Anda di halaman 1dari 14

.

Fraktur Colles

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

a. Pengertian Fraktur Colles

Menurut Kamus Kedokteran Dorland, fraktur adalah pemecahan

suatu bagian, khususnya tulang ;pecah atau rupture pada tulang. Abraham Colles merupakan sosok
orang yang ikut berkontribusi dalam bidang anatomi klinis. Dimana pada tahun 1814, beliau orang
yang pertama kali mendeskripsikan fraktur radius distal dalam artikelnya yang berjudul On the
fracture of the carpal extremity of radius (1814) dan di masa sekarang dikenal dengan fraktur
colles (Shayota et al., 2014).

Fraktur Colles adalah fraktur ekstra artikular pada tulang radius distal yang sangat umum terjadi
akibat terjatuh dengan kondisi tangan yang terulur. Fraktur ini terdiri dari fraktur pada daerah
metaphysisradius distal dengan angulasi dorsal dan impaksi, namun tanpa keterlibatan dari
permukaan artikular (Desai et al.,2009).

b. Anatomi Fraktur Colles

1) Anatomi Antebrakhii Distal

Bagian antebrakhii distal sering disebut pergelangan tangan, batas atasnya kira-kira 1,5-2 inchi
distal radius. Pada tempat ini ditemui bagian

tulang distal radius yang relatif lemah karena tempat persambungan antara tulang kortikal dan
tulang spongiosa dekat sendi. Dorsal radius bentuknya cembung dengan permukaan beralur-alur
untuk tempat lewatnya tendon extensor. Bagian volarnya cekung dan ditutupi oleh otot pronator
quadrates. Sisi lateral radius distal memanjang ke bawah membentuk prosesus styloideus radius
dengan posisi yang lebih rendah dari prosesus styloideus ulna. Bagian ini merupakan tempat
insersi otor brakhioradialis (Appley,1995).

Pada antebrakhii distal ditemui 2 sendi yaitu sendi radioulna distal dan sendi radiocarpalia. Kapsul
sendi radioulna dan radiocarpalia melekat pada batas permukaan sendi.

2) Anatomi Radiologi

Terdapat beberapa pengukuran radiologi yang sering digunakan untuk melakukan evaluasi dari
distal radius.

a) Volar Angle/ Dorsal Angel

b) Radial Angel/ Radial Inklinasi

c) Radial Length

d) Ulnar Variance e) Radial shift


f) Articular Step (Blakeney, 2010)

Klasifikasi Fraktur Colles

Peltier (1984) dalam Hutagalung (2003) mengatakan bahwa penggunaan eponyms seperti fraktur
Colles, Smith, atau Barton telah lama dikenal untuk menerangkan tentang fraktur radius distal dan
sampai sekarang istilah tersebut masih dipakai. Namun penggunaan istilah tersebut tidak dapat
menggambarkan tentang hubungannya dengan pengobatan dan hasil pengobatan.

Supaya klasifikasi ini berguna untuk menentukan jenis terapi dan mengevaluasi hasilnya maka
harus mencakup tipe dan derajat beratnya fraktur, ada juga dibagi berdasarkan :

a. Lokasi

b. Bentuk garis fraktur

c. Arah peranjakan fragmen distal (Hutagalung, 2003)

a) Klasifikasi Menurut Frykman

1) Tipe 1 articular

2) Tipe 2 3) Tipe 3

: Fraktur distal radius dengan garis fraktur extra

: Tipe 1 + Fraktur prosesus styloid radius

: Tipe 1 + Fraktur permukaan sendi radiocarpalia

11

4) Tipe 4 : Tipe 3 + Fraktur prosesus styloid radius

5) Tipe 5 : Fraktur distal radius dengan garis melewati sendi radio ulnar distal

6) Tipe 6

7) Tipe 7

8) Tipe 8

: Tipe 5 + Fraktur prosesus styloid radius

: Tipe 5 + Fraktur permukaan sendi radiocarpalia : Tipe 7 + Fraktur prosesus styloid radius

Komplikasi Fraktur Colles 1) Redisplacement

Hal ini merupakan komplikasi penting yang paling umum antara 15-20 persen. Dari semua fraktur
radius distal yang telah direduksi menunjukkn adanya beberapa derajat redisplacement. Tiga
penyebab komplikasi ini adalah (a) imobilisasi yang salah, (b) groos comminution, (c) Tekanan
tulang pada fraktur aspek dorsal.
Mal-union

Mal-union juga merupakan komplikasi yang umum terjadi. Tingkat keparahan dan juga jenis
kelainan bentuknyapun sangatlah bervariasi(Stephenson, 1951).

