BIOFARMASETIKA
KETERSEDIAAN HAYATI
DISUSUN OLEH :
FAKULTAS FARMASI
REVIEW:
Kesimpulan
Profil farmakokinetika senyawa aktif dari sediaan herbal golongan santon pada umumnya
memperlihatkan adsorpsi yang cepat setelah pemberian secara oral di saluran cerna.
Absorpsi yang kurang baik di saluran cerna dan metabolisme yang cepat menjadi penyebab
rendahnya bioavailability senyawa santon di dalam tubuh. Adanya kecenderungan senyawa
mengalami First Pass Effect dapat menjadi suatu pertimbangan dalam merencanakan bentuk
sediaan dan rute pemberian. Revew profil farmakokinetika komponen santon aktif dalam
sediaan herbal ini diharapkan dapat membantu menjustifikasi nilai terapi, dan klinis sediaan
herbal dengan komoponen bioaktiv golongan santon, serta menjadi acuan dalam
perencanaan dosis.
JURNAL 2
REVIEW:
KESIMPULAN
REVIEW:
(Merck), etilasetat (Merck) dan akuadestilata (Fak. Farmasi UGM). Subjek uji : kelinci
jantan domestik umur 3 bulan berat 1,6 – 1,8 kg.
Cara kerja : Dispersi padat dibuat dengan metode pelarut, dimana furosemida dan PVP
dengan perbandingan 1 : 5 dan 1 : 7 dilarutkan secara bersama dalam metanol kemudian
pelarut diuapkan. Dispersi padat yang terbentuk digerus sampai tingkat kehalusan yang
relatif sama (mesh 40/50). Kemudian disetarakan kandungan furosemidanya (40 mg) dan
dimasukkan ke dalam cangkang kapsul. Uji ketersediaan hayati furosemida pada kelinci
jantan (n = 6) diteliti dengan menggunakan rancangan Latin Square Cross Over dengan 4
macam perlakuan, yaitu furosemida tunggal (kontrol), tablet Lasix (formula pembanding)
serta dispersi padat furosemida – PVP 1 : 5 dan 1 : 7 (formula uji). Kadar furosemida dalam
darah ditetapkan menurut cara Kelly (1974) yang dimodifikasi Hakim (1996) sebagai berikut
: darah utuh (250 μl) + HCl 0,1 N 50 μl kemudian cairan disari dengan etilasetat (3,0 ml)
dengan vortex selama 2 menit. Lapisan fase organik (2,0 ml) dituang ketabung lain,
ditambah larutan dapar kalium fosfat 0,1 M pH 8 (2,5 ml), di-vortex selama 2 menit dan di-
sentrifuge (2500 rpm, 10 menit). Lapisan etilasetat dibuang dan sisa larutan diasamkan
dengan HCl 0,5 N (1,0 ml). Kemudian dicari panjang gelombang eksitasi dan emisi
maksimum dengan menggunakan spektrofluorometer (Hitachi F-4000). Parameter
ketersediaan hayati meliputi Cpmaks, tmaks diperoleh langsung dari kurva hubungan antara
konsentrasi obat dan waktu sedangkan AUC diperoleh dengan metoda trapezoidal.
Ketersediaan hayati relatif dari masing-masing formula uji (dispersi padat furosemida – PVP
1 : 5 dan 1 : 7) serta formula pembanding ditentukan dengan menjadikan furosemida
(kontrol) sebagai standar pembanding.
KESIMPULAN
Pembentukan dispersi padat furosemida-PVP dapat meningkatkan ketersediaan hayati
furosemida secara bermakna (P < 0,05), yaitu Cpmaks furosemida dari dispersi padat PVP 1
: 5 dan 1 : 7 meningkat berturut-turut 29,74 dan 60,70 % dibandingkan furosemida tunggal.
