Anda di halaman 1dari 88

Dr.Ade Utia Detty,M.

Kes

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

DEPARTEMEN IMUNOLOGI

PENDAHULUAN IMUNOLOGI

DASAR PEMIKIRAN :

• Adanya perlawanan terhadap infeksi

• Penyembuhan penderita dari suatu penyakit diikuti oleh kemampuan si

penderita tsb untuk melawan infeksi ulang

IMUNOLOGI MODERN : Edward Jenner

*Inokulasi kerak cacar sapi (cowpox) pada seseorang ternyata dapat melindungi

orang tsb dari penyakit cacar*

IMUNISASI PENCEGAHAN : Louis Pasteur

- Yang menciptakan istilah “Vaccine”

- Mengembangkan teknik2 pembiakan m.o. in vitro

- Heatkilled vaccine

-Live attenuated vaccine

-Imunisasi aktif

Robert Koch → mengembangkan vaksin untuk tuberkulosis

Roux dan Yersin : menemukan adanya eksotoksin yg kuat pada C.diphtheriae

-Digunakan oleh von Behring dan Kitasato untuk bioinokulasi pd binatang

-Dikenal sebagai ANTITOKSIN

-IMUNISASI PASIF

Pfeiffer dan Bordet : menemukan KOMPLEMEN

Durham dan von Gruber : mengamati bahwa serum dapat menggumpalkan /

mengaglutinasi sel bakteri

→ merupakan dasar uji diagnostik penyakit2 infeksi

Paul Erlich : teori humoral untuk pembentukan antibodi

→ Mengembangkan teori “gembok dan kunci”


(side-chain theory = lateral-chain theory)

Elie Matchnikoff : mengembangkan teori seluler untuk imunitas

“IMUN” berasal dari bhs Latin “IMMUNIS” (=bebas dari pajak/bebas dari beban)

-mrpk daya tahan relatif hospes thd reinfeksi mikroba tertentu

-tidak selalu menguntungkan

-bisa merugikan hospes (hipersensitivitas / alergi)

Respon imunologik menjalankan 3 fungsi :

1. Pertahanan (defense)

yaitu pertahanan tubuh melawan invasi m.o.

- hiperaktif → hipersensitivitas atau alergi

- hipoaktif → rentan thd infeksi ulang (penyakit defisiensi imun)

2. Homeostasis

memenuhi kebutuhan umum dari organisme multiseluler untuk mempertahankan

keseragaman dari jenis sel tertentu

- penyimpangan homeostasis → penyakit autoimun

3. Pengawasan (surveillance)

memonitor pengenalan jenis2 sel abnormal yg selalu bisa timbul dlm badan

- sel mutan dpt timbul scr spontan / pengaruh virus ttt / zat2 kimia

- kegagalan fungsi ini → penyakit keganasan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMODIFIKASI MEKANISME IMUN :

1. Genetik

2. Umur

3. Metabolik

4. Lingkungan

5. Anatomik

6. Fisiologik

Mikrobial

BENDA ASING

Respon Imun Tolerans


Nonspesifik Spesifik

-fagositosis

-inflamasi Humoral Seluler

Reaksi Antigen-Antibodi

Prinsip Utama Respon Imun

• Sistem imun harus mampu mengeliminasi mikroba dengan pertahanan awal melalui sistem
imun innate / non spesifik

• Sistem imun innate memberikan sinyal ke sistem imun adaptive / spesifik melalui mediator
biologis (cth. Sitokin, kemokin)

• Sel pada sistem imun adaptive/ spesifik mengenali secara spesifik Antigen (ikatan spesifik
ligan dan reseptornya)

• Pengenalan spesifik ini (ikatan Ag-Ab) bertujuan akhir untuk eliminasi mikroba yang masuk

• Sistem imun adaptive memiliki memori untuk merespon terhadap pemaparan antigen primer/
terdahulu

• Sistem imun harus mampu membedakan antara self dan non self menghindari terjadinya
penyimpangan (autoimun diseases)

Biochemical Barrier

Sistem Imun

1. Bawaan/innate/

non spesifik
Biochemical barrier

ANTIGEN

• Imunogen :Bahan atau molekul menginduksi aktivasi komponen-komponen sistem imun dan
mampu menimbulkan respon imun

• Antigen : Substansi substansi yang dapat dikenali dan berikatan secara spesifik oleh reseptor
pada limfosit (Sel B dan Sel T) (Male et al. 2006)

• Sel T akan mengenali fragmen antigen pada permukaan sel yg terinfeksi (antigen intraseluler)

• Sel B akan mengenali molekul antigen yang utuh (terlarut/ antigen ekstraseluler)

“Semua imunogen adalah antigen tetapi tidak semua antigen imunogenik”

Determinan Antigen
Hapten

• Contoh hapten : uroshiol, penicillin, sulphonamid, aspirin, cosmetic, tranquillizers, neomycin

• Hapten : protein dg BM rendah yang bersifat non imunogenik yang


imunogenik dg mengikat carier yg sesuai (cth. Keyhold limpet
hemocyanin/ KLH; BSA,
Klasifikasi Antigen

• Antigen dikelompokkan berdasarkan :

A. Klasifikasi berdasarkan asalnya :

• Antigen eksogen : konfigurasi yang disajikan kepada tubuh dari


luar

cth : Mikroorganisme, pollen, obat, dsb

• Antigen endogen : konfigurasi yang terdapat dalam tubuh host


atau individu à Hasil dari metabolisme normal sel

cth : antigen pada permukaan eritrosit (gol darah)

• Autoantigen : merupakan protein normal atau kompleks protein


(DNA/ RNA) yang dikenali oleh sistem imun dari pasien yg menderita
autoimun disease.

B. Berdasarkan ketergantungan terhadap sel T

• Antigen Sel T Dependent (TD) :

• Ag yg memerlukan sel Th untuk menstimulus respon sel B Ab

• Mengandung protein dan memiliki imun memory

• Memiliki banyak macam epitop

• Cth : protein

• Antigen Sel T Independent (TI) :

Ag yg dapat menstimuli sel B tanpa sel Th


Mengandung ligan TLR atau Toy Like Receptors

Memiliki beberapa epitop yang sama atau pengulangan epitop Cth : polisakarida

Faktor faktor yang mempengaruhi imunogenitas Antigen

• Foreignness atau faktor keterasingan : substansi yang tidak pernah kontak dengan sistem imun
dari ketika embriogenesis

• Faktor fisik dan kimia antigen

a. Ukuran Molekul ( >10kD), tidak terlarut semakin imunogenik

b. Komposisi kimia dan strukutur protein yang menyusun antigen

> semakin rumit struktur kimia, maka antigen tersebut dpt tergolong imunogen yg
poten

> Gugus as amino aromatik (tirosin), derajat imunogen >>

• Cara pemaparan antigen : intravena, subcutan, perm tubuh, dsb

• Degradibility : kemampuan dipecah2 oleh sistem imun

• Sensitivitas metode yang digunakan untuk mengukur respons imun sensitivitas


immunoassay

• Faktor internal Host ; genetik, jenis kelamin, umur, Kondisi sistem imun host

• Dosis paparan antigen

ANTIBODI

Protein yang mengenali dan mengikat antigen dengan spesifisitas yang tinggi

• Antibodi bentuk Y dan terdiri dari 4 rantai polipeptida

• Memiliki 2 antigen binding sites (Paratop) yang identik

• Antibodi dikenal pula sebagai imunoglobulin (Ig)

Antibodi diproduksi oleh subset limfosit yaitu sel B

• Ikatan antara reseptor sel B (antibodi) dg antigen yg dikenalinya akan menyebabkan sel B
terstimulasi (aktivasi)

• Sel B yang terstimulasi dan terdiferensiasi membentuk sel plasma sekresi antibodi

• Antibodi dapat ditemukan pada :

 Cairan ekstraselular : plasma darah, getah bening, mukus, cairan


jaringan.
 Permukaan sel B sbg reserptor Ag

Struktur Antibodi

• Antibodi tersusun atas:

– 1 pasang (2 Light Chains/ Lc) (rantai ringan) yang identik

– 1 pasang (2 Heavy Chains/ Hc) yang identik (rantai berat) yang membedakan antara antara klas Ig

• Pada masing2 Lc dan Hc mengandung :

– Variable Regions: 2 bagian ujung dari lengan Y (Fab) fragment antigen binding)

– Constant Regions: (Fc) fragment crystallizable) akan berikatan dengan komplemen atau sebagai

reseptor sel

Struktur Antibodi
• Antibodi tersusun atas:

– 1 pasang (2 Light Chains/ Lc) (rantai ringan) yang identik

– 1 pasang (2 Heavy Chains/ Hc) yang identik (rantai berat) yang membedakan antara antara klas Ig

• Pada masing2 Lc dan Hc mengandung :

– Variable Regions: 2 bagian ujung dari lengan Y (Fab) fragment antigen binding)

– Constant Regions: (Fc) fragment crystallizable) akan berikatan dengan komplemen atau sebagai

reseptor sel

Struktur Antibodi

Bagaimana Antibodi dihasilkan

• Antibodi memiliki 2 bentuk :

• Ab terlarut atau Soluble : di sekresikan di plasma darah dan cairan jaringan

• Ab terikat dengan membran : ditemukan pada permukaan sel B reseptor sel B


(BCR), monosit, makrofag, basofil, eosinofil, NK sel, dsb

• BCR berikatan dg antigen di sirkulasi mengaktifkan sel B sel plasma atau berdiferensiasi
mjd sel B memori
Klas Imunoglobulin

• Imunoglobulin (Ig) adalah kelompok glikoprotein

• Pada Mamalia mengekspresikan 5 isotipe Ig berbeda dari antibodi yaitu :

• IgG

• IgM

• IgA

• IgD

• IgE

• Isotipe atau klas Antibodi satu dengan lain di berbeda dalam ukuran, fungsi, susunan asam
amino dan karbohidrat

• Perbedaan struktur antar isotipe terletak pada

susunan molekul pd rantai berat/heavy chain


• Tipe dari rantai berat akan menentukan klas dan subklas dari antibodi

• Masing-masing isotipe Ig memiliki 2 fungsi yang sama (kecuali Ig D), yaitu :

 Mengenali dan mengikat antigen, dan

 Melakukan pembunuhan atau pemusnahan kompleks imun yang


terbentuk melalui mekanisme aktivasi efektor.