Kelemahan Sendi Radio-Ulnar bawah

Telah ditunjukkan oleh Lippman (1937) dengan eksperimennya pada mayat bahwa terputusnya
kartilago fibro triangular menghasilkan tingkat kelemahan abnormal yang sangat kecil, tetapi
ketika ligamen radio-ulnar terbagi muncullah dislokasi sendi radio-ulnar. Penemuan ini telah
dikonfirmasi oleh penulis di ruang pembedahan.

Kekakuan Sendi dan Adhesi

Kaku tangan akibat arthrofibrosis pada jari-jari adalah komplikasi berat pada Sembilan pasien
yang diteliti oleh Cooney. Hal itu diwujudkan dengan nyeri dan pembengkakan yang terbatas pada
tangan, kehilangan kebebasan bergerak pada jari, dan sesekali kehilangan kebebasan bergerak
pada peregelangan tangan.

FRAKTUR SMITH

Fraktur Smith mempunyai banyak nama lainnya. Fraktur Smith sering


disebut juga dengan fraktur Goyrand dan fraktur Colles terbalik.

Fraktur Smith adalah kondisi retak atau patah pada tulang radius distal.
Tulang radius merupakan tulang terbesar yang ada di lengan, sedangkan
ujung tulang radius yang terletak di dekat sendi pergelangan tangan disebut
dengan distal.

Cedera ini mengakibatkan tulang radius menonjol ke arah depan (arterior)


dari posisi normal. Namun, fraktur pada tulang radius tidak akan meluas ke
sendi pergelangan tangan. 

Mengenai fraktur Smith

Penyebab

Ada 2 hal utama yang bisa menjadi penyebab fraktur Smith, yaitu:

 Jatuh menumpu pada pergelangan tangan dan


menyebabkan terkilir.
 Trauma atau pukulan langsung yang mengenai radius distal,
misalnya karena kecelakaan mobil.

Osteoporosis ternyata juga bisa meningkatkan risiko patah tulang, termasuk


juga fraktur Smith. Pasalnya, osteoporosis menyebabkan kekuatan tulang
jadi menurun sehingga lebih rentan cedera.

Namun, kebanyakan kasus patah tulang akibat fraktur Smith terjadi pada
tulang yang sehat. Baik karena terjatuh, pukulan, atau kecelakaan.

Gejala

Pada dasarnya, gejala fraktur Smith cenderung mirip dengan jenis patah
tulang lainnya. Tanda dan gejala fraktur Smith adalah:

 Rasa nyeri

 Memar

 Bengkak

Tergantung pada tingkat keparahan patah tulangnya, fraktur Smith


terkadang juga menyebabkan pergelangan tangan jadi bengkok. Oleh karena
itu, segera konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan penanganan lebih
lanjut.

Bila tidak cepat-cepat ditangani, fraktur Smith dapat memicu komplikasi


dan cedera serius lainnya. Salah satu komplikasi fraktur Smith
adalah sindromnyeri regional kompleks, yaitu nyeri kronispada anggota
tubuh lainnya setelah cedera. Hal ini diduga karena fraktur Smith telah
menyebabkan kerusakan pada sistem saraf tubuh.

Pencegahan fraktur Smith

Cara terbaik untuk mencegah fraktur Smith adalah menjaga keselamatan


Anda sebaik mungkin. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, fraktur
Smith dapat terjadi akibat terjatuh, pukulan, atau kecelakaan.
Oleh karena itu, pastikan Anda selalu menggunakan sabuk pengaman saat
mengendarai mobil. Berhati-hatilah saat mengemudi supaya Anda terhindar
dari kecelakaan yang dapat memicu fraktur Smith.

