PENDAHULUAN
Interaksi obat merupakan satu dari delapan kategori masalah terkait obat (drug-
related problem) yang dapat mempengaruhi outcome klinis pasien. Menurut Harttshorn
interaksi obat adalah peristiwa dimana efek obat dipengaruhi, baik secara langsung maupun
tidak langsung, oleh obat lain yang diberikan bersamaan atau sebelumnya. Interaksi obat
farmakokinetika.
Interaksi farmakokinetika terjadi bila salah satu obat dapat mempengaruhi absorpsi,
distribusi dan eliminasi (metabolism dan ekskresi obat lain, sehingga kadar obat yang
terpengaruh itu akan meningkat atau menurun. Interaksi farmakodinamika adalah interaksi
obat yang terjadi pada ikatan obat dan rerseptor sehingga akan mempengaruhi efek kerja
membantu dokter dan farmasis untuk mengidentifikasi dan mencegah terjadinya interaksi
obat pada pasien. Pengetahuan mengenai interaksi obat dapat mencegah morbiditas dan
mortalitas serta meningkatkan keamanan dari pasien. Farmasis mempunyai peran penting
dalam melakukan control untuk mencegah potensi efek samping merugikan dari interaksi
Di dalam tubuh obat mengalami berbagai macam proses hingga akhirnya obat di
keluarkan lagi dari tubuh. Proses-proses tersebut meliputi, absorpsi, distribusi, metabolisme
(biotransformasi), dan eliminasi. Dalam proses tersebut, bila berbagai macam obat
diberikan secara bersamaan dapat menimbulkan suatu interaksi. Selain itu, obat juga dapat
1
berinteraksi dengan zat makanan yang dikonsumsi bersamaan dengan obat. Oleh karena itu
penulis tertarik meneliti interaksi obat pada fase farmakokinetiknya khususnya dibagian
fase ekskresi.
3. Bagaimana perubahan aktif eksresi tubular ginjal terhadap interaksi obat pada proses
eksresi?
4. Bagaimana perubahan aliran darah keginjal terhadap interaksi obat pada proses
eksresi?
1.3 Tujuan
2. Menjelaskan perubahan pH urin yang terjadi terhadap interaksi obat pada proses
eksresi
3. Mengetahui perubahan aktif eksresi tubular ginjal terhadap interaksi obat pada proses
eksresi
4. Mengetahui perubahan aliran darah keginjal terhadap interaksi obat pada proses
eksresi
2
BAB II
ISI
Interaksi obat adalah modifikasi efek suatu obat akibat obat lain yang diberikan pada
awalnya atau diberikan bersamaan sehingga keefektifan atau toksisitas satu obat atau lebih
berubah. Menurut Stockley, interaksi obat terjadi ketika efek suatu obat berubah dengan
kehadiran obat lain, obat tradisional, makanan, minuman atau oleh suatu zat kimia.
Interaksi obat bias juga terjadi di luar tubuh misalnya reaksi fisiko-kimia yang terjadi pada
obat yang dicampur dengan cairan intravena yang menyebabkan obat tersebut mengendap
Interaksi obat dianggap penting secara klinik bila berakibat meningkatkan toksisitas
dan atau mengurangi efektivitas obat yang berinteraksi terutama bila menyangkut obat
dengan batas keamanan yang sempit (indeks terapi yang rendah), misalnya glikosida
Interkasi Farmasetik
Interaksi farmasetik bersifat langsung dan dapat secara fisika atau kimiawi, misalnya
menyebabkan obat menjadi tidak aktif. Contoh: interaksi karbcnisilin dengan gentamisin
3
Interaksi Farmakodinamik
Interaksi ini hanya diharapkan jika zat berkhasiat yang saling mempengaruhi bekerja
sinergis atau antagonis pada suatu reseptor, pada suatu organ membrane atau pada suatu
rangkaian pengaturan. Jika sifat-sifat farmakodinamika yang kebanyakan dikenal baik, dari
obat-obat yang diberikan secara bersamaan diperhatikan interaksi demikian dapat berguna
secara terapeutik apabila menguntungkan atau dapat dicegah apabila tidak diinginkan.
Interaksi Farmakokinetik
Interaksi obat bias ditimbulkan oleh berbagai proses, antara lain perubahan dalam
(ADME) obat. Kemungkinan lain, interaksi obat merupakan hasil dari sifat-sifat
farmakodinamik obat tersebut, misal, pemberian bersamaan antara antagonis reseptor dan
jumlah reabsorbsi pasif di tubuli ginjal, yang hanya bermakna secara klinis apabila:
Fraksi obat yang diekskresikan melalui ginjal cukup besar, lebih dari 30%
Obat berupa basa lemah dengan pKa 7,5 10 atau asam lemah dengan pKa 3,0 7,5.
Interaksi yang mempengaruhi ekskresi obat melalui ginjal hanya akan nyata secara
klinis bila obat atau metabolit aktifnya tereliminasi secara berarti oleh ginjal. pH urin dapat
mempengaruhi aktivitas obat dengan mengubah kecepatan bersihan ginjal. Bila berada
dalam bentuk tak terion, maka obat akan lebih cepat berdifusi dari filtrat glomerular
kembali ke dalam aliran darah. Dengan demikian, untuk obat basa, seperti amfetamin,
4
sebagian besar berada dalam bentuk tak terion dalam urin basa, sehingga banyak yang tere-
Senyawa yang dapat meningkatkan pH urin adalah natrium bikarbonat, sehingga bila
diberikan bersamaan dengan amfetamin dosis tunggal, maka efek amfetamin dapat
berlangsung selama beberapa hari.Sebaliknya, obat yang bersifat asam, seperti salisilat,
sulfonamid, fenobarbital, lebih cepat terekskresi bila urin alkalis (pH tinggi). Oleh karena
itu pemberian bersama-sama obat ini dengan obat yang me-ningkatkan pH urin, seperti
bikarbonat), dapat mempercepat bersihan obat asam sehingga efeknya cepat hilang.