Ig G

• Struktur: Monomer

• IgG dalam serum antibodi : 80%

• Lokasi: berbagai cairan tubuh : Darah, getah bening, CSS, urine dan saluran pencernaan

• Dapat ditransferkan dari maternal melalui plasenta

• Dapat bekerjasama dg komplemen opsonisasi (jalur klasik)

• Fungsi : meningkatkan fagositosis, menetralkan toksin dan virus, melindungi fetus newborn

• Terdapat 4 subklas : IgG1, IgG2, IgG3, dan IgG4

IgG meningkat : infeksi kronis dan autoimun

IgM

• IgM : makro-globulin

• Struktur: Pentamer

• Lokasi : darah, getah bening atau lymph, permukaan sel B (monomer)

• Dapat mengaktifkan komplemen (jalur klasik)

• Fungsi : merupakan Ab pertama yang diproduksi selama infeksi. Efektif dalam melawan mikroba
dan mengaglutinasi Ag

• IgM dibentuk paling dahulu pada respon imun primer

• IgM tinggi dlm darah umbilikus : infeksi intrauterin

• Produksi IgM berlebih : waldenstorm’s macroglobulinemia hiperviskositas darah

IgA

• Struktur: Dimer

• Lokasi: sekresi seromukus (air mata, saliva, intestinum, dan ASI, kolostrum, sekret genitourinary)
dlm btk IgA sekretori (sIgA)

• Tidak dapat ditransferkan dari maternal melalui plasenta


• Fungsi : melokalisasi proteksi pada permukaan mukosa, meningkatkan imunitas pada saluran
pencernaan infant, IgA dlm serum dpt mengaglutinasi mikroba fagositosis

Dapat mengaktifkan komplemen jalur alternatif

IgD

• Struktur: Monomer

• IgD dalam serum antibodi : 0.2% krn sangat rentan thd degradasi oleh proses proteolisik

• Tidak dapat ditransferkan dari maternal melalui plasenta

• Fungsi : pada serum darah, fungsinya masih belum diketahui. Pada sel B dapat menginisiasi
respon imun reseptor Ag aktivasi sel B

Ig D dapat berikatan dan mengaktifkan basofil dan sel mast shg memproduksi faktor
antimikroba à pertahanan sistem respiratori

IgE

• Struktur: Monomer

• Lokasi : darah dan berikatan dengan sel mast dan basofil di seluruh tubuh krn sel tst memiliki
reseptor utk Fc dari IgE

• Tidak dapat ditransferkan dari maternal melalui plasenta

• Fungsi : pada reaksi alergi akan meningkat, infeksi dari cacing (lisisnya cacing)

• IgE tinggi : infeksi cacing, diduga berperan pada imunitas parasit

• Peningkatan total serum IgE moderat : allergic rhinitis, allergic asthma, atopic dermatitis
Defisiensi Antibodi

imunodefisiensi

Defisiensi Ig G :

Contoh : X-linked agammaglobulinemia – Bruton disease

Common variable immunodeficiency (CVID)

Defisiensi Ig M :

Contoh :

Primer : Kelainan genetik, toksin , severe bacterial infections Sekunder :

• Lymphoid malignancies

• Autoimmune disease

• Protein-losing enteropathies

• AIDS

Defisiensi Ig A :
• TORCH syndrome (Toxoplasmosis, Other viruses [HIV, TB and HHV6], Rubella, Cytomegalovirus,
Herpes simplex virus)

• Ataxia telangiectasia

• Chronic mucocutaneous candidiasis

• Celiac disease (CD)

Defisiensi Ig E :

• Low serum levels of IgE à immunodeficiency including IgG subclass deficiencies and Bruton's
hypogammaglobulinemia

Jenis Struktur Fungsi Letak

antibodi

Ig A Dimer -proteksi permu-kaan mukosa, Sekret respiratori

- fagositosis, dan gastrointes-tinal

-destruksi parasit melalui ADCC

Ig D Monomer Pada sel B menginisiasi respon permukaan sel B

imun aktivasi sel B sebagai molekul

reseptor

Ig E Monomer -Meningkat pada reaksi alergi, Pada peredaran

infeksi dari cacing berikatan dengan sel

- Mencetuskan produksi mediator mast dan basofil

vasoaktif

Ig G Monomer -meningkatkan fagositosis, berbagai cairan dan

-menetralkan toksin dan virus, saluran pencernaan

-melindungi fetus newborn

Ig M Pentamer -merupakan Ab pertama yang darah, getah bening

diproduksi selama infeksi atau lymph,

-Efektif dalam melawan mikroba permukaan sel B


8/13/201
4 31

dan mengaglutinasi Ag (monomer)

• Tabel pembeda Imunogobulin


Konsekuensi ikatan Ag Ab

Konsekuensi dari Ikatan Antigen – Antibodi

Kompleks Ag – Ab : dibentuk ketika antibodi mengikat antigen yang dikenalinya

Aglutinasi : Antibodi dapat menyebabkan antigen (mikroba) menggumpal bersama sama

• Opsonisasi: Antigen (mikroba) dilapisi oleh Ab yang dapat meningkatkan penelanan mikroba dan
pelisisan oleh sel fagosit

• Netralisasi : IgG menginaktifkan virus dengan cara mengikat permukaannya dan menetralkan

toksin melalui blocking sisi aktifnya

• Antibody dependent cell-mediated cytotoxicity (ADCC): digunakan untuk menghancurkan


organisme besar (e.g : cacing). Organisme target di lapisi dengan antibodi dan di bombardir
dengan komponen kimia dari sistem imun nonspesifik (mediator biologis)

• Aktivasi komplemen: Baik IgG dan IgM dapat menstimulasi sistem komplemen sehingga
melisiskan sel mikroba dan terjadi inflamasi

ADCC

• Sel yang memediasi ADCC : NK sel, monosit, Makarofag, neutrofil dan eosinofil sel efektor

REAKSI ANTIGEN – ANTIBODI


A. NATURE OF ANTIGEN-ANTIBODY REACTIONS :

 Lock and Key Concept

 Non-covalent Bonds : hydrogen bonds, electrostatic bonds, Coulombic, Van der Waals
forces and hydrophobic bonds

 Reversible ( disosiasi )

B. AFFINITY AND AVIDITY

 Afinitas Ab : Kekuatan ikatan satu Ab & Epitop

 Aviditas : Kekuatan ikt Ab dg Epitop k’seluruhan

REAKSI ANTIGEN - ANTIBODIC. SPECIFICITY AND CROSS REACTIVITY

 Specificity.

Perbedaan Ab, dipengaruhi :

a. Struktur primer.

b. Bentuk isomer.

c. Struktur sekunder & tersier

 Cross reactivity

REAKSI ANTIGEN – ANTIBODI

UJI LABORATORIUM REAKSI ANTIGEN – ANTIBODI

 Rx. Ag/Ab  Use to Diagnostik

 Factors affecting measurement of Ag/Ab reactions :

 Affinity
 Avidity

 Ag : Ab ratio

 Physical form of the antigen

UJI LABORATORIUM
REAKSI ANTIGEN – ANTIBODI

Agglutination Tests :

 Agglutination / Hemagglutination

 Passive hemagglutination

 Coombs Test (Antiglobulin Test)

 Hemagglutination Inhibition

Precipitation tests :

 Radial Immunodiffusion ( Mancini )

 Immunoelectrophoresis

 Countercurrent electrophoresis

 UJI LABORATORIUM
REAKSI ANTIGEN – ANTIBODI

Radioimmunoassay (RIA) / Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA)

 Tests for Cell Associated Antigens

 Complement Fixation Test

JENIS REAKSI
ANTIGEN - ANTIBODI1. Agglutination / Hemagglutination
 Memakai Ag permukaan sel SDM, bakteri.
 Fungsi : u/ mengetahui adanya Ab.
 Eq : Widal Test, Gol. darah

JENIS REAKSI ANTIGEN – ANTIBODI

2. Passive & Reverse Passive agglutination

 Ag diikatkan partikel carrier ( Latex, gelatin, Eritrosit, karbon, kolodion )


Eq : Deteksi Ab nontreponemal pd Sifilis
Faktor Reumatoid, Ab Rubella
Ab Thyroglobulin
 RPHA u/ menentukan ANTIGEN
IHA / PHA u/ menentukan ANTIBODI
Eq : penentuan HBsAg & Anti HBsAg

JENIS REAKSI
ANTIGEN - ANTIBODI

3. INHIBITITION AGGLUTINATION

Eq : tes HCG

4. COOMB’S TEST

a. Test Antiglobulin langsung ( DAT ) :

 Ikatan Ag-Ab telah terjadi invivo.

 u/ deteksi coating SDM oleh Ab / C

b. Test Antiglobulin tdk langsung (IAT)

ACUTE & CHRONIC INFLAMMATION

Dasar dasar Pemahaman

Radang

Untuk memahami radang pada organ :

1. Pahami mekanisme radang (secara umum)

2. Pahami mekanisme infeksi

Pendahuluan

 Inflamasi adalah respon jaringan tubuh terhadap jejas.

 kegunaan:

 Menetralisasi atau menghancurkan agen infeksi

 Melokalisir jejas sekecil mungkin

 Mengirim sinyal untuk persiapan perbaikan jaringan

 Menyiapkan jaringan untuk perbaikan dan penyembuhan.

 Dipengaruhi:

 Infeksi mikroba

 Agen fisik
 Kimia

 Jaringan nekrosis

 Reaksi imunitas

Karakter umum inflamasi

 Komponen pembuluh darah dan sel radang

 Mediator yg dihasilkan pembuluh darah atau sel radang.

 Berakhir ketika agen infeksi dieliminasi dan mediator protein hilang.

5 tanda lokal yang umum ditemukan pada inflammasi (terutama infl.akut)

 Panas

 Kemerahan

 Bengkak

 Nyeri

 Kehilangan fungsi

 Calor – vasodilatasi

 Rubor – vasodilatasi

 Tumor – Peningkatan permeabilitas vaskuler

 Dolor – Pelepasan mediator dan sel darah putih polimorfonuklear

 Functio laesa – hilangnya fungsi organ

Acute Inflammation Components

Physiological Symptoms Responses

Pelepasan mediator

Vasodilatasi

Peningkatan aliran darah

Ekstavasasi cairan (perubahan permeabilitas)

Cellular influx (chemotaxis)

Peningkatan metabolisme selular

panas(calor)

Resdnes (rubor)
Swelling (tumor)

Pain (dolor)

CARDINAL SIGNS OF ACUTE INFLAMMATION

Pembagian inflamasi

 Pembagian inflamasiBerdasarkan: waktu, etiologi.

 Waktu: akut, kronik

 Etiologi: spesifik, non spesifik

Inflamasi / peradanagn akut

Inflamasi akut

 Respon pada onset awal, durasi pendek dan cepat

 Melibatkan:

 perubahan hemodinamik

 eksudasi cairan

 migrasi sel limfosit bergranular (PMN)


Tahapan inflamasi

I. Respon neurologik: saraf simpatik  vasokonstriksi pembuluh darah


II. Respon vaskular

 1. VASODILATASI (kapiler: 3-5 detik, arteriole: 30-60 detik)

 2. PERUBAHAN PERMEABILITAS KAPILER, EDEMA(>1-5 menit)

 3. NYERI

III.Respon seluler

 A. Marginasi dan penempelan sel darah putih

 B. Migrasi sel darah putih

 C. Kemotaksis

D. Fagositosis

Perpindahan leukosit dari pembuluh darah menuju jaringan yang meradang

Aliran sel darah merah melambat

Sel darah merah berkumpul

Menepi di tepi pembuluhdarah

Sel darah putih Berputar

Sel darah putih Menempel


Sel darah putih Transmigrasi

Perpindahan sel darah putih

Chemotaxis

 Dirangsang oleh: bakteri, sistim komplemen (C5a), leukotrine B4, sitokin (t.u chemokine family)

 Agen kemotaksis berikatan dengan reseptor protein pada permukaan limfosit ↑ sitolitik
kalsium & aktivitas GTPase pada matriks ekstraselular limfosit terarah ke target.

Fagositosis

 Terjadi dalam tiga tahapan:

1. Recognition & binding.

Opsonin pada antigen berikatan dengan reseptor pada leukosit.

2.Engulfment.

terbentuk pseudopods dan menelan antigen.


3. Killing & degradation.

penghancuran antigen

Fagositosis

EKSUDAT INFLAMASI (PLASMA, SEL DAN CAIRAN

 SEROUS

 FIBRINOUS

 PURULENT

 HEMORRHAGIC

 CATARRHAL
INFLAMASI KRONIS

Inflamasi kronis

 Onset lanjutan inflamasi akut/ infeksi berulang, reaksi imunitas, ekspose lama dengan toksin

 durasi lama (minggu- bulan)

 Limfosit tidak bergranular dan makrofag

 Vaskularisasi dan sikatrik.