Seiring bertambahnya usia, risiko penuaan tulang alias osteoporosis akan


semakin besar. Nah, supaya tulang tetap sehat dan kuat, selalu penuhi
kebutuhan kalsium dan vitamin D harian Anda. Salah satu cara termudahnya
adalah dengan rajin berjemur di bawah sinar matahari setiap pagi.
FRAKTUR HUMERUS

Fraktur humerus merupakan 4 sampai 6 persen dari semua patah tulang pada
pasien muda dan 1 sampai 3 persen dari semua patah tulang pada pasien usia
lanjut. Pada pria muda, fraktur ini biasanya merupakan akibat dari trauma energi
tinggi sedangkan pada populasi yang lebih tua, fraktur ini biasanya terlihat pada
wanita setelah jatuh dari permukaan tanah. Menariknya, fraktur poros humerus pada
pasien politrauma adalah prediktor independen cedera intra-abdomen, tulang panjang,
dan fraktur tangan. Biasanya, cedera ini menyebabkan kecacatan sementara pada
populasi yang lebih muda sedangkan kecacatan permanen dapat dilihat pada populasi
lansia. Kegiatan ini menjelaskan evaluasi, diagnosis, dan manajemen fraktur humerus
dan menekankan peran perawatan interprofessional berbasis tim untuk pasien yang
terkena.

Humerus proksimal memiliki dua leher. Leher anatomis adalah lempeng epifisis
tua, dan leher bedah adalah daerah metafisis di bawah kepala humerus. Suplai darah
adalah arteri sirkumfleksa anterior dan posterior humerus dengan saraf aksilaris
sebagai saraf utama daerah ini. Poros humerus adalah tulang silinder yang secara
bertahap menjadi segitiga distal. Tulang ini berfungsi sebagai tempat penyisipan otot
pectoralis mayor, deltoid, dan coracobrachialis dan merupakan tempat asal brachialis,
triceps, dan brachioradialis. Saraf radial adalah saraf utama dari poros humerus yang
terlihat di alur spiral dan sekitar 14 cm dari epikondilus lateral dan 20 cm dari
epikondilus medial. Saraf utama humerus distal adalah saraf ulnaris dan saraf
radial.Fraktur humerus distal terdiri dari fraktur supracondylar, fraktur kondilus
tunggal, fraktur bi-kolom dan fraktur geser koronal. Pilihan pengobatan termasuk
reduksi terbuka dan fiksasi internal, reduksi tertutup dan pinning perkutan, dan paku
atau bracing intramedullary.

Etiologi
Fraktur humerus terjadi sebagai akibat dari trauma atau fraktur patologis sering
karena penyakit metastasis. Ketika fraktur ini disebabkan oleh trauma, mereka terjadi
baik dari trauma berenergi tinggi maupun rendah.

Epidemiologi
Fraktur humerus dan humerus proksimal menyumbang 4% hingga 6% dan 1% hingga
3% dari semua fraktur masing-masing pada pasien muda dan tua. Pada pria muda,
fraktur ini biasanya merupakan akibat dari trauma energi tinggi sedangkan pada
populasi yang lebih tua, fraktur ini terlihat pada wanita setelah jatuh dari permukaan
tanah. Menariknya, fraktur poros humerus pada pasien politrauma merupakan
prediktor independen cedera intra-abdomen, tulang panjang, dan fraktur
tangan. Biasanya, cedera ini menyebabkan cacat sementara pada populasi yang lebih
muda sedangkan cacat permanen dapat dilihat pada orang tua.

