Anda di halaman 1dari 30

IMUNOLOGI

PERTEMUAN 4
01
02
03
04
05
01
02
03
04
05
I. Interaksi Antigen-Antibodi Primer
Interaksi primer antara antigen dengan antibodi bukan ikatan
kovalen tetapi kekuatan van der waals, kekuatan elektrostatik
dan kekuatan hidrofobik. Diperlukan untuk menutup rapat
antara epitop dan antibodi yang kadang-kadang berbeda antara
kunci dengan gembok. Karena energi rendah pada interaksi
antigen antibodi maka, komplek antigen antibodi dapat
dipecah oleh tinggi atau rendah dari pH, tinggi konsentrasi
garam atau oleh ion khaotropic seperti sianat, dimana interfere
ikatan hidrogen pada molekul air.

Afinitas adalah konstanta hubungan intrinsik terhadap


karakteristik ikatan antara antibodi dengan epitop. Aviditas
adalah semua energi ikatan antara antibodi dengan multivalen
antigen.Secara umum antibodi Ig M aviditas lebih besar
daripada antibodi Ig G, walaupun afinitasnya sama

01
II. Interaksi Antigen-Antibodi Sekunder
• Interaksi antigen-antibodi sekunder dapat mengakibatkan presipitasi atau
aglutinasi. Reaksi antigen-antibodi dapat terjadi langsung, tetapi kadang-kadang
reaksi baru terjadi apabila ada komplemen.
• Apabila antigen yang ada dalam larutan direaksikan dengan antibodi spesifik, akan
terbentuk kompleks antigen-antibodi yang besar sehingga kompleks mengendap
dan terjadi presipitasi. Bila antigen itu terikat pada suatu partikel, misalnya partikel
lateks, kuman, eritrosit maupun partikel lain, maka interaksi antigen-antibodi
tersebut menyebabkan terjadinya gumpalan atau aglutinasi.
• Interaksi antigen-antibodi sekunder merupakan dasar berbagai jenis teknik uji in
vitro, misalnya teknik imunodifusi, aglutinasi lateks, hemaglutinasi, uji fiksasi
komplemen, turbidimetri, nefelometri dan lain-lain.

02
• Reaksi aglutinasi adalah reaksi antara antibodi dengan antigen multivalen
(partikulat) sehingga menghasilkan ikatan silang pada variasi partikel antigen oleh
antibodi.
• Titer adalah pengenceran serum tertinggi yang masih menyebabkan aglutinasi. Pro
zone effect adalah serum dengan konsentrasi antibodi tinggi dimana tidak terjadi
aglutinasi (antibodi ekses = kelebihan antibodi). Post zone effect adalah suatu
keadaan dimana terjadi kelebihan antigen sehingga tidak terjadi aglutinasi (antigen
ekses).
• Zona equivalence adalah suatu daerah dimana terjadi keseimbangan antara
antigen-antibodi sehingga terjadi aglutinasi.

03
Ikatan Antigen Antibodi

04
1. Epitop/Determinan → bagian dari antigen yg
dpt mengenal/ menginduksi pembentukan
antibodi
2. Paratop → bagian dari antibodi yg dpt
mengikat epitop

05
• Unideterminan, univalen → jenis epitop satu dan jumlahnya satu
_#__________________________

• Unideterminan, multivalen → jenis epitop satu, jumlah lebih dari satu


___#___#____#_______________

• Multideterminan, univalen → jenis epitop lebih dari satu dan jumlahnya satu
_#__@___*___________________

• Multideterminan, multivalen → jenis epitop lebih dari satu, jumlah lebih dari satu
___#_#_#_@__@__$__$__$___$_

01
MACAM ANTIGEN BERDASARKAN
SPESIFISITAS

1. Heteroantigen → dimiliki banyak spesies


2. Xenoantigen → dimiliki spesies tertentu
3. Alloantigen → dimiliki satu spesies
4. Antigen organ spesifik → dimiliki organ
tertentu
5. Autoantigen → berasal dari tubuhnya sendiri

02
MACAM ANTIGEN BERDASARKAN
KETERGANTUNGAN PADA SEL T

1. T dependen → perlu pengenalan thd sel T dan sel B →


untuk merangsang antibodi
2. T Independen → dpt merangsang sel B tanpa
mengenal sel T dahulu

03
MACAM ANTIGEN BERDASARKAN
BAHAN KIMIANYA

1. Karbohidrat → imunogenik
2. Lipid: tidak imunogenik → hapten
3. Asam nukleat → tidak imunogenik
4. Protein → imunogenik

04
05
05
01
34
Perkembangan Limfosit T
Bone Marrow merupakan tempat pembentukan seluruh sel darah ( Stem cell ).
Limfosit T dibentuk di sum-sum tulang dan dimatangkan di Timus. Sel limfosit T
yang belum dewasa disebut timosit. Setelah dimatangkan di Timus maka sel
tersebut akan masuk ke dalam perifer.

34
Di Timus terjadi proses toleransi (central tolerans)

Disini terjadi seleksi baik positif maupun negatif dengan self MHC-associated
peptida antigen (MHC sendiri yang berikatan dengan antigen peptida sendiri
Seleksi (+)
A. Lack of Positive Selection

Pada thymic epithelial cell:


Jika terjadi kegagalan pengenalan terhadap MHC dari kompleks MHC peptida, terjadi
kematian sel apoptosis

B. Positive Selection

Pada thymic epithelial cell :


Jika terjadi pengenalan dengan aividitas lemah terhadap MHC dari kompleks MHC
peptida, terhindar dari kematian sel, konversi ke single positif dan tetap hidup
dilanjutkan ke seleksi negatif.

34
Seleksi (-)
C. Negative Selection
Pada thymic antigen presenting cell :
Terjadi pengenalan dengan aviditas kuat terhadap peptida dari kompleks MHC
peptida terjadi kematian sel apoptosis.

Setelah melewati seleksi positif dan negatif, dihasilkan limfosit T yang matang (terseleksi)
dimana TcR nya mengenal MHC sendiri dan mengenal antigen asing dengan kata lain
mengenal antigen asing yang disajikan oleh MHC sendiri

34
Di perifer toleransi terjadi karena :
• Anergi (kurangnya reaksi oleh mekanisme pertahanan tubuh terhadap zat
asing, dan terdiri dari induksi langsung toleransi limfosit perifer
• Stimulasi berulang dari antigen
• Supresi

34
Bone Marrow merupakan tempat pembentukan seluruh sel darah ( Stem cell ). Limfosit
B dibentuk dan dimatangkan di sum-sum tulang. Di perifer terdapat sel limfosit B
mature.
Disumsum tulang terjadi central toleran pada sel B
• Immature limfosit B mengenali multivalen antigen sendiri seperti membran protein
terjadi apoptosis
• Immature limfosit B mengenali secara spesifik antigen sendiri valensi lemah akan
hidup tetapi ≠ mampu berespon terhadap antigen

34
34

Anda mungkin juga menyukai