 Infiltrasi sel mononuclear (macrophages, lymphocytes, plasma cells)

Inflamasi kronis non spesifik

A. Akumulasi difus makrofag dan limfosit pada daerah lesi

B. Pembentukan granuloma

GRANULOMA FORMATION

Mediator kimia inflamasi


INFLAMMATORY MEDIATORS:

1) HISTAMIN – 1st mediator pada respon inflamasi, menyebabkan dilatasi arteriol dan
meningkatkan permeabilitaskapiler dan venula.
2) SEROTONIN – menyebabkan vasodilatasi dan menyebabkan meningkatnya permeabilitas
pembuluh darah.

INFLAMMATORY MEDIATORS

3) PLASMA PROTEINS

a) BRADYKININ : peningkatkan permeabilitas kapiler dan rasa nyeri, dapt merangsang kemotaksis
leukosit.

b) COMPLEMENT COMPONENTS : membuat 10% circulating serum proteins, kemotaksis neutrofil


dan monosit, kaskade komplemen utuk menghancurkan bakteri

c) COAGULATION SYSTEM – utuk pembentukan jaringan fibrous pada daerah lesi sehingga eksudat,
mikroorganisme dan benda asing tertahan, menghentikan perdarahan dan memberi singnal awal
perbaikan.

INFLAMMATORY MEDIATORS

4) PROSTAGLANDINS dan PRODUK LAIN CYCLOOXYGENASE PATHWAY : derivat dari asam arakidonat
ikut mempengaruhi proses vasodilatasi, peningkatan permeabilitas kapiloer nyeri dan demam.

5) LEUKOTRIENES: ikut mempengaruhi peningkatan permeabilitas pembuluh darah, menyebabkan


bronchoconstriksi, reaksi anaphilaksis

6) Sel darah putih:

a. NEUTROPHILS – Limfosit, PROTEASE, REACTIVE OXYGEN INTERMEDIATES, THROMBOXANE A 2,


PGE2,

HYDROLASES

b. MONOCYTES/ MACROPHAGES - REACTIVE OXYGEN AND NITROGEN INTERMEDIATES, LTs, IL-1, IL-
6, TNF-α, COLONY STIMULATING FACTORS
c. LYMPHOCYTES :

1. T HELPER CELLS - IL-2, IL-3, IL-4, IL-5, IL-6, IL-7, IL-8, -INTERFERON, COLONY
STIMULATING

FACTORS, TUMOR NECROSIS FACTOR - α

2. T CYTOTOXIC CELLS –

TUMOR NECROSIS FACTOR - α, PERFORINS

3. B CELLS - IMMUNOGLOBULIN

d. MAST CELLS – HISTAMINE, SEROTONIN, LTB4,


PROSTAGLANDINS, PLATELET ACTIVATING

FACTOR, NEUTROPHIL CHEMOTACTIC FACTOR

(IL-8), EOSINOPHIL CHEMOTACTIC FACTOR

e. EOSINOPHILS – Mengontrol mediator yg dilepas oleh sel Mast

Komplikasi dari inflamasi hebat dan kelaiNan respon inflamasi

 Menurunkan pertahanan terhadap infeksi dan penyembuhan serta reparasi jaringan yg


terhambat.

 Inflamasi lama dan berat dapat memberikan kontribusi terjadinya keganasan, penyakit
neurodegenerative, atherosclerosis.

Istilah

 Edema:

 Exudate:

 Exudation:

 Transudate:

 Pus:

BASIC
IMMUNO-BIOLOGY

IMMUNE SYSTEM

= Sistem pertahanan tubuh.

Definisi : Semua mekanisme yang


dipergunakan tubuh untuk
mencegah terjadi sakit.
Immune system

A. NATURAL / NON-SPESIFIC / INNATE IMMUNITY.

B. ADAPTIVE / SPECIFIC / AEQUIRED IMMUNITY.

• A. Natural / Non-specific / Innate Immunity.

1. Physical Immunity.

2. Mechanical Immunity.

3. Biochemical Immunity.

B. Adaptive / Specific / Aequired Immunity.

1. Cellular Immunity.

2. Humoral Immunity.

A. Natural Immunity.
B. 1. Physical Immunity.
a. Kulit dan selaput lendir yg sehat,
b. Cilia sehat dengan motilitas yg baik.
C. 2. Mechanical Immunity.
a. Reflex : bersin, batuk, muntah, mencret, dll.
D. 3. Biochemical Immunity.
a. Terlarut : Minyak & lemak kulit, Asam lambung,
b. Enzyme : Lysozim, Lactoferrin, dll.
c. Humoral : Komplemen, Interferron

B. Adaptive / Specific /Aequired


Immunity.
• Sistem imun ini merupakan sistem yg sangat komplex, melibatkan sejumlah elemen yang
tersebar luas di dalam tubuh.
• The centre of immune system :
1. Cellular : T- lymphocyte.
2. Humoral : B-lymphocyte.
ANTIGEN DAN IMMUNOGEN
• Antigen.
– Bahan-bahan yang dapat mengikat komponen-komponen yang dihasilkan oleh
respons imun spesifik.
• Immunogen .
– Bahan-bahan yang dapat menimbulkan respons imun.
ANTIGEN
A. Epitop, B. Spesifikasi,
C. Ketergantungan thd Limfosit-T
D. Sifat kimiawi.
Epitop (Determinan antigen) :
– Bagian antigen yg dpt menginduksi pembentukan antibodi dan kemudian diikat
secara spesifik oleh bagian anti-bodi atau reseptor yg ada di limfosit.

Pembagian Antigen

1. Berdasarkan Epitop

i. Unideterminant-univalent.

Satu epitop dlm satu mol.


Antigen.

ii. Unideterminant-multivalent.

Dua / lebih epitop sejenis dlm


1 mol, Antigen.

iii. Multideterminant-univalent.

Bermacam jenis epitop dlm 1


mol. Antigen dan satu per jenis epitop.

iv. Multideterminant-multivalent.

Bermacam jenis epitop dan


lebih dari satu perjenisnya dlm satu mol.
Antigen.

2. berdasarkan spesifikasi.

i. Heteroantigen.

Antigen yg dimiliki oleh banyak


spesies.

ii. Xenoantigen.

Antigen yg dimiliki oleh spesies


tertentu saja.

iii. Alloantigen/Isoantigen.
Ag. Khas untuk individu dlm 1
spesies.

iv. Antigen organ spesifik.

Ag. Yg dimiliki oleh organ


tertentu saja.

v. Autoantigen.

Ag. Yg dimiliki oleh tubuh


sendiri.

ADAPTIVE IMMUNITY.
Specification of the Immune System.

1. Specifisity.

Dapat membedakan Self dgn Not-self.

2. Memory.

Respons kenal ► memori imun positif


&

► memori imun
negatif.

3. Mobility.

Sensitisasi lokal ► reaksi sistemik.

4. Replicability.

Komponen imun dpt berbanyak diri.

5. Cooperativity.

Setiap komponen imun bekerjasama


satu dg yg lain.

ORGAN LIMFOID DAN JARINGAN


LIMFOID.

• A. Organ Limfoid Primer.

1. Thymus. 2. Bone-
marrow.

• B. Jaringan Limfoid Sekunder.


1. Spleen, 2. Lymph-node,
3.Thoracic duct,

• C. Sistem Limfoid Regional.

1. Gut-associated Lymphoid Tissue


(GALT)

2. Bronchus Associated Lymphoid


Tissue (BALT),

3. Skin Associated Lymphoid Tissue


(SALT),

4. Darah

5. Limfosit sirkulasi.

Perkiraan percentasi Limfosit di Organ limfoid

Perkiraan percentasi Limfosit di Organ limfoid.

ORGAN LIMFOID.
• A. Organ Limfoid Primer.
– 1. Thymus.
- Sel-sel dari yolk-sac, hepar, dan bone-
marrow membentuk koloni di thymus.
- Sel mature
meninggalkan thymus dan membentuk koloni di perifer.
– 2.Bone-marrow. - Darah di produksi
di yolk-sac & hepar embrio, dan di Bone-marrow setelah lahir. Bone-marrow tempat
induk utama sel-sel limfoid (common lymphoid cell progenitor) → T-
Lymphocyte dan B-Lymphocyte. Juga sbg organ limfoid perifer yg mengandung sel-T
dan sel-B. mature.

B. Secondary Lymphoid Tissues.


• 1. Lymph Organ (Spleen).
- Tempat penting pembentukan Anti-body.
- Tempat opsonifikasi partikel mikroba
atau sel- sel hematopoiesis sendiri (Autologous
opsonized hematopoietic cells ).
• 2. Lymph-nodes.
- Filter limfoid diantara percabangan pembuluh limfe.

- Lymph-node regional ber respons thd Antigen yg berada distal darinya.


• 3. Thoracic-duct.
- Kaya dengan Limfosit matur.
C. Regional Lymphoid System.
• 1. Gut-Associated Lymphoid Tissue (GALT). - Pre-sel-B bertumbuh di Peyer patches +
Ag. → sirkulasi darah dan pulang ke
intestinum.
- Mengutamakan memproduksi IgA.
• 2. Bronchus Associated Lymphoid Tissue (BALD).
- Termasuk Jar. limfoid di saluran nafas bawah dan lymph-node hilus.

- Terutama memproduksi IgA.

• 3. Skin Associated Lymphoid Tissue (SALT)


4. Blood. -
Mempunyai seluruh bentuk turunan sel-sel limfoid maupun non-limfoid. -
Penting sbg jaringan efektor imun.
- Darah segar memp. cukup sel-T mature utk reaksi graft-vs-host.
• 5. Circulation Limphocyte. - Sel-T dan sel-B dpt
bersirkulasi yg memungkin- kan reaksi imun lokal dijadikan reaksi
umum.
• - Usia sel-T panjang dpt hidup tahunan..
• - Ag. melalui kulit berhadapan dg sel
Langerhans epidermal (derivate APC) kemudian
berinteraksi dg limfosit di kulit dan lymph-node
penyaring.

ORGAN LIMFOID. A. Organ Limfoid Primer.


B. Secondary Lymphoid tissues.
C. Regional Lymphoid System.

CELLULAR IMMUNITY; Blood cells.


SEL ASAL-I
MEGAKARYOCYTE= THROMBOCYTE
ERYTHROID=ERYTHROCYTE
MYELOID=MONOCYTE & MAKROPHAQ-GRANULOCYTE (NEUTROPHYLE,EOSINOPHYL &
BASOPHYLE)

SEL ASAL-II
LYMPHOID
T-LYMPHOCYTE
B-LYMPHOCYTE=PLASMA-CELL

Cellular immunity
• Immune cells function :

A. Non-specific immune cells.

1. Phagocyte cells.
a. Mononuclear (Monocyte &
Macrofaq).
b. Polymorphonuclear / polymorph or granulocytes.
2. Natural-Killer (NK) cells.
3. Mediator cells.
B. Specific immune cells.
1. Lymphocyte-T
2. Lymphocyte-B.

NON-SPESIFIC IMMUNE CELLS


1. Phagocyte Makrophaq System (PMS)
dulu : RES (Reticulo Endothelial
System)
a. Mononuclear phagocyte. i. Monocyte.
Diproduksi di
Bone marrow; setelah matang → aliran darah → berfungsi
fagositosis.
ii. Makrophaq.
2 jenis : a. Circulation Makrophaq, dan b. Fixed - Makrophaq.
Menurut fungsinya : 1. Professional
phagocyte,
2. Antibody Presenting Cells
(APC).

1. Phagocyte Macrophaq system (PMS).

b. Polymorphonuclear phagocyte.
i. Netrophyle leucocyte.
- 70% dr seluruh lekosit,
- Umumnya hanya 48 jam di sirkulasi,
- Memp. butir azurofilik primer
(lisosom) mengandung : as. Hidrolase,
mieloperok- sidase, neuromidase (lisozyme).