Sejarah dan Fisik


Temuan pemeriksaan fisik yang umum termasuk eritema pada lengan,
ketidakmampuan untuk mengangkat lengan karena nyeri, dan memegang siku lengan
yang cedera untuk menopang. Selama pemeriksaan fisik, status neurovaskular
sebelum dan sesudah reduksi sangat penting untuk mengidentifikasi cedera iatrogenik
pada struktur neurovaskular. Dalam beberapa kasus, pengurangan fraktur diperlukan
dan biasanya dibantu oleh pengaruh gravitasi dengan lengan dalam posisi anatomis.

valuasi
Pandangan yang direkomendasikan untuk evaluasi radiografi dari fraktur humerus
proksimal termasuk AP sejati, skapula Y, dan aksila. CT scan dilakukan untuk
perencanaan pra operasi jika ada kominusi intra-artikular atau jika posisi kepala atau
tuberositas yang lebih besar tidak pasti. Jika dicurigai fraktur poros humerus,
pandangan AP dan lateral termasuk sendi di bawah dan di atas harus menjadi bagian
dari evaluasi awal. Dengan dugaan fraktur humerus distal, gambaran radiografi yang
direkomendasikan termasuk AP dan lateral humerus dan siku yang harus mencakup
seluruh humerus dan lengan bawah.

Perawatan / Manajemen
Penatalaksanaan nonoperatif dengan sling dan rehabilitasi progresif fraktur humerus
proksimal diindikasikan pada fraktur leher bedah dengan pergeseran minimal, fraktur
tuberositas yang lebih besar dengan jarak kurang dari 5 milimeter, dan pasien yang
bukan kandidat bedah. Reduksi tertutup dan pinning perkutan diindikasikan untuk
fraktur leher bedah dua bagian, fraktur tiga bagian dan empat bagian yang terkena
dampak valgus dengan kominusi metafisis minimal, dan calcar medial yang utuh.
Reduksi terbuka dan fiksasi internal diindikasikan pada fraktur tuberositas yang lebih
besar dengan jarak lebih dari 5 milimeter dan fraktur head-splitting pada pasien muda.
Indikasi rodding intramedullary termasuk fraktur leher bedah atau fraktur tuberositas
3 bagian yang lebih besar pada pasien yang lebih muda dan gabungan humerus
proksimal dan fraktur poros humerus.Hemiarthroplasty adalah pilihan yang layak
pada fraktur anatomis pada pasien usia lanjut dan fraktur yang tidak dapat dilakukan
reduksi terbuka dan fiksasi internal. Artroplasti bahu total diindikasikan jika
permukaan glenoid terganggu, sedangkan artroplasti bahu total terbalik diindikasikan
pada individu dengan manset rotator yang tidak berfungsi atau individu lanjut usia
dengan tuberositas yang dapat direkonstruksi.

Secara tradisional, pengobatan utama fraktur poros humerus adalah nonoperatif.