meningkatkan eliminasi over dosis fenobarbital atau metotreksat yang digunakan dengan
dosis tinggi untuk pengobatan tumor. Di sisilain, obat-obat basa seperti antihistamin,
meperidin, dan imipramin, lebih cepat terekskresi bila pH urin rendah. Pengasaman ini
dapat terjadi dengan pemberian ammonium klorida atau glutamate hidroklorida. Obat-obat
yang mengalami peningkatan bersihan dari ginjal bila urin asam antara lain amitriptilin,
Sedangkan obat-obat yang mengalami peningkatan bersihan dari ginjal bila urin alkalis
dan nitrofurantoin.
Perubahan ini akan menghasilkan perubahan klirens ginjal (melalui perubahan jumlah
reabsorbsi pasif di tubuli ginjal) yang berarti secara klinik hanya jika: (1) fraksi obat yang
diekskresi utuh oleh ginjal cukup besar (lebih dari 30%), dan (2) obat berupa basa lemah
5
Obat A Obat B Efek
fenilfluramin, obat A)
kuinidin
asetazolamid obat A
obat A)
Penghambatan sekresi pada tubuli ginjal terjadi akibat kompetisi antar obat atau antar
metabolit untuk sistem transpor aktif yang sama, terutama sistem transpor untuk obat asam
atau metabolit yang bersifat asam. Proses ini mungkin melibatkan sistem enzim di dalam
ginjal. Obat-obat tersebut diangkut dari darah melintasi sel-sel tubuli proksimal dan masuk
Bila obat diberikan bersamaan maka salah satu di antaranya dapat mengganggu
eliminasi obat lainnya. Sebagai contoh, pemberian bersamaan antara probenesid dan
penisilin. Probenesid menghambat ekskresi penisilin sehingga kadar antibiotik ini di dalam
6
darah tetap tinggi dan efeknya lama. Waktu paruh eliminasi penisilin akan meningkat 2 3
lebih lama. Hal ini merupakan interaksi yang menguntungkan untuk pengobatan infeksi.
darah lebih tinggi dari normal, sehingga insulin plasma meningkat dan glukosa darah
berkurang.
Hambatan sekresi aktif di tubulus ginjal terjadi akibat kompetisi antara obat dan
metabolit obat untuk system transport aktif yang sama, yakni P-glikoprotein untuk kation
organic dan zat netral, dan Multidrug Resistance Protein (MRP) untuk anion organic dan
konjugat
(1) MRP
sulfinprirazon
(2) P-glikoprotein
7
(Tidak: famotidin)
verapamil halus)
ginjal. Jika sintesis prostaglandin ini dihambat, ekskresi beberapa obat dari ginjal
berkurang.
usus yang menghidrolisis konjugat obat, sehingga obat tidak dapat direabsorpsi. Obat
mengganggu siklus enterohepatik (EHC). Antibiotic spectrum luas menekan flora usus,
binding agents-, akan mengikat parent drug (misalnya warfarin, digoksin) sehingga
konjugat tidak dapat dihidrolisis dan reabsorpsinya terhambat dan berakibat efek
kontrasepsi menurun.
8
2.6 Drug Transporter Protein
Penghambatan sekresi pada tubuli ginjal terjadi akibat kompetisi antar obat atau antar
metabolit untuk sistem transpor aktif yang sama, terutama sistem transpor untuk obat asam
atau metabolit yang bersifat asam. Proses ini mungkin melibatkan sistem enzim di dalam
ginjal. Obat-obat tersebut diangkut dari darah melintasi sel-sel tubuli proksimal dan masuk
Bila obat diberikan bersamaan maka salah satu di antaranya dapat mengganggu
eliminasi obat lainnya. Sebagai contoh, pemberian bersamaan antara probenesid dan
penisilin. Probenesid menghambat ekskresi penisilin sehingga kadar antibiotik ini di dalam
darah tetap tinggi dan efeknya lama. Waktu paruh eliminasi penisilin akan meningkat 2 3
lebih lama. Hal ini merupakan interaksi yang menguntungkan untuk pengobatan infeksi.
darah lebih tinggi dari normal, sehingga insulin plasma meningkat dan glukosa darah
berkurang.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Interaksi obat terjadi ketika efek suatu obat berubah dengan kehadiran obat lain,
Interkasi Farmasetik
Interaksi Farmakodinamik
Interaksi Farmakokinetik
Perubahan pH urin
Enterohepa recircilation
ginjal.
Penghambatan sekresi pada tubuli ginjal terjadi akibat kompetisi antar obat atau
antar metabolit untuk sistem transpor aktif yang sama, terutama sistem transpor
usus yang menghidrolisis konjugat obat, sehingga obat tidak dapat direabsorpsi.
10
3.2 Saran
Semoga dengan selesainya makalah ini diharapkan agar para pembaca khususnya
mahasiswa farmasi dapat lebih mengetahui dan memahami tentang interaksi ekskresi obat,
11
DAFTAR PUSTAKA
Katzung, Bertram G. 2010. Farmakologi Dasar & Klinik, Edisi 10. Jakarta ; ECG
Wahyono, Djoko. 2007. Farmakokinetika klinik, Konsep Dasar dan Terapan dalam
Arief, Moh. 2007. Perjalanan dan Nasib Obat Dalam Badan. Yogyakarta ; Gadjah Mada
University Press
Mutschler, Ernst. 1991. Dinamika Obat, Edisi ke-5. Bandung ; Penerbit ITB
12