- Butir sekunder mengandung :


lactoferrin dan lisozyme.
- Memp. Receptor utk fraksi Fc-
antibody dan Komplemen yg teraktivasi.
- Memp. Phagosome utk mencernakan
mikro-organisme.

c. Polymorphonuclear Leucocyte

ii. Eosinophyl leucocyte.


- Jumlahnya sekitar 2-5% di darah perifer.
- Dapat di stimulasi utk ber granulasi
seperti sel mastocyte dan basophyl, dan mediator yg
dile- paskan, dpt meng inaktifkan mediator yg
dilepas sel mastocyte dan basophyl pd reaksi
alergi.
iii. Sel-nol atau sel populasi ketiga.
- antara lain :
– Sebagian sel limfosit yang tdk punya pertanda permukaan, Large Granular
Lymphocyte (LGL), sel NK dan sel-K.
– Jumlah normal 10-15% dp limfosit perifer dan 1-2% dp limfosit di limfa.
– iv. Mediator cells.
a. Basophyl leucocyte.
- di sirkulasi hanya sedikit (5%).
- berfungsi sbg fagosit dan sbg sel
mediator.
b. Mastocyte.
- struktur, dan fungsi mirip basofil
- hanya ditemui di jaringan.
= Sel mediator ini melepaskan bahan-bahan
yg ber- fungsi meningkatkan permeabilitas vaskuler sbg respons thd inflammasi dan
konstraksi otot-otot polos bronchus.
= Sel mediator mengandung histamin,
heparin, slow reacting substance-A (SRS-A), dan eosinofil chemotactic factor (ECF).

– v. Thrombocyte.
= Fungsi untuk pembekuan darah
= Respons imun sbg reaksi inflammasi.
= Mempunyai receptor utk IgG dan IgE
Pd kerusakan endothel, thrombosit
melekat dan menggumpal dipermukaan endotel, dan melepaskan serotonin meningkatkan
permeabi-litas vaskuler dan mengaktifkan komplemen serta melepaskan faktor kemotaktik.
Trombosit dpt diaktifkan oleh platelet acti-
vating factor (PAF) yg dilepaskan oleh mastosit

SPECIFIC CELLULAR IMMUNITY


• Lymphocyte.
- Terdiri atas :
Limfosit-T (Thymus derivated) dan
Limfosit-B (Bone-marrow
derivated).
- Reseptor pd :
Sel-B ►Immunoglobulin receptors,
Sel-T ►Immunoglobulin-like
receptors. Reseptor berupa rangkaian disulfida
heterodimer yg hanya bereaksi thd satu determinant antigen saja.

Amplifier and Modifier Lymphocyte response.


a. Antigen presenting cells (APC).
Sel limfosit-T ber respons thd antigen yg
dibawakan oleh sel lain spt :
- Major Histo Compatibility Complex
(MHC),
- Endothelia, glia cells.
b. Polymorphonuclear leucocytes.
c. Komplemen.
d. Non specific Soluble Mediators.

d. Non-specific Soluble mediators.

a.l.: a. Interleukin-1 (IL-1),

b. Interleukin-2 (IL-2),

c. Interleukin-3 (IL-3), dan

d. Interleukin-4 (IL-4).

Thymus - derivated Lymphocyte.

Thymus-derivated lymphocyte (Sel-T)


- Komponen utama sistem-imun.
- Sangat spesifik, mempunyai memori
imun, dan mampu berfungsi sbg regulator sekaligus
sbg efektor.
- Mempunyai reseptor berbentuk dua
cincin rangkaian disulfida heterodimer.
- Sub-set sel-T a.l. :
a. Sel-T efektor, b. Sel-T regulator.
c. Sel-T helper, d. Sel-T repressor.
-Aktivasi sel-T :
a. Spesifik, b. Non-spesifik.

T-Lymphocyte.
Cara mengenal antigen
• Sel-T dpt mengenali antigen dan di aktifir oleh antigen.
• Reseptor berupa dua cincin disulfide-linked heterodimer, yg mempunyai banyak kemiripan dg
imunoglobulin namun, tdk sama.
• Sel-T mengenali Antigen yg dibawakan APC dlm kontex komponen MHC.

Subset of T-lymphocyte

1. Sel-T Efektor .
2. Sel-T Regulator .
3. Sel-T Helper.
4. Sel-T Suppressor.

T- LYMPHOCYTE.
= Aktivasi sel-T.
• Sel-T perifer ber usia panjang, senantiasa berada dlm fase G 0 atau G1.
• Aktivasi : a. Spesifik, dan b. Non-spesifik.
a. Spesifik : Klon sel-T ketemu Ag. yg
sesuai.
b. Non-spesifik : Banyak klon sel-T yg
dpt di stimulasi oleh aktivator
poliklonal.

Signal aktivasi sel-T.

• Aktivasi spesifik :
– Ag. bertemu APC dlm kontex MHC sel-T yg memp. receptor thd komplex MHC-Ag.
– Signal pembantu- IL-I yg juga dilepas APC.
• Aktivasi Non-spesifik :
– Mitogen men stimulir sejumlah besar sel-T dlm situasi non-klonal.
– Bahan mitogen juga dpt dipersembahkan oleh APC.
LIMFOSIT-B

– Mempunyai marker disetiap tahap perkembangan,


– - Konsentrasi Imunoglobulin berobah sehubungan dgn tahapan perkem-
bangan maturasi,
– - Prekursor sel-B primitif mempunyai cincin-µ di sitoplasma dan tak me-
nunjukkan Imunoglobulin dipermu- kaan.

B- lymphocyte.
 Sel-B yang belum matur mempunyai IgM di sitoplasma dan permukaan.
 - Sel-B matur kehilangan sebagian IgM sitoplasma dan bertambah IgD permukaan.
 - Menggunakan IgM permukaan sbg resep-tor Antigen dan bersifat klonal.
- Memp. Polipeptida permukaan

Aktivasi Limfosit-B.
• Sel-B dpt distimulir utk tumbuh, ber sintesa, berbiak, maturasi dan men-sekresikan Antibodi.
• Aktivasi :
– a. spesifik : Antigen berkomplemen ke Imunoglo- bulin permukaan.
– b. Nonspesifik : Dg mitogen sel-B.
• APC-antigen → Aktivasi Sel-T, meng-hasilkan limfokine → Sel-B memproduksi
imunoglobulin.

ANTIBODIES.

• cincin polipeptida dengan berbagai konfigurasi.


• Ab = protein yg dibentuk untuk memperta-hankan diri dari bahan atau mikroorganisme yg
membahayakan tubuh.
• Fungsi : 1. Mengikatkan diri pada bahan atau sel asing.
2. Mengobah struktur biologik
bahan atau antigen, sehingga
mudah dihancurkan.

• Unit polipeptida Imunoglobulin.


– Molekul Ig. Terdiri dari cincin polipetida yang dihubungkan oleh ikatan disulfida.
– Prototipe sebuah Ig. Adalah IgG, terdiri dari dua Heavy chain yg identik, dan dua Light
chain yg juga identik.
– Regio-N terminal H- dan L-chain merupakan variabel utk antibodi (antigen binding
portion), dan bagian ini berbeda utk setiap Ig.
– Regio-C terminal mempunyai struktur yg konstan utk setiap klas atau subklas Ig. Regio
ini menunjukkan fungsi biologik utk setiap klas Ig.

Struktur umum Imunoglobulin


Prototype Imunoglobulin (Ig).
- H = Heavy chain,
- L = Light chain
- C = Common region
- V = Variable region
- FC = Crystalized fragment
- Fab =Antigen binding
- fragment

Immunoglobulin-G (IgG)

• Ig terbanyak di serum.
• Penting sbg isotype antivirus dan anti bakteri.
• Sangat potent utk menetralisir opsonin dan toxin.
• Dapat melewati barrier placenta, dan memberikan imunitas pasif thd bayi usia 3 – 6 bulan.
• Half-life IgG sekitar tiga minggu.
• Satu-satunya dari dua Ig-isotipe yang menstimulir komplemen melalui pathway-klasik.
• 4 subklas IgG, yakni : IgG1, IgG2, IgG3, dan IgG4. perbedaannya berupa sedikit perubahan di
Fc-portion H-chain.

• Antibodi IgG2 adalah opsonin  ber respons terhadap toxin dan dextran.
• Antibodi Anti-Rhesus di subklas IgG1 dan IgG3 .
• IgG4 mempunyai efek disensitisitas kulit. Tetapi bagian Fc dari H-Chain IgG4 mem-punyai
aviditas yang rendah thd jaringan, demikian pula Fc daripada IgE.

Immunoglobulin-A (IgA)

• Di serum terutama dalam bentuk monomer, dapat pula bentuk polimer.


• IgA berbentuk khusus sesuai dengan permukaan mukosa.
• IgA adalah Ig. utama dalam sistem sekresi anti-bodi di saluran nafas atas maupun bawah,
urogenital, dan gastrointestinal.
• Umumnya IgA , di gastrointestinal, mempunyai konfigurasi khas yang resisten thd enzim
proteolitik.
• Secretory IgA terdiri dari dua molekul komplex IgA untuk cincin polipeptida khusus disebut
Secretory piece.
• Antibodi IgA tampaknya khusus efektif sebagai proteksi antimikroba di berbagai mukosa.
• Ada dua subklas IgA : IgA1 dan IgA2.
Immunoglobulin-M (IgM).
• IgM atau makroglobulin merupakan molekul besar terdiri atas 5 subunit, setiap subunit
terdiri dari dua  dan dua Light-chain.
• Subunit-subunit ini diatur seperti jari-jari sepeda, dgn bagian Fc sebagai pusatnya, berikatan
satu dgn yg lain melalui cincin penghubung.
• IgM mempunyai karakter tersendiri. Bentuk isotipe nya berada di sitoplasma dan di
permukaan sel-B diawal maturasi nya.
• Merupakan antibodi pertama diproduksi oleh sel-B yg aktif pada respon antibodi pertama.
• IgM adalah aktivator yg sangat efisien untuk pathway komplemen klasik.
• Antibodi spesial seperti agglutinin dingin (cold agglu-tinin) antibodi heterofil dan
isohemagglutinin termasuk klas ini.

Immunoglobulin-D (IgD).
• Imunoglobulin ini terdiri dari dua  chain dan dua light-chain.
• Dijumpai di permukaan sel-B immatur.
• Konsentrasi di serum rendah.
• Hingga kini belum diketahui sepe-nuhnya signifikansi biologi dp IgD.
Immunoglobulin-E (IgE).
• IgE efek pd sensitisasi kulit yg klasik, antibodi anafilaktik dan penting untuk tipe-I
hipersensitivitas (Gell and Coombs).
• Struktur biologi unik ini tergantung pada bagian Fc cincin yg melekat ke molekul ini dengan
aviditas tinggi ke reseptor Fc di sel-mast dan basofil.
• Bila sel yang berikatan dgn molekul IgE ini merupakan spesifik antigenik tertentu, cross-linked
melalui anti-gen yg tepat, dan sel akan degranulasi, secara farma-kologis melepaskan
mediator untuk reaksi anafilaktik dan reaksi tipe-1.
• IgE dijumpai dlm jlh sedikit di plasma dan jaringan, sebab afinitasnya untuk basofil dan sel-
mast merupa-kan abilitas biologinya yang potent.
COMPLEMEN SYSTEM.
– Untuk meng inaktifkan suatu mikro-organisme yg masuk kedalam tubuh, antibodi
membutuhkan ban-tuan Komplemen.
Komplemen dikategorikan sbg aparat
sistem imun non seluler.
Komplemen dalam darah sirkulasi dlm
keadaan tidak aktif, namun setiap saat dapat
diaktifkan.
Berbagai jenis bahan dapat
mengaktifkan komplemen.
Komplemen terdiri dari 19 jenis protein.
Aktivasi komplemen terjadi secara
berurutan, dan hasil aktivasi sistem ini menghasilkan
produk (mediator) yg mempunyai aktivitas biologik
tertentu.