AUC0-5 furosemida dari dispersi padat 1 : 7 meningkat 25,08 % sedangkan pada 1 : 5
menurun 1,51 % dibandingkan furosemida tunggal. Sama halnya dengan disolusi, waktu
pelepasan awal furosemida relatif lama yang dapat dilihat pada peningkatan harga tmaks
dibandingkan dengan tmaks furosemida tunggal. Dispersi padat furosemida – PVP 1 : 7
meningkatkan ketersediaan hayati relatif (AUC0-5) secara bermakna dibandingkan
furosemida murni (P < 0,05) dengan nilainya 125,07 %. Jadi dispersi padat furosemida –
PVP 1 : 7 bioekivalen dengan Lasix.
JURNAL 4
1. Judul Jurnal: BIOAVAILABILITAS TABLET IBUPROFEN PADA PEMBERIAN
BERSAMAAN DENGAN EKSTRAK AIR HERBA PEGAGAN (Centella asiatica (L)
Urban) PADA KELINCI JANTAN
2. Penulis: Depprelia Wahyu Sutanti, Iis Wahyuningsih Fakultas Farmasi, Universitas
Ahmad Dahlan
3. Tahun Terbit: 2013
4. Publikasi: Majalah Farmasi Indonesia
5. Reviewer: Khairun Nisa (1943057010)
REVIEW:
Ibuprofen merupakan derivat dari asam propionat, yang secara luas digunakan sebagai
obat antiinflamasi non-steroid, antipiretik dan analgetik (Dewland et al., 2009; Canaparo et al.,
2000; Bushra and Aslam, 2010; Rainsford, , 2009).
Seperti halnya ibuprofen, ekstrak air herba pegagan juga memiliki aktifitas sebagai
antiinflamasi (Somchit, et al, 2004). Aktivitas antiinflamasi dari ekstrak air herba pegagan
dapat dikaitkan dengan adanya glikosida seperti asiaticoside dan madecassoside (George et al.,
2009). Assiaticoside merupakan suatu inhibitor aktivitas enzim CYP450 (CYP3A4 dan
CYP2C19), dapat menyebabkan interaksi dengan obat yang dimetabolisme oleh enzim
termasuk ibuprofen
Metode Penelitian
Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut alat-alat gelas (glassware)
Pyrex, scapel, pipet mikro, tabung ependrof, vortex (MX-S), sentrifuge (PLC-05),
spektrofotometer (PharmaSpec UV-1700 Shimadzu), neraca analitik (ANALITIK AND
GR/202), pH meter (PCT-403), Stirer (LMS-1003), ultrasonic (LC 30 H) dan alat Halogen
Moisturizer Analyzer.
Bahan
Hewan uji yang digunakan adalah kelinci jantan galur lokal dengan berat badan 1,5-1,8 kg.
Bahan yang digunakan adalah herba pegagan yang diperoleh dari kaki gunung Ungaran,
ibuprofen, tablet ibuprofen generik (Indofarma), kloroform p.a, Natrium Hidroksida p.a.,Asam
Klorida (E. Merck) p.a., heparin dan aquades.
Jalannya Penelitian
1. Determinasi Tanaman dan Pembuatan Ekstrak Air Herba Pegagan (Centella asiatica (L)
Urban).
2. Uji Pendahuluan
a. Penentuan panjang gelombang serapan maksimum ibuprofen dalam plasma darah
b. Penentuan persamaan kurva baku ibuprofen dalam plasma darah, perolehan kembali
dan penentuan stabilitas ibuprofen dalam plasma darah
3. Penentuan parameter bioavailabilitas ibuprofen dalam darah
4. Analisis Data
KESIMPULAN
1. Penggunaan tablet ibuprofen bersama ekstrak air herba pegagan dapat meningkatkan
nilai Cpmaks dan AUC, tetapi tidak ada pengaruh terhadap nilai tmaks.
2. Penggunaan ibuprofen bersama ekstrak air herba pegagan 50 %b/v dan 100%b/v secara
signifikan mempengaruhi bioavailabilitas ibuprofen dalam darah.