-makalah berikutnya maka kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca sangat penulis harapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Barnes,H.A., J.F.Hutton dan K.Walters. 1989. An Introduction to Rheology. New York: Elsevier
Science Publishing Company Inc.
Brizard, M., M.Megaharfi, C.Verdier, E.Mah. 2005. Design of a High Precision Falling Ball
Viscometer. Review of Scientific Instruments. 76, 2 (2005) 025109. DOI: 10.1063/1.1851471.
Cheng, D.C.H. 1992. The Calibration of Coaxial Cylinder Viscometer for Newtonian and Non
Newtonian Viscosity Measurement. Theor. Appl. Rheol. Proc. Int. Congr. Rheol. 11th. 2: 902903.
Feng, S., A.L.Graham, P.T.Reardon, J.Abbot, dan L.Mondy. 2006. Improving Falling Ball Test for
Viscosity Determination. Journal Fluids Eng. Vol.128, 1: 157-163.
James F, Steffe., Ph.D.,P.E. 1996. Rheological Methods in Food Proces Engineering Second Edition.
USA: Freeman Press.
Martin Alfred.1983. Farmasi Fisik Edisi III Jilid I. Jakarta. UI Press
Martin Alfred.1983. Farmasi Fisik Edisi III Jilid II. Jakarta. UI Press
Retsina, T., Richardson, S.M. dan Wakeham, W.A. The theory of a vibrating-rod Viscometer. Applied
Scientific Research. Vol.43, 4: 325-346. DOI:10.1007/BF00540567.
Voight. 1951. Tekhnologi Farmasi. Jakarta. UI Press

Wilke, Jurgen. Prof.Dr. Theory and Praxis Viscometry. Germany: Schott Glass.

Anda mungkin juga menyukai