Karena sifat tulang yang tidak menahan beban dan jaringan lunak yang luas,
deformitas ringan dapat diterima dengan hasil yang baik. Dalam kebanyakan kasus,
perawatan nonoperatif terdiri dari penyangga Sarmiento. Keuntungan menggunakan
brace ini adalah bahwa sendi di atas dan di bawah fraktur dapat bergerak,
meminimalkan kekakuan sendi. Keuntungan lain adalah dapat dilepasnya brace,
memungkinkan kebersihan aksila yang lebih baik. Penjajaran fraktur dipertahankan
oleh selubung jaringan lunak lengan atas yang telah digambarkan sebagai belat bagian
dalam. Indikasi untuk perawatan nonoperatif termasuk keselarasan yang dapat
diterima kurang dari 20 derajat angulasi anterior, kurang dari 30 derajat varus,
angulasi valgus, dan pemendekan kurang dari 3 sentimeter.Kontraindikasi absolut
termasuk cedera jaringan lunak yang parah atau keropos tulang, cedera vaskular yang
membutuhkan perbaikan dan cedera pleksus brakialis. Biasanya, belat koaptasi
pertama kali digunakan selama 3 sampai 4 minggu sampai pembengkakan hilang.
Selanjutnya, penyangga fungsional digunakan memanjang dari sekitar 2,5 cm distal
ke aksila hingga 2,5 cm proksimal ke kondilus humerus. Radiografi mingguan
direkomendasikan selama 3 minggu pertama untuk memastikan pengurangan yang
memadai. Setelah periode ini, radiografi dapat diambil setiap 3 hingga 4 minggu.5 cm
proksimal dari kondilus humerus. Radiografi mingguan direkomendasikan selama 3
minggu pertama untuk memastikan pengurangan yang memadai. Setelah periode ini,
radiografi dapat diambil setiap 3 hingga 4 minggu.5 cm proksimal dari kondilus
humerus. Radiografi mingguan direkomendasikan selama 3 minggu pertama untuk
memastikan pengurangan yang memadai. Setelah periode ini, radiografi dapat diambil
setiap 3 hingga 4 minggu.
Reduksi terbuka dan fiksasi internal diindikasikan pada fraktur terbuka, cedera
vaskular yang memerlukan perbaikan, cedera pleksus brakialis, floating elbow
(fraktur lengan bawah ipsilateral), dan sindrom kompartemen. Indikasi relatif lainnya
termasuk politrauma, fraktur humerus bilateral, fraktur patologis, dan luka bakar atau
cedera jaringan lunak yang menghalangi bracing. Manfaat dari prosedur ini termasuk
visualisasi langsung dari fraktur, pengurangan fraktur anatomis, kompresi
interfragmenter, identifikasi saraf radial, dan tidak ada pelanggaran sendi yang
berdekatan. Kerugiannya termasuk peningkatan risiko pengupasan jaringan lunak,
risiko fraktur pada ujung pelat, dan pembelian sekrup yang buruk pada tulang
osteoporosis atau kominutif. Pelapisan kompresi dinamis sering kali merupakan
implan yang digunakan saat reduksi terbuka dan fiksasi internal dilakukan,tetapi pelat
pengunci dapat membantu pada tulang osteoporosis. Fiksasi pelat invasif minimal
adalah metode lain yang dapat digunakan tetapi tidak umum dilakukan. Beberapa
keuntungan teoritis dari metode ini termasuk penurunan jumlah cedera jaringan lunak
dan pengupasan yang meningkatkan potensi penyembuhan di daerah cedera.
Tergantung pada lokasi fraktur, pendekatan bedah yang berbeda digunakan.
Pendekatan deltopektoral atau pendekatan lateral dapat digunakan untuk fraktur
humerus proksimal. Pendekatan anterolateral digunakan untuk fraktur poros sepertiga
proksimal hingga tengah. Dalam pendekatan ini, saraf radial diidentifikasi antara
brakialis dan brakioradialis distal. Pendekatan posterior humerus digunakan untuk
fraktur poros sepertiga distal ke tengah. Selama pendekatan, trisep dapat dibelah atau
ditinggikan dengan paparan paratricipital lateral. Nervus radialis terletak di medial
caput panjang dan lateral triceps, sedangkan saraf ini kira-kira 2 cm proksimal caput
dalam triceps dan meninggalkan kompartemen posterior melalui septum
intramuskular lateral kira-kira 10 sentimeter proksimal dari sendi radiocapetellar.
Fiksasi eksternal poros humerus tidak umum dilakukan tetapi dapat digunakan
sebagai metode untuk stabilisasi pada pasien yang tidak stabil atau fraktur terbuka
dengan kehilangan jaringan yang parah.
Paku intramedullary memiliki tingkat penyatuan yang sebanding dan merupakan
pilihan lain yang layak untuk pasien. Indikasinya adalah fraktur patologis, fraktur
segmental, dan fraktur kominutif. Metode ini kurang invasif dan biasanya melibatkan
waktu operasi yang lebih singkat. Kerugian termasuk peningkatan insiden disfungsi
bahu, nyeri di tempat masuk, dan deformitas rotasi.
Perawatan fraktur humerus distal termasuk imobilisasi gips untuk fraktur Milch tipe
I. Reduksi tertutup dan pinning perkutan dilakukan pada fraktur Milch Tipe I yang
tergeser, dan reduksi terbuka dan fiksasi internal dilakukan pada fraktur
supracondylar, fraktur intercondylar/bicolumnar, dan fraktur Milch Tipe
II. Artroplasti siku total diindikasikan pada pasien usia lanjut dengan fraktur
bikolumnar distal