Aktivasi sistem komplemen


• Aktivasi sistem komplemen terlaksana secara beruntun dan berurutan.
• Diperkirakan ini menunjukkan adanya bahan produk yang dibutuhkan untuk aktivasi
berikutnya.
• Suatu awal aktivasi akan menghasilkan enzim tertentu yg dibutuhkan utk aktivasi lanjutan.
• Dikenal dua jalur aktivasi sistem komplemen, yakni :
– 1. Jalur klasik, dan 2. Jalur alternatif.

1.Aktivasi sistem komplemen


jalur klasik
• Aktivasi dimulai dari C1 secara ber-urutan dan melibatkan sampai 9 kom-plemen (C1-C9).
• IgM dan IgG (IgG1,IgG2,IgG3) membentuk komplex imun dgn antigen menjadi aktivator
terhadap sistem komplemen secara klasik.
• Umumnya IgM lebih kuat dp IgG.
2. Aktivasi sistem komplemen jalur alternatif.
1. Aktivasi jalur alternatif terjadi tanpa melalui tiga reaksi pertama jalur klasik.
2. Jalur alternatif dapat terjadi terus menerus dengan derajat klinis yang tidak berarti.
3. Aktivasi jalur alternatif di stimulasi oleh IgA dan IgG, namun dapat pula oleh :
1. Berbagai jenis mikroorganisme, dinding sel bakteri gram negatif, endotoxin,
jamur, agregasi IgA dengan faktor yang ada dalam bisa ular dll.
4. Protein-protein tertentu dan lipopolisakarida dapat mengaktifkan komplemen melalui
kedua jalur.
5. Aktivasi jalur alternatif dimulai dgn faktor C3b (sedikit di serum darah), mengikat
faktor-B.
6. Komplex ini kemudian di aktifkan oleh faktor-D, kemudian mengikat C3bB menjadi
komplex C3bBD yang bersifat sebagai konvertase C3 yang melepas C3a dan C3b.
7. Komplex C3bBD sebenarnya segera dapat dipecah oleh protein serum, tetapi peme-
cahan dapat dicegah oleh properdin.
8. Dengan demikian adanya properdin dalam serum bersifat stabilisator komplex
C3bBD.
Efek Biologi sistem komplemen
• Sistem komplemen yang aktif menghasilkan sejumlah bahan ter-tentu dgn berbagai efek
biologi, disebut mediator komplemen.
• Mediator komplemen tersebut a.l. : reaksi inflammasi, opsonisasi, sitolisis dll.

Reaksi inflammasi.
• Reaksi inflammasi terjadi bila ada benda asing masuk , invasi mikroorganisme, atau kerusakan
jaringan karena trauma, dll.
• Fagositosis merupakan faktor penting dalam proses inflammasi. Dalam proses inflammasi
terjadi 3 hal, yakni :
– Peningkatan aliran darah ke jaringan yang rusak.
– Peningkatan permeabilitas pembuluh darah se-hingga sel-sel fagosit dan aparat imun
lainnya keluar dari pembuluh darah ke jaringan yang bermasalah.
– Fagosit dan makrofaq dikerahkan ke jaringan, dan ini dipermudah dengan
diproduksinya aktivator kemotaxis pelepas komplemen C3a dan C5a.

• C3a dan C5a bersifat anafilatoxin menyebab-kan degranulasi mastosit dan basofil lekosit,
kemudian akan melepaskan Histamin.
• Histamin ber efek meningkatkan permeabi-litas vaskuler dan kontraksi otot-otot polos
• Sel morfonuklear lekosit lebih sering ditemu-kan pada proses inflammasi akut dan proli-ferasi
monosit dijumpai pada proses inflam-masi kronis.
• C4a juga bersifat anafilatoxin namun lemah.

• Kemotaxis .
– Aktivasi C3a,C5a dan C567 ber efek kemotaxis, dpt menarik dan mengerahkan sel-sel
fagosit baik mononukler ataupun polimorfonukler ke-tempat adanya infeksi.
• Opsonisasi.
– Opsonisasi adalah salah satu efek biologik sistem komplemen yang aktif.
– Opsonisasi berupa kemampuan untuk melapisi partikel-partikel Antigen oleh Antibodi
dan / komponen komplemen lainnya agar lebih mudah dan lebih cepat dapat di
fagositosis.
– Ikatan antara fraksi Fc antibodi dengan C3b dapat bersifat opsonin.
• Adheren-imun.
– Adheren-imun berupa partikel Antibodi yg melapisi Antigen dalam proses opsonisasi.
• Sitolisis.
– Lekosit polimorfonukler, terutama eosinofil mem-punyai receptor untuk C3b dan IgG,
dan reaksi ini mengaktifkan sitotoksisitas sel efektor ADCC (antibody dependent
cellular cytotoxicity cell) yang kerjanya tergantung IgG.
– Sel-sel eritrosit yang disensitisasi C3b dapat di-hancurkan oleh makrofaq tanpa
memfagositosis. Hal ini disebut kerusakan kontak (contactual damage).
– Di akhir aktivasi komplemen, C89 merusak membran mikroorganisme dan terjadilah
sel lisis.

Anatomi Dasar
ANATOMI
 ILMU YANG MEMPELAJARI STRUKTUR BAGIAN TUBUH DAN HUBUNGANNYA DENGAN ORGAN
SEKITAR
 DALAM PEMBAGIANNYA :
1. GROSS/MAKROSKOPIK
2. MIKROSKOPIK
3. PERKEMBANGAN
PEMBAGIAN ILMU ANATOMI
ILMU TERKAIT
 ANATOMI BERHUBUNGAN ERAT DENGAN ILMU FISIOLOGI
 FUNGSI SUATU ORGAN TERKAIT DENGAN STRUKTURNYA
 MISAL STRUKTUR TULANG YANG KUAT FUNGSINYA SEBAGAI PENYOKONG TUBUH

TINGKATAN PEMBENTUKAN ORGAN


1. KIMIAWI = ATOM MOLEKUL (PROTEIN, KH, LPD, AS.NUK)
2. SELULAR
3. JARINGAN
4. ORGAN
5. SISTEM ORGAN
6. ORGANISME

TINGKATAN ORGANISASI STRUKTUR


SISTEM ORGAN
 Integumentary
 Skeletal
 Muscular
 Nervous
 Endocrine
 Cardiovascular
 Lymphatic/immune
 Respiratory
 Digestive
 Urinary
Reproductive
POSISI ANATOMI
 METODE STANDAR DALAM MENGAMATI GAMBARAN TUBUH UTK MENDAPATKAN REFERENSI
ANATOMI YANG TEPAT DAN KKONSISTEN
 SUBJEK BERDIRI DENGAN :
 Berdiri tegak
 Berhadapan dengan pengamat sejajar kepala
 Mata mengahadap ke dpn
 Telapak kaki menapak sejajar lantai
 Lengan pada samping tubuh
 Telapak tangan posisi terbuka (ventral)
POTONGAN SAGITAL
POTONGAN TRANSVERSAL
POTONGAN FRONTAL WWW.FACULTY.UCC.EDU
BIDANG POTONGAN ANATOMI CEREBRUM
REGIO
ANATOMI
RONGGA/CAVITAS TUBUH
Istilah arah untuk menunjukan posisi antar struktur
Superior/Inferior
(Cephalic/Caudal)
Anterior/Posterior
(Ventral/Dorsal)
Medial/Lateral
Intermediate
Ipsilateral/Contralateral
Proximal/Distal
Superficial/Deep

RONGGA ABDOMINOPELVIK
PET” scan – positron emission tomography
MRI” – magnetic resonance imaging
Vitamin
 Merupakan senyawa organik yg sangat dibutuhkan tubuh
 Penting pada proses metabolisme tubuh
 Merupakan zat gizi essensial
 Terdiri dari 2 kelompok besar:
 Larut dalam air
Larut dalam lemak

 Defisiensi  Gejala klinis penyakit yang tergantung peran vitamin dalam reaksi biokimia.
 Contoh kasus:
 Defisiensi Vitamin B-12 (kobalamin) menyebabkan Anemia Megaloblastik (anemia
pernisiosa).
 B-12 diperlukan untuk pematangan eritrosit. Pematangan terhambat shg
eritrosit tetap muda (megalosit) mudah rusak (rapuh)  hemolisis  anemia

 Vitamin berasal dari makanan hewani dan nabati.


 Penyajian  perlu diperhatikan agar vitamin tidak hilang.

Vitamin Larut dalam Air

 Vitamin yang larut dalam air:


 Vitamin B kompleks
 B1 (tiamin), B2 (riboflavin), B3 (niasin), B5 (asam pantotenant), B6 (piridoksin),
B12 (kobalamin), Biotin, Asam folat.
 Vitamin C (Asam askorbat)
Jarang menyebabkan keracunan  larut dlm air  urine
Vitamin B1 (Tiamin)
 Struktur kimia
 Setiap molekul tiamin ada 2 komponen penyusun utama:
 2,5 dimitil-6-aminopirimidin yang dihubungkan melalui jembatan metilenm
dengan 5-hidroksi-etiltianol.
 Dalam tubuh: awalnya tiamin dalam bentuk bebas diubah jd tiamin difosfat (pirofosfat) 
bentuk aktif.
 Perubahan perlu enzim difosfotransferase yg perlu ATP. Enzim  terdapat dalam otak & hepar

 Tiamin difosfat  sebuah karbon reaktif pada tiazol shg membentuk karbanion.
 Pd reaksi oksidatif dekarboksilasi piruvat oleh piruvat dehidrogenase, karbanion berikatan dg
ujung metil piruvat  melepas CO2. Reaksi ini  awal piruvat sebelum masuk Siklus Krebs

Fungsi:
 Tiamin difosfat (TDP) atau tiamin pirofosfat (TPP)  koenzim dalam reaksi pemindahan unit
aldehid aktif.
 Reaksi ada 2 tipe:
 Oksidatif dekarboksilasi asam alfa keto (alfa ketoglutarat, piruvat, isoleusin, dan valin)
 Reaksi transketolase, rx pemindahan aldehid pada rx hexosa monofosfat shunt (HMS).
Defisiensi:
 Menyebabkan terhambatnya rx enzimatis yg substratnya piruvat, derivat  keto dan asam
amino rantai cab. leusin, isoleusin dan valin  sehingga senyawa ini tertimbun dalam tubuh.
 Menyebabkan Penyakit Beri-beri
 Gejala: neuropati perifer, mudah lelah, anoreksia, oedem, degenerasi kardiovaskular, ggn
neurologis.

 Defisiensi Tiamin terjadi pada:


 Alkoholisme
 Pemakan Ikan Mentah
 Pengukuran Defisiensi Tiamin  kadar transketolase dalam eritrosit

Vitamin B2 (Riboflavin)
 Struktur kimia:
 Vitamin ini berupa pigmen berpendar & relatif stabil pada pemanasan .
 Molekulnya mengandung sebuah cincin Isoaloksazinheterosiklik yang terikat pada D-
ribitol

Fungsi:
 Merupakan komponen penyusun koenzim Flavin Mononukleotida (FMN) & Flavin Dinukleotida
(FAD) setelah megalami fosforilasi yang perlu ATP
 FMN & FAD  merupakan gugus prostetik pada enzim oksidoreduktase (flavoprotein) yg
mengandung logam  Metaloflavoprotein.