Perbedaan diagnosa
 Fraktur siku
 Fraktur klavikula
 Fraktur skapula
 Dislokasi bahu dalam manajemen darurat

Prognosa
Fraktur humerus dan poros proksimal memiliki hasil yang baik dengan tingkat
penyatuan yang tinggi dan tingkat infeksi yang rendah setelah manajemen operatif
dan nonoperatif. Fraktur humerus distal memiliki hasil yang kurang
menguntungkan. Sekitar 75% pasien mendapatkan kembali gerakan dan kekuatan siku
dengan tujuan rentang gerakan antara 30 dan 130 derajat.

Komplikasi
Kelumpuhan saraf radial adalah komplikasi yang ditakuti dari fraktur poros humerus
yang dapat terjadi selama cedera, reduksi terbuka, dan fiksasi internal atau
intramedullary nailing. Pada fraktur tertutup, hal ini sering merupakan akibat dari
neuropraxia, sedangkan pada fraktur terbuka merupakan akibat dari
neurogenesis. Komplikasi ini lebih sering terjadi pada fraktur distal ketiga karena ini
adalah lokasi di mana saraf radial paling dekat dengan humerus. Pada fraktur tertutup,
kelumpuhan saraf radial bukan merupakan indikasi untuk reduksi terbuka dan fiksasi
internal dengan eksplorasi saraf. Kebanyakan kelumpuhan kembali tanpa pengobatan
dalam 3 sampai 6 bulan. Jika tidak ada kembalinya fungsi terlihat pada 3 sampai 4
bulan, EMG harus dilakukan. Eksplorasi bedah diindikasikan pada fraktur terbuka,
fraktur tertutup dengan kegagalan perbaikan selama 3 sampai 6 bulan, dan fibrilasi
pada 3 sampai 4 bulan pada EMG.
TRIGGER FINGER

Trigger finger, atau stenosing tenosinovitis, adalah tenosinovitis pada selubung


fleksor yang biasanya terjadi pada jari ke-4 dan ibu jari akibat penggunaan
berulang. Ini adalah kondisi umum yang dapat menyebabkan gangguan fungsional
yang signifikan. Penyempitan selubung katrol fleksor yang dikombinasikan dengan
hipertrofi dan peradangan pada antarmuka tendon/selubung menyebabkan kondisi
ini. Pasien biasanya mengeluhkan penguncian jari selama fleksi atau ekstensi dan
biasanya, ekstensi lebih bermasalah. Kegiatan ini meninjau evaluasi dan manajemen
trigger finger dan menyoroti peran anggota tim interprofessional dalam berkolaborasi
untuk memberikan perawatan yang terkoordinasi dengan baik dan meningkatkan hasil
untuk pasien yang terkena

Trigger Finger adalah kondisi umum yang dapat menyebabkan gangguan


fungsional yang signifikan. Ini adalah tenosinovitis pada selubung fleksor jari dan ibu
jari akibat penggunaan berulang. Penyempitan selubung katrol fleksor yang
dikombinasikan dengan hipertrofi dan peradangan pada antarmuka tendon/selubung
menyebabkan trigger finger atau tenosinovitis stenosis. Peradangan dapat
menyebabkan tendon menjadi nodular. Ini paling sering terjadi di jari manis dan ibu
jari tetapi dapat hadir di jari mana pun. Secara klasik melibatkan selubung katrol A1
(pada sendi metakarpal-phalangeal) yang merupakan bagian proksimal selubung
tendon. Hal ini juga dapat terjadi pada A2 (pada sendi interphalangeal proksimal) atau
A3 (pada sendi interphalangeal distal). Pasien mengeluhkan penguncian jari selama
fleksi atau ekstensi. Biasanya,ekstensi lebih bermasalah.

Jari pelatuk terasa sakit. Biasanya dimulai sebagai rasa sakit yang aneh di telapak
tangan selama gerakan jari yang terkena. Perlahan-lahan terdengar bunyi gertakan
dari tendon fleksor saat individu melakukan ekstensi dan fleksi jari. Jari pemicu
biasanya mempengaruhi tangan yang dominan dan jari yang paling umum terlibat
adalah ibu jari

Etiologi
Etiologi trigger finger adalah multifaktorial. Ada beberapa hubungan dengan penyakit
penyerta yang spesifik pada pasien dewasa dengan trigger finger, misalnya diabetes,
amiloidosis, carpal tunnel syndrome, asam urat, penyakit tiroid, dan rheumatoid
arthritis. Kekuatan traumatis mengakibatkan hipertrofi dan penyempitan tendon dan
selubungnya, yang menyebabkan tendon tidak dapat meluncur dengan mulus di dalam
selubungnya. Ini menghasilkan penangkapan dan penguncian.
Pada anak-anak, etiologi tampaknya berkembang, dengan ketidakcocokan dalam
ukuran tendon fleksor ibu jari dan selubung tendonnya. Proliferasi fibroblas
menghasilkan perbedaan ukuran tendon dan selubung puli A1. Meskipun sebagian
besar kasus idiopatik pada usia ini, lebih sering dikaitkan dengan metabolisme
bawaan (misalnya, sindrom Hurler) dan kondisi inflamasi (misalnya, rheumatoid
arthritis remaja).

Epidemiologi
Trigger finger memiliki insiden bimodal, dengan puncak pertama sebelum usia
delapan tahun dan puncak kedua pada pasien di usia 40-an dan 50-an. Secara
keseluruhan, trigger finger lebih sering terjadi pada orang dewasa. Ketika anak-anak
mendapatkan trigger finger, hal itu mempengaruhi anak laki-laki dan perempuan
secara setara dan paling sering terjadi pada ibu jari. Pada orang dewasa, wanita lebih
mungkin terkena trigger finger, dan biasanya, di tangan dominan mereka.

Patofisiologi
Mikrotrauma, baik melalui penggunaan berulang atau kekuatan kompresi,
menghasilkan peradangan dan cedera kompleks selubung tendon fleksor. Tingkat
kekuatan terbesar terjadi pada katrol A1, dan karenanya, ini adalah yang paling sering
terpengaruh. Peradangan, dari waktu ke waktu, menyebabkan tendon menempel di
dalam sarungnya dan dirasakan oleh pasien sebagai penguncian. Karena aparatus
tendon fleksor memiliki kekuatan yang lebih unggul, dibandingkan dengan aparatus
tendon ekstensor, pasien secara klasik tidak mengalami kesulitan dalam melenturkan
jari-jarinya. Namun, peradangan menyebabkan tendon fleksor tersangkut di selubung
fleksor selama ekstensi, dan pasien akan melihat penguncian ketika mereka mencoba
untuk menjulurkan jari mereka.

Histopatologi
Diagnosis penyakit ini bersifat klinis. Namun, histopatologi telah menunjukkan
bahwa metaplasia fibro-kartilaginosa terjadi pada antarmuka tendon-katrol dan
disertai dengan hipertrofi dan peradangan.

Sejarah dan Fisik


Pasien biasanya datang dengan ketidaknyamanan atau keterbatasan fungsional pada
jari yang terkena. Pasien mungkin mencatat ketidaknyamanan progresif pada aspek
palmar dari jari yang terkena saat ditekuk, dan mungkin juga ada pembengkakan atau
adanya nodul. Pasien sering mengeluh klik yang menyakitkan pada jari. Pasien juga
dapat hadir dengan penguncian jari selama ekstensi, atau ketidakmampuan untuk
menggerakkan jari dari posisi tertekuk tetap. Gejala dapat berkembang secara
bertahap atau mungkin akut. Pasien mungkin datang dengan rasa kaku atau tidak
nyaman jika trigger finger melibatkan tangan dominan mereka dan mengganggu
pekerjaan mereka.

Pemeriksaan fisik dapat mengungkapkan nodul lembut di lipatan palmar distal. Digit


yang terpengaruh mungkin tertekuk dan terkunci. Upaya untuk memindahkan jari
dapat menyebabkan rasa sakit dan atau patah.