 Reaksi oksidasi koenzim flavoprotein  reduksi reversibel dari cincin isoaloksazin  bentuk
teredukasi FMNH2 & FADH2.
 Contoh:
 Gliseraldehid-3-fosfat dehidrogenase mitokondria  mengangkut equivalen pereduksi
ke dalam mitokondria  rantai respirasi.
 Xantin oksidase  mengurai purin  asam urat.
 Suksinat dehidrogenase  mengurai suksinat fumarat pd Siklus Krebs
 Asil KOA dehidrogenase  berperan dalam  oksidasi asam lemak

Defisiensi:
 Defisiensi dapat terjadi pada bayi yang di fototerapi (krn hiperbilirubinemia). Riboflavin sensitif
terhadap cahaya  mudah rusak bila kena UV.
 Gejala: stomatitis, keilosis, glositis, seborea & fotofobia.
 Sumber: nabati & hewani (hati dan ginjal)
 Parameter: aktivitas glutation reduktase

Vitamin B3 (Niasin)
Stuktur kimia:
 Bentuk umum asam nikotinat/nikotinamida  niasin.
 Asam nikotinat disintesis  Nikotinamida Adenin Dinukleotida (NAD) & Nikotinamida Adenin
Dinukleotida Fosfat (NADP)
 Nikotinamida dr makanan  tubuh  deaminasi  asam nikotinat (dlm sitosol)  bereaksi dg
5-fosforibosil-1-pirofosfat (PRPP)  adenilasi yg perlu ATP & glutamin  m’hasil’ nukleotida 
berfungsi sebagai koenzim NAD.
 NAD  fosforilasi  Koenzim NADP.
 NAD & NADP menerima H+ pada cincin piridin ditambah pembentukan ion hidrogen bebas.

Fungsi NAD & NADP:


 Sebagai koenzim  mengkatalisis reaksi dehidrogenase (enzim laktat dehidrogenase atau malat
dehidrogenase)
 Reaksi oksidatif  melibatkan NAD
 Reaksi reduktif  melibatkan NADP
 Asam nikotinat  th/ penurunan kolesterol plasma. Asam nikotinat  menghambat aliran asam
lemak bebas dari jar adiposa  liporotein yg membawa kolesterol (VLDL, HDL,&LDL) 
berkurang

Defisiensi:
Sumber : nabati & hewani
Berhubungan dengan asam amino triptophan.
 Triptofan (diet)  diubah  asam nikotinat & NAD.
 Tiap 60 mg triptophan  mhslkn 1 mgEq Niasin.
 Jagung sedikit mengandung triptophan  bila makanan pokok  dapat tjd defisiensi.
 Penyakit  PELAGRA (BB turun, ggn pencernaan, dermatitis, depresi, demensia)

 Sorghum (mirip jagung) / Gandum mengandung tinggi triptophan dan leusin.


 Leusin menghambat kerja enzim kuinolinat fosforibosil transferase (yg diperlukan pada
perubahan triptophan)  NAD.
 Penyakit Hartnup  gangguan absorpsi triptophan.
 Pada proses sintesis NAD jg perlu B6 aktif (piridoksal fosfat), bila def B6  def Niasin.
 TBC yang di th/INH  metabolisme triptophan  dialih menjadi serotonin.
 Sindr. Karsinoid Maligna  banyak triptophan terbuang

Vitamin B5 (Asam Pantotenat)


Struktur Kimia:
 Asam Pantotenat tersusun dari gabungan asam pantoat &  alanin.
 Asam pantotenat bersama tioetanolamin, adenin, ribosa 3-fosfat dan pirofosfat  menyusun
koenzim A (KOA) & Acyl Carrier Protein (ACP).
 Struktur KOA bebas (btk tereduksi) disingkat KOA-SH (ggs SH reaktif/fungsional)  sehingga
terjadi reaksi kimia berikutnya, sesuai fungsi KOA.

Fungsi
 Fungsi lebih banyak disebabkan karena ikatan dengan tioetanolamin pd koenzim dan ACP.
 Ggs tiol  pembawa radikal asil  diperlukan pada reaksi dalam siklus krebs, sintesis asam
lemak, reaksi oksidasi, sintesis kolesterol dan reaksi asetilasi pada metabolisme berbagai obat.

Defisiensi:
 Langka
 Sebab banyak pada berbagai bahan makanan hewani dan nabati (terutama golongan serealia
dan kacang-kacangan).
Vitamin B6
Struktur kimia:
 Merupakan derivat piridin sehingga ada 3 macam: piridoksin, piridoksal, piridoksamin
 Piridoksal  fosforilasi dg bantuan piridoksal kinase & ATP  membentuk piridoksal fosfat (btk
aktif B6)  sebagai koenzim.
Fungsi:
 Piridoksal fosfat  koenzim bagi beberapa enzim dalam metabolisme protein dan asam amino.
 Proses transaminasi dan dekarboksilasi dimulai dg terjadinya basa shiff antara ggs aldehid dg ggs
amino pd asam  amino
 Berfungsi pada  metabolisme karbohidrat (glikogenolisis yg melibatkan kerja fosforilase)

Defisiensi:
Sumber: hati, ikan mackerel, alpukat, pisang daging, telur dan sayuran.
Defisiensi  jarang
 Namun dapat terjadi pada bayi dimana sang ibu akseptor KB oral pd masa laktasi
 Alkoholisme  sebab etanol  memacu hidrolisis ggs fosfat pd koenzim piridoksal fosfat.
 OAT INH  defisiensi o.k. INH dg piridoksal fosfat  membentuk piridoksal-hidrazon  cepat
dieksresi lewat urin karena mudah larut.
Vitamin B12 (kobalamin)
Struktur kimia:
 Mempunyai struktur dasar cincin corrin spt porfirin  bag sentral ditambah kobalt 
kobaltamin.
 Preparat: sianokobalamin
 Absorpsi di usus perli perantara faktor intrinsik  glikoprotein spesifik yg disintesis sel parietal
mukosa lambung.
 Setelah absorbsi  diikat protein plasma  transkobalamin
 Gangguan sintesis purin & pirimidin  berlanjut pada ggn sintesis DNA  berakibat
menghambat pembelahan sel dan pembentukan nukleus eritrosit baru sehingga terjadi
penumpukan megaloblast dalam sumsum tulang.
 Deoksiadenosilkobalamin merupakan koenzim yang diperlukan pada perubahan metilamonil
KOA  suksinil KOA.
 Reaksi ini penting  pada perubahan propionat mjd sitrat dalam siklus krebs  berlanjut dalam
proses glukoneogenesis.
Defisiensi:
Sumber: hanya makanan hewani
Defisiensi:
 Anemia megaloblastik/Pernisiosa (sering terjadi pada vegetarian)
 Homosistinuria & metilamalonatasiduria

Biotin
Struktur kimia
 Senyawa derivat imidazol  merupakan koenzim pada enzim karboksilase  u/ proses
karboksilasi.
 Terikat pada protein enzim pembawanya: biotin karboksilase & transkarboksilase. Ion
karboksilat diikat pd nitrogen biotin shg mjd karboksibiotin. Proses ini perli HCO3 , ATP, ion Mg,
dan asetil KOA.
 Biotin berperan pada proses glukoneogenesis, sintesis asam lemak: pada masuknya propionat ke
dalam siklus krebs, dan katabolisir senyawa leusin dan senyawa isoprenoid tertentu.
Defisiensi:
Tubuh perlu banyak biotin
Sumber: bahan makanan alami
 Flora usus dapat mensintesis biotin sehingga defisiensi bukan karena kurang dalam diet.
 Zat avidin (putih telur)  mengikat biotin  sulit diabsorpsi  dibuang bersama feses.
 Gejala: nyeri otot, dermatitis, halusinasi & depresi
 Pada anak  imunodefisiensi

Asam Folat
Struktur kimia
 Generik : Folasin
 Tersusun dari: pterin. asam paraaminobenzoat (PABA), asam glutamat.
 Manusia tidak dapat mensintesis PABA & mengikat glutamat  asam folat harus dari makanan
(hati & sayur).
 Folat aktif: Tetrahidrofolat sebagai pembawa unit 1 karbon yang aktif: metil, metilen, metenil,
formil, formino.

Defisiensi:
Gangguan sintesis purin dan pirimidin  anemia

Vitamin C (Asam Askorbat)


Struktur kimia:
 Disintesis dari gulonolakton shg molekulnya mirip glukosa.
 Asam askorbat  oksidasi menjadi dehidroksi askorbat yang masih mempunyai aktivitas seperti
vitamin C.
Fungsi:
 Berperan sebagai donor equivalen pereduksi  mampu mereduksi senyawa oksigen reaktif,
nitrat, sitokrom a & c.
 Mempertahankan bentuk tereduksi dari kofaktor logam, misalnya Cu pd enzim monooksigenase
dan enzim dioksigenase.

Fungsi Metabolik
1. Hidroksilasi prolin & lisin pada sintesis kolagen.
2. M’tahan’ bentuk tereduksi dari ion Cu & Fe pada oksidasi hidroksifenol piruvat  homogentisat
dalam penguraian tirosin.
3. Aktivitas enz.  hidroksilase pada sintesis epinefrin & tirosin.
4. Diperlukan pd tahap awal kerja 7-  hidroksilase pd sintesis asam empedu.
5. Pd steroidogenesis (seny steroid) di korteks adrenal.
6. Pd oksidasi ion ferro  ion ferri u/absorpsi besi di lambung.
7. Sebagai antioksidan umum yg larut dlm air & menghambat nitrosamin selama proses
pencernaan berlangsung.

Defisiensi:
 Scorbut (berhubungan dengan sintesis kolagen)
 Gejala: gigi goyah, gusi bengkak, perdarahan subkutan, kondisi umum lemah  mudah infeksi
 khususnya infeksi saluran nafas.

Vitamin larut dalam lemak


 Merupakan molekul hidrofobik apolar.
 Derivat isopren
 Vitamin : A,D,E,K
 Diabsorpsi baik bersama absorpsi lemak
 Dapat terdisposisi sampai banyak dalam jaringan lemak
 Asupan berlebihan  intoksikasi

Vitamin A
Struktur kimia
 Vit A/retinol: senyawa poliisoprenoid yang mengandung cincin sikloheksinil.
 3 bentuk: retinol, retinal, retinoat
 Bahan nabati: provitamin A ( karotene)  aktifitas retinol.

 1 molekul  karotene tersusun atas 2 molekul retinal yang saling berikatan melalui ujung
rantai aldehide.
 -karotene dari makanan dioksidasi o/ enz. -karotene dioksidase yang memerlukan oksigen
dan asam empedu di usus  dipecah jadi 2 molekul retinaldehid (retinal/vit A1).
 Setelah diabsorpsi masuk sel mukosa usus, retinal  direduksi enz. Retinaldehid reduktase
yang perlu NADH / NADPH  diubah jadi retinol (vit A).
 Dalam sel usus sebagian kecil  mengalami oksidase yang perlu NAD atau FAD  diubah
jadi asam retinoat.
 Dari sel mukosa usus, retinol  masuk darah  ditransport dlm btk kilomikron  setelah
esterifikasi dgn asam lemak jenuh  hepar.
 Dalam hepar  retinol disimpan dlm btk ester sebagai kompleks lipoglikoprotein dlm liposit
(sel stela perisinusoidal).
 Dari hepar  retinol diangkut dlm btk terikat dgn aporetinol binding protein (RBP) dlm
plasma, asam retinoat diangkut albumin.
 Di jaringan, retinol & retinal mengalami interkonversi o/ enz. Dehidrogenase atau
reduktase yang perlu NAD atau NADP, tetapi retinoat tidak dapat mengalami interkonversi
tsbt.

Fungsi:
 Mendukung pertumbuhan & kesehatan
 Mempertahankan imunitas tubuh
 Sekresi mukosa
 Reproduksi
 Deferensiasi sel
 Penglihatan

Retinol & Retinoat (dlm nukleus): berperan pada pengendalian expresi gen tertentu (spt
steroid)
Retinoat: berfungsi mendukung prtumbuhan & deferensiasi sel. Tetapi tidak dpt mengganti
peran retinal & retinol pd proses penglihatan & organ reproduksi
Asam Retinoat: berperan pd sintesis fosfolipid yang mrpk surfaktan mukosa bronkus & alveoli
paru  mencegah inf paru dan sal nafas. Kaitan dgn reproduksi melalui sintesis fosfolipid.
 Penglihatan
 Sel batang retina (11-cis-retinal) + protein opsin  rodopsin
 Sel batang kena cahaya  rodopsin terurai  all-trans-retinal dan protein opsin.
 Penguraian  mengubah permeabilitas membran sel retina  tbtk sal ion Ca  aliran
ion Ca  impuls syaraf  otak shg bisa melihat.
 Fungsi antioksidan  mencegah kanker, dgn kemampuan mengoksidasi ggs radikal bebas
(terutama pd jar tek parsial rendah).

Defisiensi:
 Buta senja (hipermetropia)  reversibel.
 Gejala: adaptasi gelap diperpanjang, o.k. cad di hepar rendah  shg regenerasi rodopsin
berlangsung relatif lama.
 Berat  kekeringan kornea  keratomalasia  keratinisasi kebutaan  irreversibel.
 Keratinisasi jg dpt terjadi sal cerna, sal nafas, sal kencing.
Berlebihan dalam jangka lama  intoksikasi

Vitamin D
Struktur kimia
 Merupakan senyawa steroid
 Tanaman: ergosterol
 Ergosterol fotolisis oleh UV  ergosterol (Vit D2.
 Hewan: 7-dehidroksikolesterol

 Manusia:  UV  7-dehidroksikolesterol (kulit)  kolekalsiferol (Vit D3)  hormon kalsitriol


 penting pd metabolisme Ca dan P dlm tubuh.
 Diabsorpsi dlm sistem limfatik  terikat protein globulin khusus pengikat vit. D.
 Di hepar, kolekalsiferol  dihidroksilasi enz D3-25-hidroksilase  mjd 25-hidroksi vitamin D3
 disimpan di hepar.
 Obat fenitoin, fenobarbital dan glukokortikoid  menurunkan kadar 25-hidroksi-vitamin D3.
 Di sel tubulus renalis, tulang dan plasenta 25-hidroksi vitamin D3  hidroksilasi  1,25-
dihidroksi vitamin D3 (kalsitriol) suatu btk vit D plg aktif.
 Proses  dipengaruhi kadarnya dalam darah, h. paratiroid dan kadar fosfat serum.

Fungsi:

 Diferensiasi sel
 Mendukung imunitas tubuh
Defisiensi:
 Riketsia (anak)
 Osteomalasia (dewasa)
 Osteoporosis (penurunan H. estrogen)
Sumber: minyak ikan, telur, hati
 Hipokalsemia  klj paratiroid  mensekresi h. paratiroid. H. paratiroid  memacu peningkatan
1,25 dihidroksi vitamin D3. Mekanisme ini  meningkatkan kadar Ca serum.
 Kadar serum rendah berpengaruh pada kalsifikasi tulang dan gigi serta menimbulkan miopati
(kelemahan otot)
 Kadar P serum rendah  pacuan 1,25 dihidroksi vit D3  memacu absorpsi P di usus dan
reabsorpsi P dari tulang dan ren.
 Mekanisme yang sebaliknya tjd bila Ca serum naik
 Kadar 1,25 hidroksi vit D3 diatur kadar P serum dan Ca serum.

Vitamin E (Tokoferol)
Struktur kimia:
 Tokoferol  persenyawaan isoprenoid dgn 6-hidroksikromana.
 Btk tergantung jenis hidroksikromana (,,)
 Ggn absorpsi lemak  defisiensi tokoferol
 Tokoferol  diangkut lipoprotein plasma dlm btk kilomikron disimpan di hepar dan jar adiposa

Fungsi:
 Hewan, meningkatkan fertilitas, pada manusia  blm terbukti
 Berperan pada metabolisme selenium.
 Defisiensi Vit E & Se  mempermudah kerusakkan jaringan & membran sel (akibat pengaruh
peroksidasi lipid & radikal bebas)
 Selenium  komponen enz glutation peroksidase
 Tokoferol  antioksidan, mencegah peroksidasi asam lemak tak jenuh rantai ganda
(poliunsaturated fatty acid) PUFA pd membran sel & organella.
 Efektif pada konsentrasi tinggi.

Defisiensi:
 Terjadi ggn absorpsi kronis lemak (steatorea), abetalipoproteinemia, penyakit hepar yg
menganggu sekresi empedu, kistik fibrosis pankreas dan reseksi usus.
 Vitamin E rusak  pemanasan tinggi a/ pendinginan.
 Gejala: kelemahan otot, kreatinuria, fragilitas eritrosit menurun  hemolisis.
 Defisiensi pada ibu hamil & laktasi  bayi lahir anemia.

Bukti epidemiologis
 Ada hubungan antara rendah asupan vitamin A, -karotene, asam askorbat dan tokoferol dgn
tinggi insiden penyakit kanker, arteriosklerosis, penyakit jantung pembuluh darah, katarak lentis,
toxemia gravidarum dan arthritis reumatoid.

Vitamin K
Struktur kimia
 Derivat naftokuinon tersubstitusi poliisoprenoid.
 Senyawa utama: menadion (Vitamin K3)  dlm tubuh binatang menunjukkan aktivitas biologis
 alkilasi  menakuinon (vit K2), bila dlm tumbuhan  filokuinon.
 Menakuinon  disintesis flora usus shg kebutuhan Vit K tdk tergantung diet.

Fungsi:
 Berperan pada sintesis protrombin di hepar.
 Untuk mempertahankan kadar normal dan sebagai aktivator faktor penjendalan darah faktor II,
VII, IX dan X.
 Diperlukan pada modifikasi posttranslasional asam glutamat (glu)  karboksi glutamat (gla).
Proses ini perlu enz karboksilase spesifik yg tergantung vit K. Protrombin yg mengandung gla
mengikat Ca yg perlu untuk pendenjalan darah.
 Vit K berperan  sintesis protein tulang osteokalsin.

Defisiensi:
 Krn ggn digesti absorpsi lemak (fat malabsorption syndrome), disfungsi pankreas, sumbatan
empedu dan pemberian antibiotika lama.
 Disimpan di hepar dan jaringan adiposa.
 Menyebabkan masa jendal darah memanjang  darah sulit menjendal.
 Bayi baru lahir  def. Vit K.

Metabolisme Air & Mineral


Metabolisme Air
 Air  peranan penting.
 Tanpa air  †
 Peran: fisiologis dan biokimia, sebagai pelarut & transport utama  mendukung fungsi vital
kehidupan.
 65-90% berat tubuh  air
Distribusi Air Tubuh Orang Dewasa
 Cairan intrasel 30 – 40 %
 Cairan ekstrasel 20 -25%
 15% intersisial (limfe,cairan jaringan)
 5% intravaskuler (plasma)
 3% cairan transeluler
 Air transseluler berperan dalam transport antarsel dan air yang mengikuti aktivitas ekskresi sel
seperti air dalam kelenjar air ludah, pankreas, hepar, empedu, kulit, saluran nafas, usus,
serebrospinal dan ren.
Komposisi Cairan Ekstrasel
 Komposisi cairan ekstrasel pada umumnya sama dengan komposisi plasma, kecuali kandungan
protein plasmanya.
 Dalam batas tertentu: protein ekstrasel kurang  digantikan Cl (anion).
 Dalam cairan ekstrasel: Kation tertinggi: Na, anion tertinggi: Cl

Komposisi elektrolit plasma

Komposisi Cairan Instrasel


 Kation tertinggi: Na,
 anion tertinggi senyawa organik terfosforilasi (HPO4 & protein).
 Kadar protein intrasel > tinggi dibandingkan kadar protein ekstasel.
 Na dpt mnggantikan K dlm sel pd penderita yang kekurangan K.
Komposisi Cairan Instrasel
 Kandungan air tubuh dipertahankan oleh kadar natrium (namun ekstrasel oleh kadar albumin)
 Perubahan: dehidrasi atau edema

Input Air Tubuh


 Dewasa normal butuh air + 2500 ml
 Jumlah air yang masuk harus seimbang dengan yang keluar.
 Bila output > input  defisit air sehingga dpt menyebabkan dehidrasi (pd diare berat atau
muntah)
Kebutuhan & Kehilangan Air Tubuh/Hari

 Input air :
o Air minum (1200-1500 ml)
o Air dari makanan (770-1000 ml)
o Air metabolik dalam tubuh (200-300 ml)

Kehilangan Air Tubuh


 Air keluar dari tubuh melalui urin & feses, juga berupa keringat atau penguapan yang tidak
terlihat (insensibel) di kulit atau paru-paru bersama udara ekspirasi.
 Contoh: keringat berlebihan pada jemaah haji karena udara panas atau demam tinggi  kurang
minum  dehidrasi.

Kehilangan Air Tambahan Akibat Penyakit


 Kehilangan berlebihan dapat melalui urin, feses, atau insensibel tergantung jenis penyakit &
keadaannya.
 Penyakit muntaber  muntah berlebihan & diare berlebihan  tidak teratasi †
 Kolera/disentri  diare berlebihan  tidak teratasi  †

 Dehidrasi: defisit air tubuh diikuti gangguan keseimbangan elektrolit.


o Kehilangan air yg cepat & mendadak diketahui dari penurunan BB
 Dehidrasi ringan: BB turun smp 5%
 Dehidrasi sedang: BB turun smp 10-15%
 Dehidrasi berat: BB turun smp 15%

Gejala dehidrasi
o Gejala: rasa haus, mukosa kering, turgor kulit lemah, nadi kecil & cepat, TD menurun,
suhu tubuh naik, gelisah dan kesadaran menurun
Kehilangan Air (Pembatasan Masukkan Air)
 Bila suplai terbatas atau air hilang dr tubuh terlalu banyak melebihi masuknya  akan disertai
ggn keseimbangan elektrolit.
 Kehilangan air menyebabkan cairan ekstrasel lbh pekat / hipertonik terhadap sel.