Evaluasi
Diagnosis trigger finger bersifat klinis, dan diduga pada pasien yang jarinya terkunci
saat fleksi, klik yang menyakitkan, dan terjepit saat ekstensi. Hal ini juga diduga bila
terdapat nodul yang meradang di dasar jari yang terkena.

Perawatan / Manajemen
Manajemen trigger finger dapat dibagi menjadi dua kelas berikut:

Non-bedah

Pengobatan trigger finger biasanya nonoperatif terutama jika tidak rumit dan
gejalanya berlangsung singkat. Ini termasuk injeksi steroid dan belat.

Injeksi steroid

Injeksi steroid sering berhasil dan strategi pengobatan lini pertama untuk pasien
dengan jari pelatuk. Itu murah, mudah dilakukan, dan kurang invasif daripada
operasi. Pengiriman steroid ke dalam selubung tendon penting untuk
efektivitasnya. Suntikan steroid dapat membantu pada banyak pasien, meskipun
gejala berulang dapat terjadi. Suntikan steroid dapat menyebabkan atrofi jaringan,
perubahan warna kulit, hipopigmentasi atau bahkan infeksi. Pasien dengan gejala
yang berkepanjangan cenderung tidak memiliki resolusi.

Belat

Hal ini didasarkan pada konsep yang membatasi luncuran tendon; peradangan dapat
dikurangi. Dalam bidai pemblokiran MCP, pada 10 hingga 15 derajat fleksi selama 6
hingga 10 minggu. Namun, kemungkinannya kecil untuk bermanfaat bagi pasien yang
menderita gejala parah atau berkepanjangan.

Bedah

Rilis terbuka katrol A1 dianggap sebagai standar emas untuk manajemen bedah jari
pelatuk. Pelepasan bedah harus dipertimbangkan ketika ada:

 Tidak ada perbaikan dengan perawatan belat dan/atau injeksi


 Jari pelatuk yang terkunci tidak dapat direduksi
 Trigger thumb selama masa bayi: diyakini bahwa pada usia ini, tanpa
pelepasan bedah, bayi-bayi ini cenderung mengembangkan deformitas fleksi
tetap dari sendi interphalangeal (IP). Karena penyebab jari pelatuk pada anak-
anak lebih bervariasi daripada hanya dari katrol A1 yang menebal, hasil
pengobatan konservatif tidak dapat diprediksi.
Pelepasan perkutan dari katrol A1 adalah strategi manajemen alternatif. Hal ini
membutuhkan pemahaman dan pengenalan landmark tertentu tertentu. Meskipun
teknik perkutan telah terbukti efektif dan aman untuk ibu jari, banyak dokter
menganjurkan untuk menghindari penggunaan pendekatan ini pada ibu jari, karena
jalur saraf digital di atas katrol A1. Pelepasan katrol yang tidak lengkap dan
kerusakan pada tendon fleksor dan saraf digital merupakan kemungkinan
kekhawatiran dengan pendekatan ini.

Perbedaan diagnosa
 Sesamoid abnormal
 Akromegali
 Kista ganglion pergelangan tangan
 Ganglion yang melibatkan selubung tendon
 Infeksi di dalam selubung tendon
 Kehadiran tubuh longgar di sendi MCP
 Subluksasi ekstensor digitorum communis

Prognosa
Dengan pengobatan, prognosisnya baik. Sebagian besar pasien merespons injeksi
kortikosteroid. Beberapa kasus sembuh secara spontan ketika kondisi primer
diobati. Namun, bahkan dengan injeksi steroid, pemulihan penuh bisa memakan
waktu berbulan-bulan. Penderita diabetes cenderung memiliki respons yang paling
tidak menguntungkan terhadap kortikosteroid dan seringkali memerlukan
pembedahan. Pembedahan untuk melepaskan jari pelatuk berhasil dan merupakan
pilihan yang masuk akal bagi pasien yang gagal mendapat suntikan steroid.

Anda mungkin juga menyukai