 Kompensasi: air dr dlm sel berdifusi keluar sel ke ruang ekstrasel atau interstisiel
 Cairan intrasel berkurang  dehidrasi intrasel.
 Gejala: mual, haus, muntah, tubuh jadi panas, kulit kering, lidah kering, kesadaran menurun &
urin kuning pekat dgn vol kecil 600 ml/hr (oligouri) bila berat  anuri ( urin < 200 ml/dr)

Gangguan Keseimbangan Elektrolit


 Def Na cairan ekstrasel  hipotoni ekstrasel ( konsentrasi cairan ekstrasel rendah)
 Air berdifusi dr ruang hipotoni ke hipertoni  edema intrasel diikuti pengurangan vol cairan
ekstrasel

 Pengurangan air dlm plasma darah  diikuti penurunan TD & sirkulasi darah menjadi lambat.
Darah  lebih pekat  hemokonsentrasi shg Ht (hematokrit), Na & Protein meningkat.
 TD turun dibawah 40 mmHg diikuti penurunan kesadaran  syok. Bila keadaan ini berlangsung
lama & berat  kegagalan fungsi ginjal ditandai anuria  fatal  †
Tindakan Rehidrasi
 Dehidrasi ringan; rehidrasi cukup dgn pemberian cairan & elektrolit peroral dgn oralit atau LGG.
 Dehidrasi sedang; dgn oralit ttp bila kehilangan cairan tetap terjadi  perlu infus cairan
elektrolit.
 Dehidrasi berat; beri infus cairan elektrolit
 Cairan elektrolit yg diberikan pd awalnya: NaCl 0,9%. Infus selanjutnya harus memperhatikan
kemungkinan defisit elektrolit yg hilang.
 Keadaan muntah berlebihan  elektrolit yg hilang berupa asam (HCl)  alkalosis, infus yg
diberikan bersifat asam (ringer laktat)
 Keadaan diare berat  cairan yang hilang bersifat alkalis  asidosis, krn bnyk Na & karbonat
yang hilang, mk cairan yang hrs diberikan bersifat alkalis (Na-karbonat)
 Keadaan luka bakar luas & syok, hrs memperhatikan kebutuhan protein plasma, tindakan tidak
hanya infus ttp jg transfusi plasma.
 Keberhasilan rehidrasi dpt dilihat dari kenaikkan BB, disertai perbaikan tanda-tanda klinis spt:
hilangnya rasa haus, turgor kulit membaik, TD membaik & kesadaran membaik.
 Kasus muntah & diare dgn dehidrasi harus memperhatikan keseimbangan asam basa.
 Setelah dehidrasi teratasi mk dilanjutkan terapi kausatif (penyebab) mis dgn AB pd inf perut,
kolera atau disentri.
Metabolisme Mineral
 Mineral yg diperlukan tubuh berupa:
o Unsur pokok (macronutrien)
o Unsur runutan (trace element)
 Unsur mineral: essensial
 Bila defisiensi  gejala patologis / penyakit.
 Berlebihan  intoksikasi
 Penting: tdk hanya jumlah ttp jg rasio perbandingan mineral

Makronutrien
 Dibutuhkan dlm jumlah yang relatif banyak oleh tubuh 100 mg.
 7 unsur penting: Ca, Mg, Na, K, P, S, & Cl.
 Merupakan 60 – 70% dr seluruh zat anorganik dlm tubuh.

Unsur Runutan
 Dibutuhkan dlm jumlah kecil < 100 mg/hr.
 Ada 3 golongan:
o Essensial: Fe, I, Cu, Zn, Mn, Co, Se, Cr & Fl
o Semi-essensial: nikel, timah, vandium, silikon
o Non-essensial: Al, bor, germanium, Cadmium, Ar, Pb, & air raksa.
Ca (calsium)
Fungsi
 Merupakan mineral yg jumlahnya terbanyak dibandingkan mineral lainnya.
 merupakan penyusun tulang & gigi.

 Sebagian kecil yg lain Ca dlm plasma darah berperan dalam:


o Proses pendendalan darah
o Mempertahankan kepekaan kontraksi otot jantung, otot skelet, syaraf & permeabilitas
membran.
Kebutuhan & Sumber Ca
 Dewasa umur 18 thn butuh 800 mg/hr.
 Selama kehamilan & laktasi: 1,2 gr/hr
 Anak-anak 1-18 thn: 0,8-1,2 g/hr
 Anak dibawah 1 thn: 360-540 mg/hr
Absorpsi Ca
 Absorpsi efektif di usus halus bagian atas
 Absorpsi dipengaruhi vit D
 Absorpsi dipermudah laktosa & protein.
 Absorpsi lbh mudah dlm suasana asam  Ca lebih mudah larut.
 Absorpsi dihambat oleh fitat (gandum), oksalat (bayam) & fosfat.

Metabolisme Ca
 Dlm plasma terdapat dlm bntk ion Ca+, berikatan dgn protein.
 Kadar dipengaruhi H. paratiroid & kalsitonin
 Penurunan fraksi ion Ca  tetani
 Penurunan kadar Ca terjadi akibat : in-take yg kurang, gangguan absorpsi, nefritis, defisiensi
paratiroid, & peningkatan retensi fosfat pd peny tub renalis.

Penyakit yang berkaitan dgn metabolisme calcium


Penyakit hiperparatiroid
 Paratiroid hiperaktif krn tumor, terjadi
o Hiperkalsemia
o Penurunan kadar P serum
o Penurunan reabsorpsi P oleh tub renalis
o Peningkatan fosfatase
o Peningkatan Ca & fosfat dlm urin krn reabsorpsi tulang.
 Peningkatan ekskresi P mel urin akan memacu ekskresi Ca utk mempertahankan rasio Ca:P yg
tetap.

Penyakit Hipoparatiroid
 Dapat terjadi akibat pembuangan kljr paratiroid
 Mengakibatkan penurunan kdr Ca serum smp dibawah 7 mg/dl disertai peningkatan kadar fosfat
serum & penurunan fosfat urin.
Osteoporosis
 Penyakit ini terjadi pd orang dewasa krn intake Ca yg rendah & mungkin bersamaan dgn diet
tinggi protein.
 Mengakibatkan ekskresi Ca lbh besar drpd intake Ca.
  menopause: berkaitan dgn penurunan hormon estrogen

Rakhitis
 Keadaan ini terjadi pd anak-anak akibat kalsifikasi terganggu (osteomalasi).
Biasanya terjadi akibat defisiensi Ca diet atau aktivitas vit D yg kurang krn kurang sinar matahari
P (Fosfor)
Fungsi
P paling bnyk terdapat dlm tulang & gigi bersama Ca, sisanya terdapat bebas atau berikatan dgn
senyawa organik dlm tubuh
Kebutuhan P
 Hampir semua makanan mengandung P, defisiensi  jarang
 Kebutuhan rata-rata: 1,5 g/hr
o ASI rasio Ca:P=2:1 ,
o Susu sapi rasio Ca:P = 1,2:1

Metaboloisme P
 Absorpsi berkorelasi dgn Ca, demikian jg ekskresinya.
 Peningkatan metabolisme KH & lemak akan diikuti penurunan kdr P, khususnya P organik.
 Penyakit ginjal: terjadi penurunan kadr Ca diikuti retensi P shg  asidosis.

 Kadar P darah jg naik pd hipoparatiroid, sedangkan pd hiperparatiroid kdr P rendah.


 Pd penderita kelainan tub renalis, kadar P darah akan turun bersamaan dgn naiknya aktivitas
fosfatase alkali.
Fungsi fosfor
Pembentukan tulang dan gigi
Pembentukan ATP
Pembentukan phospolipid
Bagian dari co enzim
Bagian dari RNA dan DNA
Magnesium
Fungsi
 Dlm tubuh terdapat sekitar 21 gr
 70% bersama Ca & P menyusun tulang dan gigi
 Sisanya dlm jaringan lunak dan cairan tubuh
 Dlm darah terdapat 2-4 mg
 Di otot terdapat 21 mg  aktivator utk enzim yg mentransport ggs P.
 Sumber: kakao, kacang, kedelai, gandum, ikan & susu

Kebutuhan
 Laki-laki dewasa: 350 mg/hr
 Wanita: 300 mg/hr
 Anak 150 - 250 mg/h
 Bayi 60 – 70 mg/h
 Asupan dipengaruhi oleh Ca, Protein, Vit D dan alkohol dlm diet.
 Defisiensi: disfungsi neuromuskuler, hipereksitabilitas, konvulsi dan tremor.

Metabolisme
 Absorpsi di usus halus, sebagian kecil usus besar, dan kolon
 Ekskresi : sebagian besar lewat ren 6-20 mEq/l/hr.
 Ekskresi dipacu: aldosteron

 Defisiensi ditemukan pada:


 alkoholisme kronis, penderita post operasi, obstruksi pilorus, alkalosis hipokloremik,
serta penderita hiperparatiroid.
 Kadar diukur dlm eritrosit:
 N : 5,3 mEq/L
 Kadar separuh dari N menimbulkan:
 Disorientasi, bingung, delirium, halusinasi dan tremor.

Na / natrium (sodium)

Fungsi

 Komponen utama kation dalam cairan ekstrasel

 Dlm pengaturan keseimbangan asam basa darah, Na berpasangan dengan Cl dan bicarbonat.

 Ptg: mempertahankan keseimbangan osmosis cairan tubuh  melindungi kehilangan cairan


berlebihan

 Menjaga iritabilitas normal otot dan permeabilitas sel.

 Tubuh butuh: 5-15 g/hr sbg garam dapur (NaCl)

 Kehilangan: melalui urin & keringat

 Intake sampai 5 g/hr dianjurkan pada orang dewasa tnp hipertensi


 Sumber utama: garam dapur

 N dianjurkan intake: 1 g NaCl/hr.

Metabolisme

 Dipengaruhi H. mineralokortikoid yg dihasilkan korteks kel adrenal

 GGK yg disertai asidosis terjadi penurunan kadar Na, sebab reabsorsi terganggu, eksresi
melalui urin meningkat

 Sirrosis dan payah jantung kongesti  kadar Na serum rendah, namun Na tubuh tinggi 
overhidrasi (pengenceran Na) hiponatremia  namun BB naik

 Kehilangan cairan berlebihan (mis: muntah, diare dan penyakit ginjal)  kadar Na tubuh
dapat turun  hiponatremia  disertai dehidrasi dan penurunan BB.

 Kadar Na meningkat pd korteks adrenal yg hiperaktif, mis: penyakit Cushing atau akibat
pemberian kortikotropin (ACTH), kortison, deoksikortikosteron, estrogen dan progesteron.

 Diabetes insipidus: byk BAK  dehidrasi, kadar Na naik (hemokonsentrasi)

 Penyakit Addison  penurunan Na krn banyak yang hilang

 Kehamilan  retensi Na o.k. banyak hormon yang disekresi plasenta  menahan Na & air 
kenaikan BB, kadang hipertensi smp eklampsi.

 Pd orang tertentu ada yg sensitif Na  hipertensi

Kalium atau (Potassium

Fungsi

 Merupakan kation utama dalam cairan intrasel

 Berfungsi untuk aktifitas otot (khususnya jantung)

 Bersama Na menjaga keseimbangan asam-basa darah. Mempertahankan tekanan osmosis


(onkotik) plasma dan retensi air.

 Penting untuk aktivitas enzim glikolitik dan biosintesis protein yang perlu K untuk aktivitasnya

Kebutuhan

 Normal : 4 g/hr
 Sumber: daging, pisang, jeruk, nanas, brokoli dan kentang

Metabolisme

 K ekstrasel mempengaruhi aktivitas kontraksi otot lurik dan konduksi otot jantung, sehingga
bila terjadi penurunan kadarnya, dapat terjadi paralisis atau ggn denyut jantung

 K difiltrasi oleh glomerulus dan diekskresi tubulus renalis.

 Ekskresi melalui ren (ginjal)  upaya untuk mempertahankan keseimbangan asam basa
darah.

Hiperkalemi (peningkatan K dlm darah)

 Dapat menimbulkan efek toksis.

 Terjadi pada: Gagal ginjal, dehidrasi berat sampai syok.

 Kenaikan K dalam serum disertai kenaikan K intrasel  tanda peny. Addison atau insufisiensi
adrenal

 Peningkatan K serum diatasi dengan pemberian deoksikortikosteron.

Hiperkalemi

 Gejala klinis: depresi syaraf pusat dan depresi jantung sehingga  bradikardi, denyut lemah,
diikuti kolaps dan denyut berhenti (cardiac arrest).

 Gejala lain: delirium, lemah, hipestesia (mati rasa), kesemutan dan paralisis otot ekstremitas
dan paralisis otot pernafasan.

Hipokalemia

Sering terjadi post operasi dengan infus cairan kurang kalium, jg pada malnutrisi, peny dgn
keseimbangan nitrogen negatif, diare kronis, fistula usus, penyedotan cairan lambung yang
berulang dan alkalosis metabolik serta pada hiperaktivitas korteks adrenal (Sindr Cushing)
atau penyuntikan kortikosteroid/ACTH dlm jumlah banyak

 Terapi: Berat  infus larutan 25 mEq/L (KCl 1,8 g/L) atau garam K ditambah pada NaCl
fisiologis

 Terapi oral  larutan KCl 1-2 mg%

Anda mungkin juga menyukai